7 KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian proses tertangkapnya ikan karang dengan small bottom setnet diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1 Ikan cenderung tergiring dan tidak tersangkut pada leadernet kuning dari pada leadernet hijau.
2 Respons tingkah laku ikan pada small bottom setnet berkaitan dengan kemampuan ikan membedakan warna dan jarak pandang maksimum mata
ikan. 3 Penelitian ini tidak menunjukkan adanya dampak yang signifikan
terhadap kerusakan terumbu karang.
7.2 Saran
Dampak pengoperasian small bottom setnet terhadap terumbu karang bisa lebih diperkecil dengan mengurangi jumlah tiang leadernet yang bersinggungan
dengan terumbu karang.
DAFTAR PUSTAKA
Adrim M. 1997. Pengantar Studi Ekologi Komunitas Ikan Karang dan Metode Pengkajiannya dalam kursus Pelatihan Metodologi Penelitian dan
Penentuan Kondisi Terumbu Karang. Puslitbang Oseanografi. LIPI. Jakarta. Hal 1-7.
Alen G. 2000. Marine Fishes of Southeast Asia. Periplus Edition Western Australian Museum. 292 p.
[Anonim]. 2008. Fish Bait. http:www.wipo.intpctdbenwo [1 April 2008]. [Anonim]. 2008. http:ilc00f.facbacs.uq.edu.au [20 April 2008].
Ayodhyoa AU. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Penerbit oleh Yayasan Dewi
Sri. Fakultas Perikanan IPB – Bogor. 85 hal. Balai Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu. 2000. Buku Informasi Kawasan
Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu. Departemen Kehutanan dan Perkebunan. Direktorat JenderalPerlindungan dan Konservasi Alam. Balai
Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu. Jakarta. 30 hal.
Baskoro MS dan Effendy A. 2005. Tingkah laku ikan hubungannya dengan metode pengoperasian alat tangkap ikan. Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB. Baskoro MS. 1995. A study on Fish Behavior in Relation to The Capture Process
of the Small Scale Set Net. Master Thesis. Tokyo University of Fisheries, Dept. Of Marine Sciences end Technology, Fish Behavior Dynamic Section.
Tokyo Japan. P. 52.
Baskoro MS. 1995. Perikanan Set Net dan Tingkah Laku Ikan. Diklat Kuliah tidak dipublikasikan. Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan.
Fakultas Perikanan IPB. 23 hal. Baskoro MS, Mawardi W, Purwangka F dan Sadarun B. 2006. Ujicoba Small
bottom Setnet di Kawasan Konservasi Laut. Laporan kegiatan pengelolaan kawasan konservasi laut tidak dipublikasikan. Direktorat Jenderal Kelautan
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, DKP. 38 p.
Baskoro MS. 2008. Alat Penangkapan Ikan Berwawasan Lingkungan. Kumpulan Pemikiran Tentang Teknologi Penangkapan Ikan Yang Bertanggungjawab.
Kenangan Purnabakti Prof.Dr.Ir. Daniel R. Monintja. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
IPB.
Blaxter JHS and Jones MP. 1967. The Development of Retina and Retinomotor Respons in The Herring. Journal of The Marine Biological Association of
The United Kingdom. Cambridge, at The University Press, USA. Vol 47 No.1.p: 677-697.
Blaxter JHS. 1980. Vision and Feeding of Fishes. In: Fish Behaviour and its Use in the Capture and Culture of Fishes. ICLARM Conf. proc. 5: 32-56.
Debelius H. 2002. Fish Guide Southeast Asia. Dive Supply. Frankfurt Germany. 153 p.
[Dit KTNL] Direktorat Konservasi dan Taman Nasional Laut. 2007. Informasi Kawasan Konservasi Perairan di Indonesia. Direktorat Jenderal Kelautan
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, DKP. 32 p. [Ditjen PHPA] Direktorat Jendral Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam.
1995. Pedoman Penetapan Kriteria Baku Kawasan Konservasi Laut. Departemen Kehutanan. Indonesia.
English S, Wilkinson C and Baker V. 1994. Survey Manual for Tropical Marine Resources. Townsville; Australian Institute of Marine Science. 390 p.
Fitri ADP. 2008. Respon Penglihatan Dan Penciuman Ikan Kerapu Terhadap Umpan Dalam Efektivitas Penangkapan [disertasi] Bogor. Program
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. 213 hal. Fujaya Y. 2004. Fisiologi Ikan: Dasar Pengembangan Teknik Perikanan. Rineka
Cipta. Jakarta. Guma’a SA. 1982. Retinal Development and Retinomotor Respnses in Perch
Perch fluviatilis L. Journal Fish Biology. The Fisheries Society of The British Isles No. 20. p:611-618
Gomez ED, Yap HT. 1988. Monitoring reef conditions. In: Kenchington RA, Hudson BT eds Coral reef management handbook. UESCOROSTSEA.
Jakarta. Pp 187-195. Gunarso W. 1985. Tingkah Laku Ikan dalam Hubungannya Dengan Alat, Metode
dan Taktik penangkapan. Diktat Matakuliah tidak dipublikasikan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 149 hlm.
Gunarso W. 1992. Tingkah Laku Ikan dan Set Net. 20 hal. Guthrie DM and Muntz WRA. 1993. Role of Vision in Fish Behaviour. Di dalam:
Tony J. Pitcher, editor. Behaviour of Teleost Fishes. Ed ke-2. Chapman dan Hall. Pp: 89-128
Hanafiah dan Saefuddin. A. M. 1986. Tata Niaga Perikanan. UI Press. Jakarta.
Hanna S. 1995. Efficiencies of User Participation in Nautral Resource Management. In Hanna S and Munasinghe M eds. In Property Rights
and the Environment Social and Ecological Issues. Biejer International Institute of Ecological Economics and The World Bank. Washington, D.C.
Hendriwan, Sondita MFA, Haluan J, dan Wiryawan B. 2008. Analisis Optimasi Pengelolaan Perikanan Tangkap dan Strategi Pengembangannya di Teluk
Lampung. Buletin PSP Volume XVII No.1 April 2008. Hal 44-70. He P. 1989. Fish Behaviour and its Application in Fisheries. New Foundland
Canada: Labrador Institute of Fisheries and Marine Technology. Pp: 157 Herring PJ, Campbell AK, Whitfield M, Maddock L. editor. 1990. Light and Life
in The Sea. London: Cambridge University Press. pp: 421 Imron M. 2003. Kemiskinan dalam Masyarakat Nelayan. Jurnal Masyarakat dan
Budaya, PMB-LIPI 7 : 88 – 92. [IJRF] Indonesian Coral Reef Foundation. 2004. Panduan Dasar Untuk
Pengenalan Ikan Karang Secara Visual Indonesia. TERANGI. Jakarta. 24 hlm.
[ICOFE] International Cooperation On Fisheries And Environment. 2000. Regional Cooperation In Fisheries and Environment edited by Line
Kjelstrup et al.. Page 37 -41. Kanagawa International Fisheries Training Centre. 2000. Fish Behaviour for
Improving Fish Capture Technology and Selectivity of Fishing Gear. Cooperation Agency. Japan International. 108 p.
Kawamura G, Matshushita T, Nishitai M, Matsuoka T. 1996. Blue and Green Fishing Aggregation Devices Are More Attarctive to Fish. Fisheries
Research Journal. 28 : 99 -108. Kesteven GL. 1973. Manual of Fisheries Science. Part 1. An Introduction of
Fisheries Science. FAO Fisheries Technical Paper. No. 118. Rome. 43 hal. Kompas.
2009. http:sains.kompas.comread2009051317482666
kerusakan.terumbu.karang.ancam.keamanan.pangan. 13 Mei. Kompas. 2001. Otonomi Daerah Menantang Kreativitas. Jakarta. 30 Maret.
Krebs CJ. 1972. Ecology: The Experimental Analysis of Distribution and
Abundance. New York. Harper and Row Publisher. 688 p. Kuiter RH. 2002. Fishes Of The Maldives. Atoll Editions. National Library of
Australia Cataloguing-in-Publiction Data. Australia. 257 p.
Leape J. 2009. Dampak Kerusakan Terumbu Karang Bagi Kelangkaan Pangan. World Wildlife Fund WWF Internasional.
Liana TM, Elmer MF, Lenore PC, and Alan GC. 2001. The Bolinao Community- Based Coastal Resource Management Project. Jurnal of Community
Organizer, Haribon Foundation. [LIPI] Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 2007. Manusia, Penyebab
Kerusakan Terumbu Karang. http:regional.coremap.or.idsikkaberitaarticle.php?id=744.
Mamuaya GE., Haluan J, Wisudo SH, dan Astika IW. 2007. Status Keberlanjutan Perikanan Tangkap di Daerah Kota Pantai : Penelaahan
Kasus di Kota Manado. Buletin PSP Vol. XVI. 1 : 146-160. Mantjoro E. 1997. An Ecological and Human History of Bentenan and Tumbak
Villages. Coastal Resource Management Project - Indonesia, Manado. Marschiavelli MIC. 2001. Analisa struktur dan kondisi ikan karang pada
ekosistem terumbu karang di perairan pesisir Nusa Penida Bali [skripsi]. Bogor : Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Martasuganda S. 2008. Set Net Teichi Ami Serial Teknologi Penangkapan Ikan Berwawasan Lingkungan. Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 169 hal.
Martin VA and Tony LLR. 1996. The Ecology of The Deep Ocean and Its Relevance to Global Waste Management. Journal of Essay Review.
Southampton Oceanography Centre\ Empress Dock\ Southampton So03 2zh. United Kingdom.
Matsuoka M. 1999. Histological Characteristics and Development of The Retinal Basis of Vision. Amsterdam: Elsivier. Pp: 211.
Monintja DR. 2000. Prosiding Pelatihan Untuk Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu. Bogor: Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Institut
Pertanian Bogor. 167 hal. Monintja DR. 2001. Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir dalam Bidang Perikanan
Tangkap. Prosiding Pelatihan Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Mulyono S. 1991. Operasi Research. Lembaga Peneliti Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Mumby PJ, Green EP, Edwards AJ, and Clark CD. 1999. The cost-effectiveness of remote sensing for tropical coastal resources assessment and
management. Journal of Environmental Management 1999 55, 157–166. Musick JA, Berkeley SA, Cailliet GM, Camhi M, Huntsman G, Nammack M, and
Warren ML. 2008. Protection of Marine Fish Stocks at Risk of Extinction. Fisheries of Jr. Maret 2008.
Myrberg AA and Fuiman JLA. 2002. Sensory World of Coral Reef Fishes. In Sale PF eds.. Coral Reef Fishes Dynamics and Diversity in A Complex
Ecosystem. San Diego: Academic Press. Pp: 123-148. Nasution C, Wudianto, dan Barus HR. 1986. Uji Coba Setnet di Teluk Segarawedi
Prigi Jawa Timur. Jurnal Penelitian Perikanan Laut No. 34 Th. 1986. Hal 1- 9.
Nasution HA. 2001. Ujicoba Bubu Buton Di Perairan Pulau Batanta, Kabupaten Sorong, Provinsi Papua [skripsi]. Bogor: Program Studi Pemanfaatan
Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Nomura M. 1981. Fishing Techniques 2. Japan International Cooperation Agency. Tokyo.
Pentury B, Iskandar HBH, dan Mawardi W. 1995. Studi tentang tingkah laku ikan karang di Pulau Pari, Kepulauan Seribu Jakarta [laporan penelitian]. Bogor :
Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor. Pinkerton E. 1989. Co-Operative Management of Local Fisheries – A New
Directions for Improved Management and Community Development. Jurnal of Fisheries Vol 32. Vancouver: University of British Columbia
Press.
Pomeroy RS. 1998. A Process for Community-Based Fisheries Co-Management. AFSSRNews Section. Phuket, Thailand.
Purbayanto A. 1999. Behavioural Studies for Improving Survival of Fish in Mesh Selectivity of Sweeping Trammel Net. Ph. D. Tesis. Tokyo: Graduate
School of Fisheries. Tokyo University of Fisheries. Pp: 217. Purbayanto A, Baskoro MS. 1999. Tinjauan Singkat Tentang Pengembangan
Teknologi Penangkapan Ikan Ramah Lingkungan. Mini Review on the Development of Enviromental Friendly Fishing Technology. Garduate
Student at Tokyo University of Fisheries. Dept. of Marine Science and Technology. Tokyo. 5 hal.
Purbayanto A, Riyanto M, dan Fitri ADP. 2010. Fisiologi dan Tingkah Laku Ikan pada Perikanan Tangkap. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB.
Pp.208. Putra S. 2000. Konflik Pengelolaan Sumber Daya Kelautan di Sulawesi Utara
Dapat Mengancam Kelestarian Pemanfaatannya. Jurnal Depdagri Vol 12. Jakarta.
Razak A. 2005. Adaptasi Ekologi Mata Ikan Kepe-Kepe Chaetodontidae dan Responnya Terhadap Racun Potas KCN disertasi. Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. 172 hlm. Risamasu FJL. 2007. Inovasi Teknologi Penangkapan Ikan Karang dengan Bubu
Dasar Berumpon [disertasi]. Bogor. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. 256 hal.
Rossiter WW. 1997. Fisheries Conservation Crisis in Indonesia: Massive Destruction of Marine Mammals, Sea Turtles and Fish Reported from
Trap Nets In Pelagic Migratory Channels. This information is taken from internet: William Rossiter, President Cetacean Society International and
Steve Morris.
Ruddle KE, Hviding and Johannes RE. 1992. Marine Resource Management In The Context Of Customary Tenure. Marine Resource Economics, 7, pp.
249-273. Sheppard CRC, Matheson K, Bythell JC, Edwards AJ, Murphy P, Blair-Myers C,
and Blake B. 1995. Habitat mapping in the Caribbean for Management and conservation: use and assessment of aerial photography. Aquatic
Conservation: Marine and Freshwater Ecosystems. 5, 277–298.
Shiobara Y, Akiyama S and Arimoto T. 1998. Develomental Changes in The Visual Acuity of Red Seam Bream Pagus major. Journal Fisheries
Science. Vol. 64 No.6. Departement of Marine Science and Technology, Tokyo University of Fisheries. Tokyo. Jepang. P: 944-947.
Solimun. 2002. Structural Equation Modelling SEM Lisrel dan Amos. Fakultas MIPA Universitas Brawijaya. Malang.
Subani W. dan Barus HR. 1989. Alat Tangkap Ikan dan Udang Laut di Indonesia. Jurnal Penelitian Perikanan Laut No. 50, 248 hal.
Suharsono. 1998. Kesadaran Masyarakat Tentang Terumbu Karang Kerusakan Karang Di Indonesia. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Oseanografi. Bagian Proyek Ekosistem Pesisir. Jakarta. 77 hal.
Suku Dinas Perikanan Jakarta Utara. 2001. Laporan Tahunan Tahun 2000. Kantor Walikota Jakarta Utara. Jakarta. Hal 33-88.
Sulaiman W. 2003. Statistik Non Parametrik. Penerbit ANDI. Yogyakarta. Tamura T. 1957. A Study of visual perception in fish, especilly on resolving
power and accommodation. Bulletin of The Japanese Society of Scientific Fisheries. Vol 22, No. 9. Fisheries Institute, Faculty of Agriculture, Japan.
p : 536-557
[UNCLOS] United Nations Convention on the Law of the Sea. 1982. Konvensi Hukum Laut International. UNCLOS.
Ward TJ, Heinemann D, and Evans N. 2001. The Role of Marine Reserves as Fisheries Management Tools: a review of concepts, evidence and
international experience. Bureau of Rural Sciences, Canberra, Australia. 192pp.
Wilson S. 1999. Fisheries Impact Assessment. Theme Part an Associated Development. ERM Hongkong. Hongkong. P 9: 1-13.
Zerner C. 1994. Tracking Sasi. The Transformation of A Central Moluccan Reef Management Institution in Indonesia. In White, A.L. Hale, L.Z. Renard,
Y. and Cortesi, L. Collaborative and Community Based Management of Coral Reef: lessons from experience. Kumarian Press, Inc., West Hartford,
Connecticut.
Zhang XM and Arimoto T. 1993. Visual physiology of walleye pollock Theragrachalcogramma in relation to capture by trawl nets. ICES
Marine Science Symposium. 196 : 113-116
LAMPIRAN
Lampirn 1 Karang hidup koloni karang tidak mengalami kematian di lokasi pemasangan small bottom setnet
Titik Pengambilan Data
Terganggu 15-28
gangguan Sedikit Terganggu
1-14 gangguan Tidak Terganggu
0 gangguan Sebelum Operasi
Titik 1 -
- +
Titik 2 -
- +
Titik 3 -
+ -
Titik 4 -
- +
Titik 5 -
- +
Titik 6 -
- +
Titik 7 -
+ -
Titik 8 -
- +
Titik 9 -
- +
Titik 10 -
- +
Titik 11 -
- +
Titik 12 -
- +
Titik 13 -
- +
Titik 14 -
- +
Titik 15 -
- +
Titik 16 -
- +
Titik 17 -
- +
Titik 18 -
- +
Titik 19 -
- +
Titik 20 -
- +
Setelah Operasi Titik 1
- -
+ Titik 2
- -
+ Titik 3
+ -
- Titik 4
- -
+ Titik 5
- -
+ Titik 6
- -
+ Titik 7
+ -
- Titik 8
- -
+ Titik 9
- -
+ Titik 10
- -
+ Titik 11
- -
+ Titik 12
- -
+ Titik 13
- -
+ Titik 14
- -
+ Titik 15
- -
+ Titik 16
- -
+ Titik 17
- -
+ Titik 18
- -
+ Titik 19
- -
+ Titik 20
- -
+ Keterangan : + = ada; - = tidak ada
Lampiran 2 Kehadiran ikan karang di lokasi pemasangan small bottom setnet
Titik Pengambilan Data
Terganggu Sedikit Terganggu
Tidak Terganggu Sebelum Operasi
Titik 1 -
- +
Titik 2 -
- +
Titik 3 -
- +
Titik 4 -
- +
Titik 5 -
- +
Titik 6 -
- +
Titik 7 +
- -
Titik 8 -
- -
Titik 9 -
- +
Titik 10 +
- -
Titik 11 -
+ -
Titik 12 -
+ -
Titik 13 -
- +
Titik 14 -
+ -
Titik 15 -
+ -
Titik 16 -
+ -
Titik 17 -
+ -
Titik 18 -
- +
Titik 19 -
+ -
Titik 20 -
+ -
Setelah Operasi Titik 1
- +
- Titik 2
- +
- Titik 3
- +
- Titik 4
- -
+ Titik 5
- +
- Titik 6
- +
- Titik 7
+ -
- Titik 8
- +
- Titik 9
- +
- Titik 10
+ -
- Titik 11
- +
- Titik 12
- +
- Titik 13
- +
- Titik 14
- +
- Titik 15
- +
- Titik 16
- +
- Titik 17
+ -
- Titik 18
- -
+ Titik 19
+ -
- Titik 20
- +
- Keterangan : + = ada; - = tidak ada
Lampiran 3 Keutuhan karang di lokasi pemasangan small bottom setnet
Titik Pengambilan Data
Terganggu Sedikit Terganggu
Tidak Terganggu Sebelum Operasi
Titik 1 -
- +
Titik 2 -
- +
Titik 3 -
- +
Titik 4 -
- +
Titik 5 -
- +
Titik 6 -
- +
Titik 7 -
- +
Titik 8 -
- +
Titik 9 -
- +
Titik 10 -
- +
Titik 11 -
- +
Titik 12 -
- +
Titik 13 -
- +
Titik 14 -
- +
Titik 15 -
- +
Titik 16 -
+ -
Titik 17 -
+ -
Titik 18 -
+ -
Titik 19 -
+ -
Titik 20 -
+ -
Setelah Operasi Titik 1
- +
- Titik 2
- +
- Titik 3
- +
- Titik 4
- -
+ Titik 5
- -
+ Titik 6
- -
+ Titik 7
- -
+ Titik 8
- +
- Titik 9
- +
- Titik 10
- -
+ Titik 11
- -
+ Titik 12
- -
+ Titik 13
+ -
- Titik 14
+ -
- Titik 15
- -
+ Titik 16
- +
- Titik 17
- +
- Titik 18
- +
- Titik 19
- +
- Titik 20
- +
- Keterangan : + = ada; - = tidak ada
Lampiran 4 Penyinaran matahari di lokasi pemasangan small bottom setnet
Titik Pengambilan Data
Terganggu Sedikit Terganggu
Tidak Terganggu Sebelum Operasi
Titik 1 -
- +
Titik 2 -
+ -
Titik 3 -
+ -
Titik 4 -
- +
Titik 5 -
- +
Titik 6 -
- +
Titik 7 -
- +
Titik 8 -
- +
Titik 9 -
- +
Titik 10 -
- +
Titik 11 -
- +
Titik 12 -
- +
Titik 13 -
- +
Titik 14 -
- +
Titik 15 -
- +
Titik 16 -
- +
Titik 17 -
- +
Titik 18 -
- +
Titik 19 -
- +
Titik 20 -
- +
Setelah Operasi Titik 1
- +
- Titik 2
- -
+ Titik 3
- -
+ Titik 4
- -
+ Titik 5
- +
- Titik 6
- -
+ Titik 7
- -
+ Titik 8
- +
- Titik 9
- -
+ Titik 10
- -
+ Titik 11
- -
+ Titik 12
- -
+ Titik 13
+ -
- Titik 14
- -
+ Titik 15
- -
+ Titik 16
- -
+ Titik 17
- +
- Titik 18
- +
- Titik 19
- +
- Titik 20
- -
+ Keterangan : + = ada; - = tidak ada
Lampiran 5 Sirkulasi air di lokasi pemasangan small bottom setnet
Titik Pengambilan Data
Terganggu Sedikit Terganggu
Tidak Terganggu Sebelum Operasi
Titik 1 -
- +
Titik 2 -
- +
Titik 3 -
- +
Titik 4 -
- +
Titik 5 -
- +
Titik 6 -
- +
Titik 7 -
+ -
Titik 8 -
- +
Titik 9 -
- +
Titik 10 -
+ -
Titik 11 -
- +
Titik 12 -
- +
Titik 13 -
- +
Titik 14 -
- +
Titik 15 -
- +
Titik 16 -
- +
Titik 17 -
- +
Titik 18 -
- +
Titik 19 -
- +
Titik 20 -
- +
Setelah Operasi Titik 1
- +
- Titik 2
- -
+ Titik 3
- -
+ Titik 4
- -
+ Titik 5
- +
- Titik 6
- -
+ Titik 7
- +
- Titik 8
- +
- Titik 9
- -
+ Titik 10
- +
- Titik 11
- -
+ Titik 12
- -
+ Titik 13
+ -
- Titik 14
+ -
- Titik 15
- -
+ Titik 16
- -
+ Titik 17
- -
+ Titik 18
- -
+ Titik 19
- -
+ Titik 20
- -
+ Keterangan : + = ada; - = tidak ada
Lampiran 6 Kejernihan perairan di lokasi pemasangan small bottom setnet
Titik Pengambilan Data
Terganggu Sedikit Terganggu
Tidak Terganggu Sebelum Operasi
Titik 1 -
- +
Titik 2 -
+ -
Titik 3 -
+ -
Titik 4 -
- +
Titik 5 -
- +
Titik 6 -
+ -
Titik 7 +
- -
Titik 8 -
- +
Titik 9 -
+ -
Titik 10 +
- -
Titik 11 -
- +
Titik 12 -
- +
Titik 13 -
- +
Titik 14 -
- +
Titik 15 -
- +
Titik 16 -
- +
Titik 17 -
- +
Titik 18 -
- +
Titik 19 -
- +
Titik 20 -
- +
Setelah Operasi Titik 1
+ -
- Titik 2
- +
- Titik 3
- +
- Titik 4
- +
- Titik 5
+ -
- Titik 6
- +
- Titik 7
+ -
- Titik 8
+ -
- Titik 9
- +
- Titik 10
+ -
- Titik 11
- -
+ Titik 12
- -
+ Titik 13
- -
+ Titik 14
+ -
- Titik 15
- -
+ Titik 16
- -
+ Titik 17
- -
+ Titik 18
- -
+ Titik 19
- -
+ Titik 20
- -
+ Keterangan : + = ada; - = tidak ada
Lampiran 7 Jenis dan sebaran ikan yang lolos, tergiring, dan berbalik arah menjauh pada leadernet berwarna hijau
Nama spesies Leadernet berwarna hijau
Lolos Tergiring Berbalik
Total
Apogon sealei +
+ -
+ Arothron mappa
- +
- +
Abudefduf vaigiensis +
+ +
+ Terapon jarbua
+ +
+ +
Chaetodon baronessa -
+ +
+ Chaerodon anchorago
+ +
- +
Cheilinus fasciatus +
+ -
+ Chilomycterus spilostylus
+ +
+ +
Diodon holocanthus +
+ +
+ Ephinephelus sp
+ +
- +
Gnathanodon speciosus -
+ +
+ Halichoeres hortulanus
+ +
+ +
Lutjanus carponotatus -
+ +
+ Myripristis murdjan
- +
+ +
Parupeneus macronema -
+ +
+ Pomacanthus imperator
- +
+ +
Pterocaesio chrysozona +
+ +
+ Pterois volitans
- +
- +
Sargocentron spiniferum -
+ +
+ Scarus ghobban
+ +
+ +
Scolopsis bilineatus +
+ +
+ Scolopsis bimaculatus
+ +
+ +
Selar crumenophthalmus +
+ +
+ Siganus margaritiferus
- +
+ +
Zanclus cornutus -
+ +
+ Keterangan : + = ada; - = tidak ada
Lampiran 8 Jenis dan sebaran ikan yang lolos, tergiring, dan berbalik arah menjauh pada leadernet berwarna kuning
Nama spesies Leadernet berwarna kuning
Lolos Tergiring Berbalik
Total
Apogon sealei +
+ -
+ Arothron mappa
- +
- +
Abudefduf vaigiensis +
+ -
+ Terapon jarbua
+ +
- +
Chaetodon baronessa -
+ -
+ Chaerodon anchorago
+ +
- +
Cheilinus fasciatus +
+ -
+ Chilomycterus spilostylus
+ +
- +
Diodon holocanthus +
+ -
+ Ephinephelus sp
+ +
- +
Gnathanodon speciosus -
+ -
+ Halichoeres hortulanus
+ +
- +
Lutjanus carponotatus -
+ -
+ Myripristis murdjan
- +
- +
Parupeneus macronema -
+ -
+ Pomacanthus imperator
- +
- +
Pterocaesio chrysozona +
+ -
+ Pterois volitans
- +
- +
Sargocentron spiniferum -
+ -
+ Scarus ghobban
- +
- +
Scolopsis bilineatus +
+ -
+ Scolopsis bimaculatus
+ +
- +
Selar crumenophthalmus +
+ -
+ Siganus margaritiferus
- +
- +
Zanclus cornutus -
+ -
+ Keterangan : + = ada; - = tidak ada
Lampiran 9 Respons tingkah laku ikan yang lolos, tergiring, dan berbalik arah menjauh pada leadernet berwarna hijau
No Nama spesies
Leadernet berwarna hijau Lolos
Tergiring Berbalik Total
1 Apogon sealei 13
5 -
18 2 Arothron mappa
- 3
- 3
3 Abudefduf vaigiensis 2
17 30
49 4 Terapon jarbua
1 3
1 5
5 Chaetodon baronessa -
15 6
21 6 Chaerodon anchorago
26 21
- 47
7 Cheilinus fasciatus 22
17 -
39 8 Chilomycterus spilostylus
7 4
1 12
9 Diodon holocanthus 4
2 1
8 10 Ephinephelus sp
19 12
- 31
11 Gnathanodon speciosus -
9 14
23 12 Halichoeres hortulanus
2 3
2 8
13 Lutjanus carponotatus -
5 4
9 14 Myripristis murdjan
- 6
8 14
15 Parupeneus macronema -
5 3
8 16 Pomacanthus imperator
- 12
9 21
17 Pterocaesio chrysozona 29
20 8
57 18 Pterois volitans
- 2
- 2
19 Sargocentron spiniferum -
12 3
15 20 Scarus ghobban
2 10
8 20
21 Scolopsis bilineatus 4
12 6
22 22 Scolopsis bimaculatus
2 15
8 25
23 Selar crumenophthalmus 45
32 20
97 24 Siganus margaritiferus
- 27
14 41
25 Zanclus cornutus -
5 3
8 Jumlah rata-rata ekor
178 274
149 601
Jumlah 29,62
45,59 24,79
100
Lampiran 10 Respons tingkah laku ikan yang lolos, tergiring, dan berbalik arah menjauh pada leadernet berwarna kuning
No Nama spesies
Leadernet berwarna kuning Lolos
Tergiring Berbalik Total
1 Apogon sealei 8
11 -
19 2 Arothron mappa
- 4
- 4
3 Abudefduf vaigiensis 2
20 -
22 4 Terapon jarbua
1 4
- 5
5 Chaetodon baronessa -
16 -
16 6 Chaerodon anchorago
15 24
- 39
7 Cheilinus fasciatus 13
20 -
33 8 Chilomycterus spilostylus
3 8
- 11
9 Diodon holocanthus 2
3 -
5 10 Ephinephelus sp
8 17
- 21
11 Gnathanodon speciosus -
11 -
11 12 Halichoeres hortulanus
1 4
- 5
13 Lutjanus carponotatus -
7 -
7 14 Myripristis murdjan
- 10
- 10
15 Parupeneus macronema -
5 -
5 16 Pomacanthus imperator
- 14
- 14
17 Pterocaesio chrysozona 5
31 -
36 18 Pterois volitans
- 2
- 2
19 Sargocentron spiniferum -
13 -
13 20 Scarus ghobban
- 15
- 15
21 Scolopsis bilineatus 2
16 -
18 22 Scolopsis bimaculatus
1 19
- 20
23 Selar crumenophthalmus 6
47 -
53 24 Siganus margaritiferus
- 29
- 29
25 Zanclus cornutus -
5 -
5 Jumlah rata-rata ekor
67 355
422 Jumlah
15,88 84,12
100
Lampiran 11 Hasil tangkapan small bottom setnet sumber KTNL 2007
Chaetodon baronesa Pacific triangular butterflyfish
Zanclus cornutus Moorish Idol
Ikan Bendera
Diodon holocanthus Fine-spotted porcupinefish
Pomacanthus imperator Emperor angelfish
Myripristis murdjan Crimson soldierfish
Pterois volitans Pacific lionfish
Lampiran 11 lanjutan
Lutjanus carponotatus Stripey Seaperch
Chaerodon anchorago Terapon jarbua
Crescent-banded grunter Cheilinus fasciatus
Banded maori wrasse
Sargocentron spiniferum Saber squirrelfish
Gnathanodon speciosus Golden trevally
Lampiran 11 lanjutan
Halichoeres hortulanus Checkerboard wrasse
Chilomycterus spilostyuls Yellow spotted porcupinefish
Apogon sealei Cheek-bar cardinalfish
Siganus margaritiferus Pearly-spotted rabbitfish
Epinephelus fuscogutattus Bullhead grouper
Selar crumenophthalmus Big-eye scad
Scarus ghobban Blue-barred parrotfish
Lampiran 11 lanjutan
Parupenenus macronema Long-barbel goatfish
Scolopsis bilineatus Two-line threadfin bream
Scolopsis bimaculatus Thumbprint threadfin bream
Abudefduf vaigiensis Sergeant major
Pterocaesio chrysozona Yellow-fusilier stripe
Arothron mappa Scribbled pufferfish
Lampiran 12 Lokasi penelitian di kawasan konservasi laut TNL Kepulauan Seribu
Lampiran 13 Supervisi oleh komisi pembimbing di lokasi penelitian
Lampiran 14 Hasil tangkapan small bottom setnet dalam keadaan hidup
Lampiran 15 Tabel distribusi chi-square
d.f: X
2
X
0.995 2
X
0.99 2
X
0.975 2
X
0.95 2
X
0.05 2
X
0.025 2
X
0.01 2
Dt
0.005
1 .0000393 .000157 .000982 .00393
3.811 5.024
6.635 7.879
1 2
.0100 .0201
.0306 .103
5.991 7.378
9.210 10.597
2 3
.0717 .115
.216 .352
7.815 9.348
11.345 12.838 3
4 .207
.297 .484
.711 9.488
11.143 13.277 14.860 4
5 .412
.334 .831
1.145 11.070 12.832 15.058 16.750
5 6
.676 .872
1.237 1.635
12.392 14.449 16.812 18.548 6
7 .939
1.239 1.690
2.167 14.067 16.013 18.475 20.278
7 8
1.314 1.616
2.180 2.733
16.507 17.535 20.090 21.955 8
9 1.735
2.088 2.700
3.325 16.919 19.023 21.666 23.589
9 10
2.156 2.558
3.247 3.940
18.307 20.483 23.209 25.188 10 11
2.603 3.053
3.816 4.575
19.675 21.920 24.725 26.757 11 12
3.074 3.371
4.404 5.226
21.026 23.337 26.217 28.300 12 13
3.365 4.107
5.009 5.892
22.382 24.736 27.688 29.819 13 14
4.075 4.660
5.629 6.571
23.635 26.119 29.141 31.319 14 15
4.601 5.229
6.262 7.261
24.996 27.468 30.578 32.01
15 16
5.142 5.912
6.908 7.962
28.96 8.845
32.000 34.27
16 17
5.697 6.408
7.564 8.672
27.587 30.191 33.409 35.718 17 18
6.265 7.015
8.231 9.390
28.889 31.526 34.805 37.156 18 19
6.814 7.633
8.907 10.117 30.144 32.852 36.191
38.58 19
20 7.434
8.260 9.391
10.851 31.410 34.170 37.566 39.997 20 21
8.034 8.597
10.233 11.591 32.671 35.479 38.932 41.401 21
22 8.613
9.512 10.982
12.338 33.924 36.781 40.289 42.790 22 23
9.260 10.196
11.689 13.091 35.172 38.076 41.638 44.181 23
24 9.856
10.856 12.401
13.818 36.415 39.364 42.980 45.558 24 25
10.320 11.524
13.120 14.611 37.652 40.646 44.314 46.928 25
26 11.160
12.198 13.844
15.379 38.885 41.923 45.612 48.290 26 27
11.806 12.879
14.573 16.151 40.113 43.194 46.963 49.615 27
28 12.461
13.565 15.308
16.928 41.337 44.461 48.278 50.993 28 29
13.121 14.256
16.147 17.708 42.557 45.722 49.558 52.336 29
30 13.787
14.953 16.791
18.493 43.773 46.979 50.892 53.672 30
Lampiran 16 Peta Kepulauan Seribu
ABSTRACT BARU SADARUN
. “Reef Fish Capture Process by Small Bottom Setnet”. Under
supervision of Mulyono S. Baskoro, Daniel R. Monintja, dan M. Fedi A. Sondita.
Marine protected areas MPA have been re-empahasized as a management tool to promote sustainability of reef fisheries. While reef fish are source of food,
fishermen should use environment-friendly fishing gear. Setnet is a type of fishing gear deployed to intercept fish migration. This research was aimed to
compare effectiveness between yellow and green leadernets, and to assess impacts of set net operation on reefs. A number of experiments were conducted in several
areas and Seribu Islands for the main experiment from October 2007 until October 2008. The yellow leader net appeared to be more effective than the green leader
net in directing fish into the bagnet. Pattern of fish response to leader net appeared to be different between the two colored leadernets. Response of fish
was also different among species, as indicated by fish acuity measured from density or distribution of cone cells of the eye retine. Fish with low density one
cells sergeant major Abudefduf sp tend to recognize net presence in short distance while those with high density can recognize it from further tiger
grouper Epinephelus sp
. Deployment and operation of small bottom setnet had no siginficant physical impact, except for limited area around leadernet where
setnet posts were located. Further studies are required before wide expansion of small bottom setnet as an alternative type of gears for sustaining reef fisheries.
Keywords: small bottom setnet, reef fish, marine protected area, swimming pattern, fishing impact.
RINGKASAN
BARU SADARUN . “Proses Tertangkapnya Ikan Karang dengan Small Bottom
Setnet”. Komisi Pembimbing: Mulyono S. Baskoro, Daniel R. Monintja, dan M. Fedi A. Sondita.
Setnet adalah alat tangkap yang dipasang atau diset secara menetap di daerah penangkapan. Small bottom setnet adalah alat tangkap yang dipasang
secara menetap dengan satu leadernet yang berfungsi menghadang gerakan ikan dan menuntun ikan masuk ke badan jaringdaerah perangkap. Pengoperasian alat
ini mudah dan bersifat pasif, yaitu dengan cara menunggu ikan masuk yang terperangkap. Komponen utama dari small bottom setnet adalah leadernet,
playground, dan bagnet. Small bottom setnet dapat digunakan oleh nelayan tradisional dengan skala kecil dan juga dapat dipergunakan oleh nelayan modern
dengan skala ukuran yang sangat besar.
Tujuan penelitian ini sebagai berikut: 1 Membandingkan pengaruh leadernet warna hijau dan kuning dalam menggiring ikan karang; 2
Mengidentifikasi pola tingkah laku ikan terhadap leadernet; 3 Mengkaji potensi kerusakan terumbu karang akibat pengoperasian smallbottom setnet. Penelitian ini
diharapkan, dapat memberikan informasi tentang respon tingkah laku ikan pada leadernet dan informasi dampak kerusakan terumbu karang di kawasan konservasi
akibat pemasangan small bottom setnet. Informasi ini penting bagi pengambil kebijakan dalam bidang perikanan tangkap untuk menyusun rencana
pengembangan usaha penangkapan ikan karang di masa yang akan datang.
Penelitian ini dilaksanakan di kawasan konservasi laut dengan pertimbangan kawasan konservasi laut memiliki ikan karang yang cukup melimpah dan harus
dapat dimanfaatkan tanpa merusak terumbu karang. Lokasi penelitian tepatnya di kawasan konservasi Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu, Kabupaten
Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Penelitian ini dimulai dari bulan Oktober 2007 sampai dengan bulan Oktober 2008.
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas: small bottom setnet; buku untuk identifikasi ikan karang; alat tulis menulis bawah air; kamera
foto bawah air; video bawah air; meteran transek; dan peralatan SCUBA diving. Metode ujicoba dalam penelitian ini adalah experimental fishing yaitu
mengoperasikan langsung small bottom setnet dengan perlakuan warna yang berbeda pada leadernet. Ada dua perlakuan pertama adalah pemasangan small
bottom setnet dengan leadernet berwarna hijau. Perlakuan kedua adalah pemasangan small bottom setnet dengan leadernet berwarna kuning. Respons ikan
terhadap leadernet berwarna hijau dan kuning kemudian dicatat, difoto dan direkam secara langsung di dalam air.
Pengamatan tingkah laku ikan pada small bottom setnet dilakukan dengan melihat jenis ikan yang lolos, tergiring, dan kembali berbalik arah menjauhi
leadernet. Ujicoba ini dilakukan setiap hari secara bergantian antara leadernet berwarna hijau dan leadernet berwarna kuning selama 28 hari 14 hari untuk
setiap perlakuan. Data hasil pengamatan ditabulasikan dan dianalis secara deskriptif terhadap tingkah laku ikan terutama responsnya terhadap perbedaan
warna leadernet. Selain itu, dilakukan pula pengambilan data kerusakan terumbu karang akibat pengoperasian small bottom setnet di lokasi penelitian. Metode yang
digunakan untuk melihat kerusakan terumbu karang adalah point intercept transect dan metode yang digunakan untuk melihat respons pada leadernet adalah
belt transect yang dimodifikasi.
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1 analisis deskriptif terkait jenis warna leadernet yang tepat untuk menggiring ikan karang dan terkait
dengan jenis maupun jumlah hasil tangkapan small bottom setnet, 2 analisis Chi- Square untuk mengetahui dampak operasi small bottom setnet terhadap karang
Hasil penelitian menunjukan bahwa warna pada leadernet berpengaruh dalam operasi small bottom setnet, dimana leadernet berwarna kuning lebih
efektif daripada leadernet berwarna hijau dalam menggiring ikan. Jumlah ikan yang tergiring leadernet berwarna kuning sekitar 84,12, sedangkan yang
tergiring leadernet berwarna hijau sekitar 45,59. Tingkah laku ikan terhadap leadernet terlihat bahwa pada leadernet berwarna hijau ikan cenderung menabrak
dan tidak tergiring, berbeda dengan pada leadernet berwarna kuning dimana ikan cenderung tergiring dan tidak tersangkut. Hasil penelitian dampak pengoperasian
small bottom setnet terhadap kerusakan terumbu karang sangat rendah dan masih bisa ditolerir. Dari beberapa paremater yang dianalisis kecuali kehadiran ikan
karang, pengaruh operasi small bottom setnet terhadap ekosistem terumbu karang tidak berdampak nyata X2 Hitung X2 Tabel.
Kata Kunci:
small bottom setnet, ikan karang, kawasan konservasi laut, pola renang ikan, dampak pengoperasian alat tangkap
PROSES TERTANGKAPNYA IKAN KARANG DENGAN SMALL BOTTOM SETNET
BARU SADARUN
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2011
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi dengan judul “Proses Tertangkapnya Ikan Karang dengan
Small Bottom Setnet” adalah karya saya
sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada Perguruan Tinggi dimanapun. Sumber informasi berasal dari hasil penelitian saya sendiri dan
dikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan oleh penulis lain. Semuanya telah saya sebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka pada bagian akhir disertasi.
Bogor, Januari 2011 Baru Sadarun
NRP. P266 00001
DAFTAR PUSTAKA
Adrim M. 1997. Pengantar Studi Ekologi Komunitas Ikan Karang dan Metode Pengkajiannya dalam kursus Pelatihan Metodologi Penelitian dan
Penentuan Kondisi Terumbu Karang. Puslitbang Oseanografi. LIPI. Jakarta. Hal 1-7.
Alen G. 2000. Marine Fishes of Southeast Asia. Periplus Edition Western Australian Museum. 292 p.
[Anonim]. 2008. Fish Bait. http:www.wipo.intpctdbenwo [1 April 2008]. [Anonim]. 2008. http:ilc00f.facbacs.uq.edu.au [20 April 2008].
Ayodhyoa AU. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Penerbit oleh Yayasan Dewi
Sri. Fakultas Perikanan IPB – Bogor. 85 hal. Balai Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu. 2000. Buku Informasi Kawasan
Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu. Departemen Kehutanan dan Perkebunan. Direktorat JenderalPerlindungan dan Konservasi Alam. Balai
Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu. Jakarta. 30 hal.
Baskoro MS dan Effendy A. 2005. Tingkah laku ikan hubungannya dengan metode pengoperasian alat tangkap ikan. Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB. Baskoro MS. 1995. A study on Fish Behavior in Relation to The Capture Process
of the Small Scale Set Net. Master Thesis. Tokyo University of Fisheries, Dept. Of Marine Sciences end Technology, Fish Behavior Dynamic Section.
Tokyo Japan. P. 52.
Baskoro MS. 1995. Perikanan Set Net dan Tingkah Laku Ikan. Diklat Kuliah tidak dipublikasikan. Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan.
Fakultas Perikanan IPB. 23 hal. Baskoro MS, Mawardi W, Purwangka F dan Sadarun B. 2006. Ujicoba Small
bottom Setnet di Kawasan Konservasi Laut. Laporan kegiatan pengelolaan kawasan konservasi laut tidak dipublikasikan. Direktorat Jenderal Kelautan
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, DKP. 38 p.
Baskoro MS. 2008. Alat Penangkapan Ikan Berwawasan Lingkungan. Kumpulan Pemikiran Tentang Teknologi Penangkapan Ikan Yang Bertanggungjawab.
Kenangan Purnabakti Prof.Dr.Ir. Daniel R. Monintja. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
IPB.
Blaxter JHS and Jones MP. 1967. The Development of Retina and Retinomotor Respons in The Herring. Journal of The Marine Biological Association of
The United Kingdom. Cambridge, at The University Press, USA. Vol 47 No.1.p: 677-697.
Blaxter JHS. 1980. Vision and Feeding of Fishes. In: Fish Behaviour and its Use in the Capture and Culture of Fishes. ICLARM Conf. proc. 5: 32-56.
Debelius H. 2002. Fish Guide Southeast Asia. Dive Supply. Frankfurt Germany. 153 p.
[Dit KTNL] Direktorat Konservasi dan Taman Nasional Laut. 2007. Informasi Kawasan Konservasi Perairan di Indonesia. Direktorat Jenderal Kelautan
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, DKP. 32 p. [Ditjen PHPA] Direktorat Jendral Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam.
1995. Pedoman Penetapan Kriteria Baku Kawasan Konservasi Laut. Departemen Kehutanan. Indonesia.
English S, Wilkinson C and Baker V. 1994. Survey Manual for Tropical Marine Resources. Townsville; Australian Institute of Marine Science. 390 p.
Fitri ADP. 2008. Respon Penglihatan Dan Penciuman Ikan Kerapu Terhadap Umpan Dalam Efektivitas Penangkapan [disertasi] Bogor. Program
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. 213 hal. Fujaya Y. 2004. Fisiologi Ikan: Dasar Pengembangan Teknik Perikanan. Rineka
Cipta. Jakarta. Guma’a SA. 1982. Retinal Development and Retinomotor Respnses in Perch
Perch fluviatilis L. Journal Fish Biology. The Fisheries Society of The British Isles No. 20. p:611-618
Gomez ED, Yap HT. 1988. Monitoring reef conditions. In: Kenchington RA, Hudson BT eds Coral reef management handbook. UESCOROSTSEA.
Jakarta. Pp 187-195. Gunarso W. 1985. Tingkah Laku Ikan dalam Hubungannya Dengan Alat, Metode
dan Taktik penangkapan. Diktat Matakuliah tidak dipublikasikan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 149 hlm.
Gunarso W. 1992. Tingkah Laku Ikan dan Set Net. 20 hal. Guthrie DM and Muntz WRA. 1993. Role of Vision in Fish Behaviour. Di dalam:
Tony J. Pitcher, editor. Behaviour of Teleost Fishes. Ed ke-2. Chapman dan Hall. Pp: 89-128
Hanafiah dan Saefuddin. A. M. 1986. Tata Niaga Perikanan. UI Press. Jakarta.
Hanna S. 1995. Efficiencies of User Participation in Nautral Resource Management. In Hanna S and Munasinghe M eds. In Property Rights
and the Environment Social and Ecological Issues. Biejer International Institute of Ecological Economics and The World Bank. Washington, D.C.
Hendriwan, Sondita MFA, Haluan J, dan Wiryawan B. 2008. Analisis Optimasi Pengelolaan Perikanan Tangkap dan Strategi Pengembangannya di Teluk
Lampung. Buletin PSP Volume XVII No.1 April 2008. Hal 44-70. He P. 1989. Fish Behaviour and its Application in Fisheries. New Foundland
Canada: Labrador Institute of Fisheries and Marine Technology. Pp: 157 Herring PJ, Campbell AK, Whitfield M, Maddock L. editor. 1990. Light and Life
in The Sea. London: Cambridge University Press. pp: 421 Imron M. 2003. Kemiskinan dalam Masyarakat Nelayan. Jurnal Masyarakat dan
Budaya, PMB-LIPI 7 : 88 – 92. [IJRF] Indonesian Coral Reef Foundation. 2004. Panduan Dasar Untuk
Pengenalan Ikan Karang Secara Visual Indonesia. TERANGI. Jakarta. 24 hlm.
[ICOFE] International Cooperation On Fisheries And Environment. 2000. Regional Cooperation In Fisheries and Environment edited by Line
Kjelstrup et al.. Page 37 -41. Kanagawa International Fisheries Training Centre. 2000. Fish Behaviour for
Improving Fish Capture Technology and Selectivity of Fishing Gear. Cooperation Agency. Japan International. 108 p.
Kawamura G, Matshushita T, Nishitai M, Matsuoka T. 1996. Blue and Green Fishing Aggregation Devices Are More Attarctive to Fish. Fisheries
Research Journal. 28 : 99 -108. Kesteven GL. 1973. Manual of Fisheries Science. Part 1. An Introduction of
Fisheries Science. FAO Fisheries Technical Paper. No. 118. Rome. 43 hal. Kompas.
2009. http:sains.kompas.comread2009051317482666
kerusakan.terumbu.karang.ancam.keamanan.pangan. 13 Mei. Kompas. 2001. Otonomi Daerah Menantang Kreativitas. Jakarta. 30 Maret.
Krebs CJ. 1972. Ecology: The Experimental Analysis of Distribution and
Abundance. New York. Harper and Row Publisher. 688 p. Kuiter RH. 2002. Fishes Of The Maldives. Atoll Editions. National Library of
Australia Cataloguing-in-Publiction Data. Australia. 257 p.
Leape J. 2009. Dampak Kerusakan Terumbu Karang Bagi Kelangkaan Pangan. World Wildlife Fund WWF Internasional.
Liana TM, Elmer MF, Lenore PC, and Alan GC. 2001. The Bolinao Community- Based Coastal Resource Management Project. Jurnal of Community
Organizer, Haribon Foundation. [LIPI] Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 2007. Manusia, Penyebab
Kerusakan Terumbu Karang. http:regional.coremap.or.idsikkaberitaarticle.php?id=744.
Mamuaya GE., Haluan J, Wisudo SH, dan Astika IW. 2007. Status Keberlanjutan Perikanan Tangkap di Daerah Kota Pantai : Penelaahan
Kasus di Kota Manado. Buletin PSP Vol. XVI. 1 : 146-160. Mantjoro E. 1997. An Ecological and Human History of Bentenan and Tumbak
Villages. Coastal Resource Management Project - Indonesia, Manado. Marschiavelli MIC. 2001. Analisa struktur dan kondisi ikan karang pada
ekosistem terumbu karang di perairan pesisir Nusa Penida Bali [skripsi]. Bogor : Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Martasuganda S. 2008. Set Net Teichi Ami Serial Teknologi Penangkapan Ikan Berwawasan Lingkungan. Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 169 hal.
Martin VA and Tony LLR. 1996. The Ecology of The Deep Ocean and Its Relevance to Global Waste Management. Journal of Essay Review.
Southampton Oceanography Centre\ Empress Dock\ Southampton So03 2zh. United Kingdom.
Matsuoka M. 1999. Histological Characteristics and Development of The Retinal Basis of Vision. Amsterdam: Elsivier. Pp: 211.
Monintja DR. 2000. Prosiding Pelatihan Untuk Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu. Bogor: Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Institut
Pertanian Bogor. 167 hal. Monintja DR. 2001. Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir dalam Bidang Perikanan
Tangkap. Prosiding Pelatihan Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Mulyono S. 1991. Operasi Research. Lembaga Peneliti Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Mumby PJ, Green EP, Edwards AJ, and Clark CD. 1999. The cost-effectiveness of remote sensing for tropical coastal resources assessment and
management. Journal of Environmental Management 1999 55, 157–166. Musick JA, Berkeley SA, Cailliet GM, Camhi M, Huntsman G, Nammack M, and
Warren ML. 2008. Protection of Marine Fish Stocks at Risk of Extinction. Fisheries of Jr. Maret 2008.
Myrberg AA and Fuiman JLA. 2002. Sensory World of Coral Reef Fishes. In Sale PF eds.. Coral Reef Fishes Dynamics and Diversity in A Complex
Ecosystem. San Diego: Academic Press. Pp: 123-148. Nasution C, Wudianto, dan Barus HR. 1986. Uji Coba Setnet di Teluk Segarawedi
Prigi Jawa Timur. Jurnal Penelitian Perikanan Laut No. 34 Th. 1986. Hal 1- 9.
Nasution HA. 2001. Ujicoba Bubu Buton Di Perairan Pulau Batanta, Kabupaten Sorong, Provinsi Papua [skripsi]. Bogor: Program Studi Pemanfaatan
Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Nomura M. 1981. Fishing Techniques 2. Japan International Cooperation Agency. Tokyo.
Pentury B, Iskandar HBH, dan Mawardi W. 1995. Studi tentang tingkah laku ikan karang di Pulau Pari, Kepulauan Seribu Jakarta [laporan penelitian]. Bogor :
Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor. Pinkerton E. 1989. Co-Operative Management of Local Fisheries – A New
Directions for Improved Management and Community Development. Jurnal of Fisheries Vol 32. Vancouver: University of British Columbia
Press.
Pomeroy RS. 1998. A Process for Community-Based Fisheries Co-Management. AFSSRNews Section. Phuket, Thailand.
Purbayanto A. 1999. Behavioural Studies for Improving Survival of Fish in Mesh Selectivity of Sweeping Trammel Net. Ph. D. Tesis. Tokyo: Graduate
School of Fisheries. Tokyo University of Fisheries. Pp: 217. Purbayanto A, Baskoro MS. 1999. Tinjauan Singkat Tentang Pengembangan
Teknologi Penangkapan Ikan Ramah Lingkungan. Mini Review on the Development of Enviromental Friendly Fishing Technology. Garduate
Student at Tokyo University of Fisheries. Dept. of Marine Science and Technology. Tokyo. 5 hal.
Purbayanto A, Riyanto M, dan Fitri ADP. 2010. Fisiologi dan Tingkah Laku Ikan pada Perikanan Tangkap. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB.
Pp.208. Putra S. 2000. Konflik Pengelolaan Sumber Daya Kelautan di Sulawesi Utara
Dapat Mengancam Kelestarian Pemanfaatannya. Jurnal Depdagri Vol 12. Jakarta.
Razak A. 2005. Adaptasi Ekologi Mata Ikan Kepe-Kepe Chaetodontidae dan Responnya Terhadap Racun Potas KCN disertasi. Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. 172 hlm. Risamasu FJL. 2007. Inovasi Teknologi Penangkapan Ikan Karang dengan Bubu
Dasar Berumpon [disertasi]. Bogor. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. 256 hal.
Rossiter WW. 1997. Fisheries Conservation Crisis in Indonesia: Massive Destruction of Marine Mammals, Sea Turtles and Fish Reported from
Trap Nets In Pelagic Migratory Channels. This information is taken from internet: William Rossiter, President Cetacean Society International and
Steve Morris.
Ruddle KE, Hviding and Johannes RE. 1992. Marine Resource Management In The Context Of Customary Tenure. Marine Resource Economics, 7, pp.
249-273. Sheppard CRC, Matheson K, Bythell JC, Edwards AJ, Murphy P, Blair-Myers C,
and Blake B. 1995. Habitat mapping in the Caribbean for Management and conservation: use and assessment of aerial photography. Aquatic
Conservation: Marine and Freshwater Ecosystems. 5, 277–298.
Shiobara Y, Akiyama S and Arimoto T. 1998. Develomental Changes in The Visual Acuity of Red Seam Bream Pagus major. Journal Fisheries
Science. Vol. 64 No.6. Departement of Marine Science and Technology, Tokyo University of Fisheries. Tokyo. Jepang. P: 944-947.
Solimun. 2002. Structural Equation Modelling SEM Lisrel dan Amos. Fakultas MIPA Universitas Brawijaya. Malang.
Subani W. dan Barus HR. 1989. Alat Tangkap Ikan dan Udang Laut di Indonesia. Jurnal Penelitian Perikanan Laut No. 50, 248 hal.
Suharsono. 1998. Kesadaran Masyarakat Tentang Terumbu Karang Kerusakan Karang Di Indonesia. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Oseanografi. Bagian Proyek Ekosistem Pesisir. Jakarta. 77 hal.
Suku Dinas Perikanan Jakarta Utara. 2001. Laporan Tahunan Tahun 2000. Kantor Walikota Jakarta Utara. Jakarta. Hal 33-88.
Sulaiman W. 2003. Statistik Non Parametrik. Penerbit ANDI. Yogyakarta. Tamura T. 1957. A Study of visual perception in fish, especilly on resolving
power and accommodation. Bulletin of The Japanese Society of Scientific Fisheries. Vol 22, No. 9. Fisheries Institute, Faculty of Agriculture, Japan.
p : 536-557
[UNCLOS] United Nations Convention on the Law of the Sea. 1982. Konvensi Hukum Laut International. UNCLOS.
Ward TJ, Heinemann D, and Evans N. 2001. The Role of Marine Reserves as Fisheries Management Tools: a review of concepts, evidence and
international experience. Bureau of Rural Sciences, Canberra, Australia. 192pp.
Wilson S. 1999. Fisheries Impact Assessment. Theme Part an Associated Development. ERM Hongkong. Hongkong. P 9: 1-13.
Zerner C. 1994. Tracking Sasi. The Transformation of A Central Moluccan Reef Management Institution in Indonesia. In White, A.L. Hale, L.Z. Renard,
Y. and Cortesi, L. Collaborative and Community Based Management of Coral Reef: lessons from experience. Kumarian Press, Inc., West Hartford,
Connecticut.
Zhang XM and Arimoto T. 1993. Visual physiology of walleye pollock Theragrachalcogramma in relation to capture by trawl nets. ICES
Marine Science Symposium. 196 : 113-116
3 GAMBARAN UMUM KAWASAN KONSERVASI LAUT DI LOKASI PENELITIAN
3.1 Wilayah Administratif, Geografis dan Topografi