UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.6.5.2 Dampak Acuan dalam penilaian dampak klinis yang
ditimbulkan jika tidak adanya pencegahan KNC adalah dengan menggunakan acuan penilaian dampak dari Komite
Keselamatan Pasien Rumah Sakit KKP-RS sebagai berikut.
Tabel 4.3 Penilaian Dampak Klinis KNC Pelayanan Kefarmasian
Tingkat risiko
Deskripsi Dampak
1
Tidak signifikan Tidak ada cedera
2
Minor Cedera ringan, mis. Luka lecet
Dapat diatasi dengan pertolongan pertama
3
Moderat Cedera sedang, mis. Luka robek
Berkurangnya fungsi
motoriksensorikpsikologisintelektua l reversible, tidak berhubungan
dengan penyakit Setiap kasus yang memperpanjang
perawatan
4 Mayor
Cedera luasberat, mis. Cacatlumpuh Kehilangan
fungsi motoriksensorikpsikologisintelektua
l reversible, tidak berhubungan dengan penyakit
5
Katastropik Kematian yang tidak berhubungan dengan
perjalanan penyakit
4.6.5.3 Hasil analisis risiko Hasil analisis risiko dibuat dalam bentuk Tabel
Matriks Grading Risiko untuk menghitung skor risiko dan mencari warna pita risiko. Hasil analisis risiko ini
didapatkan dari hitungan antara dampak dan probabilitas :
SKOR RISIKO = DAMPAK x PROBABILITAS
Setelah menetapkan skor risiko, selanjutnya ditetapkan warna pita risikonya. Penetapan pita risiko
didapatkan dari hasil pertemuan antara nilai dampak yang diurut kebawah dan nilai probabilitas yang diurut
kesamping kanan.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 4.4 Matriks Grading Risiko KNC Pelayanan Kefarmasian
ProbabilitasDampak Tdk
signifikan 1
Minor 2
Moderat 3
Mayor 4
Katastropik 5
Sangat sering terjadi terjadi setidaknya
per hari atau terjadi 50
5 Moderat
Moderat Tinggi
Ekstrim Ekstrim
Sering terjadi terjadi setidaknya
sebulan sekali atau terjadi dalam 10-
50 4
Moderat Moderat
Tinggi Ekstrim
Ekstrim
Mungkin terjadi diduga terjadi
setidaknya sebulan sekali atau terjadi
dalam 1-10 3
Rendah Moderat
Tinggi Ekstrim
Ekstrim
Jarang terjadi diduga terjadi
setidaknya setahun sekali atau terjadi
dalam 0,1-1 2
Rendah Rendah
Moderat Tinggi
Ekstrim
Sangat jarang terjadi tidak diduga terjadi
selama beberapa tahun atau terjadi
dalam 0,1 1
Rendah Rendah
Moderat Tinggi
Ekstrim
Fishbone diagram merupakan suatu alat visual utnuk
mengindentifikasi, mengeksplorasi,
dan secara
grafik menggambarkan secara detail semua penyebab yang berhubungan
dengan suatu permasalahan. Konsep dasar dari fishbone diagram adalah permasalahan mendasar diletakkan pada bagian kanan dari
diagram atau pada bagian kepala dari kerangka tulang ikannya Scarvada, 2004.
Analisis data yang akan dilakukan adalah analisis univariat. Analisis univariat adalah analisis yang digunakan untuk
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
menganalisis setiap variabel yang ada secara deskriptif Notoatmojo, 2003. Adapun penerapan analisis univariat pada
penelitian ini adalah analisis KNC pada tahap peresepan, penyiapan, dan pemberian obat yang didapat dari laporan KNC dan
seluruh resep yang masuk pada bulan April – Mei 2016 di
Rumkital Dr. Mintohardjo.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian Penelitian KNC pelayanan kefarmasian yang bersifat prospektif ini
dilakukan terhadap 1800 resep yang masuk di apotek rawat inap. Penelitian ini dilakukan pada 3 tahap, yakni tahap peresepan, penyiapan dan pemberian
obat. Pada tahap peresepan, parameter penelitian yang diamati yaitu ketidaklengkapan resep secara administrasi, farmasetik, dan klinis,
ketidaktepatan nama, dosis, aturan pakai, dan bentuk sediaan obat, adanya duplikasi obat, resep atau perintah pengobatan yang tidak terbaca dan
ketidaksesuaian identitas pasien Antara lembar resep dan lembar Surat Eligibilitas Peserta SEP BPJS.
Pada tahap penyiapan obat, parameter yang diamati yaitu kesalahan dalam mengambil dan meracik obat, kesalahan dalam menyimpan obat,
ketidaklengkapan memberi label atau etiket dan ketidaktersediaan obat di apotek, sedangkan pada tahap pemberian obat, parameter yang diamati yaitu
berupa tidak adanya pemberian informasi terkait obat kepada pasien. Informasi obat kepada pasien, sekurang-kurangnya meliputi nama, indikasi,
dosis, frekuensi pemberian, aturan pakai obat, dan instruksi tertentu misal, antibiotik harus dihabiskan. Data KNC pelayanan kefarmasian dapat dilihat
pada tabel 5.1.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 5.1 Jumlah kejadian dan persentase KNC peresepan obat
No. Parameter yang diamati
Jumlah insiden
Persentase KNC
1
Ketidaklengkapan secara administrasi 1.1
Nama pasien tidak ada 1.2
Tanggal lahir pasien tidak ada 1.3
Alamatnomor telepon pasien tidak ada 1.4
Nomor rekam medik tidak ada 163
9,05 1.5
Namaparaf dokter tidak ada 7
0,38
2.
Ketidaklengkapan secara farmasetik 2.1
Bentuk sediaan obat tidak ada 2.2
Ketercampuran obat
3
Ketidaklengkapan secara klinis 3.1
Tidak ada signa obat 2
0,11 3.2
Tidak ada dosis obat 2
0,11
4
Ketidaktepatan nama, dosis, aturan pakai, dan bentuk sediaan obat
18 1
5
Adanya duplikasi obat 1
0,05
6
Resep atau perintah pengobatan tidak terbaca 3
0,16
7
Ketidaksesuaian identitas pasien di resep dan di lembar Surat Eligibilitas Peserta SEP BPJS
7 0,38
TOTAL
203 11,24
Berdasarkan tabel 5.1, diketahui bahwa pada tahap peresepan, insiden KNC paling banyak terjadi pada data pasien, dalam hal ini tidak adanya
nomor rekam medik pasien di resep memiliki 163 insiden dengan persentase sebesar 9,05 dari total sampel resep rawat inap. Ketidaktepatan nama, dosis,
aturan pakai, dan bentuk sediaan obat menempati urutan kedua insiden KNC terbanyak dan memiliki 17 insiden dengan persentase sebesar 1 dari total
sampel resep rawat inap. Total KNC pada tahap peresepan terhadap seluruh insiden KNC pelayanan kefarmasian memiliki persentase sebesar 11,24.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 5.2 Jumlah kejadian dan persentase KNC penyiapan obat
No. Parameter yang diamati
Jumlah insiden
Persentase KNC
1.
Salah mengambil dan meracik obat 2
0,11
2. Salah dalam menyimpan obat
3.
Tidak lengkap dalam memberi label atau etiket 14
0,77
4.
Obat tidak tersedia di apotek 170
9,4 TOTAL
186 10,33
Pada tahap penyiapan obat, insiden KNC paling banyak terjadi di ketidaktersediaan obat yang memiliki 170 insiden dengan persentase sebesar
9,4 dari total sampel resep rawat inap. Kesalahan atau ketidaklengkapan dalam memberi label atau etiket menempati urutan kedua insiden KNC
terbanyak yang memiliki 14 insiden dengan persentase sebesar 0,77 dari total sampel resep rawat inap. Total KNC pada tahap penyiapan terhadap
seluruh insiden KNC pelayanan kefarmasian memiliki persentase sebesar 10,33.
Tabel 5.3 Jumlah kejadian dan persentase KNC pemberian obat
No. Parameter yang diamati
Jumlah insiden
Persentase KNC
1.
Tidak adanya pemberian informasi terkait obat . 28
1,55 TOTAL
28 1,55
Pada tahap pemberian obat, tidak adanya pemberian informasi obat memiliki KNC sebanyak 27 insiden dengan persentase sebesar 1,55 dari
total sampel resep rawat inap. Adapun, informasi obat yang disampaikan kepada pasien sekurang-kurangnya meliputi nama, indikasi, dosis, frekuensi
pemberian, cara pemakaian obat dan instruksi tertentu, misalnya untuk obat antibiotic harus dihabiskan.
Dari ketiga tabel diatas, maka seluruh insiden KNC pelayanan kefarmasian pada bulan April dan Mei 2016 divisualkan secara grafik
dibawah ini.