Kesalahan Pengobatan TINJAUAN PUSTAKA
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 2.6 : Taksonomi dan kategorisasi kesalahan pengobatan
Tipe error Kategori
Keterangan No Error
A Keadaan atau kejadian yang
berpotensial menyebabkan error.
Error-No Harm
B Error terjadi, namun tidak sampai
ke pasien. C
Error terjadi dan telah sampai ke pasien,
namun tidak
membahayakan pasien. Obat telah sampai ke pasien dan
telah diberikan. Obat telah sampai ke pasien dan
belum diberikan.
D Error terjadi dan diperlukan
monitoring terhadap pasien, tetapi tidak membahayakan pasien.
Error-Harm
E Error terjadi dan berkontribusi
atau menghasilkan
bahaya sementara
pada pasien
dan memerlukan intervensi.
F Error terjadi dan berkontribusi
atau menghasilkan
bahaya sementara
pada pasien
dan memerlukan
perawatan atau
perpanjangan perawatan di rumah sakit.
G Error terjadi dan berkontribusi
atau menghasilkan bahaya yang permanen terhadap pasien.
H Error
terjadi dan
nyaris menimbulkan kematian.
Error-Death I
Error terjadi dan berkontribusi atau menyebabkan kematian pada
pasien.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 2.1 Diagram kesalahan pengobatan menurut NCC-MERP
2.3.3. Tipe-tipe Kesalahan Pengobatan Menurut guideline pencegahan kesalahan pengobatan di rumah
sakit oleh American Society of Health-System Pharmacists ASHP, kesalahan pengobatan meliputi kesalahan dalam prescribing, kesalahan
dalam dispensing, kesalahan dalam pemberian obat, dan kesalahan dalam kepatuhan pasien. Tipe-tipe spesifik pada kesalahan pengobatan dapat
dikategorikan sebagai berikut :
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 2.7 Tipe-tipe kesalahan pengobatan menurut Guideline ASHP
Tipe medication error
Definisi Kesalahan dalam peresepan
prescribing error
Pemilihan obat yang tak tepat berdasarkan indikasi, kontraindikasi,
alergi yang diketahui, terapi obat yang sudah ada, dan faktor lain, dosis,
bentuk
sediaan, jumlah,
rute, konsentras, laju pemberian, atau
instruksi untuk penggunaan obat yang diperintahkan atau diresepkan oleh
Dokter atau peresep sah lainnya; resep yang tidak terbaca atau perintah
medikasi
yang mengakibatkan
terjadinya error pada pasien.
Kesalahan karena kurangnya stok obat
Omission error Kegagalan dalam mengelola dosis
yang diresepkan ke pasien sampai pada dosis yang selanjutnya, jika ada.
Kesalahan dalam waktu pemberian wrong-time error
Pemberian obat diluar dari waktu pemberian yang telah terjadwalkan
interval waktu
ini seharusnya
ditetapkan oleh
tiap fasilitas
perawatan kesehatan.
Kesalahan obat yang tidak sah Unauthorized drug error
Pemberian obat ke pasien yang tidak disahkan
oleh peresep
yang seharusnya Dokter.
Kesalahan dosis yang tidak tepat Improper dose error
Pemberian obat ke pasien dengan dosis yang lebih besar atau kurang
dari yang diresepkan oleh Dokter atau pemberian duplikasi dosis kepada
pasien, contoh : ada satu atau lebih unit dosis yang ditambahkan dari
yang diresepkan.
Kesalahan bentuk sediaan obat Wrong dosage-form error
Pemberian kepada pasien produk obat dalam bentuk sediaan yang berbeda
dengan yang diresepkan.
Kesalahan penyiapan obat Wrong drug preparation error
Produk obat
yang tidak
diformulasikan dengan tepat atau dimanipulasi sebelum diberikan.
Kesalahan teknik pemberian obat Wrong
administration-technique error
Prosedur atau teknik yang tidak tepat dalam pemberian obat kepada pasien.
Kesalahan obat yang buruk Deteriorated drug error
Pemberian obat yang telah melewati masa kadaluwarsa obat atau yang
bentuk sediaan obat yang telah rusak secara fisik atau pun kimiawi.
Kesalahan pemantauan Monitoring error
Kegagalan dalam melihat kembali regimen yang diresepkan untuk
ketepatan dan deteksi masalah, atau kegagalan dalam menggunakan obat
yang tepat atau data laboratorium untuk penilaian yang adekuat pada
respon pasien untuk terapi yang
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
diresepkan.
Kesalahan dalam kepatuhan Compliance error
Perilaku pasien yang tidak tepat mengenai kepatuhan terhadap rejimen
obat yang diresepkan.
Kesalahan medikasi lainnya Other medication error
Setiap kesalahan pengobatan yang tidak masuk ke dalam salah satu
kategori yang telah ditetapkan di atas.
2.3.4. Faktor-faktor yang Menyebabkan Kesalahan Pengobatan Masalah-masalah dan sumber kesalahan pengobatan merupakan
multidisiplin dan multifaktorial. Jarang sekali tindakan dari satu individu menjadi penyebab dari medication errror, melainkan salah satu jenis faktor
kontribusi yang bergabung untuk menjadi penyebab insiden Anonymous, 2001.
Kesalahan dapat terjadi pada beberapa langkah, dimulai dari pemberian resep sampai penyediaan akhir obat ke pasien. Penyebab umum
kesalahan medikasi meliputi diagnosis yang tidak tepat, kesalahan pemberian resep, kekeliruan dalam penghitungan dosis, praktek distribusi
obat yang buruk, masalah terkait obat dan perangkatnya, pemberian obat yang tidak tepat, adanya kegagalan komunikasi antar tenaga kesehatan dan
kurangnya edukasi pasien AMCP, 2010. Menurut American Society of Health-System Pharmacists ASHP
dalam Guideline on Preventing Medication Errors in Hospitals, penyebab- penyebab umum yang memicu terjadinya kesalahan pengobatan, yaitu
diantaranya : 1.
Adanya ambigu pada penunjukkan di label atau di dalam pengemasan.
2. Nomenklatur produk obat [Look-Alike-Sound-Alike LASA ,
penggunaan huruf atau nomor prefiks dan sufiks dalam nama obat]
3. Adanya kegagalan atau kerusakan pada alat kesehatan
4. Resep yang tak terbaca
5. Transkripsi yang tidak tepat
6. Perhitungan dosis yang tak tepat
7. Personil yang tidak cukup terlatih
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
8. Menggunakan singkatan yang tidak dimengerti dalam resep
9. Kesalahan dalam pelabelan
10. Beban kerja yang berlebihan
11. Penyimpangan dalam kerja individu
12. Tidak tersedianya obat
2.3.5. Upaya-upaya Pencegahan Kesalahan Pengobatan Upaya intervensi untuk meminimalkan insiden belum sempurna
tanpa disertai upaya pencegahan. Upaya pencegahan akan lebih efektif jika dilakukan bersama dengan tenaga kesehatan lain multidisiplin terkait
penggunaan obat, terutama dokter dan perawat. Perlu menjadi pertimbangan bahwa errors dapat berupa kesalahan laten latent errors
misalnya karena kebijakan, infrastruktur, biaya, SOP, lingkungan kerja maupun kesalahan aktif active errors seperti sikap masa bodoh, tidak
teliti, sengaja melanggar peraturan dan umumnya active errors berakar dari latent errors pengambil kebijakan Depkes, 2008.
Menurut The Academy of Managed Care Pharmacy AMCP, terdapat kunci-kunci untuk mencegah kesalahan pengobatan, yang
diantaranya : 1.
Edukasi kepada pasien Tenaga kesehatan professional harus menyediakan pendidikan
pasien yang adekuat tentang tata cara penggunaan obat yang tepat sebagai bagian dari program pencegahan kesalahan
pengobatan. Beberapa contoh instruksi kepada pasien yang dapat membantu mencegah kesalahan pengobatan, antara lain :
a. Mengetahui nama dan indikasi pengobatan yang sedang
dijalani b.
Membaca informasi obat di lembaran yang disediakan oleh Apoteker
c. Tidak berbagi obat
d. Selalu mengecek tanggal kadaluwarsa obat
e. Pelajari tentang penyimpanan obat yang benar
f. Jauhkan obat-obatan dari jangkauan anak-anak
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
g. Pelajari tentang peringatan dan interaksi obat
2. Prior Authorization
Program prior authorization digunakan oleh sistem perawatan kesehatan sebagai alat untuk membantu dalam
menyediakan kualitas, keuntungan peresepean obat yang ekonomis dan efektif. Meningkatkan keselamatan pasien
dengan cara mempromosikan penggunaan obat yang tepat merupakan fungsi integral dari program prior authorization ini.
Kesalahan pengobatan dapat dikurangi oleh sistem prior authorization
dengan berbagai cara. Prior authorization
dapat digunakan untuk melindungi terjadinya kejadian yang tidak diinginkan pada populasi yang
rentan terjadi kontraindikasi. Sebagai contoh, prior approval diperlukan untuk Accutane® untuk memasikan bahwa tidak
ada wanita hamil yang menerima obat ini karena mengakibatkan cacat lahir. Sebuah program prior authorization
juga dapat digunakan untuk memastikan bahwa pasien tersebut tidak menerima obat-obat tertentu, seperti antibiotik, untuk
jangka panjang yang pasien dapat menempatkan pasien pada resiko kejadian yang tidak diinginkan.
3. Teknologi elektronik
a. Bar coding
Salah satu cara di mana teknologi elektronik dapat meningkatkan keselamatan pasien dan mengurangi
kesalahan pengobatan adalah melalui penggunaan kode yang dapat dibaca mesin standar bar kode. Pengobatan
bar coding adalah alat yang dapat membantu memastikan
bahwa obat yang tepat dan dosis yang tepat diberikan kepada pasien yang tepat. NCCMERP merekomendasikan
US Food and Drug Administration FDA, the United States
Pharmacopeia USP,
and pharmaceutical
manufacturers untuk berkolaborasi dalam menciptakan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
teknologi bar coding dengan cara menanamkan informasi berikut ke dalam bar kode obat :
Kode Obat Nasional NDC : nomor yang mengidentifikasikan obat, bentuk sediaan dan
kekuatan obat. LotKontrolNomor Batch : untuk membantu jika
ada kasus penarikan obat. Tanggal kadaluwarsa : untuk membantu memastikan
bahwa pasien
tidak menerima
obat yang
kadaluwarsa. b.
Electronic Prescription Record EPR Sebuah rekam resep elektronik EPR mengandung
semua data legal yang diperlukan untuk diisi, diberi label, disiapkan
danatau untuk
memasukkan permintaan
pembayaran untuk peresepan. Apoteker menggunakan EPR sebagai alat untuk mengurangi kesalahan pengobatan
dengan cara memperhatikan interaksi obat, duplikasi obat dan kontraindikasi. EPR ini juga dapat membantu
mengurangi kesalahan pengobatan dengan cara membantu Apoteker dalam memonitor dan mengaudit penggunaan
obat dan dengan cara memfasilitasi komunikasi diantara tenaga kesehatan untuk meningkatkan pelayanan kepada
pasien. c.
E-prescribing Penggunaan peresepan elektronik dengan cara
memasukkan perintah resep pada komputer, yang dikenal sebagai Computerized Physician Order Entry CPOE.
CPOE adalah teknologi yang dapat membantuk mencegah beberapa kesalahan medik. Sistem CPOE memperkenankan
dokter untuk memasukkan perintah resep ke dalam komputer atau alat lain secara langsung, dengan demikian
dapat menghilangkan atau mengurangi kebutuhan resep
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
tulisan tangan secara signifikan. E-prescribing dan CPOE dapat
mengurangi kesalahan
medik dengan
cara menghilangkan resep tulisan tangan yang tak terbaca,
memastikan terminologi dan singkatan-singkatan yang tepat, dan mencegah adanya resep yang ambigu dan
informasi yang hilang pada resep. d.
Electronic Drug Utilization Review DUR Proses DUR online memungkinkan Apoteker untuk
mengatur sebuah review dari urutan resep pada saat diperlukan dalam kegiatan penyiapan obat dan secara pro
aktif dalam mengatasi masalah obat, seperti interaksi obat- obat, penggunaan obat yang berlebihan, penggunaan obat
yang kurang dan masalah alergi. Teknologi ini juga memungkinkan Apoteker untuk menilai urutan resep pada
saat meracik dan menggunakan informasi dari rekam medik danatau apotek, dan untuk menentukan kesesuaian terapi
obat yang diresepkan. e.
Automated Medication Dispensing Sistem dispensing otomatis saat ini digunakan secara luas
sebagai metode penyiapan obat yang intensif dan sedikit menggunakan tenaga kerja. Sistem dispensing otomatis
lebih efisien dalam melakukan tugas-tugas Apoteker yang membosankan, gerakan yang berulang, yang membutuhkan
konsentrasi tinggi dan tugas pencatatan, dimana hal-hal tersebut dapat menyebabkan dispensing errors.
4. Prosedur Kontrol Kualitas Internal
Tahap penyiapan obat telah mengembangkan prosedur evaluasi kualitas. Praktik-praktik ini memberikan evaluasi alur
kerja dan analisis pelaporan kesalahan, yang nantinya akan menghasilkan perlindungan yang sangat baik dari kesalahan
pengobatan.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta