Peran DPR dalam Melegislasi Hukum Islam

waris itu kedalam tiga kelompok, yaitu dzul faraid 39 , ashabah 40 dan dzul arham 41 . Tiga landasan teologis normatif yang dijadikan Hazairin dalam perkara tersebut, yaitu bahwa sistem kekeluargaan yang diinginkan al-Quran adalah sistem bilateral. Landasan pertama, apabila surat an-Nisa ayat 23 dan 24 diperhatikan, akan ditemukan adanya keizinan untuk saling kawin antara orang- orang yang bersaudara sepupu. Fakta ini menunjukkan bahwa al-Quran cenderung kepada sistem kekeluargaan yang bilateral. Landasan kedua, surat an-Nisa ayat 11 yang menjelaskan bahwa semua anak baik laki-laki maupun perempuan menjadi ahli waris bagi orang tuanya. Ini merupakan sistem bilateral, karena dalam sistem patrilineal pada prinsipnya hanya anak laki- laki yang berhak mewarisi begitu juga pada sistem matrilineal, hanya anak perempuan yang berhak. Landasan ketiga, surat an-Nisa ayat 12 dan 176 menjadikan saudara bagi semua jenis saudara seayah dan seibu sebagai ahli waris. 42

C. Peran DPR dalam Melegislasi Hukum Islam

Hukum Islam sebagai tatanan hukum yang dipegangi ditaati oleh mayoritas penduduk dan rakyat Indonesia adalah hukum yang telah hidup dalam masyarakat, merupakan sebagian dari ajaran dan keyakinan Islam dan ada dalam 38 keturunan ahli waris yang mempunyai hubungan kerabat dengan pewaris namun tidak mewarisi dalam kedudukan dzul faraid dan ashabah. 39 orang yang menerima bagian tertentu 40 Ashabah adalah ahli waris yang memperoleh bagian sisa 41 Dzul Arham merupakan keturunan ahli waris yang mempunyai hubungan kerabat dengan pewaris namun tidak mewarisi dalam kedudukan dzul faraid dan ashabah 42 Hazairin, Hukum Kewarisan Bilateral menurut al Qur’an, Jakarta: Rineka Cipta, 1994, h., 11-12. kehidupan hukum nasioanal serta merupakan bahan dalam pembinaan dan pengembangannya. 43 Menurut penulis hukum Islam di Indonesia telah mengalami perkembangan yang dinamis yang berkesinambungan, baik melalui saluran infrastruktur politik maupun suprastruktur seiring dengan realitas, tuntutan dan dukungan, serta kehendak bagi upaya transformasi hukum Islam ke dalam sistem hukum Nasional. DPR Dewan Permusyawaratan Rakyat adalah lembaga legislatif yang memiki beberapa fungsi, diantaranya adalah fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan. 44 Dalam hal ini kita akan membahas fungsi yang pertama saja yaitu fungsi legislasi. DPR memiliki fungsi legislasi, berarti DPR memiliki tugas dan wewenang untuk melegislasi dalam pembentukan undang-undang di Indonesia. Adapun tugas dan wewenangnya dalam fungsi legislasi ialah Menyusun Program Legislasi Nasional Prolegnas, Menyusun dan membahas Rancangan Undang-Undang RUU, Menerima RUU yang diajukan oleh DPD terkait otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan pemekaran dan penggabungan daerah, pengelolaan SDA dan SDE lainnya, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah, Membahas RUU yang diusulkan oleh Presiden ataupun DPD, Menetapkan UU bersama dengan Presiden, Menyetujui atau tidak 43 Juhaya S Praja, Hukum Islam di Indonesia Perkembangan dan Pembentukan Bandung : Remaja Rosda Karya, 1991, h., 97. 44 Lihat di pasal 20 A Ayat 1 Undang-undang Dasar 1945 Amandemen Tahun 2002. menyetujui peraturan pemerintah pengganti UU yang diajukan Presiden untuk ditetapkan menjadi UU. 45 Kedudukan hukum Islam merupakan salah satu komponen tata hukum 46 Indonesia yang sangat jelas dan tidak bisa dipisahkan dari kehidupan mayoritas masyarakat. Penegakan hukum Islam akan terus berkembang di Indonesia, dan telah terbukti dengan telah banyaknya hukum Islam yang masuk pada hukum Nasional, contohnya saja UU Hukum Ekonomi Syariah telah disahkan oleh DPR, dan Prof. Dr. Rifyal Ka’bah, M.A., adalah salah seorang pemarkasa dalam penyusunan UU tersebut. 47 Selain hukum ekonomi syariah sudah ada juga beberapa hukum Islam yang sudah di legislasi oleh DPR kedalam hukum nasional Indonesia, diantaranya 48 adalah : 1. Perkawinan Peraturan yang mengatur tentang perkawinan tertera pada Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. 2. Wakaf Peraturan yang mengatur tentang wakaf tertera pada undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf. 45 http:www.dpr.go.idtentangtugas-wewenang di unduh pada tanggal 05092016 pukul 18.08. 46 Tata hukum adalah susunan atau sistem hukum yang berlaku disuatu daerah atau negara tertentu. Muhammad Daud Ali, Hukum Islam Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2006, h., 230. 47 Rifyal Ka’bah, Penegakan Syariat Islam di Indonesia, Jakarta : Rifyal Ka’bah Foundation Publisher, Cet kedua, 2016, h., viii. 48 Rifyal Ka’bah, Penegakan Syariat Islam di Indonesia, Jakarta : Rifyal Ka’bah Foundation Publisher, Cet kedua, 2016, h., 8. 3. Zakat Peraturan yang mengatur tentang zakat tertera pada undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat. 4. Peradilan Agama Peraturan yang mengatur peradilan Islam di Indonesia tertera pada undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama. 36

BAB III BIOGRAFI DAN GENEOLOGI INTELEKTUAL