44
III. KERANGKA PEMIKIRAN
Kesejahteraan dalam sebuah pembangunan sosial ekonomi suatu daerah, tidak dapat didefinisikan hanya berdasarkan konsep materialis dan hedonis, tetapi juga
memasukkan tujuan-tujuan kemanusiaan dan keruhanian. Tujuan-tujuan tersebut tidak hanya mencakup masalah kesejahteraan ekonomi, melainkan juga mencakup
permasalahan persaudaraan manusia dan keadilan sosial-ekonomi, kesucian kehidupan, kehormatan individu, kehormatan harta, kedamaian jiwa dan kebahagiaan, serta
keharmonisan kehidupan keluarga dan masyarakat. Salah satu cara menguji realisasi tujuan-tujuan tersebut adalah dengan:
- melihat tingkat persamaan sosial dan pemenuhan kebutuhan dasar bagi semua; - terpenuhinya kesempatan untuk bekerja atau berusaha bagi semua masyarakat;
- terwujudnya keadilan dalam distribusi pendapatan dan kekayaan; - stabilitas ekonomi yang dicapai tanpa tingkat inflasi yang tinggi;
- tidak tingginya penyusutan sumber daya ekonomi yang tidak dapat diperbaharui, atau ekosistem yang dapat membahayakan kehidupan.
Cara lain menguji realisasi tujuan kesejahteraan tersebut adalah dengan melihat perwujudan tingkat solidaritas keluarga dan sosial yang dicerminkan pada tingkat
tanggungjawab bersama dalam masyarakat, khususnya terhadap anak-anak, usia lanjut, orang sakit dan cacat, fakir miskin, keluarga yang bermasalah, dan penangulangan
kenakalan remaja, kriminalitas, dan kekacauan sosial. Berlandaskan Kerangka Dinamika Sosial Ekonomi Syariah, suatu pemerintahan
harus dapat menjamin kesejahteraan masyarakat dengan menyediakan lingkungan yang
45 sesuai untuk aktualisasi pembangunan dan keadilan melalui implementasi Syariah. Hal
itu terwujud dalam pembangunan dan pemerataan distribusi kekayaan yang dilakukan untuk kepentingan bersama dalam jangka panjang. Sebuah masyarakat bisa saja
mencapai puncak kemakmuran dari segi materi, tetapi kejayaan tersebut tidak akan mampu bertahan lama apabila lapisan moral individu dan sosial sangat lemah, terjadi
disintegrasi keluarga, ketegangan sosial dan anomie masyarakat meningkat, serta pemerintah daerah tidak dapat berperan sesuai dengan porsi dan sebagaimana mestinya.
Sesungguhnya aspek materi dan ruhaniah bagi kesejahteraan tidak independen satu dengan lainnya, tetapi keduanya sangat berhubungan erat. Tingkat keharmonisan
keluarga yang tinggi akan meningkatkan produktivitas individu dalam pembangunan ekonomi dan dunia usaha, sedangkan keharmonisan kehidupan sosial akan membangun
lingkungan yang lebih kondusif bagi pemerintahan daerah yang lebih efektif serta meningkatkan pembangunan di segala bidang. Untuk mencapai konsep kesejahteraan
tersebut, setiap orang baik sebagai anggota masyarakat atau dunia usaha, maupun sebagai bagian dari organisasi pemerintahan diharuskan mengorbankan kepentingan pribadi demi
memenuhi kemaslahatan sosial di lingkungan keluarga, dalam dunia usaha, hidup bermasyarakat, atau di dalam bidang pemerintahan. Pemenuhan kepentingan pribadi
adalah sebaik-baik kebijaksanaan, namun sebagai konsekuensinya system kekeluargaan akan hancur, kualitas generasi mendatang akan menurun, atau bahkan akan berakibat
fatal pada kinerja dunia usaha dan pemerintahan itu sendiri. Selama maksimalisasi kekayaan dan konsumsi adalah satu-satunya tujuan, maka pengorbanan tidak akan ada
artinya. Dengan demikian, diperlukan suatu “Rasa Kebersamaan”.
46 “Rasa kebersamaan” dalam suatu daerah, akan membuat masyarakat bekerjasama
dengan yang lain untuk tujuan yang sama, membatasi kepentingan pribadi mereka, dan memenuhi kewajiban mereka sehingga dapat terbentuk keharmonisan sosial dan
menimbulkan kekuatan yang menentukan bagi pembangunan dan tegaknya suatu peradaban. “Rasa kebersamaan” tersebut diwujudkan dalam sebuah kemitraan yang
sejajar antar seluruh stakeholders yang terlibat dalam sebuah program pembangunan. Kemitraan yang sejajar akan terbentuk dan menguat jika ada keadilan untuk
menjamin adanya kesejahteraan masyarakat. Keadilan terwujud melalui pemenuhan kewajiban bersama dan pemerataan hasil pembangunan. Jika keadilan hilang, maka
cenderung akan timbul ketidakpuasan di antara masyarakat, mengecilkan hati masyarakat, dan berpengaruh buruk terhadap solidaritas masyarakat. Lebih jauh lagi,
ketidakpuasan tidak hanya mempengaruhi motivasi masyarakat dalam bekerja tapi juga akan melemahkan efisiensi, sikap inovatif, kewirausahaan, dan kualitas kebaikan yang
lain, sehingga pada akhirnya menyebabkan disintegrasi dan kemunduran masyarakat. Dampak buruk dari semua itu adalah akan timbul krisis kepercayaan masyarakat terhadap
pemerintah daerah, bahkan lebih luas lagi akan merambat terhadap Pemerintah Pusat. Pemerintah Daerah, setelah lahirnya UU Nomor 22 tahun 1999 telah
diperbaharui dengan UU nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, memegang otonomi dalam merencanakan dan mengandalikan pembangunan di daerahnya dalam
kerangka pembangunan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan demikian, Pemerintah Daerah dapat merencanakan program-program pembangunan daerahnya,
termasuk pembangunan kesejahteraan masyarakatnya melalui program-program yang sesuai dengan situasi dan kondisi daerahnya masing-masing.
47 Salah satu yang harus menjadi perhatian sebagian besar Pemerintah Daerah, saat
ini adalah masalah kemiskinan yang tinggi dan angka kesempatan bekerja yang rendah. Sehingga Pemerintah Daerah harus dapat membuat program yang dapat memberdayakan
masyarakat dengan membuka peluang-peluang usaha dengan membangkitkan kemampuan alamiah yang dimiliki oleh setiap manusia yang akhirnya mampu memenuhi
kebutuhan hidupnya secara mandiri. Program-program pembangunan ekonomi dengan membangkitkan kemandirian
masyarakat, sebenarnya telah banyak dilakukan pada masa lalu. Namun sebagian program tersebut tidak berumur panjang dan berkelanjutan. Walaupun demikian ada
beberapa program kemitraan dalam pembangunan ekonomi yang berumur belasan tahun, seperti program PHBK Pola Hubungan Bank dengan Kelompok Swadaya Masyarakat,
P4K Pembinaan Peningkatan Pendapatan Petani Kecil, dan PPKKP Pusat Pelayanan Kredit Koperasi Pedesaan. Dengan demikian Pemerintah Daerah dapat mengambil
pelajaran dari program-program tersebut dengan memilih faktor-faktor keberhasilan dari program tersebut dan mereduksi kelemahan-kelemahan program tersebut dalam sebuah
program kemitraan terpadu dalam membangun sebuah kemitraan terpadu bagi pembangunan kesejahteraan daerah. Program pembangunan tersebut hendaknya dapat
memperhatikan masalah-masalah yang bersinggungan dengan ruhaniah bukan semata- mata yang berkaitan dengan materialistik semata. Hal itu perlu disadari bahwa dalam diri
manusia terdapat faktor-faktor materi dan ruhaniah yang saling bersinggungan satu dengan lainnya. Dengan demikian, sebuah program pembangunan yang memperhatikan
kedua hal tersebut akan dapat mewujudkan suatu masyarakat sejahtera lahir dan bathin.
48 Skema dari kerangka pemikiran kajian pembangunan daerah ini dapat dirangkum
pada gambar berikut.
Gambar 3.1. Kerangka Pemikiran Kajian Pembangunan Daerah
KESEJAHTERAAN
RUHANIAH
KESEJAHTERAAN
MATERI
DINAMIKA SOSIAL
EKONOMI
LAISSEZ FAIRE LAISSEZ FASSER
KEADILAN
KESEIMBANGAN
SOSIAL
PEMENUHAN KEKAYAAN
MATERI AN SICH
- Pemenuhan Materi
- Pertumbuhan Ekonomi
- Sikap Individualistik - Persamaan sosial
pemenuhan kebutuhan dasar
- Kesempatan Bekerja
- Keadilan distribusi - Stabilitas ekonomi
- Ekosistem berkelanjutan
INDIKATOR- INDIKATOR
KESEJAHTERAAN
INDIKATOR – INDIKATOR
PERTUMBUHAN EKONOMI
Program Mewujudkan Kesejahteraan Lahir - Batin
Rasa Kebersamaan Semua Stakeholders
Pelaku UBM: Pembinaan
Bank Umum:
Intermediary
Pelaku UMK:
Pemberdayaan
Pemda: Kebijakan
LKMS:
Sinergi
LPSM:
Pendampingan
Kemitraan Sejajar
49
IV. METODE KAJIAN 4.1.