Perumusan Masalah PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

3 mikro pada perbankan Indonesia hanya 8,9 , dan kredit kecil 19,1. Sisanya dinikmati oleh kredit usaha menengah sejumlah 23,4, dan terbesar dimanfaatkan oleh sector usaha besar di atas Rp 5 milyar sebanyak 46,2. Alasan utama kecilnya pemberian kredit kepada usaha mikro dan kecil adalah sebagian besar usaha mereka tidak feasible, atau telah feasible namun tidak bankable. Dengan demikian, program-program pencanangan aksi penanggulangan kemiskinan melalui pemberdayaan UMKM yang menjadi salah satu misi pemerintah saat ini, tidak akan dengan sendirinya menjadikan masyarakat sejahtera, selama belum ada usaha serentak untuk menghilangkan hambatan yang menjadi sumber persoalan dalam pengembangan usaha kecil dan mikro, termasuk sektor pertanian sebagai bagian utama. Hambatan-hambatan harus dihilangkan dalam pelaksanakan efisiensi, peningkatan kualitas output, pengurangan tingkat pengangguran, peningkatan pendapatan penduduk pedesaan, dan memperkecil kesenjangan antara kelompok kaya dan kelompok miskin. Untuk itu, Pemerintah harus mampu membuat kebijakan-kebijakan yang tidak merugikan pihak-pihak pelaku usaha mikro dan kecil dalam berusaha yang menyebabkan berkurangnya output pertanian, meningkatnya ketergantungan pada impor, berkurangnya daya saing ekspor, dan menekan penghasilan masyarakat lapisan bawah baik di pedesaan maupun di perkotaan, sehingga perkembangan usaha kecil dan mikro, serta kesejahteraan masyarakat di daerah tersebut dapat terwujud.

1.2. Perumusan Masalah

Dengan diberlakukan otonomi daerah oleh Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, maka 4 pemerintah daerah mempunyai kesempatan merancang program-program dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam pembangunan ekonomi daerah sesuai dengan karakteristik masing-masing daerah dalam kerangka pembangunan nasional. Inti persoalan terpuruknya ekonomi, pada masa lalu hingga saat ini, menur ut para pakar ekonomi, bukanlah semata-mata karena permasalahan teknis, melainkan ketidakadilan dalam distribusi pendapatan bagi seluruh masyarakat. Penghapusan hambatan-hambatan yang menjadi penyebab diabaikannya sektor pertanian pedesaan dan perbaikan kondisi ekonomi di wilayah pedesaan diharapkan akan memberikan ekspansi besar dalam produktivitas sektor pertanian, serta juga akan menimbulkan diversifikasi perekonomian pedesaan sehingga dapat menyediakan peluang wirausaha yang lebih besar dan kesempatan kerja bagi penduduk pedesaan, termasuk daerah pinggiran kota. Hal ini akan mengerem urbanisasi ke wilayah perkotaan dan mereduksi kepadatan kota serta tindak kejahatan. Hal klasik yang selalu dipersoalkan mengapa pelaku usaha mikro dan kecil tidak dapat berkembang adalah tidak tersedianya sumber dana keuangan sebagai modal guna menjalankan usahanya. Sebenarnya dana saja tidak cukup untuk mengembangkan sebuah usaha. Apabila kita lihat pada periode-periode pemerintahan sebelumnya, berapa banyak program bantuan dana keuangan berupa pinjaman yang dikucurkan pemerintah untuk mengembangkan berbagai usaha yang tidak membawa hasil tetapi malah membuat usaha yang telah berjalan menjadi gulung tikar karena tidak mampu bersaing dalam mengembangkan usaha sehingga tidak dapat mengembalikan pinjaman. Penyebab utama dari kegagalan program-program tersebut, adalah tidak berjalan suatu kemitraan yang 5 sejajar antara stakeholders yang terlibat dalam program tersebut, di samping alasan- alasan lainnya. Untuk itu, Pemerintah Daerah harus dapat mengambil pelajaran dari program- program yang pernah dibuat pada masa lalu. Program-program yang pernah berhasil, dapat diambil manfaatnya oleh Pemerintah Daerah dengan mereduksi kelemahan- kelemahan yang menyebabkan berakhirnya programnya tersebut. Perlu pula disadari, bahwa saat ini sedang berkembang sebuah sistem ekonomi berbasiskan nilai-nilai Syariah Islam sebagai alternatif dari sistem yang berjalan saat ini. Sistem ekonomi yang berlaku saat ini dirasakan tidak dapat memecahkan masalah- masalah distribusi kesejahteraan yang tidak seimbang dan menimbulkan jurang antara si kaya dan si miskin. Dengan demikian, dalam membuat program pembangunan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat, perlu pula dikaji konsep-konsep ekonomi Syariah sebagai solusi alternatif dari system ekonomi yang berlaku selama ini. Berkaitan dengan hal-hal telah di atas, maka kajian ini akan merumuskan serta membahas beberapa permasalahan sebagai berikut: a. Bagaimana memahami suatu system sosial ekonomi syariah sebagai alternatif dalam pembangunan kesejahteraan masyarakat? b. Bagaimana program pembangunan ekonomi rakyat berbasis kemitraan yang pernah dilaksanakan oleh pemerintah Orde Baru dan bagaimana kelebihan serta kekurangannya? c. Bagaimana pola kemitraan berbasis syariah dapat dikembangkan sebagai dasar pengambangan usaha mikro dan kecil untuk menunjang pembangunan daerah? 6

1.3. Tujuan dan Manfaat