101 3 Membantu dan memotivasi para pelaku usaha mikro dalam menjalankan
aktivitasnya dalam bentuk pembinaan teknis usaha, dan advance personal development yang berisikan motivasi dalam perspektif religius, pengetahuan
dasar pengembangan usaha, serta pembukuan sederhana. Team Pendamping dilengkapi oleh seorang Manajer Proyek yang bertugas
membina kelompok pelaku usaha mikro dan kecil secara langsung dan terjadwal. Manajer Proyek juga berfungsi sebagai pengawas lapangan, serta melakukan
kelengkapan administrasi dan pelaporan progres usaha pelaku usaha mikro secara bertahap setiap bulan. Dengan demikian tugas Manajer Proyek, berperan seperti layaknya
seorang Account Officer pada lembaga perbankan. Team Pendamping diharapkan mempunyai peran sebagai berikut:
1 Menumbuhkembangkan daya kritis di antara pelaku usaha mikro dan kecil, agar mereka dapat berkembang menjadi institusi yang berkesinambungan;
2 Membimbing pelaku usaha mikro dan kecil dalam memperoleh kesempatan untuk dapat terlibat dan menjadi bagian dalam pembangunan daerah;
3 Memperhatikan aspek keberlanjutan pelaku usaha mikro dan kecil dengan mengembangkan infra struktur yang lebih baik dari hari ke hari.
6.2.6. Pola Pembiayaan Tanggung Renteng Usaha Mikro
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, salah satu kendala serius yang dihadapi oleh pelaku usaha mikrodan kecil adalah kurangnya ketersediaan pembiayaan.
Sekalipun pembiayaan itu esensial, hanya para pelaku usaha yang terkait dengan mata rantai pengusaha besar saja ya ng pada umumnya memperoleh pinjaman dari institusi
102 perbankan ataupun institusi pembiayaan lainnya. Para pelaku usaha mikro dan kecil
sangat tergantung untuk berhutang kepada para pedagang menengah dan besar, penyedia uang informal, para lintah darat atau keluarganya, sehingga bukan membantu
berkembangnya usaha mereka, melainkan hanya memperpanjang kemiskinan orang- orang yang sudah miskin. Hal tersebut di atas kurang disentuh oleh Lembaga Perbankan
Konvensional, karena untuk mendirikan jaringan kantor sebuah Bank Umum diperlukan investasi yang sangat besar, sehingga dinilai tidak ekonomis jika menggunakan teknis
perbankan biasa. Salah satu misi berdirinya Bank Umum Syariah adalah memperbesar portfolio
pembiayaan kepada pelaku usaha kecil termasuk usaha mikro dan menengah. Sehingga untuk menjembatani hal tersebut perlu dibangun sinergi antara Bank Umum Syariah
dengan Lembaga Keuangan Mikro Syariah LKMS di sentra-sentra industri dan pertanian. Sinergi tersebut dilakukan melalui pengembangan dan penguatan fungsi
LKMS guna melayani kebutuhan pendanaan ataupun penyimpanan dana oleh para pelaku usaha mikro dan kecil, serta masyarakat rumah tangga di sekitar wilayah LKMS tersebut
berdiri dan beroperasi.
Bank Umum Syariah sebagai intermediary institution berfungsi menjembatani
pengumpulan dana dari para investor yang menginvestasikan dana melalui tabungan dan deposito mudharabah di Bank tersebut. Bank Syariah dapat pula mengelola dana dari
investor khusus, baik yang berasal dari Pemerintah Daerah ataupun sektor swasta. Dana investor khusus merupakan dana yang digunakan pada tempat, waktu, dan jenis usaha-
usaha tertentu dengan skim mudharabah muqayyadah. Dana investor khusus ini dapat
103 dijamin oleh Lembaga Penjaminan Kredit seperti Perum Sarana Usaha yang khusus
menjamin pembiayaan kepada usaha mikro, kecil, dan menengah. Para Pelaku usaha mikro terhimpun dalam suatu kelompok yang didampingi oleh
Team Pendamping agar program dapat berjalan baik di lapangan. Team Pendamping terdiri dari Pendamping Personal dan Manajer Proyek. Pendamping Personal terdiri dari
berbagai unsur, sebagaimana telah dikemukakan pada sub bagian 6.3.5. Manajer Proyek merupakan bagian dari Bank Syariah dan atau LKMS. Team Pendamping Personal akan
mendapat bagian hasil dari penghasilan yang diperoleh oleh pelaku usaha mikro yang ikut dalam program kemitraan. Sedangkan Manajer Proyek mendapatkan gaji dari Bank
Syariah yang membiayai kelompok pelaku usaha mikro.
Gambar 6.3.6.1. Pola Pembiayaan Tanggung Renteng Usaha Mikro
LEMBAGA PENJAMIN
INVESTOR
PEMDA SWASTA
BANK SYARIAH
LKMS TEAM
PENDAMPING PENDAMPINGAN
PERSONAL MANAJER PROYEK
ACCOUNT OFFICER
KELOMPOK
USAHA MIKRO
KELOMPOK
USAHA MIKRO
KELOMPOK
USAHA MIKRO
MASYARAKAT PELAKU USAHA MIKRO
104 Sebagai contoh, dalam tulisan ini, misalnya proyek penggemukan sapi untuk
memasok kebutuhan daging segar pada supermarket dan hypermarket pada sebuah daerah. Jangka waktu satu siklus penggemukan adalah delapan bulan. Masyarakat
tempatan sebagai pelaku usaha mikro melaksanakan pemeliharaan penggemukan sapi. Tugas dan tanggung jawab pelaku usaha mikro meliputi:
- penyediaan lahan dan bangunan kandang beserta sarana penunjang, pakan rumput sesuai dengan kebutuhan ternak;
- menjaga, memelihara, dan membersihkan ternak sampai ternak terjual; - aktif mengikuti kegiatan yang diselenggarakan oleh pembina dari tim
pendamping berupa pertemuan mingguan yang membahas perkembangan usaha dan pelatihan mental spiritual; melaporkan secara rutin perkembangan ternak.
Sedangkan Team Pendamping bertanggungjawab menjalankan fungsinya sebagai motivator, tenaga teknis, dan tenaga pengawas sebagaimana yang telah dikemukakan
sebelumnya. Untuk membiayai proyek penggemukan sapi pembiayaan yang dibutuhkan adalah
biaya pembelian meliputi: - harga dasar sapi bakalan;
- biaya pengangkutan; - biaya pemulihan sapi sebelum diserahkan kepada pelaku usaha mikro;
- biaya resiko yang merupakan cadangan tanggung renteng apabila terjadi kematian sapi sebelum tiba waktu penjualan ataupun pada kasus kematian
potong paksa.
105 Apabila selama satu siklus penggemukan sapi tidak terjadi kematian atau potong
paksa sapi, maka dana resiko tanggung renteng tersebut dibagikan kepada pelaku usaha secara pro rata. Akan tetapi, apabila kerugian secara kelompok melebihi dana biaya
resiko, maka pelaku usaha secara tanggung renteng menanggung kerugian yang diperoleh dari hasil penjualan sapi yang lain, dan jika masih belum mencukupi, maka Investor
Khusus atau Bank Syariah akan turut menanggung kerugian modal. Para pihak yang ikut serta dalam kemi traan tersebut akan memperoleh hasil yang
disepakati, sesuai dengan jangka waktu penggemukan, dengan pembagian keuntungan
yang telah disepakati di awal perjanjian dengan antara investor Bank dan atau Koperasi BMT, pelaku usaha, dan team pendamping,
dengan komposisi, misalnya, 35:55:10.
Pembagian hasil antara Bank dengan LKMS diatur tersendiri berdasarkan bagian sebagai investor, sesuai dengan kesepakatan yang dilakukan terlebih dahulu antara
Bank dengan LKMS berdasarkan pola yang digunakan dalam kemitraan sebagai investor. Apabila, dana yang digunakan merupakan dana Investor Khusus, maka Bank Syariah dan
LKMS hanya menerima ujrah fee sebagai lembaga intermediary. Sedangkan Investor Khusus memperoleh hasil sesuai kespakatan bagi hasil dan turut menanggung kerugian
apabila usaha mengalami kerugian atau kegagalan. Perhitungan tanggung renteng dilakukan apabila terjadi kasus kematian potong
paksa, misalnya seekor sapi baru diternakkan untuk penggemukan selama 2 dua bulan, dari 8 delapan bulan jangka waktu penggemukan, dan dikhawatirkan sapi akan mati bila
tidak dipotong pada saat itu, sehingga akhirnya sapi harus dipotong saat itu dan dijual pada pasar setempat dengan syarat masih layak dimakan, sehingga harga penjualan jauh
di bawah harga pembelian, misalnya modal pembelian sapi per ekor Rp 2.500.000,-,
106 sedangkan harga jual sapi potong paksa
adalah Rp 1.750.000,-, sehingga jumlah kerugian Rp 750.000,-. Jika dalam satu kelompok pelaku usaha terdapat 100 ekor sapi,
maka kerugian dibagi sama rata berdasarkan jumlah sapi dalam satu kelompok, jadi biaya tanggung renteng per ekor sapi adalah Rp 7.500,-. Pelaku usaha yang memelihara lebih
dari satu ekor sapi akan mengeluarkan biaya tanggung renteng secara proporsional. Jadi tanggung renteng tidak dibebani berdasarkan pelaku tetapi berdasarkan proporsi yang
bersangkutan dalam persekutuan kelompok usaha mikro tersebut. Apabila sistem kemitraan berjalan sesuai dengan aturan, maka akan jarang sekali
terjadi kematian sapi karena kualitas pengadaan dan pemeliharaan sapi betul-betul memenuhi syarat teknis peternakan. Team pendamping teknis akan berusaha secermat
mungkin melakukan pengawasan di lapangan dan tanggap terhadap laporan perubahan kondisi ternak dari petani peternak. Hal tersebut sangat membantu menghilangka n
penyebab resiko kematian, namun bila terjadi kasus kematian, maka telah diantisipasi dengan sistem tanggung renteng sehingga tidak memberatkan pelaku usaha mikro dan
mengurangi resiko kerugian oleh pemilik modal atau investor. Dengan mengembangkan sistem kemitraan bagi hasil pada proyek-proyek usaha
kecil dan mikro, para pihak bermitra dalam posisi yang sama sebagai subyek-subyek bukan subyek-obyek, dan semua dapat menerima keuntungan ataupun kerugian sesuai
dengan porsinya masing-masing. Dalam hal ini, masyarakat sebagai mitra bersama kelompoknya juga dilatih untuk bertanggungjawab dan mengasah kemandirian dalam
mengembangkan usaha dan kehidupannya. Seorang investor akan memperoleh hasil setelah proyek usaha menghasilkan dan tidak mendapatkan hasil apabila bisnis ternyata
mengalami kerugian. Jadi berbeda dengan sistem bunga pada lembaga keuangan
107 konvensional, yang menjamin di depan investor “pasti” memperoleh bunga hasil,
meskipun usaha tidak menghasilkan atau bahkan mengalami kerugian.
6.3. Mekanisme Pembinaan, Pengawasan dan Koordinasi Program Kemitraan