BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Keawetan Kayu
Keawetan termasuk salah satu sifat utama yang menentukan kegunaan suatu jenis kayu. Betapa pun kuatnya suatu jenis kayu, penggunaannya akan
menjadi terbatas jika keawetannya rendah. Barly 2009 menyatakan bahwa beberapa kayu tropis mempunyai
keawetan alami yang tinggi, namun di Indonesia sebagian kecil saja kayu-kayu yang mempunyai keawetan yang tinggi sehingga umur pakai kayu tersebut
pendek. Dari 4000 jenis kayu yang terdapat di Indonesia diperkirakan hanya 15 sampai 20 saja yang sifat keawetannya baik, sisanya merupakan jenis-jenis
yang sifat keawetannya rendah Martawijaya Barly 2000. Kayu tersebut rentan terhadap serangan faktor perusak biologis. Faktor-faktor biologis utama yang
merusak kayu adalah golongan serangga, jamur, bakteri dan binatang laut. Golongan serangga yang paling banyak merusak kayu adalah rayap Nandika et
al. 2003. Keawetan alami kayu ditentukan oleh zat ekstraktif yang bersifat racun terhadap faktor perusak kayu Kasmudjo 2010. Keawetan alami kayu akan
bervariasi sesuai dengan variasi jumlah serta jenis zat ekstraktifnya. Hal ini menyebabkan keawetan alami kayu berbeda-beda menurut jenis kayu, dalam jenis
kayu yang sama maupun pohon yang sama Tsoumis 1991. Makin banyak zat ekstraktif dalam kayu, makin awet kayu tersebut.
Menurut Nandika et al. 1996, yang dimaksud dengan keawetan kayu adalah daya tahan kayu terhadap serangan organisme perusak kayu seperti
serangga dan jamur. Keawetan kayu dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti kondisi penggunaan, macam atau jenis organisme perusak, suhu dan kelembaban
nisbi udara sekitarnya.
2.2 Keteraweatan Kayu
Keterawetan kayu adalah kemampuan kayu untuk ditembus oleh bahan pengawet, sampai mencapai retensi dan penetrasi tertentu yang secara ekonomis
menguntungkan dan efektif untuk mencegah faktor perusak kayu Supriana 1983
dalam Kartiko 2003. Dengan mengetahui sifat keterawetan maka akan diketahui pula mudah tidaknya suatu jenis kayu diawetkan dengan proses tertentu Barly
Martawijaya 2000. Menurut Barly Martawijaya 2000, ada 4 faktor yang mempengaruhi
keterawetan kayu, yaitu : a. Jenis kayu, karena adanya perbedaan struktur anatomi dan kerapatan serta
lainnya. b. Keadaan atau kondisi kayu pada saat diawetkan, seperti kadar air dan arah
penembusan. Peranan kadar air terhadap keterawetan kayu tergantung pada bahan pengawet yang digunakan dan jenis kayu tersebut.
c. Metode pengawetan. Metode pengawetan dan skema pengawetan dalam metode yang sama memberikan pengaruh yang berlainan terhadap keterawetan
kayu. Pengaruh sangat nyata bila proses tidak sesuai dengan sifat bahan pengawet.
d. Bahan pengawet. Jenis dan konsentrasi bahan pengawet sangat mempengaruhi keberhasilan dalam mengawetkan kayu, yaitu retensi dan penetrasi bahan
pengawet. Hasil studi Barly Martawijaya 2000 terhadap penentuan klasifikasi
keterawetan kayu mendapatkan hubungan yang erat antara retensi dan penetrasi artinya jenis kayu yang mudah diawetkan cenderung memiliki retensi yang tinggi,
sebaliknya jenis kayu yang sukar diawetkan cenderung memiliki retensi yang rendah. Pada umumnya klasifikasi keterawetan kayu dapat dikelompokkan
menjadi 4 kategori seperti pada Tabel 1. Tabel 1 Kelas keterawetan kayu
Kelas Keterawetan Treatability
Dalamnya Penetrasi
I Mudah permeable
90 II
Sedang moderately resistant 50-90
III Sukar resistant
10-50 IV
Sangat Sukar extremely resistant 10
Sumber: Wahyudi et al. 2007
Hasil pengujian keawetan alami dan keterawetan beberapa kayu hutan rakyat yang berasal dari Kabupaten Bogor dan sekitarnya diperoleh hasil seperti
tercantum pada Tabel 2.
Tabel 2 Keawetan alami dan keterawetan kayu hutan rakyat di Kabupaten Bogor
No. Jenis Kayu
Kelas Awet Keterawetan
1 Agathis Agathis sp
IV Sedang
2 Akasia Acacia auriculiformis
III-IV Sukar
3 Balsa Ochroma bicolor
V Mudah
4 Durian Durio sp
IV-V Sukar
5 Gmelina Gmelina arborea
IV-V Sukar
6 Jabon Anthocephalus cadamba
V Sedang
7 Jati Tectona grandis
II Sedang
8 Jengkol Pithecelobium jiringa
IV Sedang
9 Jeungjing Paraserienthes falcataria
IV-V Sedang
10 Kapuk Ceiba pentandra
IV-V Sedang
11 Karet Hevea brassiliensis
IV-V Sedang
12 Kecapi Sandoricum koetjape
IV Sedang
13 Kelapa Cocos nucifera
IV Mudah
14 Kemiri Aleurites moluccana
V Mudah
15 Kenari Canarium commune
III Mudah
16 Lamtoro Leucaena leucocephala
V Sedang
17 Leda Eucalyptus deglupta
IV Sukar
18 Mahoni Swietenia macrophylla
III-IV Sukar
19 Mangga Mangifera indica
IV Sukar
20 Mangium Acacia mangium
III Sukar
21 Manii Maesopsis eminii
IV Sedang
22 Menteng Baccauera racemosa
IV Mudah
23 Mindi Melia azedarach
IV-V Sukar
24 Nangka Artocarpus integra
II Sangat Sukar
25 Petai Parkia speciosa
IV Mudah
26 Puspa Schima wallichii
III Mudah
27 Rambutan Nephelium lappaceum
IV Sukar
28 Rasamala Altingia excelsa
II-III Sedang
29 Sentang Azadirachta axcelsa
IV Sukar
30 Sungkai Peronema canescens
III Mudah
31 Surian Toona sureni
IV-V Sedang
32 Tusam Pinus merkusii
IV Mudah
Sumber: Wahyudi et al. 2007
2.3 Pengawetan Kayu