Sifat Fisis Kayu Kayu Sebagai Komponen Bangunan

2.7 Sifat Fisis Kayu

Menurut Bowyer et al. 2003, kadar air adalah banyaknya air yang terkandung dalam kayu, dan dinyatakan dalam persentase terhadap berat kering tanurnya. Kadar air kayu bervariasi tergantung jenis dan lokasinya dalam batang, dan dapat berubah sesuai dengan kondisi iklim dimana kayu berada Bowyer et al. 2003. Lebih lanjut Barly 2009 mengatakan bahwa dalam proses tekanan, kayu yang akan diawetkan disyaratkan harus dalam keadaan kering udara atau kadar air maksimum 30. Berat jenis BJ kayu adalah perbandingan antara kerapatan kayu dengan kerapatan air pada suhu 4ºC. Umumnya makin tinggi BJ kayu, kayu semakin berat dan semakin kuat pula. Berat jenis tergantung oleh tebal dinding sel, kecilnya rongga sel yang membentuk pori-pori. Menurut Bowyer et al. 2003, BJ kayu bervariasi menurut jenis, antar pohon dari satu jenis yang sama, bahkan dalam satu batang pohon.

2.8 Sifat Mekanis Kayu

Sifat mekanis kayu adalah kemampuan kayu untuk menahan beban yang berasal dari luar. Beberapa hal yang mempengaruhi sifat mekanis kayu, yaitu : a. Faktor luar, terdiri dari pengawetan kayu, kelembaban lingkungan, pembebanan, dan cacat yang disebabkan oleh jamur dan serangga perusak kayu. b. Faktor internal, terdiri dari berat jenis kayu, kadar air, cacat mata kayu, dan penyimpangan arah serat kayu.

2.8.1 Kekuatan Lentur Statis Static Bending Strength

Kekuatan lentur statis adalah ukuran kemampuan kayu untuk menahan beban yang bekerja tegak lurus sumbu batang di tengah-tengah balok yang disangga kedua ujungnya sehingga permukaan kayu di bagian atas mengalami tekanan, sedangkan yang di bawah sumbu netral mengalami tarikan. Balok akan mengalami pelengkungan di bagian tengahnya. Pelengkungan yang terjadi dinamakan defleksi. Dari hasil pengujian kekuatan lentur statis ini akan diperoleh nilai MOE dan MOR. MOE Modulus of Elasticity menunjukkan perbandingan antara tegangan dan regangan di bawah batas elastis sehingga benda akan kembali ke bentuk semula apabila beban dilepaskan, sedangkan MOR Modulus of Rupture adalah suatu nilai yang menunjukkan besarnya beban maksimum yang dapat ditahan atau diterima oleh suatu material, dan nilai ini menunjukkan kekuatan kayu Mardikanto et al. 2009.

2.8.2 Kekuatan Tekan

Kekuatan tekan adalah kemampuan kayu untuk menahan muatanbeban tekan pada penggunaan tertentu. Dalam hal ini dibedakan menjadi dua, yaitu kuat tekan tegak lurus serat dan tekan sejajar serat. Kekuatan tekan sejajar serat adalah kemampuan kayu untuk menahan beban yang terjadi pada kedua ujungnya. Nilai hasil pengujian merupakan tegangan serat maksimum yang terjadi akibat beban tekan sejajar serat, khusus untuk batang tekan pendek Mardikanto et al. 2009.

2.8.3 Sifat Kekerasan hardness

Sifat kekerasan kayu adalah ukuran kemampuan kayu untuk menahan indentasi indentation atau tekanan setempat atau pijitan pada permukaan kayu, atau kemampuan kayu untuk menahan kikisan abrasi pada permukaannya Mardikanto et al. 2009. Beberapa sifat fisis dan mekanis kayu hutan rakyat yang telah diketahui tercamtum pada Tabel 3. Tabel 3 Sifat fisis dan mekanis beberapa kayu hutan rakyat di Kabupaten Bogor No. Jenis Kayu BJ MOE kgcm3 Kekerasan kgcm3 Sumber 1 Agathis Agathis sp 0,48 11200 148 1 2 Balsa Ochroma bicolor 0,15 3 3 Durian Durio sp 0,57 97900 274 1 4 Jabon Anthocephalus cadamba 0,42 68000 268 2 5 Jati Tectona grandis 0,67 127700 428 1 6 Jeungjing Paraserianthes falcataria 0,33 44500 119 2 7 Kecapi Sandoricum koetjape 0,29-0,59 3 8 Kemiri Aleurites moluccana 0,31 32500 88 2 9 Leda Eucalyptus deglupta 0,57 89000 50 2 10 Mahoni Swietenia macrophylla 0,61 92000 271 1 11 Menteng Baccauera racemosa 0,63-0,95 3 12 Mindi Melia azedarach 0,53 82000 242 2 13 Petai Parkia speciosa 0,35-0,81 3 14 Puspa Schima wallichii 0,69 114000 346 2 15 Rasamala Altingia excelsa 0,81 92000 632 2 16 Sungkai Peronema canescens 0,63 84000 258 1 17 Surian Toona sureni 0,39 86500 209 2 18 Tusam Pinus merkusii 0,55 127000 388 2 Sumber : 1 Martawijaya et al. 2005 2 Martawijaya et al. 2005 3 Sosef et al. 1998 Praturan Konstruksi Kayu Indonesia tahun 1961 PKKI 1961 memanfaatkan berat jenis untuk menentukan kelas kuat kayu Indonesia seperti pada Tabel 4. Tabel 4 Kelas kuat kayu menurut PKKI NI 5-1961 Kelas Kuat Berat Jenis Tegangan Lentur Mutlak Kgcm 2 Tegangan Tekan Mutlak Kgcm 2 I 0,9 1100 650 II 0,6-0,9 725-1100 425-650 III 0,4-0,6 500-725 300-425 IV 0,3-0,4 360-500 215-300 V 0,3 360 215 Sumber: Mardikanto et al. 2009

2.9 Kayu Sebagai Komponen Bangunan

Kualitas kayu sangat tergantung dari jenis kayu, tempat tumbuh, dan umur kayu. Selain itu kualitas kayu juga ditentukan oleh kerapatan kayu dan kekuatan kayu yang erat kaitannya dengan keberadaan cacat kayu baik jenis, ukuran maupun distribusi cacatnya Mardikanto et al. 2009. Dalam penggunaannya, kayu dipengaruhi oleh sifat-sifatnya, yaitu sifat fisis, mekanis, anatomi, kimia maupun sifat lainnya. Sifat tersebut dipengaruhi oleh jenis kayu, umur pohon, letak kayu dalam pohon, perbedaan tempat tumbuh serta faktor lainnya yang mempengaruhi pertumbuhannya. Sebagai bahan bangunan, maka kayu harus memenuhi syarat tertentu seperti kerapatan, kembang susut, kekuatan, dan keawetannya. Ciri kualitas kayu gergajian umumnya memuat persyaratan mutu, hasil yang dipersyaratkan, kadar air, ukuran maksimum dan minimum yang digunakan. Potongansortimen kayu gergajian harus memenuhi persyaratan ukuran minimum yang berlaku seperti SNI, SII dan sebagainya. Mengacu pada standar Indonesia SKI C-bo-010 1987 tentang “Spesifikasi Kayu Bangunan Untuk Perumahan”, maka terdapat beberapa istilah pada kayu bangunan. Kayu bangunan sendiri didefinisikan sebagai kayu olahan yang dihasilkan dari kayu bulat setelah dikonversi menjadi kayu berbentuk papan, balok, ataupun bentuk-bentuk lain sesuai dengan tujuan penggunaannya untuk bangunan. Kayu gergajian merupakan kayu hasil olahan kayu bulat melalui proses penggergajian dengan cara menggergaji arah membujur secara teratur. Istilah kusen adalah kayu gergajian untuk bahan kusen yang ukurannya biasanya 6x12 cm; 8x12 cm; 6x15 cm; 8x15 cm, sementara balok merupakan sortimen kayu bangunan dengan tebal 6 cm atau lebih dan lebar 8 cm atau lebih.

2.10 Balsa Ochroma bicolor Rowlee