Bahan Pengawet TINJAUAN PUSTAKA

Group. Menurut Deswita 1997, ukuran dan jarak injeksi, serta tekanan yang diberikan mesin injektor sangat berpengaruh terhadap retensi dan penetrasi kayu. Keunggulan pengawetan kayu dengan metode injeksi dibanding metode lain adalah dapat diaplikasikan pada berbagai bentuk dan kondisi kayu, lebih praktis karena tidak memerlukan wadah atau peralatan yang banyak menggunakan ruang, pemakaian bahan pengawet sangat efisien hemat karena tidak meninggalkan limbah, resiko pencemaran lingkungan sangat kecil, dapat diterapkan di berbagai lokasi karena peralatannya relatif ringan dan mudah dibawa, efektivitasnya terjamin karena retensi dan penetrasi bahan pengawet sangat tinggi Nandika et al. 1996. Menurut Kasmudjo 2010 proses pengawetan kayu dengan tekanan akan menghasilkan peresapan bahan pengawet yang lebih dalam dan banyak.

2.5 Bahan Pengawet

Hunt dan Garrat 1986 menyatakan bahwa bahan pengawet kayu adalah bahan-bahan kimia yang apabila diterapkan secara baik terhadap kayu akan membuat kayu tahan terhadap serangan jamur, serangan serangga, dan binatang laut. Menurut Kasmudjo 2010, terdapat beberapa persyaratan bahan pengawet yang baik agar usaha pengawetan memberikan hasil yang baik, yaitu : a. Beracun terhadap makhluk perusak kayu. b. Mudah masuk ke dalam kayu dengan daya penetrasi yang tinggi. c. Harus bersifat permanen, tidak mudah luntur atau menguap. d. Tidak berbahaya bagi manusia atau hewan. e. Bersifat netral terhadap bahan lain misalnya logam, perekat cat dan sebagainya. f. Tidak merusak kayu baik secara fisik, mekanik maupun kimia dan kayu tetap mudah difinishing dengan baik. g. Tidak mempertinggi bahaya kebakaran. h. Mudah dikerjakan, diangkut, diperoleh dan bila mungkin harganya murah. Keefektifan suatu bahan pengawet sebagian tergantung pada daya racunnya atau kemampuan menjadikan kayu itu beracun terhadap organisme- organisme perusak kayu Hunt dan Garrat 1986. Lebih lanjut Nandika et al. 1996 menyatakan keefektifan perlakuan dengan bahan pengawet juga dipengaruhi oleh kesempurnaan penetrasi dan berapa banyak retensinya pada kayu setelah perlakuan. Menurut Martawijaya dan Supriana 1973 dalam Deswita 1997, persenyawaan bor sebenarnya sudah lama dikenal sebagai salah satu bahan pengawet yang digunakan untuk meningkatkan daya tahan kayu. Sifat-sifat dari persenyawaan bor adalah : a. Beracun terhadap jamur dan serangga, tetapi tidak berbahaya bagi manusia dan ternak. b. Dapat diaplikasikan dengan berbagai metode pengawetan. c. Tidak korosif terhadap logam dan tidak merubah warna. d. Kayu yang diawetkan tidak mudah terbakar. e. Tidak berbau. f. Kayu dapat diplitur, dicat dan direkat dengan baik. Pesenyawaan bor sebagai bahan pengawet banyak digunakan secara komersial untuk mengatasi serangan rayap, salah satunya adalah bahan pengawet Diffusol-CB. Bahan pengawet Diffusol-CB adalah bahan pengawet larut air yang berbentuk garam yang terdiri dari asam boraks, borak, tembaga, dan khromium dengan formulasi CuSO 4 32,4, H 3 BO 3 21,6, dan Na 2 Cr 2 O 7 36,0. Bahan berbentuk pasta berwarna coklat gelap serta berbau. Senyawa tembaga yang digunakan sebagai bahan pengawet kayu larut air pada umumnya dalam bentuk sulfat. Tembaga sulfat merupakan anti hama yang baik dan sangat baik untuk melawan jamur. Kelemahan utama tembaga sulfat adalah adanya sifat korosif yang tinggi terhadap besi. Kelemahan lainnya adalah daya larutnya yang tinggi dalam air sehingga mudah tercuci kembali. Tembaga sulfat sangat cocok untuk mencegah serangan rayap apabila kayu yang diawetkan bebas dari pelunturan. Senyawa khrom digunakan secara luas sebagai campuran tambahan bahan pengawet kayu larut air. Penggunaan garam khrom dimaksudkan untuk mencegah atau mengurangi sifat karat korosif dari beberapa bahan pengawet kayu terhadap besi atau logam lain. Selain itu, penambahan khrom bertujuan untuk mengurangi sifat mudah luntur dari kebanyakan bahan pengawet garam.

2.6 Penetrasi dan Retensi