Koreksi Bowtie Citra MODIS Hukum-Hukum tentang Radiasi

c = f. λ ..................................2 dimana, c : kecepatan cahaya 3 x 10 8 mdetik f : frekuensi gelombang Hz λ : panjang gelombang m Penginderaan jauh yang menggunakan radiasi tampak hanya dapat digunakan pada waktu radiasi tampak matahari tersedia, yaitu pada siang hari. Untuk identifikasi awan, penginderaan jauh ini akan menunjukkan besarnya reflektivitas awan yang dapat dilihat dari kecerahan warnanya. Awan yang mempunyai reflektivitas besar akan terlihat lebih cerah sedangkan awan yang mempunyai reflektivitas kecil terlihat lebih gelap. Cumulus atau cumulonimbus yang mempunyai reflektivitas lebih besar, kelihatan lebih cerah atau lebih putih daripada altostratus atau cirrus yang reflektivitasnya lebih rendah Prawirowardoyo 1996. Sedangkan radiasi inframerah tidak dapat dideteksi oleh mata manusia tetapi dapat dideteksi secara fotografis.

2.3.3 Koreksi Bowtie Citra MODIS

Data mentah pada citra MODIS pada baris- baris tertentu terdapat kerusakan citra berupa duplikasi baris di bagian tertentu. Hal ini terjadi karena pada perangkat satelit terdapat peningkatan Instantaneous Field Of View IFOV dari 1x1 km pada titik terendah nadir menjadi hampir mendekati 2x5 km pada sudut scan maksimum yaitu 55 o . Pengaruh bowtie terjadi ketika sensor pemandaian mencapai sudut 15 o , besar sudut semakin meningkat akan menyebabkan semakin jelas efeknya Wen 2008. Untuk memperbaiki kerusakan tersebut perlu dilakukan koreksi radiometrik untuk menghilangkan efek tersebut. Selanjutnya seluruh data pada citra asli akan ditransformasikan secara matematik ke citra akhir atau resampling. Dalam hal ini dibentuk piksel baru sebagai perbaikan pada piksel lama yang mengalami kerusakan yaitu dengan teknik “tetangga terdekat” nearest neighbour . Teknik ini dilakukan dengan cara mengalihkan titik keabuan piksel yang telah terkoreksi dengan harga keabuan piksel tetangganya pada citra semula. Gambar 2 Morfologi efek bowtie Sumber : Maier et all 2004 Hal ini ditunjukkan oleh Gambar 2 bahwa data diperngaruhi oleh efek bowtie menempati sebagian dari gambar. Oleh karena itu, efek bowtie harus dihapus sebelum aplikasi data MODIS dikeluarkan. Scan pertama dan ketiga diwakili oleh kisi yang cerah sedangkan scan kedua diwakili oleh kisi yang hitam Wen 2008.

2.3.4 Hukum-Hukum tentang Radiasi

Sifat radiasi elektromagnetik mudah diuraikan dengan menggunakan teori gelombang namun lebih mudah diuraikan dengan menggunakan partikel karena interaksinya dengan objek dapat mudah diterangkan. Hukum Planck memberikan dasar mengenai sifat dualisme energi radiasi yaitu sebagai kuanta dan gelombang elektromagnetik. Teori yang menyatakan radiasi eletromagnetik terdiri atas beberapa bagian terpisah disebut teori kuantum atau foton. Besarnya energi dalam satu partikel tergantung pada frekuensi dan panjang gelombang radiasinya, sesuai dengan persamaan : E = h. f .................................3 dimana, E : energi kuantum J h : tetapan Planck 6.626x10 -34 Js f : frekuensi Hz Apabila persamaan di atas digabungkan dengan persamaan gelombang maka menjadi : E = ................................4 Berdasarkan persamaan di atas maka energi kuantum berbanding terbalik dengan panjang gelombang. Semakin panjang panjang gelombang maka semakin rendah tenaga kuantumnya dan sebaliknya. Semua benda di permukaan bumi merupakan sumber radiasi walaupun besar dan komposisi spektralnya berbeda dengan radiasi matahari. Oleh karena itu semua benda pada suhu nol derajat memancarkan radiasi elektromagnetik secara terus menerus. Besarnya energi radiasi suatu objek di permukaan bumi merupakan fungsi suhu permukaan objek tersebut, seperti yang ditunjukkan oleh Hukum Stefan Boltzman yaitu : W = σ T 4 ..............................5 dimana, W : jumlah tenaga yang dipancarkan oleh permukaan objek setiap detik per satuan luas Wm 2 σ : tetapan Stefan Boltzman 5.56697 x 10 -8 Wm 2 K 4 T : suhu absolut objek K Hukum ini berlaku untuk sumber energi sebagai benda hitam sempurna black body yaitu benda yang akan menyerap tenaga yang diterimanya dari segala sudut penerimaan dan memancarkannya kembali ke segala arah dengan seluruh panjang gelombang yang ada. Fakta di alam, hampir semua benda tidak memiliki sifat seperti benda hitam sempurna yang ada hanya mendekati sifat tersebut. Oleh karena itu setiap energi yang dipancarkan suatu objek di permukaan bumi tidak tergantung pada suhu absolutnya, tetapi tergantung pada daya pancarnya sehingga jumlah energi yang dipancarkan merupakan fungsi suhu dan akan meningkat dengan adanya peningkatan suhu. Hal ini menyebabkan jumlah energi yang dipancarkan suatu objek bervariasi dengan suhunya dan didasarkan pada panjang gelombangnya. Gambar 3 Intensitas emisi benda hitam blackbody pada berbagai suhu Sumber : Michaelsen 2010 Pada kurva di atas memperlihatkan distribusi radiasi untuk benda hitam sempurna pada berbagai suhu. Kurva tersebut menunjukkan adanya pergeseran puncak distribusi radiasi benda hitam ke arah panjang gelombang yang makin pendek apabila suhu naik yang menyebabkan intensitas radiasi yang dipancarkan juga naik. Panjang gelombang yang dominan atau panjang gelombang yang mencapai radiasi maksimum berkaitan dengan suhunya. Hubungan antara pancaran maksimum objek, panjang gelombang, dan suhu dinyatakan dengan hukum pergeseran Wien dengan persamaan : λ maks = ..........................6 Berdasarkan persamaan di atas, dengan suhu mutlak matahari 6000 K maka akan didapatkan nilai panjang gelombang maksimum radiasi matahari yang mampu memberikan pancaran puncak maksimum terjadi pada panjang gelombang 0.55 µm yang merupakan nilai tengah panjang gelombang cahaya tampak. Sedangkan untuk permukaan bumi dengan suhu permukaan sebesar 300 K memberikan nilai pancaran puncak maksimum pada panjang gelombang 9.7 µm. Oleh karena itu penginderaan jauh termal banyak dilakukan pada kisaran panjang gelombang antara 8 µm sampai 14 µm. 2.4 Jenis-Jenis Awan Awan merupakan hasil kondensasi dari uap air yang bergerak naik bersama kantong udara. Menurut penyebarannya secara vertikal awan dibedakan menjadi : a. Awan tinggi Awan tinggi mempunyai ketinggian lebih dari 6000 m dengan suhu yang sangat rendah. Pada umumnya terdiri dari kristal-kristal es, berwarna putih atau mendekati transparan. Awan tinggi digolongkan menjadi :  Cirrus Ci : awan yang halus seperti bulu, struktur beserat, sering tersusun seperti pita melengkung.  Cirrostratus Cs : awan yang berbentuk seperti kelambu putih halus, sering menimbulkan lingkaran pada matahari atau bulan.  Cirrocumulus Cc : awan yang berbentuk seperti kumpulan bulu domba. b. Awan sedang Awan sedang terdiri awan yang ketinggiannya antara 2000 m sampai 6000 m di atas permukaan laut. Awan ini merupakan campuran titik-titik air dan kristal-kristal es, terdiri dari :  Altocumulus Ac : sekumpulan awan yang berbentuk bulat, berlapis-lapis, berwarna putih, pucat, dan terdiri dari beberapa bagian yang keabu-abuan karena kurang sinar.  Altostratus : awan yang berbentuk seperti selendang yang tebal, berserat, berwarna keabu-abuan. c. Awan rendah Awan rendah berada pada ketinggian di bawah 2000 m, terdiri dari :  Stratus : awan yang melebur seperti kabut, seringkali terbentuk dari kabut yang naik. Hujan yang dihasilkan dari awan ini biasanya hujan ringan.  Stratocumulus Sc : awan yang berbentuk seperti gelombang lautan. Langit yang berwaarna biru sering tampak di antara awan ini.  Nimbostratus Ns : suatu lapisan awan yang tebal dengan bentuk yang tidak teratur, menimbulkan banyak hujan sehingga disebut awan-awan gangguan storm cloud. d. Awan yang berkembang vertikal Awan yang berkembang vertikal dihasillkan oleh kantong udara yang hangat dan lembab yang masih mampu naik sampai ketinggian yang cukup tinggi setelah melewati aras kondensasi. Awan ini terdiri dari :  Cumulus Cu : awan yang berbentuk seperti kubah dengan dasar vertikal. Biasanya terbentuk pada siang hari dalam udara yang bergerak naik. Bagian yang berhadapan dengan matahari terang dan berwarna kelabu pada bagian yang tidak tersinari.  Cumulonimnus Cb : awan yang berbentuk sangat besar dan kadang-kadang puncaknya melebar. Awan ini menghasilkan hujan yang disertai kilat dan guntur serta badai. Kadang- kadang disertai kristal-kristal es. Berwarna putih, pucat, dan terdiri dari beberapa bagian yang keabu-abuan karena kurang sinar Handoko 1995. Awan Cb mengandung partikel es dan butir air yang besar dan suhu puncaknya mencapai puluhan derajat Celcius Karmini M 2000. Tabel 3 Penelitian klasifikasi awan yang sudah dilakukan Peneliti JudulTema Metode Mimin Karmini 2000 Hujan Es Hail Di Jakarta, 20 April 2000 Menghitung cell Cb dilihat dari kecerahan puncak awan yang dikonversi menjadi suhu puncak awan menggunakan satelit GMS-5 Francis R Valovcin 1968 Infrared Measurement of Jet-Stream Cirrus Mengukur Tbb puncak awan cirrus menggunakan pesawat terbang U-2 O Lado- Bordowsky Radiometric Measurements Menghitung suhu kecerahan dan Y Hurtaud of Cirrus Cloud Over Sea and Land Surfaces cirrostratus dengan teknik rasio menggunakan 2 kanal menggunakan AVHRR3 III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian berlangsung pada bulan Maret 2010 - November 2010 di Laboratorium Meteorologi dan Pencemaran Atmosfer Departemen Geofisika dan Meteorologi, IPB. 3.2 Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah perangkat lunak pengolah citra image processing , perangkat pengolah sistem informasi geografis, Microsoft Office. Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Data citra satelit Terra-MODIS L1B yang mencakup wilayah Bogor pada tanggal 1 Januari 2008, 2 November 2008, 26 Maret 2008, 6 April 2008, dan 9 Juli 2008, 24 September 2008. Kanal yang digunakan yaitu kanal 1, 3,dan 4 sebagai kanal reflektan dengan kisaran panjang gelombang tampak yaitu kanal 1 yaitu 0.62 µm sampai 0.67 µm, kanal 3 yaitu 0.459 µm sampai 0.479 µm, kanal 4 yaitu 0.545 µm sampai 0.565 µm dan kanal 31 dan 32 sebagai kanal emisivitas dengan kisaran panjang gelombang inframerah termal yaitu kanal 31 yaitu 10.78 µm sampai 11.28 µm, dan kanal 32 yaitu 11.77 µm sampai 12.27 µm. Ke lima kanal tersebut mempunyai resolusi 1000 m x 1000m. Data tersebut dapat diperoleh dengan mengunduh di alamat http:ladsweb.nascom.nasa.govdatasearch.ht ml b. Peta Rupa Bumi Indonesia RBI skala 1:50000.

3.3 Metode Penelitian