Karakteritik Keong Emas Respons Kepiting Bakau (Scylla serrata Forskal 1775) terhadap Tingkat Kebusukan Umpan Keong Emas (Pomacea canaliculata Lamarck 1822)

Gambar 4 Keong emas Pomacea canaliculata Lamarck 1822 Keong mas diketahui mengandung asam omega 3, 6 dan 9. Dari hasil uji proksimat, kandungan protein pada keong mas berkisar antara 16 hingga 50 persen. Selain banyak mengandung protein, hewan dari keluarga moluska ini juga kaya akan kalsium BP2TP 2008.

2.7 Umpan

Umpan merupakan salah satu bentuk rangsangan berupa fisik maupun kimiawi yang dapat menyebabkan respons ikan tertentu dalam tujuan penangkapan ikan Hendrotomo 1989. Penggunaan umpan dalam proses penangkapan ikan berfungsi sebagai pemikat attractor. Penggunaan attractor umpan dalam pengoperasian bubu sudah dikenal luas oleh nelayan. Berdasarkan kondisinya umpan dapat dibedakan menjadi umpan hidup live bait dan umpan mati dead bait, sedangkan menurut asal umpan dapat dibedakan menjadi umpan alami natural bait dan umpan buatan artificial bait Leksono 1983. Menurut Leksono 1983, beberapa pertimbangan dalam menentukan alternatif terhadap jenis ikan sebagai umpan adalah: 1 umpan harus digunakan pada alat tangkap yang telah ada; 2 umpan dapat memenuhi selera ikan yang menjadi tujuan utama penangkapan; 3 umpan mudah didapat dalam jumlah banyak serta kontinuitas yang baik; 4 lokasi sumberdaya relatif dekat serta mudah dalam penanganannya; dan 5 biaya pengadaannya relatif murah. Djatikusumo 1975 dalam Tiku 2004 menyatakan bahwa umpan yang baik harus memenuhi syarat sebagai berikut: 1 tahan lama tidak cepat busuk; 2 mempunyai warna yang mengkilap sehingga mudah terlihat dan menarik bagi ikan yang menjadi tujuan penangkapan; 3 mempunyai bau yang spesifik untuk merangsang ikan datang; 4 harga terjangkau; 5 mempunyai ukuran yang memadai; dan 6 disenangi oleh ikan yang menjadi tujuan penangkapan. Kandungan kimia yang terkandung dalam umpan merupakan salah satu faktor penentu dalam proses penangkapan ikan dengan menggunakan bubu. Perbedaan jenis umpan dapat menyebabkan perbedaan hasil tangkapan pada bubu. Hal tersebut disebabkan karena bau yang dikeluarkan oleh kandungan kimia dari umpan tersebut. Bau yang dikeluarkan oleh suatu umpan berbeda berdasarkan kandungan asam amino yang merupakan bagian dari rangkaian protein Syandri 1988 dalam Tiku 2004. Reseptor penciuman olfactory pada ikan memiliki respons yang tinggi pada asam amino, tetapi asam amino relatif tidak efektif untuk respons pada indera perasa gustatory. Kadar protein dan lemak yang tinggi akan menimbulkan bau yang menyengat dari umpan Caprio 1982. Kandungan alanin, glisin, prolin pada asam amino merupakan komponen utama penurun nafsu makan ikan Fujaya 2004, sehingga akan berpengaruh terhadap penurunan stimulator penciuman yang akan berakibat menurunnya respons makan pada ikan Caprio 1982. Lokkeborg 1990 dalam Ferno 1994 menyatakan bahwa asam amino merupakan attractant utama yang menarik ikan pada perikanan long line dengan umpan ikan mackerel. Tingkat pelepasan asam amino berjalan cepat pada 1,5 jam pertama kemudian diikuti penurunan pada laju yang lebih rendah dan setelah 24 jam terendam dalam air laut laju penurunan menjadi konstan. Perubahan kuantitatif akibat pelepasan attractant dari umpan memungkinkan terjadinya perubahan kualitas kimiawi Daniel dan Bayer 1987 dalam Ferno 1994. Aktivitas mikroba dan degradasi autolisis jaringan termasuk dekarboksilase asam amino dapat menurunkan ketertarikan ikan terhadap umpan Lehninger 1975 dalam Ferno 1994.