Pengujian jumlah bakteri total TPC dalam sampel umpan dilakukan berdasarkan prosedur Standar Nasional Indonesia Nomor SNI 01-2332.3:2006
Gambar 6 .
Penghitungan dilakukan hanya 1 kali ulangan. Hal ini berdasarkan pertimbangan bahwa untuk tiap 1 kali ulangan telah dilakukan secara triplo
kemudian dirata-rata. Perhitungan TPC juga tidak ditujukan untuk mencari beda nyata antar perlakuan, tetapi untuk mendukung analisis terhadap pengujian kadar
TVBN.
Gambar 6 Uji TPC sampel umpan pada berbagai umur simpan
Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH meter 220 Merk Corning Gambar 7. Sampel dihomogenkan kemudian ujung probe dicelupkan
ke dalam sampel. Nilai pH akan muncul pada displai pH meter ketika pH meter diaktifkan. Ketika akan digunakan untuk mengukur pH sampel selanjutnya, ujung
probe disterilisasi dengan alkohol 90 dan dibilas dengan aquadest. Pengukuran pH untuk tiap sampel dilakukan pada 5 kali ulangan.
Pengujian TVBN dilakukan berdasarkan prosedur Standar Nasional Indonesia Nomor SNI 2354.8:2009. Terlebih dahulu dilakukan preparasi sampel
kemudian dilakukan ekstraksi, destilasi, titrasi dan perhitungan Gambar 8. Tiap sampel diuji pada 5 kali ulangan.
Gambar 7 Pengukuran pH sampel umpan pada berbagai umur simpan dengan pH meter
Pengamatan organoleptik bau, penampakan, dan tekstur juga dilakukan untuk tiap sampel dengan skor 1 sampai dengan 10. Mengingat belum ada
referensi atau SNI tentang organoleptik keong emas mentah, maka dicoba dibuat organoleptic score sheet Lampiran 2 yang diadaptasi dari produk perikanan lain.
Skor organoleptik yang ada dalam organoleptic score sheet adalah skor organoleptik berdasarkan persepsi manusia human perception.
3.2.2 Pengamatan Tingkah Laku Alamiah Kepiting Bakau
Lima ekor kepiting bakau dengan lebar karapas 12 cm diambil dari tambak di Semarang. Kepiting tersebut dipelihara dalam bak berbahan styrofoam yang
diisi air yang diambil dari tambak habitat aslinya. Jumlah air diatur sedemikian rupa sehingga tidak seluruh bagian tubuh kepiting bakau terendam air.
Pengamatan dilakukan terhadap pola gerakan, tingkah laku pemangsaan dan bioritmenya. Gerakan alamiah kepiting bakau direkam dengan handycam maupun
difoto dengan digital camera. Pengamatan dilakukan minimal selama 24 jam sehingga bisa diamati pula bioritmenya. Kepiting bakau diberi umpan pada pagi
dan sore hari dengan daging keong emas segar yang disimpan dalam lemari es.
Tingkah laku pemangsaan serta gerakannya sewaktu mendekat ke umpan didokumentasikan.
Gambar 8 Uji TVBN sampel umpan pada berbagai umur simpan
Terkait dengan fungsi organ visualnya, dilakukan penutupan mata dengan plester penutup luka. Penutupan dilakukan terhadap 2 rongga mata kepiting
bakau, kemudian dilihat tingkah lakunya setelah diberi perlakuan. Penutupan mata ini bertujuan untuk menghilangkan faktor penglihatan sebagaimana
diuraikan dalam pendahuluan. Untuk melihat perilaku kompetisi antar mereka, maka 5 kepiting bakau
selanjutnya disatukan dalam satu wadah. Berbagai tingkah laku yang terkait dengan interaksi antar mereka dicatat.
3.3 Rancangan Penelitian
Penyiapan umpan Gambar 9 dilakukan sebagaimana dilakukan pada saat penyiapan sampel untuk uji laboratorium, hanya dalam kuantitas yang lebih
banyak. Keong emas hidup dibeli dari pengumpul kemudian dipelihara dan dipersiapkan sebagai umpan yang disimpan pada 0, 3, dan 9 hari pada suhu
kamar. Umpan kemudian dibekukan dalam freezer untuk menjaga kondisi kualitas umpan sama dengan pada saat dimasukkan. Pada saat akan digunakan
untuk perlakuan, dalam waktu 2 jam sebelum dipakai umpan dilelehkan thawing.
Gambar 9 Viscera keong emas dipersiapkan sebagai umpan
Kepiting bakau sebagai sampel spesimen yang akan diuji diambil dari tambak pembesaran fattening di Pemalang. Kepiting bakau ini merupakan
kepiting hasil penangkapan yang dibesarkan di tambak hingga mencapai ukuran komersial lebar karapas 12 cm dan berat 350 gram. Sampel kepiting bakau
dipilih yang memiliki ukuran lebar karapas dan berat badan hampir seragam, serta berjenis kelamin yang sama jantan Tabel 3. Kepiting bakau yang telah
diseleksi dikumpulkan dalam kurungan bambu cage dan tetap dipelihara di dalam tambak. Cage yang digunakan adalah yang biasa digunakan untuk
produksi soft shell crab dengan isi 1 ekor kepiting bakau pada tiap cage. Kepiting bakau ini kemudian akan diambil secara bergiliran pada saat perlakuan.
Lebar karapas kepiting bakau dengan tingkat kepercayaan 99 tingkat kesalahan 1 adalah tidak berbeda nyata dengan 12 cm. Ini bisa dilihat dengan
nilai t hitung sebesar 130,7; lebih besar dari nilai t tabel
0,012; 21-1
sebesar 2,845 Lampiran 3. Sedangkan berat tubuh kepiting bakau dengan tingkat kepercayaan
99 tingkat kesalahan 1 adalah tidak berbeda nyata dengan 350 gram. Nilai t