Aspek Kimiawi Protein Respons Kepiting Bakau (Scylla serrata Forskal 1775) terhadap Tingkat Kebusukan Umpan Keong Emas (Pomacea canaliculata Lamarck 1822)

Putresin merupakan senyawa diamin yang diproduksi oleh Pseudomonas, sedangkan kadaverin terutama diproduksi oleh Enterobacter. Kerusakan pada ikan ditandai dengan terbentuknya trimetilamin TMA dari reduksi trimetilamin oksida TMAO, sebagai berikut: TMAO merupakan komponen yang normal terdapat di dalam ikan laut, sedangkan pada ikan yang masih segar TMA hanya ditemukan dalam jumlah sangat rendah atau tidak ada. Produksi TMA mungkin dilakukan oleh mikroorganisme, tetapi daging ikan juga mengandung enzim yang dapat mereduksi TMAO. Tidak semua bakteri mempunyai kemampuan yang sama dalam mereduksi TMAO menjadi TMA, dan reduksi tergantung dari pH ikan. Histamin, diamin, dan senyawa volatil total volatile substances juga digunakan sebagai indikator kebusukan ikan. Histamin diproduksi dari asam amino histidin oleh enzim histidin dekarboksilase yang diproduksi oleh mikroorganisme. Histamin merupakan penyebab keracunan scromboid. Seperti halnya pada daging, kadaverin dan putresin merupakan diamin yang juga digunakan sebagai indikator kebusukan ikan. Senyawa volatil yang digunakan sebagai indikator kebusukan ikan termasuk TVB-N total votatile base nitrogen, TVA total volatile acids TVS total volatile substance, dan TVN total volatile nitrogen. TVB-N adalah jumlah basa nitrogen yang mudah menguap dan yang termasuk TVB-N adalah amonia, dimetilamin, dan trimetilamin, sedangkan TVN terdiri dari TVB dan senyawa nitrogen lainnya yang dihasilkan dari destilasi uap terhadap contoh, dan TVS atau VRS volatile reducing substance adalah senyawa trimetilamin-N-oksida H 3 C N- CH 3 H 3 C trimetilamin histidin dekarboksilase histamin hasil aerasi dari produk dan dapat mereduksi larutan alkalin permanganat. Yang termasuk TVA adalah asam asetat, propionat dan asam-asam organik lainnya. Batas TVN maksimum untuk udang yang bermutu baik di Jepang dan Australia adalah 30 mg TVN100 gram dengan maksimum 5 mg trimetilamin nitrogen100 gram. Peningkatan kadar TVBN akan diikuti oleh peningkatan kadar asam amino bebas free amino acidFAA. Bolumar et al. 2001 menyatakan bahwa dalam penyimpanan sosis fermentasi sejak hari ke-1, ke-5, ke-13 hingga hari ke-26 terjadi peningkatan kadar TVBN sebagai berikut: 31,60 mg100g; 40,25 mg100g; 41,23 mg100g; dan 50,90 mg100g. Sementara itu kadar FAA sejak hari ke-1, ke-5, ke-13 hingga hari ke-26 adalah: 572,83 mg100g; 755,13 mg100g; 811,81 mg100g; dan 1.322,33 mg100g. Untuk produk-produk laut seperti tiram dan remis perubahan pH merupakan indikator kerusakan, yaitu pH = 5,9 – 6,2 untuk produk yang masih baik, pH = 5,8 sudah agak menyimpang, dan pH = 5,2 atau lebih kecil merupakan tanda kebusukan atau keasaman organ. 3 METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Jadwal penelitian ini ditampilkan pada Tabel 1. Studi pendahuluan dimulai pada 23 Juli hingga 3 Agustus 2009 berupa penyiapan sampel umpan keong emas di Pemalang. Dilanjutkan dengan uji mikrobiologi dan kimiawi sampel umpan yang telah disiapkan di Laboratorium Balai Besar Pengembangan dan Pengendalian Hasil Perikanan BBPPHP di Jakarta pada tanggal 4 sampai dengan 11 Agustus 2009. Studi pendahuluan untuk melihat tingkah laku alami kepiting bakau seperti pergerakan, tingkah laku pemangsaan, kompetisi, serta perlakuan penutupan mata kepiting bakau dilaksanakan pada 6 sampai 11 Desember 2009 di Semarang. Tabel 1 Jadwal kegiatan penelitian Kegiatan BulanTahun 06 2009 07 2009 08 2009 11 2009 12 2009 05 2010 06 2010 08 2010 02 2011 Penyusunan proposal X Studi pendahuluan: uji laboratorium X X Kolokium X Studi pendahuluan: observasi tingkah laku X Penelitian intilapangan X X Analisis data, pembahasan, penulisan X X Penelitian inti berupa penyiapan umpan, pengondisian kepiting bakau uji dan perlakuan pemberian umpan keong emas kepada kepiting uji dilaksanakan pada 20 Mei sampai dengan 25 Juni 2010 di Pemalang. Pada periode Agustus 2010 hingga Februari 2011 dilakukan analisis data, pembahasan dan penulisan hasil penelitian.

3.2 Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan bertujuan untuk melihat tingkah laku alamiah kepiting bakau yaitu gerakan, tingkah laku pemangsaan dan bioritmenya. Terkait dengan fungsi organ visualnya, dilakukan penutupan mata kemudian dilihat tingkah lakunya setelah diberi perlakuan. Penutupan mata ini bertujuan untuk menghilangkan faktor penglihatan sebagaimana diuraikan dalam pendahuluan. Studi pendahuluan juga dilakukan untuk menguji perubahan-perubahan mikrobiologis dan kimiawi pada umpan yang disimpan pada suhu kamar. Pengujian laboratorium ini bertujuan untuk menentukan tingkatan kualitas umpan berdasarkan perubahan-perubahan kadar TPC, pH, dan TVBN pada tingkat yang signifikan atau tidak antar rentang waktu penyimpanan.

3.2.1 Uji Laboratorium untuk Sampel Umpan

Pengujian laboratorium dilakukan untuk sampel keong emas. Keong emas dalam kondisi hidup diambil dari lahan pertanian di Pemalang. Keong emas kemudian dipelihara dalam bak air dan diberi makan secara rutin dengan daun- daunan seperti daun talas dan daun ubi jalar. Pada interval waktu yang telah dirancang, dimulai pada hari pertama, sebagian keong emas hidup dibunuh, dikeluarkan seluruh bagian di dalam cangkang viscera, dimasukkan ke dalam toples dan disimpan. Bagian tersebut yang digunakan sebagai sampel umpan sementara cangkangnya dibuang. Tujuan sampel dimasukkan ke dalam toples plastik dan ditutup rapat adalah untuk mencegah terkontaminasinya sampel oleh lalat. Sampel tersebut kemudian disimpan pada suhu kamar. Pada hari ketiga, keenam, dan kesembilan, dilakukan proses penyiapan dan penyimpanan sampel daging keong emas seperti di atas. Kemudian pada hari kesebelas semua sampel tersebut dibawa ke Laboratorium Balai Besar Pengembangan dan Pengendalian Hasil Perikanan BBPPHP di Jakarta. Dibawa pula keong emas yang masih dalam kondisi hidup yang akan diuji sebagai sampel segar atau belum mengalami proses penyimpanan. Dengan demikian telah disiapkan 5 kelompok sampel umpan yang disimpan pada suhu kamar dalam waktu 0, 3, 6, 9, dan 12 hari Gambar 5. Pemilihan kisaran waktu 0 – 12 hari berdasarkan pemikiran bahwa pada kisaran waktu tersebut penyimpanan umpan pada suhu kamar telah mendegradasi tingkat kesegaran organ dengan nilai skor organoleptik dari 10 menjadi 1. Pemilihan batasan waktu ini didasarkan pula pada pemikiran bahwa jika hasil penelitian ini akan dipraktikkan di lapangan maka penyebutan umur simpan dalam satuan hari akan lebih praktis. Bagan waktu penyiapan sampel umpan pada Tabel 2. Gambar 5 Sampel daging keong emas pada berbagai umur simpan: 0, 3, 6, 9, dan 12 hari dari kanan ke kiri siap untuk diuji di laboratorium Tabel 2 Bagan waktu penyiapan sampel umpan dan pengujian laboratorium Kegiatan Tanggal Juli – Agustus 2009 23 7 24 7 25 7 26 7 27 7 28 7 29 7 30 7 31 7 1 8 2 8 3 8 4 8 5 8 6 8 7 8 8 8 10 8 11 8 P. sampel 1 P. sampel 2 P. sampel 3 P. sampel 4 P. sampel 5 P. uji Uji Hasil Keterangan: P. = penyiapan; Uji = uji pH,TPC,TVBN; Hasil = pembacaan hasil uji Pada hari keduabelas semua sampel diuji di Laboratorium BBPPHP Jakarta. Uji yang dilakukan adalah uji mikrobiologi dan kimiawi yaitu TPC, pH, dan TVBN untuk melihat perubahan-perubahan selama penyimpanan pada suhu kamar. Pengujian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi untuk uji TPC dan Laboratorium Kimia untuk pH dan TVBN. Prosedur pengujian pH, TPC, dan TVBN sesuai SNI terlampir Lampiran 1.