Glycosmis Kajian Floristik Suku Rutaceae Di Kawasan Madura

63 berbulu balig; helaian membundar telur sungsang-menjorong, 1 –3.7 × 0.5–1.8 cm, pangkal menumpul-menyerong, ujung bertakik-bergubang atau menumpul, tepi rata, permukaan atas hijau mengkilat, permukaan bawah pudar, menjangat, tebal, tepi dan helaian berbintik-bintik kelenjar, harum saat diremas. Perbungaan aksilar, malai, banci atau jantan. Bunga pedisel 7 –9 mm; daun kelopak bunga berlekatan, bercuping 5, menyegitiga, 1 mm, tepi bagian ujung berambut; daun mahkota bunga berlepasan, menyirap, 5, membulat telur, 5 –6 × 2–3 mm; benang sari 10 –11, berlekatan di bagian pangkal; tangkai sari memita-mendabus, 2–3 mm; kepala sari 2 mm; bakal buah tidak berkembang. Buah membulat, pangkal cembung, ujung cembung, permukaan kasar dan beralur seperti jala, 6.3 –6.7 × 6.5 –7.5 cm, kelabu; perikarp keras dan mengayu, pulpa putih saat muda, pulpa cokelat kemerahan saat masak, harum, manis-masam; lokul buah 1. Biji banyak, tertanam dalam pulpa seperti gom, membulat telur, pipih, 5 –7 × 3 mm, testa tipis, kekuningan saat muda, cokelat saat masak, menggimbal; kotiledon putih. Distribusi : Jenis ini berasal dari India sebelah Utara, namun juga terdistribusi di Sri Lanka, Indocina, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, Madura, Bali, dan Kepulauan Sunda Kecil. Madura: Bangkalan Gili. Habitat : Jenis ini tumbuh di kawasan yang kering. Jenis ini ditanam di daerah terbuka pada ketinggian hingga 15 m dpl di Madura. Nama lokal : Bista, kabista, karabista, billa Madura; kawista Indonesia. Pemanfaatan : Limonia acidissima sering ditanam di pekarangan rumah di Asia Timur dan Jawa Swingle 1943. Pada saat ini pulpa yang masih muda dijadikan rujak dengan cara digerus bersama gula merah, garam, terasi dan cabai, sedangkan pulpa masak dicampur gula pasir kemudian dimakan. Pemanfaatan yang terlupakan oleh masyarakat yaitu gom yang keluar dari batang dipakai sebagai perekat Heyne 1950. Swingle 1943 mencatat bahwa jenis ini juga dapat digunakan sebagai batang bawah untuk Citrus Swingle 1943. Spesimen yang diamati : Bangkalan ASDI 24, ASDI 28. Ciri bunga jantan diamati dari spesimen CA Backer dan van Slooten sn Bangil, Jawa Timur. Etimologi : Epitet acidissima berasal dari Bahasa Latin yang berarti sangat asam. Penamaan tersebut merujuk pada rasa pulpa dari kawista.

6. Luvunga

Luvunga Wight Arn., Prodr. Fl. Indica Orient. 90. 1834; Swingle, Citrus Ind. 1: 244. 1943; Backer, Beknopte Fl. Java 6, fam. 145: 23. 1948; Backer Bakh. f., Fl. Java 2: 105. 1965; Stone, Rev. Handbk. Fl. Ceylon 5: 452. 1985; Zhang Hartley, Fl. China 11: 88. 1998; Mabberley, Fl. Australia 26: 503. 2013. Lampetia Roem., Syn. Hesper. 1:42. 1846. Distribusi : Marga Luvunga terdiri dari 13 jenis, di mana 12 jenis terdistribusi di India, India, Ceylon, Burma, Thailand, Indo-China, Malay Peninsula, Sumatera, Jawa, Borneo, Filipina, Nugini, hingga Australia Utara dan 1 jenis berasal dari Australia Swingle 1943; Mabberley 2013. Jenis yang terdapat di kawasan Madura adalah Luvunga monophylla. Etimologi : Epitet Luvunga berasal dari Bahasa Sansekerta luvungalata yang merupakan nama lokal dari tipe jenis, Luvunga scandens Roxb. Wight. 64 Gambar 27 Limonia acidissima L. A. habitus; B. daun sisi adaksial; C. daun sisi