Data Penginderaan Jauh untuk Penangkapan Ikan

24 Samudera Hindia menunjukkan bahwa, hasil tangkapan tertinggi berada tepat pada titik tengah lingkaran dengan tangkapan lebih dari 600 kg. Hasil tangkapan kedua berada dalam radius 5 km dengan tangkapan 250 kg – 300 kg. Uji coba penangkapan dalam radius 10 km menghasilkan 150 kg – 250 kg, dan dalam radius terluar yaitu 15 km menghasilkan tangkapan sekitar 25 kg. Gambar 2 Korelasi antara jarak dari titik pusat zona potensi penangkapan ikan dengan hasil tangkapan ikan.

2.4 Wilayah Pengelolaan Perikanan Indonesia

Dengan memperhatikan sebaran daerah penangkapan ikan, karakteristik bio- ekologi dan oseanografi, wilayah perairan Indonesia dibagi kedalam 11 Wilayah Pengelolaan Perikanan WPP sebagaimana Gambar 3. Pembagian wilayah perairan Indonesia menjadi 11 WPP sebagai berikut : 1 Selat Malaka, WPP571; 2 Samudera Hindia A, WPP572; 3 Samudera Hindia B, WPP573; 4 Laut Cina Selatan, Laut Natuna dan Selat Karimata, WPP711; 5 Laut Jawa, WPP712; 6 Selat Makassar dan laut Flores, WPP713; 7 Laut Banda WPP714; 8 Laut Arafura dan Laut Aru, WPP715; 9 Laut Maluku, Laut Seram dan Teluk Tomini, WPP716; 10 Laut Sulawesi dan Laut Halmahera, WPP717; 11 Samudera Pasifik, WPP718. WPP Laut Jawa WPP 712 berupakan bagian dari paparan Hasil Tangkapan Kg Jarak dari Titik Pusat 25 Sunda yang merupakan perairan teritorial dengan kedalaman maksimal 70 meter. Kegiatan penangkapan terutama terpusat di pantai utara Jawa, padatnya penduduk di Pulau Jawa serta dekatnya dengan tempat pemasaran menjadi penyebab tingginya tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan di perairan ini. Sumber : Departemen Kelautan dan Perikanan Gambar 3 Pembagian wilayah perairan laut Indonesia menjadi 11 WPP. Keberhasilan motorisasi perikanan tradisionil yang didukung oleh peningkatan kemampuan tangkap dan daya jelajah perahu motor tempel di pesisir utara Pulau Jawa telah menyebabkan tidak jelasnya batas-batas daerah penangkapan antar konsentrasi desa-desa nelayan. Tumpang tindih daerah penangkapan tidak dapat dihindari mengingat beberapa alat tangkap yang dioperasikan dengan perahu motor tempel dan kapal GT 20 secara acak melakukan aktifitasnya tersebar di jalur I 0 sampai 3 mil laut, jalur II 3 sampai dengan 7 mil laut, dan jalur III 7 sampai dengan 12 mil laut. Perkembangan terkini menunjukkan bahwa perubahan dan peningkatan efisiensi teknik penangkapan yang dilakukan secara inovatif melalui modifikasi secara bertahap merupakan fenomena yang banyak ditemukan di perairan ini Nurhakim, 2007. Selanjutnya dinyatakan bahwa Alat tangkap yang dioperasikan di perairan Laut Jawa dapat dibagi menjadi 5 kategori yaitu, 1 pukat tarik arad dan cotok atau garuk; 2 pukat kantong cantrang dan payang; 3 pukat cincin purse seine;