Gramatika Dasar Kalimat Tunggal

84

BAB IV ANALISIS DATA

A. Gramatika Dasar Kalimat Tunggal

Analisis tentang gramatika dasar di sini dimaksudkan untuk mendapatkan kaidah dasar kalimat tunggal yang selanjutnya dijadikan kaidah dalam kalimat majemuk. Kalimat dapat dibedakan menjadi kalimat berita, perintah, tanya, seru dan emfatik bandingkan dengan Moeliono, 1988. 1. Kalimat Berita Secara umum, kalimat berita digunakan untuk memberikan informasi dari pembicara atau penulis kepada pendengar atau pembaca. Berdasarkan jenis predikatnya maka kalimat berita dibedakan atas yang berpredikat nomina, adjektiva, dan verba. a. Nomina Perhatikan contoh kalimat di bawah ini. 1 Ayahnya dokter. Pada kalimat di atas, subjeknya berupa ayahnya dan predikatnya dokter. Baik ayahnya maupun dokter merupakan bentuk nomina sehingga dalam satu kalimat terdapat dua nomina yang berurutan. Hal ini tidak menjadi masalah asal terpenuhi fungsi subjek dan predikatnya. Perhatikan juga kalimat berikut. 2 Orang itu pencurinya. 3 Orang itulah pencurinya. Pada kalimat 1 subjeknya adalah orang itu. Pada kalimat 2 justru sebaliknya, orang itulah tidak lagi berfungsi sebagai subjek, melainkan predikat. 85 Hal itu disebabkan dalam struktur bahasa Indonesia secara keseluruhan partikel – lah menandai predikat. Hal ini perlu dibicarakan karena pada pembentukan kalimat majemuk dengan relasi konsesif akan menemui kesulitan jika digunakan partikel –lah pada predikat nominanya. Di sini sering terjadi kerancuan tentang nomina mana yang menjadi subjek dan predikat. Misalkan pada kalimat Amir penyanyi. Predikat dan subjeknya sama-sama berupa nomina. Dua kata nomina petani dan dokter tidak dapat digabungkan menjadi suatu kalimat tunggal. Hal ini dikarenakan tidak adanya partikel definit itu sehingga salah satunya dapat disebut sebagai subjek. Dua kata itu menjadi kalimat tunggal yang berterima jika berbentuk Petani itu adalah dokter. b. Adjektiva Perhatikan contoh kalimat di bawah ini. 4 Adiknya sakit. 5 Pernyataan Pak Guru benar. 6 Alasan terdakwa itu agak aneh. Pada ketiga kalimat di atas, subjeknya masing-masing adalah adiknya, pernyataan Pak Guru, dan alasan terdakwa itu, sedangkan predikatnya adalah sakit, benar, dan agak aneh. Sakit, benar, dan agak aneh merupakan kata-kata berkategori adjektiva. Di sini, pembahasan tentang adjektiva tidak akan dibicarakan secara luas karena tidak menemui kendala dalam pembentukannya menjadu kalimat majemuk bertingkat. 86 c. Verba. 1 Verba intransitif Perhatikan kalimat berikut. 7 Saya tidur. 8 Adik datang dari kota. 9 Ibu duduk di kursi. Pada kalimat 7 hanya terdapat dua unsur inti yaitu subjek, saya, dan predikat tidur, sedangkan pada kalimat 8 dan 9 terdapat unsur yang bukan inti yaitu dari kota dan di kursi. Selain itu juga ada verba dengan partikel –lah, misalkan pada kalimat Matilah dia dan Pergilah dia. Di sini verba yang menggunakan partikel –lah tetap sebagai predikat karena pada bahasa Indonesia partikel –lah digunakan untuk menyatakan sebuah predikat. Pada umumnya, dalam bahasa Indonesia verba intransitif berupa kata tunggal, seperti makan, mandi, tidur, dan lainnya. Verba ini tidak akan dibahas lebih lanjut karena jarang digunakan sebagai dasar pembentukan kalimat majemuk bertingkat. 2 Verba transitif Di bawah adalah contoh kalimat tunggal berpredikat verba transitif. 10 Saya menulis surat. monotransitif 11 Ibu memberi adik kue. bitransitif. Pada kalimat tunggal dengan predikat verba monotransitif ada tiga fungsi inti yang wajib hadir yaitu subjek, predikat, dan objek. Kalimat tunggal dengan predikat verba bitransitif ada empat fungsi inti yang harus hadir yaitu subjek, predikat, objek langsung dan objek tidak langsung. Verba ini tidak akan dibahas 87 lebih lanjut karena tidak bermasalah dalam pembentukannya menjadi kalimat majemuk. 3 Verba aktif . Berikut adalah contoh kalimat tunggal yang predikatnya verba aktif. 12 Ia mengapur dinding. 13 Petani bertanam padi. 14 Saya makan roti. Di sini unsur inti yang wajib hadir tergantung pada verbanya, apakah aktif transitif, monotransitif, atau bitransitif. Untuk kalimat tunggal dengan predikat verba aktif monotransitif ada tiga fungsi inti yang wajib hadir yaitu subjek, predikat, dan objek. Kalimat tunggal dengan predikat verba aktif bitransitif ada empat fungsi inti yang harus hadir yaitu subjek, predikat, objek langsung dan objek tidak langsung. 4 Verba pasif . Berikut adalah contoh kalimat tunggal berpredikat verba pasif. 15 Adik dipukul oleh ayah. Kalimat tunggal berpredikat verba pasif, unsur inti yang harus hadir tergantung pada jenis verbanya. Apakah verbanya monotransitif atau bitransitif. Hal ini didasari pada bentuk aktifnya karena ada asumsi bahwa bentuk pasif diturunkan dari bentuk aktif. Untuk kalimat tunggal dengan predikat verba pasif monotransitif ada tiga fungsi inti yang wajib hadir yaitu subjek, predikat, dan objek. Ada juga fungsi bukan inti yang menyertai, misalkan preposisi oleh. Kalimat tunggal dengan predikat verba pasif bitransitif ada empat fungsi inti yang 88 harus hadir yaitu subjek, predikat, objek langsung dan objek tidak lansung. Ada fungsi bukan inti yang menyertai misalkan preposisi oleh, yang biasanya diletakkan sebelum objek tak langsung. Pembahasan tentang aktif- pasif tidak menemui kendala sehingga tidak dibahas lebih luas lagi. 2. Kalimat Perintah Kalimat jenis ini sering menggunakan partikel –lah. Karena kalimat tunggal, maka unsur intinya hanya satu. Berikut contoh kalimat tunggal yang berbentuk kalimat suruh. 16 Datanglah engkau ke tumahku 17 Pakai baju yang bersih Kalimat imperatif dapat juga berbentuk pasif. Namun karena jarang digunakan sebagai dasar pembentukan kalimat majemuk bertingkat dengan relasi konsesif maka bentuk ini tidak akan dibahas lebih lanjut. Kalimat imperatif dapat juga berbentuk negatif dengan penambahan partikel jangan di awal atau sesudah subjek kalimat. Kalimat ini digunakan untuk menyatakan larangan. 18 a. Kita pergi bersama-sama. b. Jangan kita pergi bersama-sama c. Saya minta supaya kita tidak pergi bersama-sama Kalimat imperatif juga dapat dibentuk dengan penambahan partikel lah, coba, silakan, ayo, biar, harap, hendaklah, hendaknya, mari, mohon dan tolong. Namun kalimat perintah dengan penambahan partikel ini nantinya akan 89 berkendala dalam pembentukannya menjadi kalimat majemuk bertingkat dengan relasi konsesif. 3. Kalimat tanya Kalimat tanya dapat berupa –wh quetions yang menggunakan kata tanya seperti siapa, mengapa, bagaimana dan seterusnya. Selain itu ada juga kalimat tanya yang disebut ya atau tidak atau yes or no questions. Kalimat jenis ini dapat dibentuk dengan penambahan kata bukan, partikel kan, dan tanda tanya. Perhatikan kalimat berikut. 19 Dia ayahmu, kan? 20 Dia ayahmu, bukan? 21 Dia ayahmu? 4. Kalimat seru Kalimat seru disebut juga kalimat interjektif yang digunakan untuk mengungkapkan rasa kagum. Karena rasa kagum berkaitan dengan sifat, maka kalimat seru hanya dapat dibuat dari kalimat berita yang predikatnya adjektiva. Namun karena tidak dijumpai kalimat majemuk bertingkat dengan relasi konsesif bentuk ini, maka kalimat seru tidak akan dibahas lebih lanjut. 90 5. Kalimat emfatik. Kalimat emfatik memberikan penegasan khusus pada subjek. Penegasan ini biasanya dengan menambahkan keterangan sambung yang di belakang subjek dan partikel –lah pada subjek. Misalkan pada kalimat berikut. 22 Dialah yang memulai pertengkaran itu. 23 Penduduk desa itulah yang akan mengadu ke DPR. Namun karena jarang ditemukan kalimat majemuk bertingkat dengan relasi konsesif yang menggunakan kalimat bentuk emfatik, maka tidak akan dibahas lebih lanjut.

B. Kalimat Majemuk