Aktivitas Korupsi Dan Perburuan Rente Proyek Apbn Di P3son Hambalang (Periode Tahun Anggaran 2010-2012).

(1)

AKTIVITAS KORUPSI DAN PERBURUAN RENTE PROYEK

APBN DI P3SON HAMBALANG

(PERIODE TAHUN ANGGARAN 2010-2012)

APRILLIA FITRIA WARDANI

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(2)

(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aktivitas Korupsi dan Perburuan Rente Proyek APBN di P3SON Hambalang (Periode Tahun Anggaran 2010-2012) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2015 Aprillia Fitria Wardani NIM H14100001


(4)

ABSTRAK

APRILLIA FITRIA WARDANI. Aktivitas Korupsi dan Perburuan Rente Proyek APBN di P3SON Hambalang (Periode Tahun Anggaran 2010-2012). Dibimbing oleh MUHAMMAD FINDI. A.

Aktivitas korupsi dan aktivitas perburuan rente merupakan permasalahan yang terjadi pada Pembangunan Pusat Pendidikan Pelatihan dan Sekolah Nasional (P3SON) Hambalang Bogor dalam kelanjutan pembangunan dan pengadaan Barang dan Jasa dengan menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun Anggaran 2010-2012 dengan sistem tahun kontrak jamak. Oleh karena itu tujuan dilakukan penelitian ini untuk melihat bagaimana aktivitas korupsi dan perburuan rente yang terjadi pada P3SON dan bagaimana dampaknya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data dan wawancara mendalam. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat kolusi, suap, dan penyalahgunaan wewenang dalam aktivitas korupsi dengan motif memperkaya diri dan pihak lain. Aktivitas perburuan rente yang terjadi pada P3SON Hambalang termasuk jenis Rent Creation dan menghasilkan supernormal profit. Korupsi P3SON mengakibatkan dampak terhadap APBN dan merugikan keuangan atau perekonomian negara.

Kata kunci: APBN, keuangan negara, korupsi, perburuan rente

ABSTRACT

APRILLIA FITRIA WARDANI. Corruption Activity and Rent Seeking Toward the APBN in P3SON Hambalang (Period Fiscal Year 2010-2012). Supervised by MUHAMMAD FINDI A.

Activity corruption and rent-seeking activity is a problem that occurs in Development Training and Education Center of the National School (P3SON) Hambalang Bogor in the continuing development and procurement of goods and services by using the State Budget (Budget) for Fiscal Year 2010-2012 multy years system. Therefore the aim of this research to see how corruption and rent-seeking activities that occur on P3SON and how its effects. The method used in this research is data analysis and indepth interviews. Results from this study is that there is collusion, bribery and abuse of authority in corruption activities with motifs enrich themselves and others. Rent-seeking activity occurs with this type of Rent Creation occurred in the procurement of goods and services and generate supernormal profits. Corruption on P3SON resulting adverse impact on the state budget and the state finance or economy.


(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ilmu Ekonomi

AKTIVITAS KORUPSI DAN PERBURUAN RENTE PROYEK

APBN DI P3SON HAMBALANG

(PERIODE TAHUN ANGGARAN 2010-2012)

APRILLIA FITRIA WARDANI

ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2015


(6)

(7)

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Dengan Judul Skripsi “Aktivitas Korupsi dan Perburuan Rente Proyek APBN di P3SON

Hambalang (Periode Tahun Anggaran 2010-2012)”.

Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang sudah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Terutama kepada:

1. Kedua Orang Tua Wardaya dan Dra. Ari Setyanti yang tiada hentinya memberikan dukungan dan doa yang tulus sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dan Adek Sekar Paramita Wardani atas dukungan dan bantuannya.

2. Dr. Muhammad Findi A, M.E. selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, masukan, transfer ilmu, dukungan dan motivasi kepada penulis.

3. Prof. Dr. Didin S Damanhuri, S.E., M.S., D.E.A. dan Dr. Alla Asmara S.Pt. M.Si. selaku dosen penguji sidangatas kritikan, masukan ilmu yang sangat berharga, sehingga penulis mendapatkan ilmu baru yang dapat menjadi masukan atas kekurangan penulis

4. Teman-teman satu bimbingan Hilman, Dyah Ayu, Desty dan Nisa yang selalu memberikan semangat dalam penyelesaian skripsi.

5. Kepada Sahabat-sahabat penulis Anis, Rheny, Erlangga, Gagas dan Faqih yang selalu memberikan dukungan dan semangat, memberikan pengalaman dan ilmu yang berharga selama di IPB dan sudah ikut membantu dalam penyelesaian skripsi.

6. Keluarga Ekonomi Studi Pembangunan 47 khususnya sahabat-sahabat penulis Aka, Tisa, Masyitoh, Trisa, Triana, Astika, Vina, Lala, Hani, Irga dan teman-teman yang lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu dan juga Kak Qiki IE 46 untuk masukan dalam skripsi penulis. 7. Prof. Hendrawan Supratikno dan Aria Bima Anggota Komisi VI yang

telah memberikan banyak masukan dan membantu dalam menjawab permasalahan dalam skripsi penulis, Bapak Andi Zubaidi (kepala Audit Hambalang). Bapak Johan Budi (Juru Bicara KPK), Bapak Setyanta Nugraha (Kepala Biro Analisis APBN Sekjen DPR RI) dan Mas Tama (peniliti ICW) yang sudah bersedia menjadi informan untuk diwawancarai dan memberikan pengetahuan kepada penulis.

Bogor, Februari 2015


(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 5

Tujuan Penelitian 6

Manfaat Penelitian 6

Ruang Lingkup Penelitian 6

TINJAUAN PUSTAKA 7

Ekonomi Politik 7

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 8

Korupsi 9

Prinsip Pengadaan Barang dan Jasa 12

Aktivitas Perburuan rente Ekonomi 13

Penelitian Terdahulu 15

Kerangka Pemikiran 16

METODOLOGI PENELITIAN 17 Lokasi dan Waktu Penelitian 18 Jenis dan Sumber Data 18 Metode Analisis Data 18 Analisis Aktivitas Korupsi dan Perburuan Rente Proyek APBN Pembangunan P3SON Hambalang 19

Analisis Dampak Korupsi Terhadap APBN 19

GAMBARAN UMUM DAERAH LOKASI PENELITIAN 20 Pusat Pendidikan Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional Hambalang 20

Anggaran Belanja Pemerintah Pusat 21

Perkembangan Wilayah dan Perkembangan Kependudukan Kabupaten Bogor 22 Gambaran Umum Korupsi Proyek APBN 24

HASIL DAN PEMBAHASAN 25

Aktivitas Korupsi Pembangunan P3SON Hambalang 25

Aktivitas Perburuan Rente Pembangunan P3SON Hambalang 34 Pembangunan P3SON Hambalang

Dampak korupsi Hambalang terhadap APBN 38


(10)

Simpulan 44

Saran 45

DAFTAR PUSTAKA 45


(11)

DAFTAR TABEL

1 Perkembangan APBN 2009-2014 (Triliun Rupiah) 3

2 Indeks Persepi Korupsi Negara ASEAN 4

3 Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Pemerintah 9

4 Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah 12

5 Daftar Kecamatan, jumlah kelurahan, luas wilayah dan jumlah

penduduk tahun 2011 di kabupaten Bogor 23

6 Jenis Penyimpangan Pada APBN 24

7 Rancangan Anggaran Biaya Kontrak Jamak P3SON 27 8 Perusahaan-Perusahaan Sub kontrak P.T Yodya Karya 32 9 Perusahaan-Perusahaan Sub kontrak KSO Adhi-Wika 33 10 Supernormal Profit Perusahaan Pemenang Tender Pembangunan

P3SON Hambalang 37

11 Usulan dan Persetujuan Anggaran P3SON Hambalang Kemenpora

ke Kementerian Keuangan 40

DAFTAR GAMBAR

1 Realisasi Belanja Pemerintah Pusat (Triliun Rupiah) 2

2 Kerangka Pemikiran 17

3 Peta Topografi Lokasi Bukit Hambalang 20

4 Perkembangan Belanja Pemerintah Pusat 2008-2013 21

5 Peta kabupaten Bogor 22

DAFTAR LAMPIRAN

1. Realisasi Pembayaran Proyek P3SON Hambalang Tahun 2010 dan

2011 48

2. Daftar Informan yang Diwawancarai 49


(12)

(13)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Salah satu bentuk pengalokasian keuangan negara yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia adalah dengan menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Setiap tahunnya pemerintah Indonesia menyusun APBN dimana penyusunannya mengacu pada pembangunan jangka panjang dan menengah. Perencanaan dan penyusunan program-program pemerintah dan pembangunan dilakukan berdasarkan hukum dan peraturan perundang-undangan. Program pembangunan nasional tersebut yang kemudian dituangkan dalam Undang-Undang (UU) APBN.

Dalam penyusunan APBN pelaksanaannya berdasarkan Pasal 23 Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 amandemen keempat1. Ketentuan penyusunan dan penetapan APBN tertuang dalam UU No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara. Dalam pasal tersebut dijelaskan dalam pengelolaan keuangan negara pelaksanaannya harus dilakukan secara transparan dan bertanggung jawab.

Menurut Kementerian Keuangan Republik Indonesia, APBN setiap tahunnya mengalami peningkatan. Realisasi keuangan negara dari tahun 2008 sampai tahun 2014 di Indonesia menunjukkan anggaran belanja negara lebih besar dari pendapatan negara.

Anggaran Belanja Pemerintah Pusat digunakan untuk melaksanakan fungsi ekonomi pemerintah sehingga dapat mencapai tujuan nasional dalam rencana pembangunan jangka panjang, jangka menengah dan pembangunan tahunan. Pemerintah menggunakan alokasi belanja negara untuk pencapaian tujuan dan sasaran program pembangunan nasional.2 Alokasi anggaran belanja pemerintah pusat dalam kurun waktu 2008-2013 secara nominal mengalami peningkatan,yaitu Rp 693.4 triliun pada tahun 2008, menjadi Rp 1 010.6 triliun pada tahun 2012, dan pada APBNP tahun 2013 mencapai Rp 1 196.8 triliun (Lihat Gambar 1).

Dari Jumlah alokasi belanja pemerintah pusat pada tahun 2010-2012, lebih dari 50 persen alokasi anggaran digunakan pada belanja Kementerian Negara/Lembaga. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1 dimana pada tahun 2010 sebesar Rp 687.4 triliun dialokasikan pada belanja Kementerian Negara/Lembaga dari total belanja pemerintah pusat sebesar Rp 1 042.1 triliun, tahun 2011 sebesar Rp 883.7 triliun dialokasikan pada belanja Kementerian Negara/Lembaga dari total belanja pemerintah pusat sebesar Rp 1 295 triliun dan tahun 2012 sebesar Rp 1 010.6 dialokasikan pada belanja Kementerian Negara/Lembaga dari total belanja pemerintah pusat sebesar Rp 1 491.4.

1

Pasal 23 Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 Amandemen Keempat: (1) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat; (2) Rancangan Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara diajukan oleh Presiden untuk dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah; (3) Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui RAPBN yang diusulkan oleh Preseiden, Pemerintah menjalankan APBN tahun yang lalu.

2

Republik Indonesia, Nota Keuangan dan Anggaran Pendapatan dan belanja Negara 2014. (Jakarta: Republik Indonesia),. h. 4-21


(14)

2

Sumber: Kementerian Keuangan dalam Nota Keuangan dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2014, 2014.

Gambar 1 Realisasi Belanja Pemerintah Pusat (Triliun Rupiah)

Dalam belanja pemerintah pusat sendiri berdasarkan klasifikasi terdapat belanja kementerian negara/lembaga, belanja pemerintah pusat sendiri menurut organisasi dapat dibagi menjadi dua yaitu:

“(1) Anggaran yang dialokasikan melalui bagian anggaran kementerian negara/lembaga (BA/KL) dengan Menteri/Pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran; dan (2) Anggaran yang dialokasikan melalui Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara (BA BUN) yang dialokasikan melalui Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara”.

Peningkatan belanja pemerintah dari tahun ke tahun membuat pemerintah berupaya memperbaiki pencarian dana yaitu antara lain dilakukan melalui percepatan proses kerja dalam area pelaksanaan anggaran serta melakukan monitoring pelaksanaan rencana kerja Kementerian Negara/Lembaga (K/L) Pemerintah Pusat.

693.4 628.8 697.4

883.7 1010.6

1196.8 1249.9

0 200 400 600 800 1000 1200 1400

2008 2009 2010 2011 2012 2013

(APBNP)

2014 (APBN)

T

riliun

RP


(15)

3 Tabel 1 Perkembangan APBN 2009-2014 (Triliun Rupiah)

URAIAN 2009 2010 2011 2012 2013

(APBNP) 2014 (APBN) A.Pendapatan Negara

I. Penerimaan perpajakan

1. Penerimaan perpajakan 2. Penerimaan negara bukan pajak II. Penerimaan Hibah

B. Belanja Negara

I. Belanja Pemerintah Pusat

1.Belanja Kementrian Negara/Lembaga 2.Belanja Non Kementrian

Negara/Lembaga II. Transfer ke Daerah

1. Dana Perimbangan 2.Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian

C. Keseimbangan primer D. Surplus/(Defisit) Anggaran % defisit terhadap PDB

E. Pembiayaan

I. Pembiayaan Dalam Negeri 1. Perbankan dalam negeri 2. Non perbankan dalam negeri II. Pembiayaan Luar Negeri (Neto)

1. Penarikan pinjaman LN (Bruto) 2. Penerusan pinjaman (SLA) 3. Pembayaran cicilan pokok utang luar negeri

Kelebihan /(kekurangan) pembiayaan

848,8 847,1 619,9 227,2 1,7 937,4 628,8 307,0 321,8 308,6 287,3 21,3 5,2 (88,6) (1,58) 112,6 128,1 41,1 87,1 (15,5) 58,7 (6,2) (68,0) 24,0 995,3 992,2 723,3 268,9 3,0 1.042,1 697,4 332,9 364,5 344,7 316,7 28,0 41,5 (46,8) (0,73) 91,6 96,1 22,2 73,9 (4,6) 54,8 (8,7) (50,6) 44,7 1.210,6 1.205,3 873,9 331,5 5,3 1.295,0 883,7 417,6 466,1 411,3 347,2 64,1 8,9 (84,) (1,14) 130,9 148,7 48,9 99,8 (17,8) 33,7 (4,2) (47,3) (46,5) 1.338,1 1.332,3 980,5 351,8 5,8 1.491,4 1.010,6 489,4 521,1 480,6 411,3 69,4 (52,8) (153,3) (1,86) 175,2 198,6 62,7 135,9 (23,5) 31,4 (3,8) (51,1) 21,9 1.502,0 1.497,5 1.148,4 349,2 4,5 1.726,2 1.196,8 622,0 574,8 529,4 445,5 83,8 (111,7) (224,2) (2,38) 224,2 241,1 34,6 206,5 (16,9) 49,0 (6,7) (59,2) 0,0 1.667,1 1.665,8 1.280,4 385,4 1,4 1.842,5 1.249,5 637,8 612,1 592,6 487,9 104,6 (54,1) (175,4) (1,69) 175.4 196,3 4,4 191,9 (20,9) 39,1 (1,2) (58,8) 0,0

Sumber: Kementerian Keuangan Republik Indonesia, 2014.

Salah satu program rencana kerja Kementerian yang dibiayai dengan menggunakan anggaran APBN adalah pengadaan barang/jasa. Tujuan dari pengadaan barang/jasa dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia (Keppres RI) Nomor 80 Tahun 20033 pasal 2 yaitu:

Tujuan diberlakukannya Keputusan Presiden ini adalah agar pelaksanaan pengadaan barang/jasa yang sebagian atau seluruhnya dibiayai APBN/APBD dilakukan secara efisien, efektif, terbuka dan bersaing, transparan, adil/tidak diskriminatif, dan akuntabel.”

Adanya Keppres RI Nomor 80 Tahun 2003 tidak serta merta menjamin tidak terdapat penyimpangan yang terjadi dalam pengadaan barang/jasa. Penyalahgunaan APBN dalam pengadaan barang dan jasa dapat terjadi karena tidak adanya kesadaran diri pada pejabat mengenai tujuan alokasi anggaran APBN yang digunakan untuk menyejahterakan masyarakat dan indikasi inilah yang mengakibatkan para pejabat terjerat korupsi.

Korupsi salah satu permasalahan besar yang sedang dihadapi dalam anggaran di Indonesia saat ini, sehingga korupsi masuk kedalam sistem baik sistem ekonomi maupun sistem politik. Korupsi berasal dari bahasa latin corruptio dari kata kerja corrumpere yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan,

3

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2003 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Presiden Republik Indonesia.


(16)

4

memutarbalik, menyogok. Adanya perilaku korupsi dalam penyelenggaraan pemerintah dalam alokasi anggaran sering ditemukan dalam proyek pengadaan barang dan jasa. Hal ini bukanlah masalah baru di Indonesia dan korupsi merupakan penyakit kronis yang akan menggerogoti perekonomian. Korupsi juga akan menjadikan perekonomian menjadi high cost economy4 dimana korupsi di Indonesia terus menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun, baik dari jumlah kasus yang terjadi maupun kerugian keuangan negara.

Menurut Transparency International (TI) pada tahun 2013 Indonesia memiliki skor Corruption Perception Index (CPI) sebesar 32 dan menempati urutan 114 dari 177 Negara yang diukur, skor ini masih terbilang rendah yaitu dibawah 50 dimana CPI dipresentasikan dalam bobot dengan rentang 0-100. Skor 0 berarti negara dipersepsikan sangat korup, sementara skor 100 berarti dipersepsikan sangat bersih dari korupsi, ini menunjukkan bahwa Indonesia masih merupakan negara dengan korupsi terbesar keempat dari negara-negara ASEAN (Tabel 2).

Tabel 2 Indeks Persepsi Korupsi Negara ASEAN

No Negara CPI Score 2013

1. Indonesia 32

2. Malaysia 50

3. Singapura 86

4. Filipina 36

5. Thailand 35

6. Myanmar 21

7. Laos 26

8. Vietnam 31

9. Brunei Darussalam 60

Sumber: Transparency International, 2013 (diolah).

Media baru saja memperbingcangkan masalah korupsi anggaran yang terjadi pada pengadaan barang dan jasa proyek pembangunan P3SON Hambalang, dimana kasus korupsi tersebut banyak melibatkan petinggi pemerintah Kemenpora, salah satunya melibatan DK sebagai Kepala Biro Perencanaan Seskemenpora. Deddy tertangkap oleh pihak KPK dengan indikasi penyalahgunaan wewenang dengan mengakibatkan kerugian negara sebesar Rp 463 miliar5.

Pembangunan lanjutan Pusat Pendidikan Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional Hambalang (P3SON) di Hambalang Bogor yang merupakan salah satu Rencana Kerja Kementerian Negara/Lembaga (K/L) pada Kementerian Pemuda dan Olahraga. Pembangunan tersebut menggunakan anggaran APBN pada belanja modal Kemenpora Tahun Anggaran (TA) 2010-2012 sebesar Rp 1 175 320 006 dengan skema kontrak tahun jamak.

Besarnya alokasi anggaran belanja pemerintah untuk pembangunan P3SON memberikan implikasi penggunaan anggaran secara tidak efisien, sehingga anggaran tersebut masih bias kepentingan elite. Anggaran yang dikeluarkan

4

Didin S. Damanhuri, Ekonomi Politik dan Pembangunan: Teori, Kritik, dan Solusi bagi Indonesia dan Negara Sedang Berkembang (Bogor: Ipb Press, 2010), h. 123.


(17)

5 pemerintah tidak sedikit digunakan untuk kepentingan-kepentingan elite baik pihak pemerintah maupun pengusaha dalam proses kelanjutan pembangunan sehingga pada akhirnya proyek pemerintah ini disalahgunakan oleh pihak-pihak terkait yang terlibat dalam pembangunan tersebut.

Modus operandi korupsi yang dilakukan dalam pelaksanaan pengadaan barang dan jasa pemerintah pada pembangunan P3SON meliputi kolusi antara pemasok, pemberian suap pada pejabat pemerintah yang mengatur proses lelang tender, dan adanya penyalahgunaan wewenang pada pengaturan tender dan kelanjutan pembangunan, sehingga mengakibatkan kurangnya pengawasan dalam pelaksanaan pengadaan barang dan jasa..

Terkuaknya kasus korupsi pada P3SON ini mememberikan pemahaman tentang cara aktor-aktor pejabat publik dan para elite pengusaha dalam mengusahakan kelanjutan pembangunan P3SON dan akan terlihat pula mengenai adanya aktivitas perburuan rente6. Aktivitas korupsi dan aktivitas perburuan rente pada P3SON Hambalang menjadi bagian penting untuk dikaji ini karena keduanya dapat berimplikasi pada kurangnya nilai manfaat dari APBN itu sendiri sehingga akan mengabaikan kesejahteraan masyarakat dan korupsi akan mengurangi efektivitas.

Perumusan Masalah

APBN sebagai salah satu bentuk kepercayaan rakyat kepada pemerintah dalam mengalokasikan keuangan negara. Anggaran negara menjadi urat nadi negara dalam menjalankan pemerintahan. Belanja Pemerintah dalam APBN memberikan konstribusi yang sangat besar dalam pencapaian tujuan nasional7. Anggaran belanja pemerintah yang digunakan untuk pelaksanaan program-program pembangunan masih banyak terjadi penyimpangan. Penyimpangan dalam penggunaan anggaran belanja terjadi salah satunya dalam pembangunan proyek Kementerian yang dibiayai oleh APBN dalam pengadaan barang/jasa, adanya persekongkolan tender vertikal 8 menyebabkan adanya korupsi dan aktivitas perburuan rente pada pembangunan tersebut.

Pembangunan P3SON Hambalang di Kemenpora sendiri menggunakan anggaran APBN TA 2010-2012 dimana pada TA 2010 sebesar Rp 275 miliar, TA 2011 Rp 400 miliar, dan TA 2012 sebesar Rp 500 miliar. Tujuan dibangunnya P3SON adalah untuk mengintegrasikan sekolah olahraga dan pusat pelatihan atlet nasional ke dalam satu sistem manajemen sehingga program penerapan iptek olahraga relatif dapat dikontrol oleh pemerintah sehingga lahir atlet-atlet Indonesia yang lebih baik.

6

Dalam literatur ekonomi politik, rente merupakan suatu perilaku pelaku bisnis untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dengan sumberdaya yang dimiliki oleh publik maupun fasilitas negara. Febri Diansyah 2009. Senjakala Pemberantasan Korupsi; Memangkas Akar Korupsi dari Pengadilan Tipikor. Volume 6 Nomor 2, Juli 2009

7

Anggaran belanja pemeirntah pusat memiliki dua peran penting dalam pencapaian tujuan nasional, terutama dalam peningkatan kesejahteraan rakyat. Lihat Republik Indonesia, Nota Keuangan dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2014 (Jakarta: Republik Indonesia), h.4-1

8

Persengkokolan tender vertikal terjadi ketika persekongkolan terjadi antara pelaku penyedia barang dan jasa dengan panitia pengadaan tender.


(18)

6

Namun adanya campur tangan perusahaan dalam pelaksanaan lelang tender dan penyalahgunaan wewenang menyebabkan adanya praktek korupsi dan aktivitas perburuan rente yang dilakukan dalam pembangunan P3SON Hambalang baik itu dari pihak eksekutif maupun pejabat perusahaan menyebabkan adanya kegagalan pada pembangunan tersebut sehingga berimplikasi terjadinya kerugian pada negara baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Berdasarkan uraian tersebut, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana aktivitas korupsi dan aktivitas perburuan rente proyek pembangunan APBN P3SON Hambalang tahun anggaran 2010-2012 terjadi?

2. Bagaimana dampak korupsi pembangunan P3SON Hambalang tahun anggaran 2010-2012 terhadap APBN dan dampak terhadap keuangan negara atau perekonomian negara?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian pada latar belakang dan perumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menganalisis aktivitas korupsi dan aktivitas perburuan rente proyek pembangunan APBN P3SON Hambalang.

2. Menganalisis dampak korupsi pembangunan P3SON Hambalang terhadap APBN dan dampak terhadap keuangan negara atau perekonomian negara.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Memberikan informasi mengenai aktivitas korupsi dan aktivitas perburuan rente ekonomi pada proyek APBN.

2. Memberikan informasi mengenai dampak korupsi dan aktivitas perburuan rente ekonomi pembangunan P3SON Hambalang terhadap APBN dan Keuangan Negara tau Perekonomian Negara.

3. Sebagai bahan refrensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah melihat aktivitas korupsi dan aktivitas perburuan rente ekonomi pada pembangunan P3SON Hambalang dengan menggunakan anggaran APBN pada Kemenpora. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder, dimana data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini didapat dari Surat Dakwaan KPK, Surat Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, dan Laporan Hasil Pemeriksaan Investigatif (Tahap II) P3SON Hambalang BPK RI. Data primer dilakukan dengan melakukan wawancara


(19)

7 mendalam (In depth interview) dengan anggota BPK RI, Sekjen DPR RI, KPK, dan ICW. Penelitian ini menggunakan dasar ilmu ekonomi politik mengenai korupsi dan aktivitas ekonomi perburuan rente.

TINJAUAN PUSTAKA

Ekonomi Politik

Menurut James A. Caporaso dan David P. Levine ekonomi politik pada pendekatan ekonomi terhadap politik adalah:9

“Ilmu yang menelaah hubungan antara wilayah ekonomi dengan wilayah politik atau antara sub-sistem ekonomi dengan sub-sitem politik. Dengan kata lain, menurut pendekatan ekonomi terhadap politik, ekonomi politik bukan lah sebuah telaah tentang apa yang akan terjadi ketika wilayah ekonomi bertemu dengan wilayah politik melainkan ekonomi politik berarti penerapan penalaran ekonomi terhadap proses-proses politik.” Ekonomi politik pada awalnya terbentuk karena adanya perbedaan teoritis antara ilmu politik dengan ilmu ekonomi. Ekonomi dan politik merujuk pada suatu kegiatan yang berbeda namun bukan berarti ekonomi disini dapat dijalankan secara praktis10 dan masih memiliki pengaruh satu dengan yang lainnya. Sebelum berkembangnya ilmu ekonomi seperti saat ini, ilmu ekonomi merupakan hasil turunan dari ilmu ekonomi politk. Terdapat perbedaan antara ilmu ekonomi politik dengan ilmu ekonomi murni, dimana pada ilmu ekonomi politik suatu kekuasaan dapat mempengaruhi suatu masyarakat dalam suatu tujuan ekonomi sedangkan dalam ilmu ekonomi murni suatu kekuasaan yang berada dalam masyarakat bersifat given11.

Pada pendekatan Ekonomi politik baru, negara dipandang dapat mengakibatkan kegagalan (government failure). Pendekatan ini melihat adanya perilaku para petinngi seperti politisi dan birokrat untuk mementingkan diri sendiri, dalam hal ini memperkaya diri sendiri dengan menggunakan alokasi sumber daya publik dalam pasar politik salah satunya dengan melalui lobi.12. Perilaku manusia pada pendekatan ini diasumsikan sebagai makhluk yang akan terus memaksimalkan manfaat dan berupaya untuk menghubungkan antara tujuan yang ingin dicapainya dengan cara-cara dalam pencapaian tujuan tersebut.13

9

James A Caporaso dan David P Levine. 2008. Teori-Teori Ekonomi Politik. Diterjemahkan oleh: Suraji. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar), h. 305

10

Praktis tersebut adalah diamati secara teoritis seolah-olah ia memiliki keswadayaan dalam

pengertian moral, politik, atau intelektual. Martin Staniland. “Apakah Ekonomi Politik Itu? Sebuah

Studi Teori Sosial dan Keterbelakangan” (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), h. 16.

11Ahmad Erani Yustika. 2012. “Ekonomi Kelembagaan: Paradigma, Teori, dan Kebijakan”

. (Jakarta: Erlangga), h. 98

12Ibid., h.102 13


(20)

8

Pengertian ekonomi disini adalah pengambilan keputusan non pasar dengan utamanya adalah kegiatan-kegiatan pemerintah, sedangkan pengertian sistem politik disini sebagai analog pasar. Para ekonom dalam pengambilan keputusan ekonomi nya disini harus melibatkan intervensi pemerintah. William C. Mitchell mengatakan:14

Sistem politik hendaknya dipandang tidak hanya sebagai mekanisme-mekanisme pilihan pengambilan keputusan-keputusan ekonomi yang berdampak pada ekonomi pribadi, namun juga sebagai hak ekonomi-ekonomi sendiri untuk membuat keputusan tentang anggaran atau produksi dan distribusi barang-barang dan jasa publik.”

Pendekatan ekonomi politik baru tersebut digunakan dalam penelitian ini, dimana adanya agen-agen yang berusaha untuk mendapatkan keuntungan berupa rente ekonomi dengan memanfaatkan lobi kepada pemerintah sehingga dapat mengakibatkan kegagalan pemerintah.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

Untuk mencapai tujuan negara selayaknya bangsa yang merdeka dalam rangka pembangunan, pemerintah menyusun rancangan target dan sasaran yang tertuang dalam kerangka pembangunan nasional15. Kerangka pembangunan nasional juga dilengkapi dengan rencana keuangan. Menurut Pasal 1 ayat (7) UU Nomor 17 Tahun 2003, APBN adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh DPR. 16

APBN memiliki peran strategis untuk melaksanakan fungsi-fungsi ekonomi pemerintah yaitu fungsi alokasi, fungsi distribusi, dan fungsi stabilisasi. Fungsi alokasi digunakan untuk mengalokasikan anggaran pemerintah dalam pembangunan nasional, fungsi distribusi digunakan untuk mendistribusikan pendapatan dan subsidi dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan fungsi stabilisasi digunakan untuk menjaga kestabilan dan akselerasi kinerja ekonomi, sehingga diharapkan perekonomian tetap berada pada kondisi produktif, efisiensi, dan stabil.17

Penyusunan APBN sendiri dalam pelaksanaannya sesuai dengan Pasal 23 Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 amandemen keempat18. APBN merupakan pengelolaan keuangan negara yang ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk kemakmuran rakyat. APBN diajukan oleh Presiden yang kemudian dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah.

14Op.cit.,

h.52-53 15

Nota Keuangan dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2014. (Jakarta: Republik Indonesia), h.1-1.

16

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara 17

Op.cit., 18

Republik Indonesia, Nota Keuangan dan Anggaran Pendapatan dan belanja Negara 2014. (Jakarta: Republik Indonesia), h.1-5


(21)

9 Proses dan mekanisme penyiapan, penyusunan, dan pembahasan APBN mengacu pada Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang keuangan Negara, dan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD19. Struktur APBN sendri terdiri atas sumber pendapatan dan Belanja Negara20 (Tabel 3).

Tabel 3 Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Pemerintah Pendapatan Dalam Negeri Belanja Negara I. Penerimaan Perpajakan

a. Pendapatan Pajak Dalam Negeri 1. Pendapatan Pajak Penghasilan

a. Pendapatan PPh Migas b. PendapatanPPh Nonmigas

2. PertambahanPajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah 3. Pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan 4. Pendapatan BPHTB

5. Pendapatan Cukai

6. Pendapatan Pajak Lainnya b. Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional

1. Pendapatan Bea Masuk 2. Pendapatan Bea Keluar II. Penerimaan Negara Bukan Pajak a. Penerimaan Sumber Daya Alam

1. Pendapatan SDA Migas a. Pendapatan Minyak Bumi b. Pendapatan Gas Bumi 2. Pendapatan SDA Nonmigas

a. Pendapatan Pertambangan umum

b. Pendapatan Kehutanan c. Pendekatan Perikanan d. Pendapatan Panas Bumi b. Pendapatan Bagian Laba BUMN c. PNBP Lainnya

d. Pendapatan BLU III. Penerimaan Hibah

a. Belanja Pemerintah: 1. Belanja Pegawai 2. Belanja Barang 3. Belanja Modal

4. PembayaranBunga Utang 5. Subsidi

6. Belanja Hibah 7. Bantuan Sosial 8. Belanja Lain-lain b. Belanja Transfer ke daerah:

1. Dana Perimbangan 2. Dana Otonomi Khusus 3. Dana Penyesuaian

Sumber: Kementerian Keuangan dalam Nota Keuangan dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2014, 2014.

Korupsi

Korupsi menurut definisi adalah penyalahgunaan kekuasaan yang dipercayakan untuk mendapatkan keuntungan pribadi. 21 Korupsi menurut Transperency Internasional adalah perilaku pejabat publik dimana mereka menyalahgunakan kekuasaannya untuk memperkaya diri sendiri atau orang lain

19

Ibid., 20

Republik Indonesia, Nota Keuangan dan Anggaran Pendapatan dan belanja Negara 2014. (Jakarta: Republik Indonesia), h.1-5

21


(22)

10

yang memiliki kedekatan dengan melanggar aturan dan undang-undang yang berlaku.22

Dalam korupsi administrasi, korupsi dibagi menjadi dua yaitu korupsi sesuai peraturan yang berlaku dan korupsi melanggar peraturan yang berlaku. Korupsi sesuai peraturan yang berlaku terjadi dimana pejabat melakukan tugas secara ilegal dan sesuai dengan kewajibannya yang sudah diatur oleh undang-undang untuk memperkaya diri sediri. Korupsi melanggar peraturan yang berlaku terjadi ketika suap diberikan kepada para pejabat untuk mendapatkan pelayanan dimana pelayanan pejabat tersebut dilarang menurut undang-undang yang berlaku.23

Korupsi pada pemerintahan saat ini sudah bukan menjadi hal yang tabu, korupsi dalam pemerintah identik dengan suap menyuap untuk mendapatkan kontrak pengadaan barang dan jasa. Hal ini terjadi karena pada pengadaan barang dan jasa peluang untuk terjadinya korupsi sangat besar, dengan modus memarkup nilai. Dalam kamus hukum, yang dimaksud corruptie adalah korupsi, perbuatan curang, tindak pidana yang merugikan keuangan Negara.

Korupsi dilihat dari aspek karateristiknya merupakan tindak pidana yang bersifat sistematis yang dapat menimbulkan penderitaan bagi masyarakat, dapat merusa nilai-nilai luhur bangsa Indonesia dan dapat menghambat pembangunan.24 Luo (2005) selanjutnya menyatakan bahwa:

orang yang sedang disuap tentu harus bertindak sebagai agen bagi individu lain atau organisasi karena tujuan suap adalah untuk mendorong dia untuk menempatkan sendiri kepentingan tujuan organisasi dimana dia bekerja”25.

Secara teori, korupsi dapat dirumuskan sebagai berikut26:

C = M + D – A

Keterangan:

C : Corruption (Korupsi)

M : Monopoly Power (Kekuasaan Monopoli) D : Discretion by officials (Wewenang pejabat) A : Accountability (Akuntabilitas)

Dari rumus tersebut dapat dijelaskan adanya korupsi diakibatkan tidak adanya akuntabilitas pada seseorang pemegang monopoli atas barang atau jasa yang bisa memutuskan siapa yang berhak mendapatkan barang atau jasa tersebut dan berapa banyaknya, hal ini dilakukan dengan menggunakan kewenangan seorang pejabat.

22Ibid.,

h.7 23Ibid.,

h.8 24

DR. Muhammad Yusuf , “Miskinkan Koruptor! Pembuktian Terbalik Solusi Jitu Yang

Terabaikan” (Jakarta: Pustaka Juanda Tigalima), h.43. 25

Soma P, Ren K, An Institutional Theory Perspective on Corruption: The Case of a Developing Democrac, Journal Financial Accountability & Management, February 0267-4424, 2014.

26

Robert Klitgaard, Ronald Maclean-Abaroa dan H. Lindsey Parris, “Penuntun Pemberantasan


(23)

11 Menurut Didin S Damanhuri, korupsi dibagi menjadi tujuh bagian yaitu:27 transaktive (kolusi), extortive ( memeras), investive (suap), nepotisme, outogenic (dilakukan seorang diri), supportive (bias kekuasaan) dan defensive 9keterpaksaan).

Menurut perspektif hukum28, definisi korupsi dijelaskan dalam 13 buah pasal dalam UU No. 31 Tahun 1999 jo UU No. 20 Tahun 2001. Berdasarkan pasal-pasal tersebut, korupsi dirumuskan kedalam tiga puluh bentuk/jenis tindak pidana korupsi. Pasal-pasal tersebut menerangkan secara terperinci mengenai perbuatan yang bisa dikenakan pidana penjara karena korupsi. Ketiga puluh bentuk/jenis tindak pidana korupsi tersebut pada dasarnya dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Kerugian keuangan negara: - Pasal 2

- Pasal 3 2. Suap-menyuap:

- Pasal 5 ayat (1) huruf a - Pasal 5 ayat (1) huruf b - Pasal 5 ayat (2)

- Pasal 12 huruf a - Pasal 12 huruf b - Pasal 11

- Pasal 6 ayat (1) huruf a - Pasal 6 ayat (1) huruf b - Pasal 6 ayat (2)

- Pasal 12 huruf c - Pasal 12 huruf d 3. Penggelapan dalam jabatan:

- Pasal 8 - Pasal 9

- Pasal 10 huruf a - Pasal 10 huruf b - Pasal 10 huruf c 4. Pemerasan:

- Pasal 12 huruf e - Pasal 12 huruf g - Pasal 12 huruf h 5. Perbuatan curang:

- Pasal 7 ayat (1) huruf a - Pasal 7 ayat (1) huruf b - Pasal 7 ayat (1) huruf c - Pasal 7 ayat (1) huruf d - Pasal 7 ayat (2)

- Pasal 12 huruf h

6. Benturan kepentingan dalam pengadaan: - Pasal 12 huruf i

7. Gratifikasi:

27

Didin S Damanhuri., Ekonomi Politik Alternatif, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996, h. 124 28


(24)

12

- Pasal 12 B jo, Pasal 12

Pada Pembangunan lanjutan P3SON Hambalang, sebagai salah satu proyek pembangunan Kementerian Pemuda dan Olahraga dengan menggunakan anggaran APBN memiliki indikasi korupsi sesuai dengan pasal diatas, sehingga dapat diteliti dan ditemukan solusi untuk penggunanaan anggaran APBN pada proyek pembangunan Kementerian sesuai dengan tujuan awal pembangunan.

Prinsip Pengadaan Barang dan Jasa

Pengadaan barang dan jasa harus dilaksanakan dengan menerapkan prinsip-prinsip pengadaan barang/jasa yaitu prinsip efisiensi, efektif, terbuka dan bersaing, transparan, adil/tidak diskriminatif dan akuntabel 29 yang akan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap proses pengadaan barang/jasa karena hasilnya dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat dari segi administrasi, teknis dan keuangan.

Menurut beberapa pasal mengenai pengadaan barang dan jasa, pengadaan barang/jasa adalah kegiatan yang memperoleh pengadaan barang/jasa yang dilakukan oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi dimana dalam prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan hingga diselesaikannya seluruh kegiatan untuk mendapatkan barang/jasa. dimana kegiatan tersebut dibiayai oleh APBN/APBD, dalam pelaksanaannya bisa dilakukan secara swakelola maupun oleh penyedia barang/jasa.30

Tabel 4 Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah

Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah

Langkah 1 Langkah 2 Langkah 3 Langkah 4

Pemerintah mengumumkan proses lelang dalam hal ini lelang tender

Peserta lelang mengajukan penawaran untuk

memenuhi kebutuhan

Pemerintah menilai penawaran peserta

lelang dan menentukan pemenang lelang

Pemenang lelang melaksanakan

kontrak

Sumber: Penuntun Pemberantasan Korupsi dalam Pemerintah Daerah, 2005.

Beberapa langkah pengadaan barang dan jasa pemerintah yang harus dilakukan untuk tersedia proses pengadaan barang dan jasa yaitu dimulai dari pengumuman lelang, dalam pengumuman tersebut pemerintah mengumumkan berapa jumlah yang dibutuhkan oleh pemerintah. Langkah kedua peserta lelang (perusahaan) memasukkan penawaran kepada pemerintah sesuai dengan

29

Pasal 3 Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2003 30

Pasal 1 Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010, dan Pasal 1 Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2003


(25)

13 spesifikasi dokumen yang sudah ditetapkan oleh panitia pengadaan barang dan jasa, selanjutnya pemerintah mengevaluasi dokumen perserta lelang yang kemudian menentukan pemenang sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan pemerintah dan kemudian antara panitia pengadaan barang dan jasa dengan pemenang lelang melakukan tanda tangan kontrak dan kemudian perusahaan tersebut menjalankan kontraknya31 (Tabel 4).

Aktivitas Perburuan Rente Ekonomi

Rente pada dasarnya adalah bentuk pendapatan berupa laba, upah dan sewa, dalam ekonomi, rente disni dimaknai secara netral32. Konsep rent seeking dalam teori ekonomi klasik dimaknai postif sehingga dapat memacu pertumbuhan ekonomi secara simultan33 dan pelaku ekonomi mendapatkan imbalan dari pendapatan tersebut secara wajar.

Aktivitas perburuan rente mempunyai pengaruh terhadap keberlanjutan sebuah pembangunan. Di Negara berkembang sendiripun praktek perburuan rente sering dijumpai.

Menurut Anne O Krueger34:

In many market oriented economies, goverment restrictions upon economic activity are pervasive facts of life. These restrictions give rise to rents of a variety of forms, and people often compete for the rents. Sometimes, such competition is perfectly legal. In other instances, rent seeking takes other forms, such as bribery, corruption, smuggling, and

black markets.”

Pada ekonomi yang berorientasi pasar, pembatasan yang dilakukan pemerintah pada kegiatan ekonomi dapat menembus fakta. Pembatasan atau halangan ini menimbulkan tindak sewa atau rente dari berbagai bentuk, dan orang-orang saling bersaing untuk kegiatan tersebut. Terkadang jenis persaingan ini dilegalkan. Dalam contoh lainnya kegiatan perburuhan rente ini dapat dilihat dalam bentuk lain, seperti penyogokan, korupsi, penyelundupan, dan pasar gelap.

Dalam literatur ekonomi politik, konsep rent seeking tidak bermakna netral. Perburuan rente dimaknai sebagai perilaku setiap kelompok (pelaku usaha/pemerintah) untuk mendapatkan keuntungan dengan cara mudah dengan memanfaatkan hak milik publik dan fasilitas negara pemerintah.35 Pemanfaaatan kedekatan dengan penguasa politik seperti lobi dan suap untuk mendapatkan tujuan akumulasi modal dengan merubah regulasi yang dapat menguntungkan

31Robert klitgard, “Penuntun Pemberantasan Korupsi dalam Pemerintah Daerah”, Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia, 2005, h. 137-138

32Febri Diansyah. 2009. “

Senjakala Pemberantasan Korupsi; Memangkas Akar Korupsi dari Pengadilan Tipikor. Jurnal konstitusi, Volume 6 Nomor 2, Juli2009, h. 17

33

Ahmad Erani Yustika, Ekonomi Kelembagaan: Definisi, Teori, dan Strategi (Malang: Penerbit Erlangga, 2010), h. 107

34

Anne O Krueger. 1974. The Political Economy of The Rent Seeking Society. Vol 64 No. 3, June 1974, h.291

35


(26)

14

pihak pelaku usaha dengan fasilitas langka. 36 Perilaku perburuan rente tidak hanya terjadi pada pelaku usaha saja tetapi juga pada pemerintah baik pada eksekutif maupun legislatif).

Olson dalam Yustika mengungkapkan:37

“proses lobi tersebut berdampak kolosal karena mengakibatkan proses pengambilan keputusan berjalan sangat lambat dan ekonomi pada akhirnya tidak bisa merespon secara cepat terhadap perubahan-perubahan teknologi baru.”

Para pemburu rente mendapatkan kemudahan dari pemerintah, pihak-pihak yang berkuasa dalam pengambil kebijakan dapat menentukan kemudahan pada pelaku usaha untuk berburu hak dari pemerintah.38 Jika hasil dari lobi tersebut adalah berupa kebijakan, maka dampak yang muncul bisa sangat besar. Pada akhirnya pelaku usaha hanya memiliki kesempatan untuk mendapatkan rente. Imbalan yang diterima penguasa melalui kekuasaan yang dimilikinya dan digunakan untuk mengejar kepentingan pribadinya disebut rente, sedangkan perilaku aparat pemerintah atau penguasa yang mengharapkan imbalan atas kebijakan yang dikeluarkannya disebut perilaku perburuan rente39.

Menurut Febri:40

Persinggungan pendekatan perilaku pemburu rente dengan korupsi terletak pada jantung teori rente itu sendiri, yakni pemanfaatan fasilitas publik, kekuasaan negara, dan sejumlah transaksi kotor untuk kepentingan segelintir pihak. Melawan kepentingan publik atau pada akhirnya berimplikasi pada apa yang disebut dengan pembajakan fungsi negara

(state capture)”

Menurut krueger dalam Yustika, aktivitas perburuan rente dengan melakukan lobi, dimana lobi tersebut dilakukan untuk endapatkan hak-hak dari pemerintah dalam hal lisensi atau surat izin akan memberikan efek negatif dalam pengalokasian sumberdaya sehingga terjadi ketidak efisiensi pada ekonomi. Rent Seeking behaviour juga akan berdampak pada berkurangnya kesempatan dalam pencapaian efisiensi ekonomi.41

Menurut Michael Ross, rent seeking dapat dibedakan menjadi tiga tipe42: 1. Rent Creation

Kondisi dimana perusahaan mendapatkan rente dari kegiatan yang dibuat oleh negara dengan menyogok politisi dan birokrat di negara tersebut 2. Rent extraction

Kondisi dimana politisi dan birokrat mendapatkan rente dari perusahaan dengan menggunakan pertauran-peraturan yang dilakukan untuk mengancam perusahaan tersebut.

3. Rent Seizing

36Ibid.,

h. 18 37

Ahmad Erani Yustika op.cit, h. 1107 38

Hudiyanto. 2004. Ekonomi politik”. (Jakarta: PT Bumi Aksara), h. 21

39 Syamsul Ma’arif, “Rent Seeking Behaviour” Dalam Relasi Birokrasi dan Dunia Bisnis

. (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas lampung). h 2

40

Febri Diansyah op.cit, h.19 41

Ahmad Erani Yustika op.cit, h. 109 42


(27)

15 Kondisi dimana aktor-aktor negara atau birokrat untuk mendapatkan hak dalam mengalokasikan rente yang dihasilkan dari institusi-institusi negara yang digunakan untuk kepentingan individu atau kelompok.

Pada pembangunan lanjutan P3SON Hambalang, terdapat berbagai pihak yang berusaha untuk mengeruk keuntungan baik untuk dirinya sendiri maupun kelompok nya. Para pemburu rente ini melobi panitia pengadaan barang/jasa agar perusahaannya dapat menjadi pemenang tender. Pencegahan munculnya pemburu rente yang diajukan oleh Buchanan adalah dengan membuat regulasi melalui peniadaan halangan masuk bagi pelaku usaha dan meningkatkan pesaingan.43 Adanya peningkatan dalam persaingan akan mengakibatkan persaingan yang sehat dan akan menghasilkan perusahaan yang tidak hanya mengejar keuntungan semata.

Penelitian Terdahulu

Penulis mendapatkan beberapa penelitian mengenai APBN, korupsi, perburuan rente, dan pengadaan barang dan jasa baik berupa tulisan ilmiah maupun hasil penelitian. Topik tersebut penting untuk diuji karena adanya korupsi dan aktivitas perburuan rente dalam anggaran dapat menimbulkan kerugian bagi negara.

Penelitian mengenai korupsi, menurut Seto (2012) 44 dalam Korupsi, Kesejahteraan Sosial dan Investasi: Studi Empiris di Delapan Negara Kawasan Asean tahun 2000-2009 menganilisis faktor determinan dari korupsi dan pengaruhnya terhadap kesejahteraan sosial dan investasi di delapan Negara Kawasan ASEAN, hasilnya adalah faktor-faktor yang menyebabkan tingkat korupsi di sektor publik dan para politsi di delapan Negara ASEAN adalah kebebasan politik (demokrasi). Dari sisi kualitas pemerintah faktor yang dapat menyebabkan tingkat korupsi adalah kebebasan berpolitik, hak sipil, dan hak bersuara dan akuntabilitas. Oleh karena itu perlu ada peningkatan kebebasan ekonomi, GDP perkapita, kualitas pemerintahan, kebebasa berbisnis, pembelanjaan pemerintah untuk barang publik, kebebasan moneter, terjaminnya hak kepemilikan individu, stabilitas poliitk, kualitas regulasi, penegakan aturan hukum, dan kontrol pemerintah terhadap korupsi.

Penelitian mengenai APBN, menurut hasil riset The Indonesia Institute, Center for Public Policy Research (2012)45 melakukan penelitian mengenai RUU APBN dan Isu Perbatasan di DPR: Studi Terkini tentang Akses untuk Informasi dan Partisipasi Publik. Penelitian ini menjelaskan akses informasi publik dan partisipasi publik dalam pembahasan RUU APBN yang dilakukan Pemerintah dan DPR masih sangat terbatas. Kepedulian Pemerintah dan DPR akan kawasan perbatasan, khususnya perempuan dan kelompok marjinal lainnya pun masih rendah. Informasi mengenai APBN sendiri bukan merupakan informasi yang mudah diperoleh.

43

Ahmad Erani Yustika op.cit, h. 110 44

Ario Seto, Korupsi, Kesejahteraan Sosial dan investasi: Studi Empiris di Delapan Negara Kawasan ASEAN Tahun 2000-2009, Skripsi, Sarjana IPB, 2012, h. 81

45The Indonesia Institute, Center for Public Policy Research, Pembahasan RUU APBN dan Isu Perbatasan di DPR: Studi Terkini tentang Akses untuk Informasi dan Partisipasi Publik, Penelitian, Jakarta, 2012, h.63


(28)

16

Penelitian mengenai Aktivitas Perburuan rente, menurut Amelia (2010)46 pada pengelolaan lahan parkir di pasar slipi, adanya anggota organisasi Forkabi yang mengatur lahan parkir di pasar slipi mengakibatkan kerugian pada Pemerintah DKI Jakarta dan masyarakat. Supernormal profit yang didapat oleh pihak Forkabi menjadi salah satu keuntungan dari aktivitas perburuan rente tersebut, karena supernormal profit tersebut hanya dinikmati oleh pihak Forkabi. Terdapat kedekatan antara salah satu anggota Forkabi dengan pejabat pasar slipi, sehingga Forkabi dapat dengan mudah mendapatkan ijin untuk mengelola lahan parkir di pasar slipi.

Penelitian mengenai pengadaan barang dan jasa, menurut Wahyono (2011)47, Analisis Ketidaksesuaian Kontrak Dalam Kegagalan Konstruksi dan Bangunan. Hasilnya adalah dalam konteks proyek gedung penyebab kegagalan konstruksi banyak terjadi di elemen struktur dengan rata-rata penyimpangan (4.36%) dari nilai kontrak. Pengawasan proyek berperan penting dalam menjamin kesuksesan proyek konstruksi.

Kerangka Pemikiran

Anggaran negara yang disusun setiap tahunnya dalam APBN menjadi salah satu bagian utama yang digunakan untuk melaksanakan program-program pembangunan nasional. Melalui program pembangunan tersebut diharapkan dapat menigkatkan kesejahteraan masyarakat, namun pengawasan anggaran dalam sebuah proyek pembangunan terutama pada pembangunan di Kementerian hingga saat ini masih lemah.

Lemahnya pengawasan dalam anggaran untuk proyek pembangunan APBN berindikasi adanya perilaku korupsi dan perburuan rente, hal ini terjadi dalam pengadaan barang dan jasa publik. Korupsi dalam pengadaan barang dan jasa yang terjadi pada pembangunan P3SON Hambalang mendorong para pejabat publik dalam Kemenpora dan pengusaha untuk mendapatkan rente dengan cara memarkup anggaran.

Salah satu cara pemerintah untuk meningkatkan pengawasan dalam pengadaan barang dan jasa adalah melalui Keppres RI Nomor 80 Tahun 2003 sebagai pedoman pelaksanaan pengadaan barang/jasa. Kemenpora dalam melaksanakan pengadaan lelang wajib mengikuti peraturan tersebut. Namun buruknya perilaku manusia dalam menggunakan anggaran dan besarnya peluang korupsi mengakibatkan pembangunan tidak sesuai dengan Keppres RI Nomor 80 Tahun 2003 sehingga terjadi penyimpangan. Adanya Korupsi dan perburuan rente pada pembangunan P3SON pada akhirnya dapat menimbulkan dampak pada anggaran APBN itu sendiri sehingga dapat merugikan keuangan negara. (Gambar 2).

46

Rizki Amelia, Fenomena Aktivitas Ekonomi Aktivitas ekonomi perburuan rente dalam Kegiatan perparkiran di DKI Jakarta: Studi Kasus Lahan Parkir Pasar Slipi Jakarta Barat, Skripsi, Sarjana IPB, 2010, h. 54-60

47

Herry Ludiro Wahyono, Analisis Ketidasesuaian Kontrak Dalam Kegagalan Konstruksi dan Kegagalan Bangunan, Tesis, Pascasarjana UNDIP, 2010, h. 70


(29)

17

Gambar 2 Kerangka Pemikiran

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian merupakan suatu pembelajaran mengenai tatacara sebuah peneliti, dimana metode yang dibahas bertujuan untuk pelaksanaan kegiatan penelitian.48 Metodologi penelitian merupakan cara yang paling penting

48

Bambang Juanda. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis (Bogor: Ipb Press, 2009), h.2 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

Belanja Negara

Anggaran Belanja Pemerintah Pusat

Proyek APBN Kementerian Pemuda dan Olahraga P3SON Hambalang Pendapatan Negara

Belanja Modal Kemenpora

Aktivitas Perburuan Rente Korupsi

Kerugian Keuangan Negara

Perpres Nomor 80 Tahun 2003

Penyimpangan anggaran dalam pengadaan barang dan jasa

pembangunan P3SON

Dampak Korupsi terhadap APBN


(30)

18

dalam melakukan sebuah penelitian oleh karena itu peneliti harus bersifat objektif dalam melakukan penelitian agar mendapatkan kepastian atau hasil dalam penelitiannya. Peneliti juga harus memiliki prosedur yang jelas, sistematis dan terkontrol. Dalam hal ini, penelitian dilakukan dengan melakukan wawancra mendalam (Indepth Interview) dengan menggunakan metode Nonprobabilty Sampling dan dengan melakukan penelurusan data berupa dokumen, buku, media massa.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini mengambil studi kasus proyek APBN pembangunan P3SON Hambalang pada Kementerian Pemuda dan Olahraga. Waktu penelitian dilakukan dari bulan Februari-Desember 2014. Penentuan P3SON Hambalang dipilih karena proyek tersebut telah menggunakan anggaran APBN pada belanja Kemenpora yang tidak sedikit, namun hingga saat ini pembangunan tidak terselesaikan sehingga menimbulkan kerugian negara atau perekonomian negara dan kebocoran anggaran.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam peneltian ini adalah data Primer dan data sekunder. Data sekunder seperti dokumen-dokumen dan buku yang diperoleh dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) berupa Surat Putusan Pengadilan Negeri Jakarta dan Surat Dakwaan, Nota Keuangan dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dari DPR RI, Surat Dakwaan dari Indonesian Corruption Watch (ICW), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI, Transparency Internasional, jurnal ilmiah, dan media massa. Untuk memperkuat dalam menganalisis data-data tersebut, peneliti menggunakan data primer yaitu dilakukannya wawancara mendalam (Indepth interview) dengan instansi-instansi dan narasumber yang dipandang tahu mengenai proyek P3SON baik terkait secara langsung maupun tidak langsung.

Metode Analisis Data

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Metode ini digunakan untuk menganalisis permasalahan dalam penelitian dengan menyajikan data-data mengenai adanya korupsi dan aktivias perburuan rente yang sudah diputuskan oleh pengadilan. Data yang disajikan berupa kata-kata dan tabel, dimana data tersebut tidak didapat dari hasil pengolahan data melainkan didapat dari beberapa dokumen-dokumen dari instansi yang terkait dan hasil wawancara dengan informan yang terkait baik secara langsung maupun tidak langsung dalam kasus korupsi P3SON Hambalang. Data juga didapat dari media massa baik secara online maupun cetak.


(31)

19

Analisis Aktivitas Korupsi dan Perburuan Rente Proyek APBN Pembangunan P3SON Hambalang

Fokus penelitian ini pada fenomena korupsi dan perburuan rente yang anggarannya berasal dari APBN. Korupsi dan perburuan rente APBN ini terjadi baik pada kelanjutan pembangunan P3SON Habalang maupun dalam pengadaan barang dan jasa. Analisis ini sesuai dengan pendekatan ekonomi politik data didapat berasal dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK RI), Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dan media massa, untuk menguatkan data tersebut maka digunakan metode wawancara dan penelusuran literatur.

Wawancara mendalam sediri dilakukan dengan memilih informan yang sesuai dengan penelitian ini, karena dibutuhkan informan yang akurat. Yang mengetahui mengenai permasalahan dalam penelitian ini baik secara langsung maupun tidak langsung. Teknik pengambilan informan menggunakan teknik nonprobability sampling yaitu purposive sampling dan snowball sampling. Teknik purposive sampling merupakan teknik pengambilan sampel secara acak dimana informan sudah ditetapkan dengan pertimbangan sendiri yang sesuai dengan penelitian49. Selain menggunakan Purposive sampling penelitian ini juga menggunakan snowball sampling.

Snowball sampling digunakan karena tidak semua informan memberikan informasi sesuai yang diharapkan peneliti sehingga dibutuhkan informan lain untuk memperjelas informasi.. Teknik ini merupakan pengambilan sumber data yang pada awalnya sumber data tersebut kecil, kemudian semakin banyak semakin membesar50. Snowball sampling digunakan karena tidak semua informan memberikan informasi sesuai yang diharapkan peneliti sehingga dibutuhkan informan lain untuk memperjelas informasi. Informasi dipilih dari kalangan pejabat publik, instansi pemerintah, KPK dan ICW.

Analisis Dampak Korupsi Terhadap APBN

Korupsi pada pembangunan P3SON Hambalang pada dasarnya akan berpengaruh terhadap APBN. Dalam menganalisis dampak korupsi pembangunan P3SON Hambalang terhadap APBN dilakukan analisis deskriptif kualitatif, dimana metode ini adalah sebuah metode yang berusaha mendeskripsikan, menginterpretasikan data, misalnya kondisi atau hubungan yang ada pada suatu kejadian, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi atau kecenderungan sebuah kejadian yang sedang berlangsung51.

Untuk menganalisis dampak tersebut peneliti mengambil data-data yang akurat mengenai anggaran yang digunakan dalam pembangunan tersebut. Data-data tersebut didapat dari laporan audit P3SON Hambalang BPK RI, surat dakwaan KPK dan surat putusan pengadilan negeri Jakarta. Kemudian informan melakukan wawacara mendalam dengan informasi yang akurat yang berpotensi dalam APBN itu sendiri dengan menggunakan metode Snowball Sampling,

49

Prof. Dr. Djam’an S, M.A & Dr. Aan K, M.Pd. Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2009), h.47-48

50

Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 54 51

http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/602/jbptunikompp-gdl-meiambarsa-30082-11-unikom_m- 3.pdf. [3 September 2014].


(32)

20

sehingga hasil yang didapat dapat menjelaskan secara menyeluruh mengenai dampak korupsi terhadap APBN.

GAMBARAN UMUM DAERAH LOKASI PENELITIAN

Pusat Pendidikan Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional Hambalang

Pusat Pendidikan Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) berlokasi di Desa Hambalang Kecamatan Citereup Kabupaten Bogor dengan luas tanah 312.448m2 dengan jenis tanah ekspansif. Tanah yang digunakan untuk pembangunan P3SON Hambalang memiliki ciri bila terkena hujan saat air menyentuh lapisan tanah tersebut maka tanah akan mengembang dan membahayakan bangunan diatas (Gambar 3).

Sumber: rovickywordpress

Gambar 3 Peta Topografi Lokasi Bukit Hambalang

Proyek pembangunan ini berada pada Kementerian Pemuda dan Olahraga dengan menggunakan anggaran APBN tahun anggaran 2010 sebesar Rp 125 miliar dengan penambahan anggaran pada APBN-P tahun anggaran 2010 sebesar Rp 150 miliar dengan sistem kontrak tahun tunggal (single years). Anggaran untuk pembangunan tersebut kemudian mengalami peningkatan menjadi Rp 1.2 triliun dengan anggaran APBN tahun 2010-2012 dengan sistem kontrak tahun jamak (multi years).

P3SON Hambalang dibangun dengan tujuan untuk mengintegrasikan sekolah olahraga dan pusat pelatihan atlet nasional ke dalam satu sistem manajemen sehingga program penerapan iptek olahraga relatif dapat dikontrol


(33)

21 oleh pemerintah sehingga lahir atlet-atlet Indonesia yang lebih baik. Pada awal pembangunan, proyek ini bernama Pusat Peningkatan Prestasi Olahraga Nasional (PPPON) pada tahun 2006 dengan pembangunan sekolah berlantai dua pada masa Menteri adhyaksa dault namun pembangunan sempat terhenti karena tidak terdapat sertifikat dari BPN. Sejak masa Menpora Andi Alifian Mallarangeng pembangunan dilanjutkan kembali dan diubah menjadi sport center dengan luas lahan 312.448m2.

Anggaran Belanja Pemerintah pusat

Dalam periode 2008-2013 proporsi belanja K/L terhadap belanja pemerintah pusat mengalami peningkatan, yaitu dari 37.5 persen dalam tahun 2008 menjadi 52.0 persen dalam APBN-P 2013, sejalan dengan peningkatan belanja pemerintah pusat dari sebesar Rp 693,4 triliun dalam tahun 2008 menjadi Rp 1.196,8 triliun pada APBNP 2013 (Gambar 4).

.

Sumber: Kementerian Keuangan Republik Indonesia, 2014.

Gambar 4 Perkembangan Belanja Pemerintah Pusat 2008-2013

Meningkatnya Belanja pemerintah pusat disebabkan semakin meningkatnya alokasi anggaran untuk pelaksanaan program-program pembangunan yang dialokasikan melalui K/L52. Ditinjau dari Anggaran Pendapatan dan Belaja Pemerintah, anggaran belanja Kementerian Pemuda dan Olahraga dalam kurun waktu 2006-2011 mengalami peningkatan rata-rata 56.9% persen pertahun, yaitu dari Rp 457.4 miliar dalam LKPP tahun 2006, menjadi Rp 4 343.4 miliar dalam APBNP. Penyerapan anggaran belanja kementerian Pemuda dan Olahraga dalam periode tersebut mengalami peningkatan yaitu dari 91.1 persen terhadap pagu

52

Republik Indonesia, Nota Keuangan dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2014. (Jakarta: Republik Indonesia), hlm. 4-21


(34)

22

anggaran belanja Kementerian Pemuda dan Olahraga dalam APBNP 2006 menjadi 95.6% terhadap pagunya dalam APBNP tahun 2010.

Perkembangan Wilayah dan Perkembangan Kependudukan Kabupaten Bogor

Kabupaten Bogor terletak antara 6.19o - 6.47o lintang selatan dan 106o 1'-107o 103' bujur timur. Luas Wilayah Kabupaten Bogor 2.071,21 km2 , dengan batas-batas wilayah:

-Sebelah utara berbatasan dengan, Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang Selatan (Banten), Kota Depok, Kota Bekasi, dan Kabupaten Bekasi.

-Sebelah timur berbatasan dengan, Kabupaten Karawang -Sebelah tenggara berbtasan dengan, Kabupaten Cianjur -Sebelah selatan berbatsan dengan, Kabupaten Sukabumi -Sebelah barat berbatasan dengan, Kabupaten Lebak (Banten)

Sumber: Pemerintah Kabupaten Bogor, 2011.

Gambar 5 Peta kabupaten Bogor

Secara administratif jumlah kecamatan di Kabupaten Bogor sebanyak 40 yang didalamnya terdapat 410 desa dan 16 kelurahan dengan total penduduk sebesar 4.771.932 jiwa dengan kepadatan 2.303,93 jiwa/km2. Daftar ke-40 kecamatan sebagai berikut:


(35)

23 Tabel 5 Daftar Kecamatan, jumlah kelurahan, luas wilayah dan jumlah penduduk

tahun 2011 di kabupaten Bogor

Kecamatan Desa/Kelurahan Luas wilayah (Km2) Penduduk (orang)

Jonggol 14 13.462,23 126.326

Cariu 10 8.555,56 46.451

Tanjung Sari 10 15.914,33 50.595

Cileungsi 12 7.019,69 260.164

Sukamakmur 10 16982,65 75.745

Cibinong 12 4.611,06 341.196

Citeurep 12 6.867,45 204.027

Sukaraja 13 4343,35 178.597

Gunung Putri 10 6.082,78 328.980

Babakan Madang 9 9219,71 106.524

Ciseeng 10 4.120,94 100.973

Kemang 9 3.360,10 95.484

Ranca Bungur 7 2.268,08 50.951

Gunung Sindur 10 4.942,13 107.306

BojongGede 9 2.824,69 250.049

Tajur Halang - - -

Jasinga 16 14.280,16 94.177

Nanggung 11 16.047,43 85.010

Ciawi 13 4.707,32 105.585

Tenjo 9 67.272

Cigudeg 15 17.762,24 119.234

Sukajaya 9 15.615,49 56,334

Leuwiliang 11 9.143,39 115.256

Leuwisadeng 8 3.32,34 71.840

Ciampea 13 3.297,91 149.902

Tenjolaya 7 4.126,99 55.816

Cibungbulang 15 3.837,84 127.182

Pamijihan 15 12.532,36 135.852

Rumpin 13 13.708,57 131.530

Cisarua 9 7.379,70 115.001

Ciomas 10 1.810,36 154.232

Tamansari 8 3.425,99 94.303

Caringin 12 7.741,38 116.525

Cijeruk 9 4.719,29 80.402

Cigombong 9 4.828,56 90.902

Dramaga 10 2.632,13 102.443

Megamendung 11 6230,57 98.970

Klapa2Nunggal 9 9.587,92 98.953

Parungpanjang - - -

Parung 9 2.569,26 117.138


(36)

24

Gambaran Umum Korupsi Proyek APBN

Pengelolaan APBN yang tidak transparan pada umumnya akan mengalami penyimpangan mencakup kebocoran pada sisi pengeluaran. Penyimpangan dalam APBN dalam bentuk korupsi anggara pada akhirnya akan menyebabkan jumlah pengeluaran anggaran yang lebih besar dari jumlah yang sudah ditentukan. Indonesia Procurement Watch (IPW) menyingkap kasus tindak pidana korupsi yang sering terjadi di Indonesia saat ini sekitar 70% kasus korupsi bersumber dari pengadaan barang dan jasa. Dana untuk pengadaan barang dan jasa itu sendiri mencapai sekitar Rp 250 - Rp 375 triliun setiap tahunnya, anggaran tersebut bersumber dari pembiayaan APBN.53

Dana APBN pada tahun 2011 untuk pengerjaan proyek pengadaan nilainya mencapai Rp243 triliun. Adanya peningkatan anggaran pada tahun anggaran (TA) 2012 yakni sekitar 273 triliun meningkat menjadi sebesar Rp370 triliun pada tahun 2013.54 Hasil penelusuran Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Tim Pengkajian SPKN banyaknya korupsi diberbagai pengelolaan APBN terjadi pada penerimaan perpajakan, penerimaan bukan pajak, anggaran belanja pemerintah pusat, dan pembiayaan defisit anggaran pendapatan dan belanja negara. Berikut beberapa kasus penyalahgunaan anggaran pada APBN (Tabel 6).55

Tabel 6 Jenis Penyimpangan Pada APBN

A. ANGGARAN PENDAPATAN NEGARA

Penerimaan Perpajakan 1. Pajak Non Migas

1) Manipulasi restitusi pajak dengan cara meninggikan/memperbesar jumlah kredit pajak oleh Wajib Pajak melalui pemalsuan dokumen faktur pajak dan atau pelaporan transaksi pembelian fiktif.

2) Penghasilan Kena Pajak yang dilaporkan pada SPT PPh Pasal 21 tidak mencakup seluruh penghasilan pegawai dan mengenakan tarif yang lebih rendah dari seharusnya, antara lain dengan cara membukukan uang honor, uang rapat dan pendapatan pegawai lainnya ke perkiraan lain-lain.

3) Pajak dilaporkan lebih kecil dalam SPT PPh Pasal 23 dengan cara mengalihkan pembukuan biaya sewa ke biaya lainnya, membukukan pembayaran deviden sebagai biaya operasi, tidak melakukan pemotongan PPh pasal 23 atas biaya yang dibayarkan dan atau melakukan pemotongan tetapi tidak menyetorkannya.

4) Manipulasi PPh Pasal 23 atas pembayaran sewa yang dilakukan Wajib Pajak dengan cara membayar uang sewa rumah untuk masa 3 tahun tetapi membebankan biaya sewa dalam pembukuan untuk masa 1 tahun dan sisanya dibukukan sebagai biaya pemeliharaan selanjutnya pajak yang disetorkan hanya untuk masa 1 tahun.

2. Pajak Minyak dan Gas Alam

1) Pengurangan ETBS dengan memperkecil volume produksi minyak mentah (lifting) dan atau gas alam dalam Pertamina Quarterly Report (PQR) dilakukan dengan cara menghitung volume lifting pada titik serah terima (delivery point) yang berbeda dan metode perhitungan yang tidak sama.

2) Pembebanan biaya operasi dengan membebankan biaya mobilisasi peralatan melalui cost

53

Diunduh pada situs resmi Transparency International Indonesia. [Berita] http://www.ti.or.id/index.php/news/2013/06/05/ipw-70-persen-korupsi-dari-barang-dan-jasa (31 Februari 2015).

54TransparencyInternational

Indonesia , Ibid.,

55Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Tim Pengajia SPKN, “Upaya Pencegahan dan


(37)

25 recovery.

3. Bea Dan Cukai.

1) Transaksi realisasi impor yang jenis barangnya tidak sesuai dengan izin SKEP Fasilitas dan Rencana Impor Barang (RIB) serta kuantitas transaksi impor melebihi izin SKEP fasilitas, impor dilakukan sebelum tanggal masa berlakunya SKEP fasilitas.

2) Pengenaan Bea Masuk dan Pajak Dalam Rangka Impor (PDRI) kurang dikenakan karena kesalahan pengenaan tarip pada uraian barang yang sama, kesalahan menetapkan nilai pabean di mana nilai insurance belum dimasukkan dan kesalahan perhitungan matematis.

Penerimaan Negara Bukan Pajak 1. Pendapatan Pertambangan Umum

1) Volume produksi pengerukan pasir laut yang dilaporkan lebih kecil dari yang sebenarnya. 2) Perusahaan menyetorkan hasil penjualan batubara bagian pemerintah ke rekening kas

negara sesudah dikurangi dengan biaya penjualan yang tidak wajar. 2. Pendapatan Kehutanan

1) Pengusaha pemegang Hak Pengusahaan Hutan (HPH) melakukan penebangan di luar blok tebangan dan atau menampung kayu-kayu hasil curian yang dilakukan dengan cara melakukan mark-up potensi hutan dan membuat laporan inventarisasi yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

2) Melakukan manipulasi pembayaran DR dan PSDH dengan tidak melaporkan produksi kayu bulat yang dipergunakan sendiri, menghitung DR dan atau PSDH dengan tarif yang lebih kecil, memanipulasi laporan hasil produksi kayu bulat dengan merubah jenis, diameter, dan asal serta menunda penyetoran DR dan PSDH.

Penerimaan Negara Bukan Pajak Lainnya

1) Penerimaan hasil sewa atau penjualan aktiva milik Negara tidakdisetor ke rekening kas Negara

2) Penerimaan komisi dan atau discount atas pengadaan barang dan jasa dari pihak ketiga tidak disetor ke Rekening Kas Negara

B. Anggaran Belanja Pemerintah Pusat

1. Pengeluaran Rutin

1) Pembayaran ganda pejabat yang ditugaskan dengan cara memberi gaji dan tunjangan sesuai kedudukannya pada lembaga tempatnya diperbantukan, tanpa mencabut gaji dan tunjangan di mana dia bekerja sebelumnya.

2) Perjalanan dinas fiktif dan atau dinas yang tidak diperlukan dilakukan dengan cara menerbitkan surat perintah perjalanan dinas pejabat/pegawai ke suatu tempat/instansi tertentu yang pertanggung-jawabannya dibuat dengan memalsukan stempel, tanda tangan pejabat yang berwenang menyetujui waktu tiba ke dan berangkat dari instansi tempat yang dituju.

3) Pengeluaran belanja barang/jasa fiktif dilakukan dengan cara melakukan pembelian barang/jasa untuk suatu kegiatan unit tertentu yang sebenarnya tidak ada.

4) Pengeluaran rutin dilakukan tidak berdasarkan jenis mata anggarannya.

5) Pengeluaran biaya pemeliharaan dan perbaikan rumah dinas, kendaraan dinas, dan peralatan kantor fiktif atau digunakan untuk perbaikan kendaraan atau peralatan pribadi.

6) Pengalihan biaya perbaikan gedung kantor untuk keperluan perbaikan rumah jabatan yang akan dijual kepada pejabat.

Sumber: Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Republik Indonesia (BPKP RI), 2002.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Korupsi dan perburuan rente pada proyek pembangunan P3SON telah mengakibatkan anggaran APBN yang dikeluarkan oleh pemerintah tidak memiliki nilai manfaat. Akibat dari adanya korupsi dan perburuan rente pada proyek


(38)

26

tersebut mengakibatkan adanya kerugian negara atau perekonomian negara. Korupsi akbar yang melibatkan petinggi pemerntah dan pengusaha dalam kelanjutan pembangunan berupa kolusi, penyuapan dan penyalahgunaan wewenang dan juga terdapat aktivitas perburuan rente berupa rent creation. Berikut akan dijelaskan mengenai aktivitas korupsi dan aktivitas perburuan rente pada proyek pembangunan P3SON Hambalang dan dampak terhadap APBN dan keuangan negara atau perekonomian negara.

Aktivitas Korupsi Pembangunan P3SON Hambalang

Sebagai salah satu proyek pembangunan pemeritah yang dibiayai oleh APBN, tentu pembangunan tersebut perlu adanya pengawasan oleh pemerintah baik dalam anggaran maupun dalam pengadaan barang/jasa pembangunan tersebut. Masalah pengawasan pada proyek pembangunan APBN, pembangunan P3SON Hambalang pada Kemenpora kurang mendapatkan pengawasan dari pemerintah. Hal ini bermula pada besarnya peningkatan anggaran pada pembangunan, dimana anggaran awal yang ditetapkan dalam DIPA APBN sebesar Rp 125 miliar pada TA 2010 dan penambahan anggaran sebesar Rp 150 milliar pada APBNP 2010 secara drastis meningkat menjadi Rp 1.2 triliun dengan APBN TA 2010-2012.

Pada awal pembangunannya, pembangunan hanya dilakukan untuk sekolah berlantai dua pada masa Menteri Adhyaksa Dault, namun sejak pergantian Menteri dimana Menteri tersebut adalah Andi Alifian Mallarangeng pembangunan kemudian dirubah menjadi sport center dengan luas lahan 312.448m2 dengan anggaran pada saat itu masih sebesar Rp 125 Miliar. Berubahnya grand desain pada pembangunan tersebut menjadi salah satu pertimbangan pihak Kemenpora untuk mengajukan penambahan anggaran pada APBNP 2010 dengan sistem kontrak single year.

Pengajuan penambahan anggaran kemudian dilakukan oleh pihak Kemenpora (dalam hal ini Seskemenpora) dengan menyusun Rencana Anggaran Biaya (RAB). Dalam penyusunannya wewenang pejabat Kemenpora sangat berperan aktif, peninjauan lokasi pembangunan P3SON Hambalang dilakukan dengan menyerahkan dokumen-dokumen (termasuk master plan 2006) dengan pagu anggaran Rp 125 miliar kepada PT BIE yang kemudian RAB tersebut berubah menjadi Rp 2.5 triliun.

Dalam perhitungannya, RAB harus dilakukan secara teliti, memenuhi syarat, dan mengikuti prosedur kaena RAB tersebut digunakan untuk bahan pelelangan. Namun adanya pengalihan anggaran mengakibatkan pembuatan RAB pembangunan P3SON menjadi salah satu penyebab adanya lobi dalam penambahan anggaran, karena untuk anggaran sebesar Rp 2.5 triliun dalam pengajuan anggaran sendiri kepada DPR RI akan terdapat hambatan

Adanya perubahan dalam RAB ini menurut Seskemenpora terjadi ketika akan diajukannya kontrak tahun jamak, pihak Seskemenpora meminta PT BIE untuk merubah RAB tersebut. Pembuatan RAB dengan nilai Rp 2.5 triliun secara multiyears oleh pihak PT BIE sendiri telah dilakukan empat kali perubahan RAB dan akhirnya pihak PT BIE tidak menyanggupinya karena dikhawatirkan oleh


(39)

27 pihak perusahaan tersebut proses pembangunan tidak akan sesuai dengan yang diharapkan.

Pihak eksekutif berusaha untuk mendapatkan persetujuan penambahan anggaran P3SON Hambalang dengan menggunakan wewenangnya dan kedekatanannya dengan pihak legislatif, sehingga pada akhirnya RAB yang digunakan oleh pihak Kemenpora merupakan RAB yang dibuat oleh PT MSG. Walaupun RAB yang dibuat oleh PT MSG memiliki masalah karena tidak sesuai dengan kondisi tanah namun RAB yang digunakan tetap dari PT MSG (Tabel 7).

Tabel 7 Rancangan Anggaran Biaya Kontrak Jamak P3SON

No. Uraian Anggaran (RP)

1. Total Biaya Kegiatan Fisik 1.175.320.006.000,00

-Perencanaan 24.277.500.000,00

-Management Konstruksi 20.148.750.000,00

-Konstruksi Fisik 1.687.500.00,00

1.129.206.256.000,00

2. Total Biaya Peralatan 1.400.000.000.000,00

Total 2.575.320.006.000,00

Sumber: Badan Pemeriksa Keuangan RI, 2013.

Didin S Damanhuri mengungkapkan jenis korupsi sendiri terbagi dalam tujuh bagian dimana salah satunya adalah kolusi dan suap56, gejala korupsi pada pembangunan P3SON Hambalang tidak jauh berbeda dengan proyek pembangunan pemerintah yang lainnya yang dibiayai APBN. yaitu adanya kolusi, suap menyuap dan penyalahgunaan wewenang dimana penyalahgunaan wewenang tersebut merupakan salah satu jenis korupsi menurut UU Tipikor57. 1. Penyalahgunaan Wewenang

Penyalahgunaan wewenang dalam pembangunan P3SON Hambalang dengan modus pemanfaatan kekuasaan yang dilakukan oleh jajaran Eksekutif (dalam hal ini Kemenpora) terjadi dalam pengurusan surat pelepasan tanah dengan memanfaatkan kedekatannya dengan beberapa pihak BPN untuk mendapatkan SK hak pakai tanah dari BPN RI58. Dalam mendapatkan surat hak pelepasan tanah dari PR selaku pemegang hak tanah sebelumnya sebagai syarat yang diberikan oleh BPN RI, pihak Kemenpora memberikan surat kepada Direksi BE mengenai pelepasan hak tanah namun pihak kemenpora tidak mendapatkan balasan dari pihak tersebut.

Cara berikutnya yang dilakukan adalah mencari informasi mengenai PR, yang kemudian pada akhirnya pihak Kemenpora memperoleh informasi tersebut dari So. Untuk mengurus surat hak pelepasan tanah, pihak kemenpora meminta Ek

56

Didin S Damanhuri., Ekonomi Politik Alternatif, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996, h. 124 57

UU No. 31 Tahun 1999 jo UU No. 20 Tahun 2001 58

Pernyataan tersebut dibenarkanoleh WM dalam kesaksian terdakwa DK pada Surat Putusan Pengadilan Nomor: 62PID.SUS/TPK/2013/PN.JKT.PST., h. 259


(40)

28

menyelesaikan permasalahan tanah Hmbalang dengan menjanjikan akan diberikan pekerjaan pada proyek hambalang berupa kebersihan, pengamanan, dan catering.

Pemanfaatan kekuasaan juga terjadi dalam penambahan anggaran, Menpora memerintahkan anak buahnya untuk berkomunikasi dengan Komisi X DPR RI agar pembangunan P3SON Hambalang mendapatkan penambahan anggaran, karena pada waktu pembahasan anggaran dan rapat dengar pendapat terdapat ketidaksesuain antara data-data proyek dengan presentase kemajuan59. Adanya pertemuan yang dilakukan oleh beberapa anggota komisi X dari FPD penambahan anggaran disetujui oleh Pokja Komisi X DPR RI sebesar Rp 150 miliar tanpa adanya Rapat Dengar Pendapat (RDP) antara Tim Pokja Anggaran dengan pihak Kemenpora60.

Disetujuinya penambahan anggaran tersebut menjadi langkah strategis pihak Kemepora untuk mengajukan permohonan pelaksanaan pembangunan P3SON Hambalang dengan kontrak tahun jamak karena pada awal pembangunannya, pembangunan ini merupakan kontrak tahun tunggal. Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 56/PMK.02/2010:61

...Permohonan persetujuan kontrak Tahun jamak diajukan oleh Menteri/Pimpinan Lembaga kepada Menteri Keuangan bersamaan dengan penyampaian RKA KL Tahun Angggran yang bersangkutan.”

Ahli menyatakan mengenai adanya beberapa persyaratan untuk menjadikan RKA KL single year menjadi RKA KL multiyears, yaitu:

...Untuk suatu proyek multiyears maka RKA KL nya juga mltiyears. Jika RKA KL awal single year kemudian menjadi multiyears memerlukan ijin dari lembaga legislatif. Perubahan dari single year menjadi multiyear dalam satu kegiatan yag sudah dijadikan didalam Undang-Undang APBN tidak bisa dilakukan, sehingga diperlukan satu bentuk perubahan untuk kembali ke lembaga legislatif. Untuk dapat kembali ke lembaga-lembaga kemudian Kementerian Lembaga diminta untuk

menjelaskan”Kenapa kemarin proyek hanya single year, padahal ternyata

yang diperlukan adalah multiyears. –Drs, Siswo Sujanto, D.E.A.62

Dari pernyataan ahli tersebut, untuk merubah kontrak diperlukan ijin dari berbagai pihak. Dalam kasus pembangunan P3SON Hambalang, RKA KL 2010 tidak menunjukkan adanya rencana kontrak tahun jamak dan pengajuan RKA KL ke Kementerian Keuangan tidak ditandangi oleh Menteri Pemuda dan Olahraga dan RAB tidak menunjukkan pekerjaan yang dibiayai lebih dari satu tahun anggaran. Hal tersebut tidak sesuai dengan Pasal 5 ayat (1) Peraturan menteri Keuangan Nomor. 56/PMK.02/2010 Tentang Tata Cara Pengajuan Persetujuan Kontrak Tahun Jamak dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

59

Dalam saksi Prof.DR.H.Mahyudin, SP.OG dalam kesaksian terdakwa DK pada Surat Putusan Pengadilan Nomor: 62PID.SUS/TPK/2013/PN.JKT.PST., h. 372

60

Surat Putusan Pengadilan Nomor: 62PID.SUS/TPK/2013/PN.JKT.PST., h. 951

61Komisi Pemberantasan Korupsi. 2013. “Surat Dakwaan Deddy Kusdinar”, h.10

62

Pendapat tersebut dikutip dari Putusan Pengadilan Negeri Nomor:62/PID.SUS/TPK/2013/PN.JKT.PST., h. 422 yag mana posisi Drs. Siswo Sujato, DEA sebagai Direktur Pusat Kajian Keuangan Negara dan Daerah.


(1)

46

[BPK RI] Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia. 2013. Laporan Hasil Pemeriksaan Investigasi (Tahap II) Pembangunan Pusat Pendidikan Pelatihan dan Sekolah Nasional Hambalang Bogor pada Kementerian Pemuda dan Olahraga di Jakarta dan Bogor. Jakarta (ID): BPK RI

[BPKP RI] Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. 2002. Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Korupsi Pada Pengelolaan APBN/APBD. Jakarta (ID): BPKP RI

Damanhuri DS. 1996. Ekonomi Politik Alternatif. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan ____________. 2010. Ekonomi Politik dan Pembangunan: Teori, Kritik, dan

Solusi bagi Indonesia dan Negara Sedang Berkembang. Bogor(ID): IPB Press. Djam’an. Aan. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung (ID): Alfabeta. Hudiyanto. 2014. Ekonomi Politik. Jakarta (ID): PT Bumi Aksara.

Juanda B. 2009. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Bogor: IPB Press. [Kemendikbud RI] Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

2011. Pendidikan Anti-Korupsi Unutuk Pergruan Tinggi. Jakarta (ID): Kemendikbud RI.

Klitgaard R, Ronald M. Parris L. 2005. Penuntun Pemberantasan Korupsi dalam Pemerintah Daerah. Jakarta (ID): Yayasan Obor Indonesia.

[KPK] Komisi Pemberantasan Korupsi. 2006. Memahami untuk Membasmi: Buku Saku untuk memahami Tindak Pidana Korupsi. Jakarta (ID): KPK.

_______________________________. 2014. Surat Dakwaan Deddy Kusdinar. Jakarta (ID): KPK.

Krueger AO. 1974. The Political Economy of The Rent Seeking Society. Vol 64 No. 3, June 1974.

Ma’arif S. 2013. “Rent Seeking Behaviour” Dalam Realisasi Birokrasi dan Dunia Bisnis. http://publikasi.fisip.unila.ac.id/index.php/administration/

Nuraini A. 2013. Dampak Korupsi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Regional di Indonesia: Studi Kasus: mekanisme Dugaan Korupsi APBD di Pemerintah Provinsi Banten Tahun 2011[Tesis]. Bogor. Institut pertanian Bogor.

[PNJ] Surat Putusan Pengadilan. 2013. Pengadilan Negeri Jakarta. 2014. Putusan. Jakarta (ID): PNJ.

Pope J. 2008. Strategi memberantas korupsi (Edisi ringkas). Jakarta: Transparency International Indonesia.

Republik Indonesia. 2014. Nota Keuanagan dan Anggaran pendapatan dan Belanja Negara. Jakarta (ID): Republik Indonesia.

Rose S. Ackerman. 2006. Korupsi Pemerintah Sebab, Akibat dan Reformasi. Jakarta (ID): Pustaka Sinar Harapan.

Seto A. 2012. Korupsi, Kesejahteraan Sosial dan investasi: Studi Empiris di Delapan Negara Kawasan ASEAN tahun 2000-2009 [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Staniland A. 2003. Apakah Ekonomi Politik Itu? Sebuah Studi Teori Sosial dan Keterbelakangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Syachbudy QQ. 2013. Fenomena Perburuan Rente dan korupsi di Kabupaten Kuningan. Jawa Barat, Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah (Periode 1998-2012) [Skripsi]. Bogor. Institut Pertanian Bogor.


(2)

47 The Indonesia Institute. 2012. Pembahasan RUU APBN dan Isu Perbatasan di DPR: Studi Terkini tentang Akses untuk Informasi dan Partisipasi Publik. [Penelitian]. Jakarta. Center for Public Policy Research.

[TI] Transparency International. 2013. Corruption Perception Index 2013. http://cpi.transparency.org/cpi2013/ [14 Maret 2014]

Wahyono HL. 2011. Analisis Ketidaksesuain Kontrak Dalam Kegagalan Konstruksi dan Kegagalan Bangunan. Semarang.[Tesis]. Universitas Diponogoro

Yustika AE. 2012. Ekonomi Kelembagaan: Paradigma, Teori, dan Kebijakan. Jakarta: Penerbit Erlangga.


(3)

48

Lampiran 1 Realisasi Pembayaran Proyek P3SON Hambalang Tahun 2010 dan 2011

No Uraian Nilai SPM (Rp) Nilai SP2D (Rp) Penerima Tahun 2010

1. PekerjaanJasa Konsultan Perencanaan

5.848.360.000 5.084.352.000 P.T YK 2. Pembayaran uang muka

pekerjaan konstruksi

217.317.547.103 189.449.906.363 KSO AW 3. Pembayaran pelaksanaan

konstruksi

31.398.355.479 27.687.640.740 KSO AW 4. Pekerjaan Jasa

Manajemen Konstruksi

1.000.000.000 872.727.273 P.T CCM

Jumlah tahun 2010 253.564.262.582 223.094.626.376 Tahun 2011

1. Pekerjaan Jasa Konsultan Perencana

8.593.200.000 7.499.520.000 P.T YK 2. Pembayaran termijin

pekerjaan fisik

267.783.868.438 236.136.683.987 KSO AW 3. Pekerjaan Jasa

Manajemen Konstruksi

8.119.595.000 4.976.604.296 P.T CCM

Jumlah Tahun 2011 284.496.663.438 248.612.808.283 Total Tahun 2010 dan

2011


(4)

49 Lampiran 3 Daftar Informan yang Diwawancarai

Nama Informan Jabatan Tanggal

Wawancara

Keterangan Johan Budi Juru Bicara KPK 24 April2014 Mengetahui

mekanisme korupsi Tama Satrya

Langkun

Peneliti ICW 19 Mei 2014 Mengetahui mekanisme korupsi dan perburuan rente dalam perspektif hukum Andi Rahmad

Zubaidi

Ketua Audit Hambalang BPK RI

26 Mei 2014 Konfirmasi temuan BPK RI mengenai kerugian negara pada pembangunan P3SON

Setyanta Nugraha

Kepala Biro Analisis APBN Sekjen DPR RI

19 Agustus 2014 Mengetahui alur pencairan anggaran untuk proyek APBN

Prof.Dr. Hendrawan Supratikno

Anggota DPR RI Komisi VI FPDIP

20 Agustus 2014 Mengetahui

dampak korupsi pada proyek APBN terhadap APBN


(5)

(6)

53

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Aprillia Fitria Wardani, lahir di Karawang pada tanggal 2 April 1992. Penulis adalah anak pertama dari Bapak Wardaya dan Ibu Ari Setyanti. Pendidikan sekolah dasar ditempuh di SD Islam Almurtadlo, Cikampek, kemudian melanjutkan ke SMP Negeri 1 Cikampek, dan kemudian menyelesaikan pendidikan di SMA Negeri 1 Cikampek. Penulis melanjutkan studinya di Institut Pertanian Bogor pada Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen melalui jalur USMI.

Selama kuliah, penulis aktif mengikuti kegiatan kepanitiaan maupun organisasi baik Intrakampus maupun Ekstrakampus. Organisasi yang pernah diikuti oleh penulis adalah Forum for Indonesia Chapter Bogor, dan Sharia Economics Student Club FEM IPB. Penulis mendirikani Sekolah Anak Jalanan yaitu Sekolah Kujang FFI Bogor.

Selain aktif dikegiatan kepanitiaan maupun organisasi, penulis juga mengikuti lomba Sharia Economics Business Competition SEASON9 (Finalis 10 besar) dan mengikuti kegiatan Pekan Kreativitas Mahasiswa pada Tahun 2013 (PKM-M didanai DIKTI).