Peran Ibu Dalam Memberikan Pendidikan Kesehatan Reproduksi Pada Remaja Putri Dalam Menghadapi Menarche di Desa Bandar Setia Tahun 2013/2014

(1)

PERAN IBU DALAM MEMBERIKAN PENDIDIKAN

KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA

PUTRI DALAM MENGHADAPI MENARCHE

DI DESA BANDAR SETIA KECAMATAN

PERCUT SEI TUAN

SKRIPSI

OLEH

MASTERIA PURBA NIM. 121121108

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

(4)

Judul : Peran ibu dalam memberikan pendidikan kesehatan reproduksi pada remaja putri dalam menghadapi menarche di Desa

Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang 2013

Nama : Masteria Purba

NIM : 121121108

Program Studi : Ilmu Keperawatan USU

ABSTRAK

 

Menstruasi adalah salah satu perubahan yang menjadi tanda kedewasaan seorang wanita. Secara biologi wanita akan memasuki usia produktif sejak mendapat menstruasi bagi remaja putri. Dimana seorang remaja akan mengalami perubahan baik fisiologis maupun psikologis. Oleh karena itu ibu merupakan pendidik pertama dalam menyampaikan kesehatan reproduksi kepada remaja putri yang sedang mengalami menarche. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan tujuanuntuk mengidentifikasi peran ibu dalam memberikan pendidikan kesehatan reproduksi pada remaja putri dalam menghadapi menarche. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang anaknya sedang menarche di Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.Sampel yang diteliti sebanyak 98 responden dengan teknik pengambilan sampel secara

purposive sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan kategori peran ibu dalam memberikan pengetahuan tentang menarche mayoritas ibu 53 orang (54%) peran ibu baik, 35 orang dengan kategori cukup (36%), dan 10 orang dengan kategori kurang (10%). Kemudian Peran ibu dalam membimbing dalam menjaga kesehatan reproduksi mayoritas ibu 45 orang (46%) peran ibu baik, 35 orang dengan kategori cukup (36%), dan 18 orang dengan kategori kurang (18%). Diharapkan kepada tenaga kesehatan agar lebih meningkatkan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi khususnya pada orangtua yang mempunyai remaja putri.


(5)

Title : The Role of Women in Health MemberikanPendidikan Reproduction in Young Women to Face Menarche in Bandar Setia Subdistrict Percut Sei. Tuan Deli Serdang Regency in 2013

Researcher : Masteria Purba

Program : Nursing Science University of North Sumatra Student Number : 121121108

ABSTRACT

Menstruation is one changes that becomes a sign of maturity of a woman. Biologically a woman enters her productive age since she gets menstruation. At this time she will experience both physiological and psychological changes . Therefore, the mother is the first educator in delivering about reproductive health to young women who are experiencing menarche . This study used a descriptive design. The research aims at identifying the role of the mother in delivering reproductive health education in adolescent girls in the face of menarche . The population in this study were all mothers whose children are experiencie in Bandar Setia District Percut Sei Tuan Deli Serdang Regency. Samples were examined as many as 98 respondents with sampling techniques by purposive sampling. The results indicated that the role of mothers in good category in providing knowledge about menarche with good category are as many as 53 people (54%) , 35 people with enough category (36%), 18 people with less category (18%). It is suggested to the health workers to improve their counseling on reproductive health, especially to the parents who have a teenage daughter.

Keywords: Role of Mother, reproductive health education, Young Women, Menarche


(6)

PRAKATA

Puji dan syukur panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat dan kasih-Nya yang memberikan kesehatan dan hikmat kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi berjudul “Peran Ibu Dalam Memberikan Pendidikan Kesehatan Reproduksi Pada Remaja Putri Dalam Menghadapi Menarche di Desa Bandar Setia Tahun 2013/2014”, disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan.

Dalam penulisan skripsi ini banyak pihak yang telah membantu baik secara moral, material maupun spiritual. Maka pada kesempatan ini, dengan segala ketulusan dan kerendahan hati mengucapkan terima kasih kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

2. Erniyati, SKp, MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

3. Evi Karota Bukit, SKp, MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

4. Ikhsanuddin Ahmad Harahap, SKp, MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

5. Reni Asmara Ariga, S.Kp, MARS selaku dosen pembimbing yang senantiasa meluangkan waktu memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berharga dalam penulisan skripsi


(7)

6. Rika Endah Nurhidayah, S.Kp, M.Pd dan Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen penguji yang memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis

7. Bapak/Ibu dosen Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah membimbing penulis selama bangku perkuliahan

8. Nunung Febriani Sitepu, S.kep, Ns. MNS, selaku dosen pembimbing akademik yang telah banyak memberikan bimbingan kepada penulis selama duduk dibangku perkuliahan

9. Jalaluddin, SH, selaku Kepala Desa Bandar Setia yang telah memberikan izin kepada saya untuk melakukan penelitian

10.Teristemewa kepada kedua orang tua tercinta, Ayanda Drs. Parulian Purba, M.Pd, dan Ibunda Rolisten Hutagaol, yang telah mendidik, membesarkan, dan memberikan dukungan moril serta materil kepada penulis hingga dapat menyelesaikan studi ini.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penulisan skripsi ini, namun penulis menyadari bahwa kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa yang digunakan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca demi sempurnanya penulisan skripsi ini. Kiranya isi skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata saya ucapkan

terimakasih.

Medan, Januari 2014 Penulis

Masteria Purba NIM. 12112110


(8)

DAFTAR ISI

Halaman LEMBAR JUDUL

LEMBAR PERSETUJUAN ABSTRAK i

PRAKATA ii DAFTAR ISI iv

DAFTAR SKEMA ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.Latar Belakang Masalah ... 1

2.Rumusan Masalah ... 4

3. Pertanyaan Penelitian ... 4

4.Tujuan Penelitian ... 5

5. Manfaat Penelitian ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 7

1. Konsep Keluarga ... 7

1.1 Pengertian Keluarga ... 7

1.2Tugas Kesehatan Keluarga ... 7

1.3Peran Keluarga ... 8

2. Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja Putri ... 9


(9)

3.1Fisiologi Terjadinya Menstruasi ... 13

3.3Faktor Yang Mempengaruhi Menstruasi ... 14

3.4Siklus Menstruasi ... 15

3.4Gangguan Menstruasi ... 17

3.5Faktor Resiko ... 19

3.6 Perlindungan Kesehatan Reproduksi Selama Haid ... 25

3.7 Upaya yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi 27 BAB 3 KERANGKA PENELITIAN ... 31

1. Kerangka Konseptual ... 31

2. Defenisi Operasional ... 32

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN ... 33

1. Desain Penelitian ... 33

2. Populasi dan Sampel ... 33

2.1Populasi ... 33

2.2Sampel Penelitian ... 33

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 35

4. Pertimbangan Etik Penelitian ... 36

5. Instrumen Penelitian ... 36

6. Uji Validitas ... 38

7. Uji Reliabilitas ... 38

8. Teknik Pengumpulan Data ... 39

9. Analisa Data ... 40

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 41

1. Hasil Penelitian ... 41

2. Pembahasan ... 45

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 51

1. Kesimpulan ... 51

2. Saran ... 51


(10)

DAFTAR SKEMA


(11)

DAFTAR TABEL

3.1Defenisi Operasional ... 32

4.1Tabel Sampel………. ... 34

4.2Kisi-kisi soal instrumen………. ... 37

5.1Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden ……... ... 42

5.2Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan jawaban responden pada peran ibu dalam memberikan pengetahuan menarche ………...43

5.3Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan kategori peran ibu dalam memberikan pengetahuan menarche ………... ... 44

5.4Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan jawaban responden pada peran ibu dalam membimbing remaja putri dalam menjaga kesehatan reproduksi………... ... 44

5.5Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan kategori peran ibu dalam membimbing remaja putri dalam menjaga kesehatan reproduksi ………... ... 45


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Keterangan Validitas 2. Content Validity Index 3. Inform Consent

4. Instrumen Penelitian 5. Tabel Master

6. Pernyataan Keaslian Terjemahan 7. Surat Penelitian

8. Curriculum Vitae


(13)

Judul : Peran ibu dalam memberikan pendidikan kesehatan reproduksi pada remaja putri dalam menghadapi menarche di Desa

Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang 2013

Nama : Masteria Purba

NIM : 121121108

Program Studi : Ilmu Keperawatan USU

ABSTRAK

 

Menstruasi adalah salah satu perubahan yang menjadi tanda kedewasaan seorang wanita. Secara biologi wanita akan memasuki usia produktif sejak mendapat menstruasi bagi remaja putri. Dimana seorang remaja akan mengalami perubahan baik fisiologis maupun psikologis. Oleh karena itu ibu merupakan pendidik pertama dalam menyampaikan kesehatan reproduksi kepada remaja putri yang sedang mengalami menarche. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan tujuanuntuk mengidentifikasi peran ibu dalam memberikan pendidikan kesehatan reproduksi pada remaja putri dalam menghadapi menarche. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang anaknya sedang menarche di Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.Sampel yang diteliti sebanyak 98 responden dengan teknik pengambilan sampel secara

purposive sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan kategori peran ibu dalam memberikan pengetahuan tentang menarche mayoritas ibu 53 orang (54%) peran ibu baik, 35 orang dengan kategori cukup (36%), dan 10 orang dengan kategori kurang (10%). Kemudian Peran ibu dalam membimbing dalam menjaga kesehatan reproduksi mayoritas ibu 45 orang (46%) peran ibu baik, 35 orang dengan kategori cukup (36%), dan 18 orang dengan kategori kurang (18%). Diharapkan kepada tenaga kesehatan agar lebih meningkatkan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi khususnya pada orangtua yang mempunyai remaja putri.


(14)

Title : The Role of Women in Health MemberikanPendidikan Reproduction in Young Women to Face Menarche in Bandar Setia Subdistrict Percut Sei. Tuan Deli Serdang Regency in 2013

Researcher : Masteria Purba

Program : Nursing Science University of North Sumatra Student Number : 121121108

ABSTRACT

Menstruation is one changes that becomes a sign of maturity of a woman. Biologically a woman enters her productive age since she gets menstruation. At this time she will experience both physiological and psychological changes . Therefore, the mother is the first educator in delivering about reproductive health to young women who are experiencing menarche . This study used a descriptive design. The research aims at identifying the role of the mother in delivering reproductive health education in adolescent girls in the face of menarche . The population in this study were all mothers whose children are experiencie in Bandar Setia District Percut Sei Tuan Deli Serdang Regency. Samples were examined as many as 98 respondents with sampling techniques by purposive sampling. The results indicated that the role of mothers in good category in providing knowledge about menarche with good category are as many as 53 people (54%) , 35 people with enough category (36%), 18 people with less category (18%). It is suggested to the health workers to improve their counseling on reproductive health, especially to the parents who have a teenage daughter.

Keywords: Role of Mother, reproductive health education, Young Women, Menarche


(15)

BAB 1

 

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Setiap manusia akan mengalami tahap pertumbuhan dan perkembangan, dimulai dari masa bayi, anak-anak, remaja, dan masa dewasa. Pertumbuhan dan perkembangan anak terdapat suatu masa percepatan dan perlambatan pada satu organ tubuh (Hidayat, 2005). Perkembangan yang berlangsung dapat terlihat dari perubahan bentuk fisik disebut dengan istilah Pubertas. Pubertas merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak hingga dewasa. Secara klinis pubertas mulai dengan timbulnya ciri-ciri kelamin sekunder dan berakhir pada saat sudah ada kemampuan reproduksi. Di samping terjadinya kematangan seksual dan pertumbuhan fisik, dalam masa ini juga terjadi perkembangan sosial, emosional, kognitif, dan kepribadian. Perubahan fisik yang terjadi pada masa pubertas berhubungan dengan kematangan alat-alat reproduksi, di mana terjadi kematangan pada kelenjar-kelenjar kelamin. Awal dari kematangan ini biasanya ditandai dengan mulainya menstruasi pada anak wanita menarche (Widyastuti, 2009).

Permasalahan kesehatan reproduksi remaja pada mengalami haid pertama atau menarche yang bisa berisiko timbulnya anemia, perilaku seksual yang mana bila kurang pengetahuan dapat tertular penyakit hubungan seksual. Selain itu,


(16)

remaja yang menginjak masa dewasa bila kurang pengetahuan dapat mengakibatkan risiko kehamilan usia muda dan berdampak terhadap kesehatan ibu hamil dan janin (Widyastuti, 2009).

Ada sekitar 60.861.350 remaja berusia 10-24 tahun, atau sekitar 30,2% dari total penduduk Indonesia. Angka pernikahan dini (menikah sebelum berusia 16 tahun) hampir dijumpai pada seluruh propinsi di Indonesia. Sekitar 10% remaja putri melahirkan anak pertamanya pada usia 15-19 tahun. Kehamilan remaja akan meningkatkan risiko kematian dua hingga empat kali lebih tinggi dibandingkan perempuan hamil pada usia lebih dari 20 tahun atau lebih (GOI & UNICEF, 2000 dalam Widyastuti, 2009).

Menstruasi bagi remaja putri lebih dari sekedar penyesuaian fisiologis. Remaja putri memberikan reaksi negatif terhadap awal menstruasi seperti ketidaknyamanan fisik, pusing, sakit punggung, kram, dan nyeri perut. Banyak reaksi negatif terhadap menstruasi bisa dihindari atau dihilangkan bila orang tua menggunakan suatu kebijaksanaan dan penuh pengertian. Dengan menyiapkan anak untuk menghadapi menstruasi pertama beberapa saat sebelumnya, mengusahakan bantuan medis untuk menangani efek samping fisik dan fisiologis yang mungkin timbul, dan menunjukan bahagia karena dia telah dewasa. Para ibu khususnya dapat membantu membuat kedatangan haid sebagai peristiwa yang perlu disambut, bukan peristiwa yang menakutkan atau harus dibenci (Wuryani, 2008).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Juliandi (2011) tentang pengetahuan dan sikap remaja putri dalam menghadapi menarche menunjukkan


(17)

pengetahuan mayoritas remaja putri mendukung dari segi medis dalam menghadapi menarche sebanyak 183 orang (97,3%), mayoritas remaja putri mendukung dari segi kebersihan vagina dalam menghadapi menarche sebanyak 113 orang (60,1%), mayoritas remaja putri mendukung dari segi psikologi dalam menghadapi menarche sebanyak 169 orang (89,9%), mayoritas remaja putri mendukung dari segi sumber informasi dalam menghadapi menarche sebanyak 95 orang (50,5%), mayoritas remaja putri mendukung dari segi peran ibu dalam menghadapi menarche sebanyak 178 orang (94,7%). Dari sikap responden mayoritas remaja putri mendukung dari segi medis dalam menghadapi menarche

sebanyak 184 orang (97,9%), mayoritas remaja putri tidak mendukung dari segi kebersihan vagina dalam menghadapi menarche sebanyak 96 orang (51,1%), mayoritas remaja putri mendukung dari segi psikologi dalam menghadapi

menarche sebanyak 130 orang (69,1%), mayoritas remaja putri mendukung dari segi sumber informasi dalam menghadapi menarche sebanyak 130 orang (69,1 %), mayoritas remaja putri mendukung dari segi peran ibu dalam menghadapi

menarche sebanyak 116 orang (61,7%).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ayu (2011) tentang hubungan antara komunikasi ibu dan anak dengan kesiapan menghadapi menstruasi pertama

(menarche) pada siswi SMP Muhammadiyah Banda Aceh menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara komunikasi ibu-anak dengan kesiapan menghadapi menstruasi pertama (menarche) pada siswi SMP Muhammadiyah Banda Aceh. Apabila komunikasi antara ibu dan anak berlangsung efektif maka remaja akan siap dalam menghadapi menstruasi pertama (menarche).


(18)

Dari siklus kehidupan kesehatan perempuan, terlihat bahwa salah satu masalah yang dihadapi pada masa remaja adalah kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi. Idealnya pengetahuan tersebut mereka dapatkan dari keluarga khususnya orang tua. Akan tetapi masih banyak orang tua yang belum terbuka kepada anak perempuan mereka sehubungan masalah kesehatan reproduksi (Wuryani, 2008).

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa perlunya peran ibu dalam memberikan pendidikan kesehatan reproduksi terutama dalam menghadapi

menarche sehingga remaja mengetahui menarche merupakan suatu hal yang normal bagi wanita. Dengan itu remaja mempunyai kesiapan dalam menghadapi

menarche serta memahami kesehatan reproduksi selama menstruasi.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah yaitu peran ibu dalam memberikan pendidikan kesehatan reproduksi pada remaja putri dalam menghadapi menarche.

3. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: Bagaimana peran ibu dalam memberikan pendidikan kesehatan reproduksi pada remaja putri dalam menghadapi menarche?


(19)

4. Tujuan Penelitian

1) Tujuan Umum

Untuk mengetahui peran ibu dalam memberikan pendidikan kesehatan reproduksi pada remaja putri dalam menghadapi menarche di Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. 2) Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui peran ibu dalam memberikan pengetahuan kepada remaja putri tentang menarche di Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

b. Untuk mengetahui peran ibu dalam membimbing remaja putri dalam menjaga kesehatan reproduksi di Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

5. Manfaat Penelitian

1) Pelayanan keperawatan

Sebagai informasi yang dapat meningkatkan pengetahuan, pelayanan dan pendidikan kesehatan tentang kesehatan reproduksi pada remaja putri dalam menghadapi menarche.


(20)

Sebagai masukan dan sumber informasi bagi lahan pendidikan dalam mata keperawatan keluarga dan keperawatan komunitas untuk menunjang pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada remaja putri dalam menghadapi menarche.

3) Penelitian keperawatan

Sebagai referensi dan informasi yang dapat digunakan untuk peneliti selanjutnya dan dapat memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada pada skripsi ini.


(21)

BAB 2

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

1. Konsep Keluarga

1.1. Pengertian Keluarga

Efendi (2009), mengemukakan pendapat bahwa keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional di mana individu mempunyai peran masing-masing. Setiadi (2008), mengemukakan bahwa keluarga adalah bagian dari masyarakat yang peranannya sangat penting untuk membentuk kebudayaan yang sehat. Dari keluarga inilah pendidikan kepada individu dimulai dan dari keluarga akan tercipta tatanan masyarakat yang baik. Keluarga dijadikan sebagai unit pelayanan yang saling berkaitan, mempengaruhi antara sesama anggota keluarga, dan akan mempengaruhi masyarakat.

1.2.Tugas Kesehatan Keluarga

Beberapa tugas kesehatan keluarga yaitu: (a) mengenal masalah kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak dapat diabaikan karena tanpa


(22)

kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti. Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian keluarga atau orang tua. Sejauh mana keluarga mengetahui dan mengenal fakta-fakta dari masalah kesehatan serta persepsi keluarga terhadap masalah; (b) membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat yaitu sebelum keluarga dapat membuat keputusan yang tepat mengenai masalah kesehatan yang dialaminya, perawat harus dapat mengkaji keluarga tersebut agar dapat memfasilitasi keluarga dalam membuat keputusan (Bailon dan Maglaya,1998 dalam Setiawati, 2008).

1.3.Peran Keluarga

Peran formal dalam keluarga yaitu: (a) peran sebagai ayah yaitu ayah sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anaknya berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman. Juga sebagai kepala keluarga, anggota kelompok sosial, serta anggota masyarakat, dan lingkungan; (b) peran sebagai ibu yaitu ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya berperan untuk mengurus rumah tangga sebagai pengasuh, pendidik anak-anaknya, pelindung dan salah satu anggota kelompok sosial, dan dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan keluarga; (c) peran sebagai anak yaitu anak melaksanakan peran psikososial sesuai dengan tingkat perkembangannya, baik fisik, mental, sosial, dan spiritual (Nasrul Efendy, 1998 dalam Setiawati, 2008).


(23)

Achjar (2010), mengemukakan pendapatnya tentang pendidikan diberikan keluarga dalam rangka memberikan pengetahuan, keterampilan, membentuk perilaku anak, mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa, dan mendidik anak sesuai dengan tingkatan perkembangannya.

2. Pertumbuhan dan Perkembangan Pada Remaja Putri

Secara etimiologi, remaja berarti “tumbuh menjadi dewasa”. Defenisi remaja (adolescence) menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) adalah periode usia antara 10 sampai 19 tahun. Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai perubahan fisik, emosi, dan psikis. Pada masa remaja juga merupakan suatu periode masa pematangan organ reproduksi manusia dan sering disebut masa pubertas (Widyastuti Yani, 2009).

Pubertas merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Tidak ada batas antara akhir masa kanak-kanak dan awal masa pubertas, akan tetapi dapat dikatakan bahwa pubertas diawali dengan berfungsinya ovarium. Pubertas berakhir pada saat ovarium sudah berfungsi dengan teratur. Secara klinis pubertas mulai dengan timbulnya ciri-ciri kelamin sekunder, dan berakhir pada saat sudah ada kemampuan reproduksi. Secara umum ada pegeseran permulaan pubertas ke arah umur yang muda, dikarenakan meningkatkan kesehatan umum dan gizi. Pubertas ialah pertumbuhan badan yang cepat, timbulnya ciri-ciri kelamin sekunder, menarche dan perubahan psikis (Dianawati, 2003).


(24)

Perubahan yang terjadi yaitu: (a) munculnya tanda-tanda seks primer: terjadinya haid yang pertama (menarche) pada remaja perempuan; (b) munculnya tanda-tanda seks sekunder yaitu: pada remaja perempuan pinggul melebar, pertumbuhan rahim dan vagina, tumbuh rambut di sekitar kemaluan dan ketiak, payudara membesar (Pinem,2009).

Di antara usia sekitar 8 dan 18 tahun tubuh anak perempuan berubah dari seorang anak menjadi seorang wanita, dibawah pengaruh hormon wanita yaitu

estrogen. Pertubuhan fisik remaja putri ada usia sekitar 8 tahun, setahun sebelum pubertas bagi kebanyakan anak perempuan, tulang panggul mulai tumbuh dan lemak tertimbun pada payudara, panggul, dan paha. Pada tahap remaja, yang umumnya dimulai antara 10 dan 16 tahun, puting mulai muncul, dan rambut pubis dan ketiak mulai tumbuh. Pada tahap ini, organ genital berkembang dan mulai mendapatkan menstruasi. Lebih banyak lemak tertimbun pada panggul, payudara, dan paha. Saat berusia sekitar 18 tahun, pertumbuhan tulang telah lengkap dan mencapai tinggi dewasa. Kecepatan perubahan tubuh bergantung pada banyak faktor dan sangat bervariasi dari satu individu ke individu lain. Rambut ketiak yaitu pada usia 14 tahun, rambut mulai timbul di ketiak dan kelenjar keringat menjadi aktif. Beberapa perubahan tubuh yaitu: (a) kulit yaitu hormon androgen

memengaruhi kulit, menimbulkan lebih banyak sekresi minyak dan timbulnya jerawat; (b) pinggang yaitu berbeda dengan panggul dan payudara yang melebar, pinggang mulai tampak lebih ramping dan jelas; (c) rambut pubis yaitu rambut ini pertama kali tumbuh saat berusia sekitar 12 tahun dan perlahan akan menjadi lebih tebal dan lebih keriting, menyebar ke atas membentuk segitiga; (d) paha


(25)

yaitu bagian dalam dan luar paha membentuk bantalan lemak dari usia 14 tahun, menjadikan tubuhmu lebih berlekuk feminim; (e) panggul yaitu saat tulang panggul tumbuh, panggul mulai melebar. Lemak timbun membentuk ciri tubuh wanita (Stoppard, 2010).

Fisiologis dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan gizi. Faktor lingkungan dapat memberi pengaruh untuk mempercepat perubahan. Perubahan dipengaruhi oleh dua organ penting, yaitu: hipotalamus dan hipofisis. Ketika kedua organ ini bekerja, ada tiga kelenjar yang dirangsang, yaitu: kelenjar gondok, kelenjar anak ginjal, dan kelenjar organ reproduksi. Ketiga kelenjar tersebut akan saling bekerja sama dan berinterakasi dengan faktor genetik maupun lingkungan. Perubahan fisik pada remaja putri yaitu: Pertambahan tinggi badan, tumbuh rambut di sekitar alat kelamin dan ketiak, kulit menjadi lebih halus, suara menjadi lebih halus dan tinggi, payudara mulai membesar, pinggul semakain membesar, paha membulat, dan mengalami menstruasi. Perubahan-perubahan yang dipengaruhi oleh hormon estrogen dan progesteron (Aryani, 2010).

Perkembangan remaja dibagi menjadi tiga tahap yaitu: (a) masa remaja awal (10-12 tahun) dengan ciri khas antara lain: ingin bebas, lebih dekat dengan teman sebaya, mulai berpikir abstrak dan lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya; (b) masa remaja tengah (13-15 tahun), dengan ciri khas antara lain: mencari identitas diri timbul keinginan untuk berkencan, berkhayal tentang aktivitas seksual dan mempunyai rasa cinta yang mendalam; (c) masa remaja akhir (16-19 tahun) dengan ciri khas antara lain: mampu berpikir abstrak, lebih


(26)

selektif dalam mencari teman sebaya, mempunyai citra jasmani dirinya, dapat mewujudkan rasa cinta dan pengungkapan kebebasan diri (Pinem, 2009).

3. Menstruasi Pertama Pada Remaja Putri

Menarche adalah menstruasi pertama perempuan yang umumnya terjadi pada usia sekitar 10-11 tahun. Rangsangan pancaindera dengan diubah di dalam

korteks serebri dan melalui nucleus amigdala disalurkan menuju ke hipotalamus.

Rangsangan pada hipotalamus, merangsang pembentukan dalam bentuk

gonadothropic releasing factor (hormon) yang merangsang hipofisis anterior

dengan sistem portal sehingga hipofisis mengeluarkan follicle stimulating hormone (FSH) yang akan merangsang ovarium (folikel de graaf) untuk mengeluarkan hormone estrogen. Keadaan ini terjadi pada perempuan berusia sekitar 8-9 tahun. Estrogen dengan konsentrasi rendah ini sudah mampu merangsang pertumbuhan payudara karena organ ini mempunyai reseptor untuk estrogen, khususnya pada glandula. Estrogen juga menimbulkan perubahan organ-organ seks sekunder, diantaranya: distribusi rambut, deposit jaringan lemak, pertumbuhan vulva, dan perkembangan endometrium di dalam uterus. Rangsangan enstrogen yang cukup lama terhadap endometrium akhirnya menimbulkan perdarahan pertama disebut menarche (Manuaba, 2007). Menstruasi pertama tampak cairan yang keluar hitam kecokelatan (Stoppard, 2010).

Menarche disebut haid yang pertama kali terjadi. Setelah masa reproduksi, wanita akan memasuki masa klimakterium yang terjadi secara berangsur-angsur di mana haid akan menjadi tidak teratur, lalu akhirnya akan


(27)

berhenti sesuai usianya. Menstruasi adalah proses alamiah yang terjadi pada perempuan. Menstruasi merupakan perdarahan teratur dari uterus sebagai tanda bahwa alat kandungan telah menunaikan faalnya. Pada wanita biasanya pertama kali mengalami menstruasi normal terjadi setiap 22-35 hari, dengan lamanya menstruasi selama 2-7 hari (Aryani, 2010).

Menstruasi adalah salah satu perubahan yang menjadi tanda kedewasaan seorang wanita. Secara biologi, wanita akan memasuki usia produktif sejak mendapat menstruasi. Sel telur sudah dapat dibuahi dan kemungkinan dapat terjadi jika wanita melakukan hubungan intim dengan lawan jenisnya. Pada siklus menstruasi dipengaruhi oleh hormon estrogen dan progesteron. Beberapa wanita mengalami menstruasi sangat cepat pada usia 9 tahun. Sebagian lagi mengalami menstruasi yang lama pada usia 18 tahun. Hal tersebut dipengaruhi faktor genetik, nutrisi, lingkungan, dan ras. Menstruasi bisa tidak teratur dan berlangsung dua bulan sekali atau dua kali dalam satu bulan. Kondisi ini dikarenakan produksi hormon kewanitaan yang belum teratur. Menstruasi akan semakin teratur seiring dengan kematangan organ reproduksi (Indarti, 2004).

3.1.Fisiologi Terjadinya Menstruasi

Aryani (2010), mengemukakan fisiologi terjadinya menstruasi yaitu: a. Stadium Menstruasi

Stadium ini berlangsung selama 3-7 hari. Pada saat itu, endometrium

(selaput rahim) dilepaskan sehingga timbul perdarahan. Hormon-hormon ovarium berada pada kadar paling rendah.


(28)

b. Stadium Proliferasi

Stadium ini berlangsung pada 7-9 hari. Dimulai sejak berhentinya darah menstruasi sampai hari ke-14. Setelah menstruasi berakhir, dimulai fase proliferasi dimana terjadi pertumbuhan dari desidua

fungsional yang mempersiapkan rahim untuk perlekatan janin. Pada fase ini, endometrium tumbuh kembali antara hari ke-12 sampai 14 dapat terjadi pelepasan sel telur dari indung telur disebut ovulasi.

c. Stadium Sekresi

Stadium sekresi berlangsung 11 hari. Masa sekresi adalah masa sesudah terjadinya ovulasi dan hormon progesteron mempengaruhi pertumbuhan endometrium untuk membuat kondisi rahim siap untuk

implantasi (perlekatan janin ke rahim).

d. Stadium Premenstruasi

Stadium yang berlangsung selama 3 hari dengan infiltrasi sel-sel darah putih. Stroma mengalami disintegrasi dengan hilangnya cairan dan sekret sehingga akan terjadi kolaps dari kelenjar dan arteri. Pada saat ini terjadi vasokontriksi, kemudian pembuluh darah itu berelaksasi dan akhirnya pecah.


(29)

Aryani (2010:106) mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi menstruasi yaitu:

a. Faktor Hormon

Hormon-hormon yang mempengaruhi terjadinya haid pada seorang wanita yaitu: (a) Follicle Stimulating Hormone (FSH) yang dikeluarkan oleh hipofisis; (b) Estrogen yang dihasilkan oleh ovarium; (c) Luteinizing Hormone (LH) yang dihasilkan oleh hipofisis; (d)

Progesteron yang dihasilkan oleh ovarium.

b. Faktor Enzim

Enzim hidrolitik yang terdapat dalam endometrium merusak sel yang berperan dalam sintesis protein dan metabolisme serta mengakibatkan

regresi endometrium dan perdarahan. c. Faktor vascular

Fase proliferasi terjadi pembentukan sistem vaskularisasi dalam lapisan fungsional endometrium. Pada pertumbuhan endometrium akan tumbuh arteri dan vena. Regresi endometrium yang akhirnya terjadi

nekrosis dan perdarahan dengan pembentukan hematoma, baik dari arteri maupun vena.

d. Faktor Prostaglandin

Endometrium mengandung prostaglandin dengan adanya desintegrasi endometrium, prostaglandin terlepas dan menyebabkan kontraksi


(30)

miometrium sebagai suatu faktor untuk membatasi perdarahan pada haid.

3.3.Siklus Menstruasi

Umumnya siklus menstruasi terjadi secara periodik setiap 28 hari (21 sampai 30 hari), yaitu pada hari 1-14 terjadi pertumbuhan dan perkembangan

folikel primer yang dirangsang oleh hormon FSH. Pada saat tersebut, sel oosit primer akan membelah dan menghasilkan ovum yang haploid. Saat folikel berkembang menjadi folikel de Graaf yang masuk, folikel ini juga menghasilkan hormon estrogen yang merangsang keluarnya LH dari hipofisis. Estrogen yang keluar berfungsi merangsang perbaikan dinding uterus dan

endometrium yang terkelupas saat menstruasi. Selain itu, estrogen

menghambat pembentukan FSH dan memerintahkan hipofisis menghasilkan

LH yang berfungsi merangsang folikel de Graaf yang berovulasi yang terjadi pada hari ke-14. Waktu di sekitar terjadinya ovulasi disebut fase estrus

(Aryani, 2010).

Selain itu, LH merangsang folikel yang berubah menjadi badan kuning

(corpus luteum). Badan kuning menghasilkan hormon progesteron yang berfungsi mempertebal lapisan endometrium yang kaya dengan pembuluh darah untuk mempersiapkan datangnya embrio disebut fase luteal. Selain itu,

progesteron juga berfungsi menghambat pembentukan FSH dan LH, akibatnya

korpus luteum mengecil dan menghilang. Pembentukan progesteron berhenti sehingga pemberian nutrisi kepada endometrium terhenti. Endometrium


(31)

menjadi kering, terkelupas dan terjadilah perdarahan (menstruasi) pada hari ke-28. Fase ini disebut fase perdarahan atau fase menstruasi. Oleh karena tidak ada progesteron, maka FSH mulai terbentuk lagi dan terjadilah proses

oogenesis kembali (Aryani, 2010).

Siklus menstruasi sekitar 28 hari yaitu: (a) pada hari 1-5 merupakan dinding rahim rontok dan mengalir keluar melalui vagina; (b) pada hari 1-12 merupakan hormon hipofisis merangsang pertumbuhan sebuah folikel telur.

Estrogen dari ovarium menyebabkan penebalan dinding rahim; (c) pada hari 12-16 merupakan ovulasi di mana telur dilepaskan dan ovarium mulai menghasilkan progesteron; (d) pada hari 17-24 merupakan telur berjalan di sepanjang tuba fallopi menuju ke rahim; (e) pada hari 24-28 jika tidak ada pembuahan. Ovarium berhenti menghasilkan progesteron, sehingga memicu menstruasi. Hormon membuat ovarium menghasilkan telur dan dinding rahim melalui tuba fallopi. Jika telur tidak dibuahi, telur akan dibuang bersama dinding rahim (Stoppard, 2010).

3.4.Gangguan Menstruasi

Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan terjadi menurut siklusnya dari rahim yang menggambarkan rangsangan hormonal pada endometrium karena tidak terjadi kehamilan. Menstruasi menggambarkan kedewasaan biologis seorang wanita. Masa menstruasi terjadi karena menurunnya kadar hormon estrogen dan progesteron. Menurunnya hormon-hormon tersebut mengakibatkan kerusakan lapisan endometrium. Akibatnya,


(32)

terjadi perdarahan dan pelepasan lapisan endometrium yang disebut darah menstruasi. Lamanya siklus darah menstruasi normal dihitung dari jarak antara tanggal mulainya menstruasi sebelumnya dengan mulainya menstruasi berikutnya, yaitu berkisar antara 25-32 hari. Lama menstruasi antara 3-7 hari. Ada juga wanita yang mengalami menstruasi 1-2 hari, kemudian perdarahan sedikit demi sedikit mengikutinya. Sebagian lagi mengalami menstruasi lebih lama, yaitu 7-10 hari. Jumlah darah yang dikeluarkan saat menstruasi sekitar 20-40 ml. Oleh karena itu, beberapa wanita merasa sangat lemas saat menstruasi dan membutuhkan 2-5 pembalut untuk menampung darah menstruasi setiap harinya. Sebagian wanita mengalami nyeri saat menstruasi (dismenorea). Hal ini dapat dikarenakan saluran rahim yang masih sempit sehingga bersifat normal. Gangguan menstruasi lain, yaitu tidak semua wanita mendapatkan menstruasi dengan siklus dan jumlah hari yang normal. Gangguan kesehatan atau ketidakseimbangan hormon indung telur sering menimbulkan masalah menstruasi (Indarti, 2004).

Beberapa gangguan menstruasi (Aryani, 2010) yaitu: a. Konseptual Disfungsi Menstruasi

Konsep menstruasi secara umum adalah terjadinya gangguan dari pola perdarahan menstruasi seperti menorraghia (perdarahan yang banyak dan lama), oligomenorrhea (menstruasi yang jarang), polymenorrhea (menstruasi yang sering) dan amenorrhea (tidak haid sama sekali). Disfungsi menstruasi ini berdasarkan fungsi dari ovarium yang berhubungan dengan anovulasi dan gangguan fase luteal. Disfungsi ovarium tersebut dapat menyebabkan


(33)

gangguan pola menstruasi. Lamanya menstruasi dapat dipengaruhi oleh keadaan dysmenorhea atau gejala lain seperti sindrom premenstruasi. Gangguan perdarahan menstruasi dapat menimbulkan risiko patologis apabila dihubungkan dengan banyaknya kehilangan darah, mengganggu aktivitas sehari-hari, adanya indikasi, dan tanda-tanda kanker.

b. Gangguan Lamanya Siklus Menstruasi

Amenorrhea adalah tidak adanya menstruasi dengan kategori

amenorrhea primer jika pada wanita diusia 16 tahun belum mengalami menstruasi, sedangkan amenorrhea sekunder adalah yang terjadi setelah menstruasi. Secara klinis, kriteria amenorrhea adalah tidak adanya menstruasi selama enam bulan atau selama tiga kali tidak menstruasi sepanjang siklus menstruasi sebelumnya. Berdasarkan penelitian, kategori amenorrhea adalah apabila tidak ada menstruasi dalam rentang waktu 90 hari. Amenorrhea sering terjadi pada wanita yang sedang menyusui, tergantung frekuensi menyusui dan status nutrisi dari wanita tersebut.

Oligomenorrhea adalah tidak adanya menstruasi untuk jarak interval yang pendek atau tidak normalnya jarak waktunya yaitu jarak siklus menstruasi 35-90 hari. Polymenorrhea adalah sering menstruasi yaitu jarak siklus menstruasi yang pendek kurang dari 21 hari. Defek pada fase luteal

adalah tidak adekuatnya sekresi atau kerja dari hormon progesteron sehingga mengganggu proses siklus menstruasi di endometrium.Defek pada fase luteal

ini sering ditemukan pada wanita yang mengalami infertilitas dan abortus spontan yang berulang.


(34)

3.5. Faktor Resiko

Penelitian mengenal faktor resiko dari variabilitas siklus menstruasi adalah pengaruh dari berat badan, aktivitas fisik, proses ovulasi, dan adekuatnya fungsi luteal. Perhatian khusus saat ini juga ditekankan pada perilaku diet dan stres pada atlet wanita.

1) Berat badan.

Berat badan dan perubahan berat badan mempengaruhi fungsi menstruasi. Penurunan berat badan akut dan sedang menyebabkan gangguan pada fungsi ovarium, tergantung derajat tekanan pada ovarium dan lamanya penurunan berat badan. Kondisi patologis seperti berat badan yang kurang/kurus dan anorexia nervosa yang menyebabkan penurunan berat badan yang berat dapat menimbulkan amenorrhea.

2) Aktivitas fisik

Tingkat aktivitas yang sedang dan berat dapat membatasi fungsi menstruasi. Atlet wanita seperti pelari, senam balet memiliki resiko untuk mengalami amenorrhea, anovulasi dan defek pada fase luteal. Aktivitas fisik yang berat merangsang inhibisi Gonadotropin Releasing Hormon (GnRH) dan aktivitas gonadotropin sehingga menurunkan level dari serum estrogen.

3) Stress

Stress menyebabkan perubahan sistematik pada tubuh, khususnya sistem persarafan dalam hipotalamus melalui perubahan prolaktin atau


(35)

endogenous opiate yang dapat mempengaruhi evelasi kortisol basal dan menurunkan hormone lutein (LH) yang menyebabkan amenorrhea

4) Diet

Diet dapat mempengaruhi fungsi menstruasi. Vegetarian berhubungan dengan anovulasi, penurunan respons hormone pituitary, fase folikel yang pendek, tidak normalnya siklus, menstruasi (kurang dari 10 kali/tahun). Diet rendah lemak berhubungan dengan panjangnya siklus menstruasi dan periode perdarahan. Diet rendah kalori seperti daging merah dan rendah lemak berhubungan dengan amenorrhea.

5) Paparan lingkungan dan kondisi kerja

Beban kerja yang berat berhubungan dengan jarak menstruasi yang panjang dibandingkan dengan berat kerja ringan dan sedang. Wanita yang bekerja di pertanian mengalami jarak menstruasi yang lebih panjang dibandingkan dengan wanita yang bekerja perkantoran. Paparan suara bising di pabrik dan intensitas yang tinggi dari pekerjaan berhubungan dengan keteraturan dari skilus menstruasi. Paparan agen kimiawi dapat mempengaruhi/meracuni ovarium, seperti beberapa obat anti-kanker (obat sitotoksik) merangsang gagalnya proses di ovarium termasuk hilangnya folike- folikel, anovulasi, oligomenorrhea, dan amenorrhea. Selain itu, tembakau pada rokok juga berhubungan dengan gangguan pada metabolisme estrogen


(36)

Faktor tersebut menyebabkan resiko infertilitas dan menopouse yang lebih cepat. Hasil penelitian pendahuluan dari merokok dapat juga menyebabkan

dysmenorhea, tidak normalnya siklus menstruasi, serta pendarahan menstruasi yang banyak.

6) Sinkronisasi proses menstruasi (interaksi sosial dan lingkungan)

Interaksi manusia dengan lingkungan merupakan siklus yang sinkron/berirama. Proses interaksi tersebut melibatkan fungsi hormonal. Salah satu fungsi hormonal adalah hormon-hormon reproduksi. Adanya

pherohormon yang dikeluarkan oleh setiap individu lain melalui persepsi dari penciuman baik melalui interaksi dengan individu jenis kelamin sejenis maupun lawan jenis, serta dapat menurunkan variabilitas dari siklus menstruasi dan sinkronisasi dari onset menstruasi.

7) Gangguan endokrin

Adanya penyakit-penyakit endokrin seperti diabetes, hipotiroid, serta

hipertiroid yang berhubungan dengan gangguan menstruasi. Prevelansi

amenorrhea dan oligomenorrhea lebih tinggi pada pasien diabetes. Penyakit

polycystic ovarium berhubungan dengan obesitas, resistensi insulin, dan oligomenorrhea. Amenorrhea dan oligomenorrhea pada wanita dengan penyakit polycystic ovarium berhubungan dengan insensitivitas hormon insulin dan menjadikan wanita tersebut obesitas. Hipertiroid berhubungan dengan oligomenorrhea dan lebih lanjut menjadi amenorrhea. Hipertiroid

berhubungan dengan polymenorrhea dan menorraghia.


(37)

Gangguan Pendarahan terbagi menjadi tiga yaitu pendarahan yang berlebihan dan pendarahan yang panjang, dan pendarahan yang sering. Dan adanya kondisi patologi. Abnormal Uterin Bleeding (AUB) adalah suatu keadaan yang menyebabkan gangguan pendarahan menstruasi. Secara umum terdiri dari: (a) Menorraghia yaitu kondisi pendarahan yang terjadi regular dalam interval yang normal, durasi dan aliran darah berlebihan/banyak; (b)

Metrorraghia, yaitu kondisi pendarahan dalam jarak yang tidak teratur, durasi dan aliran darah berlebihan banyak; (c) Polymenorrhea yaitu kondisi pendarahan dalam interval kurang dari 21 hari. Dysfungsional Uterin Bleeding (DUB) adalah gangguan pendarahan dalam siklus menstruasi yang tidak berhubungan dengan kondisi patologis. DUB meningkat selama proses transisi

menopouse. Pendarahan yang berlebihan merupakan sebagai suatu kondisi kehilangan darah lebih dari 80 ml per menstruasi. Faktor gangguan koagulan, endometriosis, fibroid, infeksi uterus, dan ketidakseimbangan prostaglandin

menyebabkan pendarahan yang banyak. Pendarahan yang panjang didefinisikan sebagai suatu kondisi pendarahan lebih dari 7-8 hari.

9) Dysmenorrhea

Pada saat menstruasi akan mengalami nyeri yang sifat dan tingkat rasa nyeri bervariasi, mulai dari yang ringan hingga yang berat. Kondisi tersebut dinamakan dysmenorrhea, yaitu keadaan nyeri yang hebat dan dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Dysmenorrhea merupakan fenomena simptomatik meliputi nyeri abdomen, kram, dan sakit punggung. Gejala


(38)

menstruasi. Dysmenorrhea terbagi atas dua macam: (a) Nyeri haid primer merupakan timbul sejak haid pertama dan akan pulih sendiri, tepatnya setelah stabilnya hormon tubuh atau perubahan posisi rahim setelah menikah dan melahirkan. Nyeri haid itu normal, tetapi dapat berlebihan jika dipengaruhi oleh faktor psikis, fisik, dan seperti stress, syok, penyempitan pembuluh darah, penyakit yang menahun, kurang darah, dan kondisi tubuh yang menurun. Gejala tersebut tidak membahayakan kesehatan; (b) Nyeri haid sekunder adalah ada penyakit atau kelainan yang menetap seperti infeksi rahim, kista atau polip, tumor sekitar kandungan, serta kelainan kedudukan rahim yang mengganggu organ dan jaringan disekitarnya.

Premenstruasi syndrome (PMS) atau gejala premenstruasi, dapat menyertai sebelum atau saat menstruasi, seperti perasaan malas bergerak, badan menjadi lemas, serta mudah merasa lelah, nafsu makan meningkat, dan suka makan makanan yang rasanya asam serta emosi menjadi labil. Gejala yang sering timbul pada PMS adalah mengalami kram perut, nyeri kepala, pingsan, berat badan bertambah karena tubuh menyimpan air dalam jumlah yang banyak, serta pinggang terasa pegal. Tindakan untuk mengurangi gejala tersebut diantaranya adalah : (a) mengurangi makanan yang bergaram seperti: kentang goreng, kacang-kacangan dan makanan berbumbu, untuk mengurangi penahanan air berlebih; (b) kurangi makanan yang berupa tepung, gula, kafein, dan cokelat; (c) tambahkan makanan yang mengandung kalsium dan vitamin C dosis tinggi, seminggu sebelum menstruasi; (d) konsumsi makanan berserat dan perbanyak minum air putih; (e) jika menstruasi cukup banyak


(39)

mengeluarkan darah, perbanyak makan makanan atau suplemen yang mengandung zat besi agar terhindar dari anemia (Aryani, 2010).

Beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk mengatasi sakit perut sewaktu menstruasi yaitu: (a) kompres dengan botol panas (hangat) pada bagian yang terasa kram (bisa diperut atau pinggang bagian belakang); (b) mandi air hangat, boleh juga menggunakan aroma terapi untuk menenangkan diri; (c) menggosok-gosok perut atau pinggang yang sakit (Aryani, 2010).

3.6.Perlindungan Kesehatan Reproduksi Selama Haid

Pembalut biasa memiliki kekurangan yaitu dapat melukai kulit lipat paha. Jika haid dianggap biasa, tentu orang luar tidak akan peduli ketika haid sedang belangsung. Sikap seperti ini hanya terjadi pada masyarakat yang memandang haid sebagai sesuatu yang memalukan dan harus disembunyikan. Dewasa ini, pembalut yang tipis dan dibuat untuk ditempelkan pada celana wanita, disukai karena melindungi wanita terhadap noda haid dan tidak terlalu digunakan. Tetapi tampon intravaginal memiliki kelebihan: tidak kelihatan, dan tidak mempersulit gerakan. Tampon dapat digunakan usia, karena dapat dimasukkan ke dalam vagina tanpa merasa tidak nyaman. Tampon khusus yang tipis tersedia untuk wanita yang belum pernah berhubungan badan. Tampon banyak disukai remaja putri dari pada pembalut. Tetapi wanita yang darah haid banyak, merasakan tampon kurang nyaman karena rembesan darah


(40)

dan lebih senang memakai pembalut biasa. Tampon harus diganti setiap 4 jam selama haid secara teratur karena dapat mengakibatkan gangguan vagina dan dalam beberapa kasus mengakibatkan kondisi toxic shock (Jones Llewellyn, 2005).

Cara umum yang dipakai untuk menyerap darah menstruasi sebagai berikut: (a) menggunakan tampon yaitu bentuk tampon yang sangat tipis, panjangnya sekitar 9 cm, terbuat dari kapas yang sangat lembut. Pemakaian tampon adalah dengan memasukkan ke dalam lubang vagina sambil ditekan menggunakan jari tangan. Cara kerja tampon ini seperti sepon yang mengembang karena menyerap dan menahan aliran darah yang keluar. Jika menstruasi mengeluarkan darah lebih banyak, biasanya seseorang dapat menggunakan tampon dan pembalut sekaligus. Efek samping pemakaian tampon ini dapat menyebabkan timbulnya toxic shock syndrome atau TSS dengan gejala tangan dan kaki berkeringat dingin, diare disertai muntah dan demam. Untuk menghindari terjadinya TSS tersebut penggantian tampon harus rajin dilakukan setiap 5-7 jam sekali. Sebenarnya, jika mengikuti setiap petunjuk yang penggunaan tampon adalah pilihan yang tepat karena nyaman, aman, dan praktis. Sehingga tampon tidak akan merusak selaput darah seseorang; (b) menggunakan pembalut yaitu pembalut terbuat dari bahan yang telah disterilkan dan berisi kapas. Pembalut ini juga perlu diganti setiap 4-6 jam sekali. Sekarang ini, banyak dijual macam-macam merek pembalut, dari yang tipis, panjang, wing (ada sayapnya), nonwing (tidak ada sayapnya), sampai yang gel. Beberapa pembalut masih mempunyai kekurangan, seperti


(41)

mengakibatkan iritasi kulit pada lipatan paha, sehingga akan menimbulkan rasa tidak nyaman (Aryani, 2010).

Pilihan pembalut dan tampon yaitu: (a) pembalut biasa yaitu pembalut tebal yang dikenakan di celana dalam, biasanya dengan perekat; (b) pembalut berbentuk yaitu dikenakan di celana dalam, ditahan agar tidak bergeser oleh perekat; (c) pembalut dengan sayap yaitu sayap perekat menjaga pembalut lebih kuat dalam celana; (d) panty liner yaitu untuk perdarahan sedikit dan berperekat; (e) tampon yaitu kecil, nyaman, tetapi harus dimasukkan dengan tangan; (f) tampon dengan aplikator yaitu aplikator mendorong tampon ke dalam vagina (Stoppard, 2010).

Menjaga kebersihan selama menstruasi yaitu: (a) gantilah pembalut atau tampon 3-4 kali sehari; (b) cucilah tangan sebelum dan sesudah mengganti pembalut dan tampon;(c) basuh vulva setiap hari dari arah depan ke belakang, menggunakan sabun bayi dan air; (d) jangan menggunakan bedak atau deodoran; (e) untuk mengurangi resiko infeksi, jangan menggunakan tampon pada malam hari dan gunakanlah pembalut; (f) ada infeksi yang sangat jarang, yaitu sindrom syok toksik (toxic shock syndrome, TSS), yang berhubungan dengan pemakaian tampon. Untuk menghindari dari infeksi gunakan tampon yang menyerap dan jangan membiarkan tampon di dalam lebih dari delapan jam (Stoppard, 2010).


(42)

Perlu kita sadari bersama bahwa kesehatan reproduksi tidak dapat dipisahkan dari kesehatan secara umum sehingga upaya untuk mempertahankan kondisi prima dalam hal kesehatan reproduksi harus didukung oleh perilaku hidup bersih dan sehat. Misalnya: makan dengan menu seimbang, adanya keseimbangan antara bekerja dan istirahat, olahraga, rekreasi, dan lainnya. Beberapa cara memelihara kesehatan sistem reproduksi yaitu:

a. Penggunaan pakaian dalam

Pakaian dalam yang digunakan sebaiknya yang terbuat dari bahan yang menyerap keringat. Kain yang tidak menyerap keringat akan menimbulkan rasa panas dan lembab. Kondisi ini akan menimbulkan ketidaknyamanan bagi pemakai, serta sangat kondusif bagi pertumbuhan jamur. Pakaian dalam yang dikenakan juga harus dalam keadaan bersih dan ukuran yang tepat. Pakaian yang terlalu sempit atau penggunaan karet yang berlebihan akan mengganggu kerja kulit dan menimbulkan rasa gatal.

b. Penggunaan Handuk

Masyarakat Indonesia masih menggunakan handuk sebagai perlengkapan mandi yang dipakai secara berulang, bahkan ada yang menggunakan satu handuk secara bersamaan dalam satu keluarga. Penggunaan handuk secara berulang diperbolehkan, tetapi yang perlu diperhatikan adalah handuk harus selalu dijemur setiap kali selesai dipakai. Handuk dijemur agar terkena sinar matahari, sehingga jasad


(43)

renik yang ada pada handuk mati dan tidak menimbulkan infeksi. Sebaliknya handuk tidak digunakan lebih dari satu minggu atau bila sudah tidak nyaman dipergunakan. Penggunaan handuk secara bersamaan hendaknya dihindari. Handuk yang digunakan secara bersamaan bisa menjadi media penularan penyakit penularan penyakit kulit dan kelamin, misalnya scabies dan pedikulosis pudis. Gejala scabies yang utama adalah pruritis pada malam hari, karena aktivitas tunggu meningkat pada suhu kulit yang lembab dan hangat.

Pedikulosis pubis disebabkan oleh kutu Pthirus pubis. Bila kutu ini menggigit, maka tidak terlihat jelas bekas gigitannya. Namun setelah 30 hari akan timbul pruritis, eritema, dan infeksi sekunder.

c. Memotong bulu pubis

Alat kelamin pria dan perempuan ditumbuhi bulu. Guna memelihara kebersihan dan kerapian, bulu-bulu pubis sebaiknya dicukur. Dengan mencukur bulu-bulu pubis, kebersihan bulu-bulu pubis akan selalu terjaga, sehingga tidak menjadi media kehidupan kutu dan jasad renik, serta aroma yang tidak sedap. Bulu pubis yang terlalu panjang dan lebat (khususnya bagi remaja putri) akan selalu terpapar oleh urine saat buang air kecil.

d. Kebersihan alat kelamin luar

Bagi remaja putri harus membiasakan diri untuk membersihkan vulva

setiap setelah buang air kecil atau buang air besar dan mengeringkan sampai benar-benar kering sebelum mengenakan pakaian dalam


(44)

adalah perilaku yang benar. Teknik membersihkan vulva adalah dari arah depan ke belakang. Jika perlu, gunakan air bersih yang hangat. Bersihkan vulva dengan tidak menggunakan cairan antiseptik secara berlebihan, karena akan merusak flora normal, yaitu bakteri Doderlein. Kuman ini memecah glikogen pada lendir vagina menjadi asam (PH ± 4,5) yang bersifat bakterisida (membunuh kuman). Penggunaan antiseptik yang berlebihan akan membunuh flora normal

dan memberi kesempatan bagi berkembangan biaknya kuman

patogenik, sehingga tubuh akan rentan terhadap infeksi.

e. Penggunaan pembalut wanita

Remaja putri harus memakai pembalut wanita yang bersih saat menstruasi. Pilih pembalut yang tidak berwarna dan tidak berwarna dan tidak mengandung parfum (pewangi). Hal ini dilakukan untuk mengurangi paparan zat kimia pada vulva. Setelah buang air kecil atau buang air besar, ganti dengan pembalut yang bersih (baru). Jenis ukuran pembalut disesuaikan dengan kebutuhannya, misalnya pada saat menjelang haid dan mulai terasa adanya keputihan yang sifatnya fisiologis, bisa menggunakan pembalut yang berukuran kecil

(pantyliner).


(45)

Kerugian remaja bila melakukan hubungan seksual pranikah adalah sebagai berikut: (1) risiko menderita penyakit menular seksual, misalnya gonore, sifilis, HIV/AIDS, herpes simpleks, herpes genitalis,

dan lain sebagainya; (2) remaja putri berisiko mengalami kehamilan yang tidak diinginkan. Bila ini terjadi, maka berisiko terhadap tindakan aborsi, infeksi ,dan kematian karena perdarahan. Bila kehamilan diteruskan, maka berisiko melahirkan bayi yang kurang atau tidak sehat.

g. Bagi remaja, untuk meningkatkan kemampuan mengendalikan dorongan biologis bisa dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut: (1) pendidikan agama dan budi pekerti; (2) penerapan hukum-hukum agama dalam kehidupan sehari-hari (Aryani, 2010).

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN

1. Kerangka Konsep

Berdasarkan uraian pada tinjauan kepustakaan, maka penelitian ini menggunakan kerangka kerja dengan pendekatan teori konseptual (Setiadi, 2007). Kerangka konseptual penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran ibu dalam memberikan pendidikan kesehatan reproduksi pada remaja putri dalam menghadapi menarche adalah peran orang tua dalam memberikan pengetahuan tentang menarche dan membimbing remaja putri dalam menjaga kesehatan reproduksi.


(46)

Bedasarkan latar belakang dan tujuan penelitian yang telah diuraikan sebelumnya maka dapat ditetapkan kerangka konsep sebagai berikut :

Skema 3.1 : Peran ibu dalam memberikan pendidikan kesehatan reproduksi pada remaja putri dalam menghadapi menarche di Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

2. Defenisi Operasional

Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Skala Ukur

Hasil Ukur Peran

Ibu

1) Memberi pengetahuan tentang menarche adalah remaja putri mengerti perubahan fisik dan

menarche yang terjadi pada masa pubertas.

2) Membimbing remaja putri dalam menjaga kesehatan reproduksi adalah agar remaja putri memahami akan

kebersihan organ

reproduksi saat menstruasi

Kuesioner ini berisi 20 pernyataan berstruktur, jenis pernyatan tertutup dengan pertanyaan “ya” atau “tidak”. Pertanyaan yang diberi nilai 1 = untuk

jawaban ya, dan 0 =

Skala Ordinal

Peran Ibu baik jika skor 14-10 Peran Ibu cukup jika skor 9-5

Peran Ibu kurang jika skor < 4

Peran Ibu baik jika skor 6-5

Peran Ibu cukup jika skor 4-3 Peran Ibu kurang jika 1. Baik 2. Cukup 3. Kurang Peran Ibu :

1. Memberikan

pengetahuan tentang

menarche .   

2. Membimbing dalam menjaga kesehatan reproduksi. 

  

Remaja  Putri 


(47)

dan terhindar dari penyakit infeksi

untuk jawaban tidak.

skor < 2

BAB 4

METODE PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui peran ibu dalam memberikan pendidikan kesehatan reproduksi pada remaja putri dalam menghadapi menarche di Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.


(48)

dan terhindar dari penyakit infeksi

untuk jawaban tidak.

skor < 2

BAB 4

METODE PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui peran ibu dalam memberikan pendidikan kesehatan reproduksi pada remaja putri dalam menghadapi menarche di Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.


(49)

2. Populasi dan Sampel 2.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah Ibu-ibu yang memiliki remaja putri yang telah mengalami menarche di Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Dari hasil survei awal tidak ada pendataan jumlah remaja putri sehingga peneliti menggunakan jumlah KK (Kepala Keluarga). Jumlah populasi remaja putri yang telah mengalami menarche pada setiap KK (Kepala Keluarga). Pendataan laporan kependudukan terdapat 10 dusun dengan jumlah 4080 KK (Laporan Kependudukan di Desa Bandar Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang, 2012).

2.2. Sampel Penelitian

Setiadi (2007), bila total populasi lebih kecil dari 10.000 maka pengambilan sampel dengan cara sebagai berikut:

N n =

1 + N (d2) 4080 n =

1 + 4080 (0,102) 4080

n =

1 + 4080 (0,01)

4080 n =

1 + 40,8 4080


(50)

n = 41,8

n = 97,6 = 98 responden Keterangan:

N = Besar populasi n = Besar sampel

d = Tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan: 10% (0,10).

Pengambilan sampel pada setiap dusun di Desa Bandar Setia dapat dilihat pada tabel 4.1 sebagai berikut:

No Nama Dusun Jumlah Penduduk Sampel

1 Dusun I 369 9

2 Dusun II 757 18

3 Dusun III 517 13

4 Dusun IV 225 6

5 Dusun V 415 10

6 Dusun VI 423 10

7 Dusun VII 197 5

8 Dusun VIII 537 12

9 Dusun IX 220 5

10 Dusun X 420 10

Jumlah 4080 98

Sehingga sampel dalam penelitian ini adalah 98 oranng. Adapun pengambilan sampel dalam penelitian adalah dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu sesuai yang dikehendaki peneliti (Setiadi, 2007).

Adapun kriteria inklusi sampel yang digunakan dalam penelitian adalah: a. Ibu yang anaknya sedang mengalami menarche


(51)

b. Bersedia untuk diwawancarai yang dinyatakan secara tertulis dengan menandatangani surat persetujuan menjadi responden penelitian.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Adapun alasan memilih lokasi tersebut karena menurut Kepala Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang terdapat keluarga yang memiliki remaja putri. Hasil survei terdapat 10 dusun dengan jumlah 4080 KK (Kepala Keluarga) dan waktu dimana lokasi penelitian ini dekat dengan tempat tinggal peneliti, serta belum pernah dilakukan penelitian tentang peran ibu dalam memberikan pendidikan kesehatan reproduksi pada remaja putri dalam menghadapi menarche. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dari tanggal 14 September sampai 21 Oktober 2013.

4. Pertimbangan Etik Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini permohonan izin diajukan dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Selanjutnya izin penelitian disampaikan kepada Kepala Desa Bandar Setia, Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang agar penelitian dapat dilaksanakan. Setelah mendapat izin maka penelitian dilakukan, calon responden diberikan penjelasan tentang informasi


(52)

esensial dari penelitian yang akan dilakukan, antara lain tujuan, manfaat, kegiatan dalam penelitian serta hak-hak responden dalam penelitian ini.

Jika responden bersedia untuk diteliti maka responden terlebih dahulu menandatangani lembar persetujuan. Jika responden menolak untuk diteliti maka peneliti akan tetap menghormati haknya. Untuk menjaga kerahasian responden, peneliti tidak akan mencantumkan nama responden pada lembar tersebut hanya akan diberi nomor kode tertentu. Kerasiaan informasi yang diberikan oleh responden dijamin oleh peneliti (Setiadi, 2007).

5. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan alat pengumpul data berupa kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti dengan berpedoman pada kerangka konsep dan tinjauan pustaka. Kuesioner terdiri dari yaitu: kuesioner data demografi, dan kuesioner peran ibu dalam memberikan pendidikan kesehatan reproduksi pada remaja putri dalam menghadapi menarche.

Kuesioner ini berisi pernyataan berstruktur, jenis pernyatan tertutup dengan pertanyaan “ya” atau “tidak”. Pertanyaan yang diberi nilai 1 = untuk jawaban ya, dan 0 = untuk jawaban tidak. Dengan penentuan panjang kelas berdasarkan rumus statistik (Wahyuni, 2007):

k = 1+3,3 log n i = R

k Keterangan:


(53)

R : nilai tertinggi - nilai terendah i : interval kelas

Pernyataan pada peran ibu dalam memberikan pengetahuan pada remaja putri dalam menghadapi menarche  mempunyai skor 1 dan skor maksimal 14. Peran ibu dinyatakan baik jika skor 14-10; cukup jika skor 9-5; kurang jika skor < 4. Kemudian peran ibu dalam membimbing remaja putri dalam menjaga kesehatan reproduksi mempunyai skor 1 dan skor maksimal 6. Peran Ibu dinyatakan baik jika skor 6-5; cukup jika skor 4-3; kurang jika skor < 2. 

Adapun kisi-kisi soal instrumen peran ibu dalam memberikan pendidikan kesehatan reproduksi pada remaja putri dalam menghadapi menarche dapat di lihat pada tabel 4.2 sebagai berikut:

No Indikator No. Butir Tes positif Jumlah

1. Memberikan pengetahuan tentang menarche.

1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14 14

2. Membimbing remaja putri dalam menjaga kebersihan kesehatan reproduksi.

15,16,17,18,19,20 6

6. Uji Validitas

Sebuah instrumen diakatakan valid, apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Dengan kata lain secara sederhana dapat dikatakan bahwa sebuah instrumen dianggap valid jika instrumen dapat dijadikan sebagai alat ukur untuk mengukur apa yang akan diukur (Setiadi, 2007).


(54)

Instrumen peran ibu dalam memberikan pendidikan kesehatan reproduksi pada remaja putri dalam mengahadapi menarche berbentuk angket. Uji validitas instrumen dalam penelitian ini telah disetujui kepada salah satu Staf di Departemen Maternitas. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan Conten validity sehingga diperoleh dengan CVI = 0,9 . Dikatakan valid jika CVI > 0,75 (Notoatmodjo, 2010).

7. Uji Reliabilitas

Untuk mengetahui kepercayaan (reliabilitas) instrumen akan dilakukan uji reabilitas instrumen sehingga dapat digunakan untuk mengetahui seberapa besar derajat atau kemampuan alat ukur untuk mengukur secara konsisten sasaran yang akan diukur (Notoatmodjo, 2010).

Dalam penelitian dilakukan uji reliabilitas pada 30 orang dengan 20 item pertanyaaan yang dilakukan pada bulan Agustus di Desa Lau Dendang. Uji reliabilitas ini menggunakan KR-21 karena memiliki instrumen dengan jumlah pertanyaan genap. Adapun hasil uji reliabelitas yang didapatkan dari hasil pengetesan pada 30 responden dengan menggunakan KR-21 yaitu menunjukkan hasil 0,7 dinyatakan reliabel.

Menurut Arikunto (2010) suatu instrumen dikatakan reliabel jika mempunyai nilai alpha 0,5 atau lebih.


(55)

Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 14 September sampai 21 Oktober 2013 di Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang dengan langkah-langkah sebagai berikut: mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi pendidikan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Kemudian peneliti mengirimkan permohonan izin penelitian ke Kepala Desa untuk melakukan penelitian. Setelah mendapat izin dari Kepala Desa Bandar Setia, peneliti mencari responden dari rumah ke rumah dan meminta kesediaan responden untuk mengisi instrumen penelitian. Setelah mendapat persetujuan responden, peneliti menjelaskan kepada calon responden tentang prosedur, manfaat penelitian dan cara pengisian kuesionar. Responden diminta untuk menjawab pertanyaan dengan mengisi sendiri dalam waktu 15 menit, dan memberikan kesempatan bertanya kepada responden bila ada pertanyaan yang tidak dimengerti. Setelah diperoleh responden secara keseluruhan, maka selanjutnya data dikumpulkan untuk dianalisa.

9. Analisa Data

Setelah semua data terkumpul maka peneliti akan melakukan analisa data melalui beberapa tahap, yaitu sebagai berikut: (1) editing dengan memeriksa kembali kelengkapan dan kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan; (2)

coding dengan memberikan kode pada identitas responden untuk menjaga kerahasian identitas responden dan memberi kode pada jawaban kuesioner dengan


(56)

diberi nilai 1 jika “ya” dan nilai 0 jika “tidak” sehingga mempermudah penyimpanan data; (3) scoring dengan memberi nilai pada kuesioner; (4) Tabulating dengan melakukan perhitungan hitung pada variabel berdasarkan kategori - kategori yang ditetapkan sebelumnya sesuai dengan tujuan penelitian; (5) Melakukan analisa univariat dengan mendeskripsikan besar persentase pada variable penelitian dan disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dari data demografi dan item pernyataan. Dimana pernyataan pada peran ibu dalam memberikan pengetahuan pada remaja putri dalam menghadapi menarche 

mempunyai skor 1 dan skor maksimal 14. Peran ibu dinyatakan baik jika skor 14-10; cukup jika skor 9-5; kurang jika skor < 4. Kemudian peran ibu dalam membimbing remaja putri dalam menjaga kesehatan reproduksi mempunyai skor 1 dan skor maksimal 6. Peran ibu dinyatakan baik jika skor 6-5; cukup jika skor 4-3; kurang jika skor < 2. 

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Bab ini akan menguraikan tentang hasil penelitian mengenai peran ibu dalam memberikan pendidikan kesehatan reproduksi pada remaja putri dalam


(57)

menghadapi menarche di Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang yang diperoleh melalui proses pengumpulan data yang dilakukan sejak 14 September sampai dengan 21 Oktober 2013. Responden pada penelitian ini adalah ibu yang mempunyai remaja putri dalam menghadapi

menarche dengan jumlah 98 responden, hasil penelitian ini berupa hasil analisis univariat dari variabel yang diteliti.

1.1. Karakteristik Responden

Dari penelitian yang telah dilakukan, deskripsi karakteristik demografi peran ibu dalam memberikan pendidikan kesehatan reproduksi pada remaja putri dalam menghadapi menarche di Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang didapat dari 98 responden mayoritas usia ibu 39-42 tahun sebanyak 28 orang (28,6%), mayoritas yang usia remaja putri yang mengalami menarche dengan umur 13 tahun sebanyak 46 orang (46,94%), mayoritas pendidikan terakhir SMA sebanyak 47 orang (48%), dan mayoritas pekerjaan IRT sebanyak 76 orang (77,6%). Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Data Demografi di Desa  Bandar Setia Kecamatan Percut Sei

Tuan Kabupaten Deli Serdang 2013 (n = 98)

Karakteristik Frekuensi Persentase

Usia Ibu

27-30 8 8,2

31-34 13 13,2

35-38 19 19,4

39-42 28 28,6

43-46 19 19,4


(58)

51-54 3 3

Usia Remaja

10 3 3,06

11 6 6,12

12 25 25,51

13 46 46,94

14 13 13,27

15 4 4,08

16 1 1,02

Pendidikan Terakhir

SD 24 24,5

SMP 23 23,5

SMA 47 48

S-1 4 4

Jenis Pekerjaan

Pegawai Negeri 1 1,02

Pegawai Swasta 2 2,04

Wiraswasta 17 17,3

IRT 76 77,6

Petani 2 2,04

DLL 0 0

1.2. Peran Ibu

Berdasarkan hasil penelitian, peran ibu dalam memberikan pengetahuan tentang menarche mayoritas ibu 53 orang (54%) peran ibu baik, 35 orang dengan kategori cukup (36%), dan 10 orang dengan kategori kurang (10%). Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.3.


(59)

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Kuesioner Peran Ibu Dalam Memberikan Pengetahuan Tentang Menarche  di Desa  Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang 2013 (n = 98)

No Pertanyaan Jawaban Ya Tidak

f % f %

1. Apakah ibu memberitahu bahwa pubertas ditandai 84 85,7 14 14,3 dengan adanya haid, tumbuhnya payudara dan

rambut kemaluan?

2. Apakah ibu pernah memberikan pengetahuan 82 83,7 16 16,3

tentang menstruasi?

3. Apakah ibu memberitahu bahwa cairan yang keluar 64 65,3 34 34,7 pertama kali saat haid berwarna hitam kecokelatan?

4. Apakah ibu pernah memberitahu bahwa menstruasi 70 71,4 28 28,6 pertama adalah hal yang normal bagi wanita?

5. Pada saat ibu mengetahui putri ibu mendapatkan 69 70,4 29 29,6 haid pertama kali, apakah ibu memberikan penjelasan

bahwa putri ibu telah aktif secara reproduksi atau dapat hamil?

6. Apakah ibu memberitahu bahwa siklus haid 55 56,1 43 43,9 berbeda-beda pada setiap wanita?

7. Apakah ibu memberitahu bahwa faktor gizi, 58 59,2 40 40,8 stress, dan kelelahan fisik berpengaruh

terhadap haid pertama yang dialami setiap wanita?

8. Apakah ibu memberitahu bahwa rata-rata jarak 65 66,3 33 33,7 pertama antara haid hingga hari pertama haid

berikutnya adalah 22-35 hari?

9. Apakah ibu memberitahu bahwa lamanya haid 67 68,4 31 31,6 normal pada seorang wanita adalah 3-14 hari?

10. Apakah ibu pernah memberitahu bahwa nyeri 67 68,4 31 31,6 haid sering timbul pada hari pertama saat haid?

11. Apakah ibu memberitahu bahwa tanda akan datang 77 78,6 21 21,4 bulan atau haid payudara akan

membesar dan terasa sakit?

12. Apakah ibu pernah memberitahu bahwa cara 66 67,3 32 32,7 Untuk mengatasi saat nyeri haid dengan

mengkonsumsi makanan yang berserat dan banyak minum air putih?

13. Apakah ibu pernah memberitahu bahwa dengan 47 48 51 52 berolahraga nyeri haid akan berkurang?

14. Apakah ibu memberitahu bahwa pada waktu haid 47 48 51 52 sebaiknya jangan memakan obat penghilang rasa sakit?


(60)

Tabel 5.3 Peran Ibu Dalam Memberikan Pengetahuan Tentang Menarche di Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013 (n=98).

Kategori Peran Ibu Frekuensi Persentase

Baik 53 54

Cukup 35 36

Kurang 10 10

Berdasarkan hasil penelitian, peran ibu dalam membimbing dalam menjaga kesehatan reproduksi mayoritas ibu 45 orang (46%) peran ibu baik, 35 orang dengan kategori cukup (36%), dan 18 orang dengan kategori kurang (18%). Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.5.

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Kuesioner Dalam Membimbing Remaja Putri Dalam Menjaga Kesehatan Reproduksi di Desa  Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang 2013 (n = 98)

No Pertanyaan Jawaban Ya Tidak

f % f %

15. Apakah ibu memberitahu bahwa kebersihan 67 68,4 31 31,6 vagina sangat perlu diperhatikan pada saat

menstruasi untuk mencegah infeksi?

16. Apakah ibu memberitahu bahwa cara 66 67,3 32 32,7 membersihkan alat kelamin dari depan

ke belakang?

17. Apakah ibu memberitahu bahwa pada saat 71 72,4 27 27,6 haid mengganti pembalut 4-5 kali dalam

sehari saat terasa basah dan penuh?

18. Apakah ibu memberitahu bahwa mengganti 72 73,5 26 26,5 celana dalam lebih dari 2 kali sehari?

19. Apakah ibu memberitahu bahwa pakaian 55 56,1 43 43,9 dalam harus terbuat dari katun?

20. Apakah ibu memberitahu bahwa 75 76,5 23 23,5 membersihkan alat kelamin setelah buang

air kecil (BAK) atau buang air besar (BAB) dengan air bersih?


(61)

Tabel 5.5 Peran Ibu Dalam Membimbing Remaja Putri Dalam Menjaga Kesehatan Reproduksi di Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013 (n=98).

Kategori Peran Ibu Frekuensi Persentase

Baik 45 46

Cukup 35 36

Kurang 18 18

2. Pembahasan

2.1 Peran Ibu Dalam Memberikan Pengetahuan Tentang Menarche Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa peran ibu dalam memberikan pengetahuan tentang menarche di Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang sebanyak 53 orang peran ibu baik (54%). Peran ibu dalam memberikan pengetahuan pada remaja putri dalam menghadapi

menarche sebagian besar berada pada kategori baik, hal ini memberi tanggapan positif bagi remaja putri dalam menghadapi menarche. Sehingga remaja putri dapat memahami menarche dan perubahan fisik pada masa pubertas. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Ayu (2011) tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan positif antara komunikasi ibu-anak dengan kesiapan menghadapi menstruasi pertama (menarche) pada siswi SMP Muhammadiyah Banda Aceh dandesain yang digunakan korelasi product moment menyatakan bahwa ada hubungan positif antara komunikasi ibu-anak dengan kesiapan menghadapi menstruasi pertama (menarche) pada siswi SMP Muhammadiyah Banda Aceh. Apabila komunikasi antara ibu dan anak berlangsung efektif maka remaja akan siap dalam menghadapi menstruasi


(62)

Dimana karakteristik responden terdapat mayoritas pendidikan terakhir ibu SMA sebanyak 47 orang (48%) dan mayoritas pekerjaan ibu IRT sebanyak 76 orang (77,6%). Hal ini terlihat bahwa pendidikan, pekerjaan dan pengalaman mempengaruhi pengetahuan ibu dalam memberikan informasi kesehatan reproduksi pada remaja putri terutama dalam menghadapi menarche. Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa tingkat pengetahuan setiap orang bervariasi karena dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain: pendidikan, lingkungan, sosial ekonomi, pengalaman persepsi, motivasi, kebudayaan dan informasi. Kemudian dari tingkat usia remaja putri yang mengalami menarche mayoritas umur 13 tahun, hal ini sesuai dengan Indarti (2004) menyatakan bahwa beberapa wanita mengalami menstruasi sangat cepat, yaitu usia 9 tahun. Sebagian lagi mengalami menstruasi paling lama usia 18 tahun. Hal tersebut dipengaruhi faktor genetik, nutrisi, lingkungan, dan ras. Menstruasi bisa tidak teratur dan berlangsung dua bulan sekali atau dua kali dalam satu bulan. Kondisi ini dikarenakan produksi hormon kewanitaan yang belum teratur. Menstruasi akan semakin teratur seiring dengan kematangan organ reproduksi.

Namun dari hasil penelitian terdapat 35 orang peran ibu dengan dikategori cukup (36%) dan 10 orang dengan kategori kurang (10%). Hal ini disebabkan oleh karena masih terdapat 24 orang pendidikan SD (24,5%), dan informasi yang didapatkan kurang tentang kesehatan reproduksi. Selain itu disebabkan karena ibu sibuk dengan aktivitas yang dilakukanya sehingga tidak memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan remaja putri terutama dalam menghadapi menarche. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh


(63)

Ayu Musyita, dkk. (2010) dengan tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial dengan kesiapan menghadapi menarche pada siswi kelas VII di SMP 1 Playen Gunungkidul dan desain yang digunakan observasi analitik menyatakan bahwa sebagian besar responden mempunyai 65,4 persen sebanyak 17 siswi mempunyai tingkat kategori dukungan sosial cukup, ada 15,4 persen sebanyak 4 siswi yang berada pada tingkat kategori dukungan sosial yang baik dan 19,2 persen sebanyak 5 siswi yang berada pada tingkat kategori dukungan sosial kurang. Dukungan yang diberikan orangtua pada siswi SMP 1 Playen berjumlah 21,4 (41 persen). Orangtua siswi kurang berperan aktif dalam mempersiapkan anak putrinya dalam menghadapi menarche. Hal ini disebabkan oleh kesibukan orangtua dengan aktifitasnya sehingga menyebabkan tidak memiliki waktu luang bersama anak dan mengikuti perkembangan anak dari hari ke hari. Siswi kelas VII di SMP 1 Playen lebih banyak mendapatkan dukungan dalam menghadapi menarche dari guru berjumlah 30,8 (59 persen). Jenis dukungan sosial yang paling dominan diterima oleh siswi kelas VII SMP 1 Playen adalah dukungan informasi berjumlah 19,7 (37,7 persen). Hal ini disebabkan karena siswi kurang aktif dalam mencari informasi sehingga informasi yang didapat oleh siswi hanya sebatas nasehat, saran ataupun petunjuk baik itu dari guru, orangtua maupun teman sebaya.

Hal ini dapat dijelaskan, bahwa peran ibu sangat penting dalam memberikan pengetahuan tentang menarche. Wuryani (2008) mengemukakan bahwa menstruasi bagi remaja putri lebih dari sekedar penyesuaian fisiologis. Remaja putri memberikan reaksi negatif terhadap awal menstruasi seperti ketidaknyamanan fisik, pusing, sakit punggung, kram, dan nyeri perut. Banyak


(64)

reaksi negatif terhadap menstruasi bisa dihindari atau dihilangkan bila orang tua menggunakan suatu kebijaksanaan dan penuh pengertian. Dengan menyiapkan anak untuk menghadapi datangnya menstruasi pertama beberapa saat sebelumnya, mengusahakan bantuan medis untuk menangani efek samping fisik dan fisiologis yang mungkin timbul, dan menunjukan bahagia karena dia telah dewasa. Sejalan dengan Setiawati (2008), mengemukakan bahwa peran sebagai ibu yaitu ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya berperan untuk mengurus rumah tangga sebagai pengasuh, pendidik anak-anaknya, pelindung dan salah satu anggota kelompok sosial, dan dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan keluarga. Achjar (2010:6), mengemukakan fungsi pendidikan diberikan keluarga dalam rangka memberikan pengetahuan, keterampilan, membentuk perilaku anak, mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa, dan mendidik anak sesuai dengan tingkatan perkembangannya. Peran orang tua penting bagi remaja putri yang mengalami menarche dan para ibu khususnya dapat membantu membuat kedatangan haid sebagai peristiwa yang perlu disambut, bukan peristiwa yang menakutkan atau harus dibenci (Wuryani, 2008).

2.1 Peran Ibu Dalam Membimbing Remaja Putri Dalam Menjaga Kesehatan Reproduksi

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa peran ibu dalam membimbing remaja putri dalam menjaga kesehatan reproduksi di Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang sebanyak 45 orang


(65)

dapat memahami pentingnya menjaga kesehatan reproduksi terutama dalam kebersihan selama menstruasi. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Noni Eriska. (2008) dengan tujuan untuk mengetahui kesiapan siswi remaja putri dalam menghadapi menarche di SLTP Kemala Bhayangkara I Medan Tahun 2007 dan desain yang penelitian yang digunakan deskriptif menyatakan bahwa peran ibu remaja putri tentang memberitahu cara membersihkan haid sebagian besar dari ibu sebanyak 47 orang (47,5%), dan paling sedikit adalah dari teman sebanyak 9 orang (9,1%). Aryani (2010), mengemukakan bahwa kesehatan reproduksi tidak dapat dipisahkan dari kesehatan secara umum sehingga upaya untuk mempertahankan kondisi prima dalam hal kesehatan reproduksi harus didukung oleh perilaku hidup bersih dan sehat. Beberapa cara memelihara kesehatan sistem reproduksi yaitu: penggunaan pakaian dalam yang digunakan sebaiknya yang terbuat dari bahan yang menyerap keringat; penggunaan handuk tidak digunakan lebih dari satu minggu; remaja putri harus membiasakan diri untuk membersihkan vulva setiap setelah buang air kecil atau buang air besar dan mengeringkan sampai benar-benar kering sebelum mengenakan pakaian dalam; remaja putri harus memakai pembalut wanita yang bersih saat menstruasi; tidak melakukan hubungan seksual pranikah.

Namun dari hasil penelitian terdapat 35 orang peran ibu dengan dikategori cukup (36%) dan 18 orang dengan kategori kurang (18%). Widyastuti (2009), mengemukakan permasalahan kesehatan reproduksi remaja pada mengalami haid pertama atau menarche yang bisa berisiko timbulnya anemia, perilaku seksual yang mana bila kurang pengetahuan dapat tertular penyakit hubungan seksual.


(66)

Selain itu, remaja yang menginjak masa dewasa bila kurang pengetahuan dapat mengakibatkan risiko kehamilan usia muda dan berdampak terhadap kesehatan ibu hamil dan janin. Hal ini dapat dijelaskan bahwa peran ibu dalam membimbing remaja putri dalam menjaga kesehatan reproduksi agar terhindar dari penyakit menular seksual serta memahami akan kebersihan organ reproduksi.

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan dapat diambil kesimpulan dan saran mengenai peran ibu dalam memberikan pendidikan kesehatan reproduksi


(67)

pada remaja putri dalam menghadapi menarche di Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang sebagai berikut:

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada tanggal 14 September sampai dengan 21 Oktober 2013 pada ibu-ibu yang mempunyai remaja putri dalam menghadapi menarche di Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang dapat disimpulkan bahwa peran ibu dalam memberikan pengetahuan tentang menarche mayoritas ibu 53 orang (54%) peran ibu baik, 35 orang dengan kategori cukup (36%), dan 10 orang dengan kategori kurang (10%). Kemudian peran ibu dalam membimbing dalam menjaga kesehatan reproduksi mayoritas ibu 45 orang (46%) peran ibu baik, 35 orang dengan kategori cukup (36%), dan 18 orang dengan kategori kurang (18%).

2. Saran

1) Pelayanan keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi para perawat komunitas khususnya yang bertugas di masyarakat agar dapat meningkatkan penyuluhan tentang pentingnya sumber informasi

menarche pada remaja putri.

2) Untuk Keluarga

Kepada orangtua agar lebih meningkatkan perhatian kepada remaja putrinya pada masa pubertas dan mengarahkan remaja putri tentang pentingnya pendidikan kesehatan.


(68)

3) Penelitian keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi data dasar untuk penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan peran peran ibu dalam memberikan pendidikan kesehatan reproduksi pada remaja putri dalam menghadapi menarche.

DAFTAR PUSTAKA

Achjar. (2010). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: Sagung Seto.

Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Aryani, R. (2010). Kesehatan Remaja: Problem dan Solusinya. Jakarta: Salemba Medika.


(69)

3) Penelitian keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi data dasar untuk penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan peran peran ibu dalam memberikan pendidikan kesehatan reproduksi pada remaja putri dalam menghadapi menarche.

DAFTAR PUSTAKA

Achjar. (2010). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: Sagung Seto.

Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Aryani, R. (2010). Kesehatan Remaja: Problem dan Solusinya. Jakarta: Salemba Medika.


(1)

   

     


(2)

(3)

   

     


(4)

(5)

   

   


(6)

Jenis Kelamin      : Perempuan 

Agama        : Kristen Protestan 

Alamat   : Jln.Pendidikan Bandar Setia 

No Telepon/Hp   : 085262246289 

Riwayat Pendidikan    :   

      1. 1996‐2002 : SD Negeri No. 101765 Bandar Setia 

      2. 2002‐2005 : SLTP HKBP Pardamean Medan 

   3. 2005‐2008 : SLTA BUDI MURNI 3 Medan 

   4. 2009‐2012 : D‐3 Keperawatan USU 

         


Dokumen yang terkait

Peran Ibu Dalam Memberikan Pendidikan Kesehatan Reproduksi Pada Remaja Putri Dalam Menghadapi Menarche di Desa Bandar Setia Tahun 2013/2014

3 52 95

Pola Konsumsi Media Remaja Dalam Memperoleh Informasi Kesehatan Reproduksi (Studi Deskriftif Tentang Pola Konsumsi Media Remaja Dalam Memperoleh Informasi Kesehatan Reproduksi di SMAN 1 Stabat)

0 38 112

Hubungan Peran Teman Sebaya Dengan Kecemasan Remaja Putri Pada Masa Pubertas Dalam Menghadapi Perubahan Fisik Di Smp Swasta Betania Medan

10 93 92

Persepsi Pasien Terhadap Peran Bidan Dalam Memberikan Pendidikan Kesehatan Pada Ibu Primigravida Dan Multigravida Trimester III Tentang Nyeri Persalinan Di BPS Kecamatan Medan Area

1 37 65

Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dalam Menghadapi Menarche Pada Remaja Putri Di Lingkungan X Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung Tahun 2011

0 53 66

Kesiapan Siswa Remaja Putri Dalam Menghadapi Haid Pertama (Menarche) di SLTP Kemala Bhayangkari I Medan Tahun 2008.

0 55 51

Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Terhadap Kesiapan Dalam Menghadapi Menarche di SD AL-Azhar Medan.

49 220 78

Peran Bidan Dalam Memberikan Promosi Kesehatan Kepada Remaja Tentang Sadari Di Kecamatan Lubuk Pakam Tahun 2009

6 41 53

Peran Ibu Dalam Memberikan Pendidikan Kesehatan Reproduksi Pada Remaja Putri Dalam Menghadapi Menarche di Desa Bandar Setia Tahun 2013/2014

0 0 24

Peran Ibu Dalam Memberikan Pendidikan Kesehatan Reproduksi Pada Remaja Putri Dalam Menghadapi Menarche di Desa Bandar Setia Tahun 2013/2014

0 0 12