BAB 1 PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin ADA,
2003 dikutip dari Soegondo, 2007. Penyakit ini dapat mengenai banyak orang pada semua lapisan masyarakt diseluruh dunia. Diabetes mellitus seperti juga
penyakit tidak menular lainnya akan berkembang menjadi suatu penyebab utama kesakitan dan kematian di Indonesia. Penyakit ini juga menjadi beban yang besar
bagi pelayanan kesehatan dan perekonomian di Indonesia baik secara langsung melalui komplikasi-komplikasi Sukaton, 1985 dikutip dari Waspadji, 1987.
Gangguan kesehatan akibat komplikasi DM dapat berupa gangguan mata retinopati, gangguan ginjal nefropati, gangguan pembuluh darah vaskulopati
dan kelainan pada kaki. Komplikasi yang paling sering terjadi adalah terjadinya perubahan patologis pada anggota gerak Irwanashari, 2008. Salah satu
perubahan patologis yang terjadi pada anggota gerak ialah timbulnya luka. Luka yang bila tidak dirawat dengan baik akan berkembang menjadi ulkus gangren
Suyono, 2004. Pada gangren, kulit dan jaringan disekitar luka akan berwarna kehitaman dan menimbulkan bau. Untuk mencegah gangren meluas, dokter dapat
mengambiltindakan operasi untuk memotong jari kaki atau bagian dari kaki yang terinfeksi nita-medicastore.com.
Beberapa penelitian di Indonesia melaporkan bahwa angka kematian ulkus gangren pada penyandang diabetes mellitus berkisar antara 17-32, sedangkan
Universitas Sumatera Utara
laju amputasi berkisar antara 15-30. Para ahli diabetes memperkirakan ½ sampai ¾ kejadian amputasi dapat dihindarkan dengan perawatan kaki yang baik
Monalisa, 2004. Studi epidemiologi melaporkan lebih dari satu juta amputasi dilakukan pada penyandang luka diabetes khususnya diakibatkan oleh gangren
diseluruih dunia nita-medicastore.com. Pengelolaan kaki diabetik mencakup pengendalian gula darah,
debridemenmembuang jaringan yang rusak, pemberian antibiotik, dan obat-obat vaskularisasi serta amputasi. Komplikasi kaki diabetik adalah penyebab amputasi
eksterimitas bawah non tarumatik yang peling sering terjadi di dunia. Sebagian besar komplikasi kaki diabetik mengakibatkan amputasi yang dimulai dengan
pembentukan ulkus di kulit. Risiko amputasi ekstrimitas bawah 15-46 kali lebih tinggi pada penderita diabetik dibandingkan dengan orang yang tidak menderita
diabetes mellitus. Komplikasi kaki diabetik adalah alasan yang paling sering terjadinya rawat inap pasien dengan prevalensi 25 dari seluruh rujukan diabetes
di Amerika Serikat dan Inggris Yunizone, 2008. Terjadinya kaki diabetik tidak terlepas dari tingginya kadar glukosa darah
penyandang pada penyandang diabetes. Kadar gula darah yang tidak ditangani dengan baik dan berlangsung dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan
masalah pada kaki penyandang diabetes, yakni kerusakan saraf. Masalah pertama yang timbul adalah kerusakan saraf ditangan dan kaki. Saraf yang rusak telah
membuat penyandang diabetes tidak dapat merasakan sensasi sakit, panas, atau dingin, pada tangan dan kaki. Luka pada kaki dapat menjadi buruk karena
penyandang diabetes tidak menyadari adanya luka tersebut. Hilangnya sensasi
Universitas Sumatera Utara
rasa ini disebabkan kerusakan saraf yang disebut sebagai neuropati diabetik Merry, 2007.
Neuropati diabetik terjadi pada lebih dari 50 penyandang diabetes. Gejala yang umum terjadi adalah rasa kebas dan kelemahan pada kaki dan tangan
nita-medicastore.com. Masalah kedua adalah terjadinya gangguan pada pembuluh darah, sehingga menyebabkan tidak cukupnya aliran darah ke kaki dan
tangan. Aliran darah yang buruk ini akan menyebabkan luka dan infeksi sukar sembuh. Ini disebut penyakit pembuluh darah perifer yang umum menyerang kaki
dan tangan. Penyandang diabetes yang merokok akan semakin memperburuk aliran darah. Hal itu dapat mengakibatkan darah menjadi lebih kental sehingga
sirkulasi darah menjadi terganggu, terutama ke bagian-bagian ekstremitas tubuh. Luka menjadi sulit sembuh karena oksigen dan zat-zat yang diperlukan tubuh
sebagai regenerasi luka sulit sampai ke daerah luka Merry, 2007. Penanganan luka gangren diabetes dapat dilakukan dengan terapi non
farmakologis. Madu merupakan terapi non farmakologis yang biasa diberikan dalam perawatan luka diabetes mellitus Suriadi, 2004. Berbagai penelitian
ilmiah membuktikan bahwa kandungan fiskal dan kimiawi dalam madu, seperti kadar keasaman dan pengaruh osmotik, berperan besar membunuh kuman-kuman
Dixon, 2003. Madu memiliki siafat anti bakteri yang membantu mengatasi infeksi pada luka dan anti inflamasinya dapat mengurangi nyeri serta
meningkatkan sirkulasi yang berpengaruh pada proses penyembuhan Hamad, 2008.
Dalam Ann Plast. Surg, edisi bulan Februari 2003, dilakukan sebuah uji coba terhadap 60 orang Belanda yang terkena luka dengan berbagai jenis tipe
Universitas Sumatera Utara
luka. Hasil penelitian tersebut menegaskan bahwa penggunaan madu efektiv bagi setiap orang yang sakit atau luka. Madu cepat membereskan luka dan tidak
menimbulkan efek samping ketika digunakan untuk menyembuhkan luka Syafaka, 2008.
Dalam The Journal of Family Practise 2005 dikatakan bahwa proses penyembuhan luka terjadi lebih cepat bila dibandingkan dengan terapi
farmakologis, terbukti dalam waktu dua minggu jaringan granulasi pada luka diabetik tumbuh. Muhilal pakar gizi dari pusat penelitian dan pengembangan gizi
Bogor 2000, dalam Wati, 2004 mengatakan bahwa dalam madu banyak terdapat kandungan vitamin, asam, mineral, dan enzim, yang sangat berguna sekali bagi
tubuh sebagai pengobatan secara tradisional, antibodi, dan penghambat pertumbuhan sel kanker atau tumor. Selain asam organik, dalam madu juga
terdapat kandungan asam amino yang berkaitan dalam pembuatan protein tubuh asam amino non essensial. Selain asam amino non essensial ada juga asam
amino essensial diantaranya lysine, histadin, triptofan, dll. Selain itu, madu juga mengandung antibiotika sebagai antibakteri dan
antiseptik menjaga luka. Bahkan madu sarang segera menyembuhkan luka bakar akibat tersiram air mendidih atau minyak panas Suranto, 2007. Molan 1997,
dalam Saptorini, 2003 mengatakan sifat antibakteri dari madu membantu mengatasi infeksi pada perlukaan dan aksi anti inflamasinya dapat mengurangi
nyeri serta meningkatkan sirkulasi yang berpengaruh pada proses penyembuhan. Madu juga merangsang tumbuhnya jaringan baru, sehingga selain mempercepat
penyembuhan juga mengurangi timbulnya parut atau bekas luka pada kulit Saptorini, 2003.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti merasa tertarik untuk menyelidiki efektivitas kompres madu pada pasien diabetes mellitus dengan luka gangren,
mengingat adanya penelitian-penelitian dan percobaan-percobaan yang dilakukan sebelumnya yang hasilnya efektiv terhadap penyembuhan luka dengan
menggunakan madu. Secara khusus dalam hal ini peneliti ingin meneliti efektifitas penggunaan madu terhadap penyembuhan luka gangren diabetes yang diadakan di
RSUP H. Adam Malik, mengingat rumah sakit ini merupakan rumah sakit rujukan sehingga kemungkinan banyak ditemukan kasus luka gangren diabetes mellitus.
2. Tujuan Penelitian
2.1 Mengetahui proses penyembuhan luka gangren pada pasien kelompok intervensi.
2.2 Mengetahui proses penyembuhan luka gangren pada pasien kelompok kontrol.
2.3 Membandingkan perbedaan proses penyembuhan luka gangren antara kelompok kontrol dan intervensi.
3. Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan dalam penelitian ini adalah : 3.1
Bagaimana proses penyembuhan luka gangren diabetes pada pasien kelompok intervensi ?
3.2 Bagaimana proses penyembuhan luka gangren diabetes pada pasien
kelompok kontrol ?
Universitas Sumatera Utara
3.3 Bagaimana perbedaan proses penyembuhan luka gangren antara kelompok
kontrol dengan intervensi ?
4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat antara lain bagi : 4.1
Praktek Pelayanan Keperawatan Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat dijadikan sebagai
pengetahuan dan strategi bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang lebih komprehensif pada pasien dengan luka DM.
4.2 Pendidikan Keperawatan
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan yang berharga tentang penggunaan kompres madu sebagai obat alternatif pada
penyembuhan luka gangren diabetes mellitus, sehingga dapat merupakan pengalaman ilmiah yang diperoleh untuk penelitian dimasa mendatang.
Selain itu juga untuk menyediakan informasi awal untuk penelitian keperawatan.
4.3 Bagi Penelitian Keperawatan
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk penelitian selanjutnya, untuk meneliti efektifitas kompres madu pada
pasien diabetes mellitus khususnya pada pasien gangren diabetes.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 Tinjauan Pustaka