Dari tabel di atas dapat dilihat nilai indeks keseragaman pada stasiun I sebesar 0,884, stasiun II sebesar 0,792 dan stasiun III sebesar 0,754. Menurut
Krebs 1985, hlm: 512, nilai keseragaman berkisar anatara 0 - 1. Nilai keseragaman mendekati 1 dikatakan pembagian jumlah individu pada masing-
masing jenis sangat seragam merata.Sebaliknya jika nilai mendekati 0 berarti keseragaman rendah karena ada jenis yang mendominasi.Pada stasiun I nilai
keseragaman sebesar 0,884 ini menunjukkan bahwa pembagian jumlah individu 88 merata pada stasiun ini.Pada stasiun II nilai indeks keseragaman sebesar 0,792
ini berarti bahwa keseragamannya 79 merata.Begitu juga stasiun III dengan indeks keseragaman 0,754 menunjukkan keseragaman 75 merata.
3.4 Indeks Similaritas
Hasil penelitian yang telah dilakukan pada masing-masing stasiun penelitian diperoleh nilai indeks similaritas IS seperti pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4 Indeks Similaritas IS Ikan pada masing-masing StasiunPenelitian
Stasiun I
II III
I - 60,869 54,545 II -
- 94,736
Keterangan:
Stasiun I : Daerah Mangrove Kontrol Stasiun II : Pertambakan Ikan
Stasiun III : Pemukiman Penduduk
Dari Tabel 3.4 dapat dilihat hasil pengamatan bahwa nilai indeks similaritas IS yang didapat pada stasiun penelitian bervariasi dan berkisar antara 54,545 -
94,736. Suin 2002, hlm: 1, mengkategorikan kriteria Indeks Similaritas dikatakan sangat mirip apabila nilai IS 75-100, mirip apabila nilai IS 50-75,
tidak mirip apabila nilai IS 25-50, dan sangat tidak mirip apabila nilai IS ≤ 25.
Nilai Indeks Similaritas yang mempunyai kriteria sangat mirip adalah antara stasiun II dengan stasiun III, sedangkan kriteria mirip dijumpai antara
stasiun I dengan stasiun II dan stasiun I dengan stasiun III. Kemiripan ini karena
Universitas Sumatera Utara
faktor ekologis dan faktor fisik kimia yang tidak jauh berbeda pada setiap stasiun seperti suhu, intensitas cahaya, salinitas, pH, dan DO.Kondisi yang hampir samaini
menyebabkan terdapat kesamaan nilai spesies ikan di kedua stasiun tersebut. Dari nilai IS pada ketiga stasiun menunjukkan bahwa perbedaan kondisi perairan turut
menentukan dan mempengaruhi keberadaan dan kepadatan ikan pada suatu perairan.
3.5 Indeks Distribusi Morista
Untuk melihat pola penyebaran tiap jenis ikan, maka digunakan Indeks Morista. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh nilai Indeks Morista seperti
pada tabel berikut:
Tabel 3.5 Indeks Distribusi Morista pada Setiap stasiun Penelitian
No Spesies
Indeks Morista Keterangan
1 Ambasis sp.
0,714 Normal 2
Apongon sp. 0 Normal
3 Butis sp.
0 Normal 4
Dermogenis sp. 1,108 Bergerombol
5 Johnius sp.
0 Normal 6
Leiognathus sp. 0,276 Normal
7 Lutjanus sp.
0 Normal 8
Mugil sp. 1,067 Bergerombol
9 Pangasius sp.
0 Normal 10
Plotosus sp. 0 Normal
11 Pomadasys sp.
0 Normal 12
Schatophagus sp. 6,0 Bergerombol
13 Secutor sp.
0,553 Normal 14
Singanus sp. 0,714 Normal
15 Terapon Jarbua
4,186 Bergerombol 16
Xenentodon sp. 0 Normal
Dari Tabel 3.5 dapat dilihat bahwa indeks distribusi untuk setiap genus diseluruh stasiun penelitian memiliki nilai 0, 1 dan 1. Nilai Indeks Distribusi untuk
spesies yang bernilai normalyaitu: Ambasis sp., Apongon sp., Butis sp., Johnius sp.,
Universitas Sumatera Utara
Leiognathus sp., Lutjanus sp., Pangasius sp., Pomadasys sp., Plotosus sp., Secutor sp.,Singanus sp.,Xenentodon sp., Dikategorikan distribusi spesies secara acak
random. Sedangkan Spesies yang memiliki nilai indeks distribusi berkelompok yaitu Dermogenis sp., Mugil sp., Schatophagus sp., Terapon Jarbua. Hal ini diduga
karena spesies ini merupakan jenis ikan demersal yaitu ikan yang ciri-ciri hidupnya membentuk gerombolan yang tidak terlalu besar dengan gerakaktivitas yang relatif
rendah Kottelat Whitten, 1993, hlm: 45. Odum 1996, hlm: 574 menyatakan bahwa populasi bergerombol dengan bermacam derajat merupakan pola yang
paling umum dalam populasi dan hampir merupakan aturan apabila dipandang dari sudut individu.
Menurut Michael 1984, hlm: 143, bahwa bila diperoleh indeks morista bernilai 1 maka pola distribusi spesies tersebut adalah acak, bila diperoleh indeks
morista bernilai 1 maka pola distribusi spesies tersebut adalah bergerombol, bila diperoleh nilai indeks morista 1 maka pola distribusi spesies tersebut adalah
normal. Pola penyebaran suatu organisme bergantung pada sifat fisik-kimia lingkungan yang berupa nutrisi, substrat atau berupa faktor fisik kimia perairan
tersebut. Suatu struktur komunitas alami tergantung pada cara organisme tersebar atau terpencar.
3.6 Faktor Fisik Kimia Perairan