dimana: O
2
u =  nilai konsentrasi oksigen yang diukur mgl
O
2
t = nilai konsentrasi yang sebenarnya Lampiran D sesuai
dengan temperatur.
i.  Analisis  Korelasi
Analisa korelasi dianalisa menggunakan Analisa Korelasi Pearson dengan metode komputerisasi SPSS Ver.15.00. Analisa Korelasi digunakan untuk melihat
hubungan antara faktor fisik-kimia dengan keanekaragaman ikan.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Jenis-jenis Ikan dan Klasifikasi
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di perairan Pulau Kampai Kecamatan Pangkalan Susu kabupaten Langkat Sumatera Utara didapatkan jenis ikan yang
termasuk kedalam SubKelas Osteichtyes, terdiri dari 5 ordo, 15 famili, 16 genus dan 16 spesies. Seperti terlihat pada Tabel 3.1 berikut:
Tabel 3.1 Klasifikasi dan Jenis Ikan yang Didapat pada Stasiun Penelitian
ORDO FAMILI
GENUS SPESIES
NAMA DAERAH 1.Cyprinidontiformes 1.
Belonidae 1.
Xenentodon 1. Xenentodon sp. 1. Tepu
2. Lophiiformes 2. Antennaridae
2. Dermogenys 2. Dermogenys sp.
2. Cucut 3. Perciformes
3. Mugilidae 4. Leiognathidae
5. Lutjanidae 6. Singanidae
7. Teraponidae 8. Scatophagidae
9. Apogonidae 10. Sciaenidae
11. Eleotrididae 12. Haemulidae
3. Mugil 4. Leiognathus
5. Secutor 6. Lutjanus
7. Siganus 8. Terapon
9. Scatophagus 10. Apogon
11. Johnius 12. Butis
13. Pomadasys 3. Mugil sp.
4. Leiognathus sp. 5. Secutor sp.
6. Lutjanus sp. 7. Siganus sp.
8. Terapon jarbua 9. Scatophagus sp.
10. Apogon sp. 11. Johnius sp.
12.Butis sp. 13. Pomadasys sp.
3. Belanak 4. Kekek Lendir
5. Kekek Emping 6. Tanda
7. Ketang Surat 8. Kedendang
9. Ketang Rintik 10. Suding
11. Gulama 12. Gabus pasir
13. Kerot-kerot 4. Rajiformes
13. Chandidae 14. Ambassis
14. Ambassis sp. 14. Seriding
5. Siluriformes 14. Pangasiidae
15. Plotosidae 15. Pangasius
16. Plotosus 15. Pagasius sp.
16. Plotosus sp. 15. Patin
16. Sembilang
Universitas Sumatera Utara
Ciri-ciri U
1. Spesies
Tanda
Ikan panjan
panjan
panja panja
dekat yang
2. Spesie
Tanda-
Ikan in panjan
panjan
Umum ikan
s Xenentodo
a-tanda kh
ini memili ng kepala 4
ng batang e
Menurut ang kepala
ang total, ba t ke sirip e
panjang, Ti
G s
Dermogen
-tanda khu
ni memilik g kepala 4,
g batang ek
yang didap
onsp.Ikan T
usus:
ki panjang 4,1-4,5 cm,
ekor 2,1-2,6
Kottelat sepertiga  d
adan panjan ekor. Rahan
ipe ekor me
Gambar 4. nys sp. Ika
sus:
ki panjang 5-5,8 cm, l
kor 1,4-1,8 c
pat:
Tepu, fam
g total11,2- , lebar bad
6 cm, bukaan
Whitten dari panjang
ng dan kuru ngnya panja
embulat dip
. Ikan Tepu an Cucut ,
total 11,2- lebar badan
cm, bukaan
mili: Xenent
14,8 cm, p dan 1-1,4 cm
n mulut 1,8
1993, hlm g total, pan
s, letak sirip ang dan taj
physerkal.
Xenentodo
, famili:
Mu
15,8 cm, p n 0,8-1,3 cm
mulut 1,5-1
todon
panjang mu m, tinggi k
-2,3 cm.
m: 162, ik njang mulu
p punggung am dilengk
onsp.
ullidae
panjang mu m, tinggi kep
1,9 cm. ulut 2,5-3,6
kepala 0.6-1
kan ini mem ut seperlima
g dan sirip d kapi dengan
ulut 3,1-3,5 epala 0.6-0,9
6 cm, 1 cm,
miliki a dari
dubur n gigi
5 cm, 9 cm,
Universitas Sumatera Utara
ikan in total. L
panjan
3. Spesies
Tanda-t
Ikan in badan
bukaan
– 20 cm total.  B
Ikan in ikan in
stenoid Menurut  K
ni memiliki Lebar badan
g, bentuk b
G
s Mugil sp.
tanda khus
ni memiliki 2,5-3 cm,
n mulut 2-2,
Menurut K m, lebar bad
Bentuk bad ni memiliki
ni terminal. d. Warna tub
Kottelat i panjang 1
n seperlima adan bulat p
Gambar 5. I
Ikan Bela sus:
panjang tot tinggi kep
,4 cm.
Kottelat  W dan kurang
dan memanj sirip pungg
Tubuh me buh bagian
Whitten 1 12-15 cm. P
a dari panjan panjang, tip
Ikan Cucut
nak, famil
tal 11,4-12, pala 1,1-1,6
Whitten 199 dari 3 cm.
njang denga gung ganda
embulat, ke punggung h
1993, hlm: Panjang kep
ng total. Ika pe ekor mem
Dermogeny
li: Mugilida
3 cm, panja 6 cm, panja
93, hlm: 15 Panjang ke
an tipe eko a yang bena
epala lancip hitam sedan
115-116, pala seperti
an ini mem mbulat diph
ys sp.
ae
ang kepala 2 ang batang
6, ikan ini pala seperli
or bercanga ar-benar terp
. Tubuh dit ngkan bagia
pada umu iga dari pa
miliki mulut
hyserkal.
2,3-2,9 cm, ekor 2-2,3
Panjang tot ima dari pa
ak homoce pisah, tipe m
itutupi oleh an perut puti
mnya njang
yang
lebar 3 cm,
tal 17 njang
ercal. mulut
sisik ih.
Universitas Sumatera Utara
4. Spesies
Tanda-t
Ikan in badan
bukaan
badan panjan
dengan kepala
hlm: 35
s Leiognath
tanda khus
ni memiliki 2,9-3,1 cm
n mulut 1-1,
Ikan ini m setengah  d
g total. Ter n tipe mulut
. Tipe ekor 54.
Gam Gamba
us sp. Ikan
sus:
panjang tot , tinggi kep
,2 cm.
memiliki pan dari panjang
rmasuk ikan t terminal da
r ikan ini a
mbar 7. Ikan ar 6. Ikan  B
n Kekek L
tal 12,1-12, pala 2,3-2,6
njang total g total. Pan
n yang mem an mata yan
adalah berc
n Kekek Len Belanak M
endir, fam
5 cm, panja 6 cm, panja
pada umum njang kepal
miliki badan ng berukura
cagak atau
ndir Leiogn Mugil sp.
mili: Leiogn
ang kepala 6 ng batang e
mnya 12-16 la berkisar
n ramping d an sepertiga
homocerkal
nathus sp.
nathidae
6,1-6,2 cm, ekor 2,8-3,
6 cm, dan seperempat
dan sangat p a kali dari uk
al Saanin, lebar
1 cm,
lebar t dari
pipih, kuran
1968,
Universitas Sumatera Utara
5. Spesie
Tanda-
Ikan in badan
bukaan
Panjan panjan
badan tipe ter
6. Spesies
Tanda-
Ikan in badan
bukaan
s Secutor sp
-tanda khu
ni memiliki 3,7-4,1 cm
n mulut 0,5-
Menurut  K ng total pad
g total dan ramping da
rminal, bent
Ga
s Lutjanus s
-tanda khu
ni memiliki 5,1-5,4 cm
n mulut 1,5-
p. ikan Ke
sus:
i panjang to , tinggi kep
-0,8cm.
Kottelat da umumn
lebar bada an sangat p
tuk mulut bu
mbar 8. Ika
sp. Ikan T
sus:
panjang tot m, tinggi ke
-1,8 cm.
ekek Empin
otal 8,2-8,4 pala 1,4-1,6
Whitten nya 12-16
an setengah pipih. Pada
ulat dengan
an Kekek E
anda, fam
tal 13,4-15, epala 2,7-3
ng, famili:
4 cm, panja 6 cm, panja
1993, hlm cm, panjan
h dari panja bagian kep
n tipe ekor b
Emping Sec
mili: Lutjan
6 cm, panja cm, panja
: Leiognath
ang kepala ng batang e
: 109, ika ng kepala
ang total. Ik pala terdapa
bercagak H
cutor sp.
idae
ang kepala 3 ang batang
hidae
2-2,2 cm, ekor 1,5-1,8
an ini mem seperempat
kan ini mem at mulut de
Homocerkal
3,2-3,5 cm, ekor 3-3,2
lebar 8 cm,
miliki t dari
miliki engan
.
lebar 2 cm,
Universitas Sumatera Utara
lebar  t hitam
sisik st Homo
7. Spesie
Tanda
Ikan in badan
bukaan
12-15 total.
dilindu posisin
antara kelenja
Ikan ini m tubuh + 4,7
pada gurat tenoid. Tub
ocerkal Sa
s Singanus
a-tanda khu
ni memiliki 5-5,6cm, t
n mulut 1-1,
Menurut  K cm dengan
Ikan ini b ungi sisik k
nya terminal neural pert
ar bisaracun emilki Panj
7cm. pada sisi yang l
buh ramping aanin, 1968,
Gambar 9
sp. Ikan K
usus:
panjang tot inggi kepal
,2 cm.
Kottelat  W n lebar bada
berwarna  h kecil. Pada
l. Punggung ama dan bi
n pada ujun jang total +
tubuh terd letaknya de
g, tipe mulu hlm: 241.
. Ikan Tan d
Ketang Sur
tal 10,2-13,4 la 3,1-3,4 c
Whitten 19 an 7 cm. P
hitam buram a bagian ke
g dilengkap asanya terta
ngnya. Tipe 24,3 cm, p
dapat garis ekat dengan
ut terminal
da  Lutjanu
rat, famili
4 cm, panja cm, panjan
993, hlm: 3 Panjang kep
m dengan epala terda
i sebuah du anam dibaw
ekor bercag anjang kepa
berwarna. n ekor. Tub
dengan tip
s sp.
: Singanida
ang kepala 2 ng batang e
35, panjang pala seperlim
badan pip pat mulut
uri tajam me wah kulit di
gak homoc ala + 4,5 cm
Terdapat  b buh ditutup
pe ekor berc
ae
2,4-2,8 cm, ekor 2,1-2,5
g ikan ini a ma dari pa
pih lateral berukuran
engarah ke d ilengkapi de
cerkal. m dan
bintik p oleh
cagak
lebar 5 cm,
antara njang
yang kecil
depan engan
Universitas Sumatera Utara
8. Spesie
Tanda
Ikan in badan
bukaan
dari pa badan;
sirip pu tipe ek
Gam
s Terapon j
a-tanda khu
ni memiliki 1,1-1,2 cm
n mulut 0,2-
Panjang tot anjang tota
70-100 sisi unggung. B
kor homocer
Gam mbar 10. Ik
jarbua, Ika
usus:
i panjang to m, tinggi kep
-0,5 cm.
tal 11-13 cm al.Terdapat
ik sepanjan Bentuk tubuh
rkal Saanin
mbar 11. Ika
kan Ketang
an Kedend
otal 2,4-3,3 pala 0,5-0,6
m dan leba 3 garis wa
ng gurat sisi uh pipih ram
n, 1968, hlm
an  Kedenda Surat  Sing
dang, famil
3 cm, panja 6 cm, panja
ar ± 5,5 cm arna meleng
; 13-17 bar mping, tipe
m: 244.
ang Terapo ganus sp.
li: Terapon
ang  kepala ang batang
m. Panjang k gkung ke b
is sisik anta mulut term
on jarbua
nidae
1-1,1 cm, ekor 0,5-0
kepala sepe bawah pad
ara gurat sis minal dan de
lebar ,7cm,
erlima a sisi
si dan engan
Universitas Sumatera Utara
9. Spesie
Tanda-
Ikan in badan
bukaan
badan keperak
punggu sirip  a
http: G=Telu
10. Spesie
Tanda
Ikan i badan
bukaa
s Scatophag
-tanda khu
ni memiliki 5,1-5,9 cm
n mulut 1,1-
Ikan ini bi 3,5 cm, l
kan, berbi ung berjari-
anal memil www.goog
usurimeta
Gamb
s Apogon s
a-tanda khu
ini memilik n 4,3-4,9 cm
an mulut 1,2
gus sp. Ika
sus:
panjang to m, tinggi kep
-1,3 cm.
sa mencapa lebar badan
intik-bintik -jari keras 1
liki 4 duri le.co.idsear
a=cr3Dco
bar 12. Ikan
p. Ikan Su
usus:
ki panjang to m, tinggi ke
2-1,5 cm.
an Ketang
otal 9,1-10,3 pala 2,2-2,8
ai panjang n badan b
dan tubu 13 dan bagi
i yang taja arch?hl=id
ountryID.
n Ketang Ri
uding, fam
otal 8,9-10, epala 2-2,3
Rintik, fa
3 cm, panja 8 cm, panja
30 cm. pan isa mencap
uhnya berb ian sirip be
am dengan q=ciri+ikan
intik Scatop
mili: Apogon
8 cm, panja cm, panjan
mili: Scato
ng kepala 2 ang batang e
njang kepa pai 7,5 cm
bentuk seg erjari-jari lu
n bentuk ek n+scatophag
phagus sp.
nidae
ang kepala 2 ng batang e
ophagidae
2,2-2,6 cm, ekor 1,4-1,6
ala 3 cm, T m. Warna t
gi empat unak 14-24,
ekor homoc gussp.++sp
2,3-2,6 cm, ekor 2,1-2,5
lebar 6 cm,
Tinggi tubuh
Sirip serta
cerkal btn
lebar 5 cm,
Universitas Sumatera Utara
panjan badan
ekor, samar
kasar.
11. Spesie
Tanda
Ikan i badan
bukaa
panjan pungg
sikloi Menurut
ng total 23 n sepertiga
tidak ada g r yang tidak
. Bentuk mu
s Johnius s
a-tanda khu
ini memilik n 3,7-4,2cm
an mulut 1-1
Memiliki ng total, leb
gung yang d, memiliki
Kottelat 3 cm. Panj
dari panjan garis warna
k sempurna ulut termina
Gambar 13
sp. Ikan G
usus:
ki panjang t m, tinggi ke
1,2 cm.
panjang to bar badan s
sedikit be i bentuk mu
Whitten 1 ang kepala
ng badan, m sepanjang
a sepanjang al dan denga
3. Ikan Sud
Gulama, fam
total 17,4-1 epala 2,6-2,
otal 12-19 sepertiga  d
ersambung. ulut termina
993, hlm: 1 a seperlima
memiliki be sisi badan a
gurat sisik an tipe ekor
ding Apogo
mili: Scian
8,8cm, panj 8 cm, panj
cm, panja dari panjang
Seluruh  b al Saanin, 1
122, ikan in a dari panja
rcak gelap atau di kepa
k. Sirip pung r homocerka
n sp.
idae
jang kepala ang batang
ang kepala g badan. Me
badan dan 968, hlm: 2
ni bisa men ang total. L
di pangkal ala, garis sa
nggung dan al.
a 4-4,5 cm, g ekor 4,7-5
a seperlima emiliki dua
kepala be 254.
ncapai Lebar
l sirip amar-
perut
lebar 5 cm,
a dari a sirip
ersisik
Universitas Sumatera Utara
12. Spesie
Tanda
Ikan lebar
cm, b
lebih panjan
kepal
G
s Butis sp.
a-tanda khu
ini memilik badan 3,1-3
ukaan mulu
Menurut K pendek da
ng standart a bersisik, b
G Gambar 14
Ikan Gabu
usus:
ki panjang 3,6 cm, ting
ut 0,7-1 cm.
Kottelat  W ari panjang
t. Berwarna bentuk mulu
Gambar 15. 4. Ikan Gula
us Pasir, f
total 13,9- ggi kepala 0
.
Whitten 19 total, leba
a hitam kec ut bercagak
. Ikan Gabu
ama Johniu
famili: Eleo
-15,7 cm, p 0,5-0,8 cm, p
993, hlm: 15 ar badan 5-
coklatan, ke k, tipe ekor m
us Pasir Bu us sp.
otrididae
panjang kep panjang bat
59, panjang 5,5 kali leb
epala pipih membulat.
tis sp. pala 2,7-3,5
tang ekor 2,
g kepala 6- ebih pendek
h datar, pip 5 cm,
,9-3,4
7 kali k dari
pi dan
Universitas Sumatera Utara
13. Spesie
Tanda
Ikan lebar
cm, b
total, stenoi
bintik Saan
14. Spesie
Tanda
Ikan in badan
bukaan
s Pomadasy
a-tanda khu
ini memilik badan 3,7-4
ukaan mulu
Dapat  tum lebar bada
id, sirip pu k hitam. M
nin, 1968, hl
Ga
s Ambasis s
-tanda khu
ni memiliki 2-2,7 cm,
n mulut 0,5-
yssp. Ikan
usus:
ki panjang 4,4 cm, ting
ut 1-1,2 cm.
mbuh hingg an sepertiga
unggung tun Memiliki ben
lm: 256.
ambar 16.  I
sp. Ikan Se
usus:
i panjang to tinggi kepa
-0,8 cm.
n Kerot-Ker
total 10,7- ggi kepala 1
.
ga 50 cm. P a dari panj
nggal mem ntuk mulut
Ikan Kerot-
eriding, fa
otal 6,3-8,9 ala 0,9-1,4
rot, famili
-12,8 cm, p ,8-2,3 cm, p
Panjang kep ang badan.
manjang kea terminal
-Kerot Pom
amili: Chan
cm, panjan cm, panjan
: Haemulid
panjang kep panjang bat
pala seperti Tubuh dit
arah ekor, t dan tipe e
madasyssp.
ndidae
ng kepala 1 ng batang e
dae
pala 3,4-4,2 tang ekor 2,
iga dari pa tutupi oleh
terdapat bin ekor homoc
1,3-1,8 cm, ekor 1,9-2,4
2 cm, ,3-2,7
njang sisik
ntik – cerkal
lebar 4 cm,
Universitas Sumatera Utara
sampai lebar b
bagian dada m
bentuk
15. Spesie
Tanda
Ikan i badan
bukaa
panjan panjan
jari-ja bercab
Menurut K i 12 cm, ik
badan seper n atas pingg
mencapai pa k mulut term
G
es Pangasiu
a-tanda khu
ini memilik n 2,3-2,7 cm
an mulut 1,1
Menurut ng kepala
ng total. M ari sirip pu
bang, bentu Kottelat  W
an ini mem rlima dari pa
giran mata angkal sirip
minal, tubuh
Gambar 17
us sp. Ikan
usus:
ki panjang to m, tinggi ke
1-1,6 cm.
Kottelat seperempat
Memiliki kul unggung da
uk ekor mem Whitten 19
miliki panjan anjang total
bagian dep perut atau
hnya bening
7. Ikan Seri
n Patin , fa
otal 8,8-10, epala 2,1-2
Whitten t dari panja
lit halus, du an sirip d
mbulat. 993, hlm: 1
ng kepala se l, otot pung
pan. Sirip p sedikit lebih
g sehingga d
ding  Amba
amili: Pang
,3  cm, panj ,5 cm, panj
1993, hlm ang total, l
ua pasang s ada sempu
61, ikan in eperlima da
ggung mema punggung b
h jauh, tipe disebut ikan
asis sp.
gasiidae
jang kepala jang batang
m: 154, ika lebar badan
sungut yang urna dengan
ni tumbuh h ari panjang
anjang men erpasangan
e ekor berca n kaca.
a 2,5-3 cm, g ekor 2,6-3
kan ini mem n seperlima
g relatif pe n tujuh jar
hanya total,
ncapai n sirip
angak,
lebar 3 cm,
miliki a dari
ndek, ri-jari
Universitas Sumatera Utara
16. Spesie
Tanda
Ikan in badan
bukaan
dari pa punggu
ke du menca
s Plotosuss
a-tanda khu
ni memiliki 1,8-2,4 cm
n mulut 1-1,
Panjang  ke anjang total
ung pertam ua bersamb
apai bagian b
Gamba
p. Ikan Se usus:
panjang to , tinggi kep
,4 cm.
epala seper . Ikan berku
a berduri ta ung denga
belakang m
Gambar ar 18. Ikan P
embilang,
otal 9,4-12,2 pala 1,9-2,3
rlima dari p umis yang b
ajam sanga an sirip ek
mata. Bentuk
19. Ikan Se
Patin Pang
famili: Plo
2 cm, panjan 3 cm, panja
panjang tota bentuknya m
at dekat den kor dan sir
k ekor memb
embilang P gasius sp.
tosidae
ng kepala 1 ng batang e
al. Lebar b memanjang
ngan kepala rip dubur.
bulat Saan
Plotosus sp. 1,7-2,4 cm,
ekor 3,6-3,3
badan seper tanpa sisik
a. Sirip pung Sungut hi
nin, 1968, 15 lebar
3 cm,
renam , sirip
ggung idung
52.
Universitas Sumatera Utara
3.2 Kepadatan Populasi ind100m
2
, Kepadatan Relatif KR  dan FrekuensiKehadiran FK  Ikan pada setiap Stasiun Penelitian
Dari data yang diperoleh, setelah dianalisis didapatkan nilai kepadatan populasi K, Kepadatan Relatif KR, Frekuensi Kehadiran FK ikan pada setiap stasiun
penelitian, seperti terlihat pada Tabel 3.2 berikut:
Tabel 3.2Kepadatan Populasi ind 100m
2
, Kepadatan Relatif KR 100 dan Frekuensi Kehadiran FK 100 Ikan pada setiap Stasiun
Penelitian
Spesies Stasiun I
Stasiun II Stasiun III
K KR
FK K
KR FK
K KR
FK
Ambasis sp. 6,61
16,87
40
4,25 12,31 26,66  2,36  7,82  16,66 Apongonsp.
0  1,42 4,11  10  0,94 3,11  6,66 Butis
sp. 1,42
3,62 10 0 0 0 0 0 0
Dermogenissp. 2,36  6,02  16,66  6,13 17,75  30  5,19 17,19 33,33
Johniussp. 1,89
4,83 13,33
0 0 0 0 0 0 Leiognathussp. 4,25
10,85 26,66
5,66 16,39 40 2,36
7,82 16,66
Lutjanussp.  1,42 3,62
10 0 0 0 0 0 0 Mugilsp. 3,30
8,42 20
2,36 6,83
16,66 5,19
17,19 30
Pangasiussp. 0  3,30 9,57 23,33 2,36 7,82 16,66
Plotosussp. 0  2,36 6,83 16,66 2,83 9,37  20
Pomadasyssp. 1,89 4,83
13,33 0 0 0 0 0 0
Schatophagussp. 2,83
7,22 16,66
0 0 0 0 0 0 Secutorsp. 4,72
12,05 30
3,38 9,79
26,66 3,77
12,49 23,33
Singanussp. 3,77  9,62  23,33  4,25 12,31  30  5,19 17,19  30
TeraponJarbua 1,89 4,83 13,33 1,42 4,11  6,66  0
Xenentodonsp. 2,83
7,22 20 0 0 0 0 0 0
∑Jenis 13 10  9
total 39,18 100 253,30
34,53 100 226,63 30,19 100 213,36
Stasiun I     =  Daerah Mangrove Kontrol Stasiun II    =  Pertambakan  Ikan
Stasiun III   =  Pemukiman Penduduk
Pada tabel di atas terlihat bahwa, pada stasiun I Kepadatan Populasi K, Kepadatan Relatif KR dan Frekuensi Kehadiran FK tertinggi di dapatkan pada
jenis Ambasis sp. yaitu masing-masing sebesar 6,61 ind 100m
2
, 16,87, 40,00. Hal ini disebabkan oleh kondisi faktor fisik kimia seperti suhu, intensitas cahaya,
salinitas, pH, DO, kejenuhan oksigen dan BOD
5
yang mendukung pertumbuhan dari ikan jenis Ambasis sp.Ikan jenis ini biasanya dapat hidup dengan baik pada
kawasan mangrove. Nontji 1983, hlm: 56, mengatakan bahwa ikan dari jenis Ambasis sp merupakan ikan yang umum ditemukan pada kawasan mangrove
dengan dasar lumpur. Nilai K, KR, FK terendah terdapat pada jenis Butis sp. dan
Universitas Sumatera Utara
Lutjanus  sp. yaitu masing-masing 1,42 ind 100m
2
, 3,62, 10,00. Hal ini disebabkan penetrasi cahaya yang tidak mendukung pertumbuhan ketiga spesies
ini.
Jubaedah 2006, hlm: 41 menjelaskan bahwa penetrasi cahaya seringkali dihalangi oleh zat yang terlarut dalam air, membatasi zona fotosintesis dimana
habitat akuatik dibatasi oleh kedalaman. Kekeruhan, terutama disebabkan oleh lumpur dan partikel yang mengendap sebagai faktor pembatas. Kekeruhan dan
kedalaman air mempunyai pengaruh terhadap jumlah dan jenis hewan akuatik. Cahaya dibutuhkan ikan untuk memangsa, menghindar dari predator atau untuk
beruaya. Pada umumnya ikan berada pada daerah-daerah yang penetrasi cahanya masih baik, sedangkan daerah yang gelap dimana penetrasi cahaya sudah tidak ada
hanya dihuni ikan buas atau predator yang menyukai tempat gelap.
Pada Stasiun II nilai K, KR, FK  tertinggi di dapatkan pada jenis Dermogenissp. sebesar 6,13 ind 100m
2
,17,75, 30,00. Tingginya nlai K, KR, FK dari Dermogenis sp. disebabkan oleh faktor fisik kimiayang mendukung
pertumbuhan ikanDermogenis sp. seperti suhu, pH dan salinitas. Menuruthttp:www.fao.orgdocrepfield003AB88207.htmWBL85-7 bahwa
ikan dari jenis Dermogenis sp. kehidupannya, terutama sangat dipengaruhi kondisi suhu perairan, dimana jenis ini akan dapat hidup lebih baik pada suhu air berkisar
antara 28 - 30° C. Disamping itu biasanya ikan ini banyak dijumpai disekitar karang, dermaga, pemecah ombak yang sudah ditumbuhi lumut, dengan suhu
optimum sekitar 29° C. Nilai K, KR, FK terendah pada stasiun II terdapat pada jenis  Apogon  sp.dan Terapon jarbua sp. yaitu masing-masing 1,42 ind 100m
2
, 4,11, 10,00. Hal ini disebabkan oleh kondisi lingkungan yang kurang cocok
bagi  pertumbuhan Apogon  sp.dan Terapon jarbua sp.Sesuai dengan yang dinyatakan http:www. Fishforum.compost 89386-3 bahwa ikan dari jenis
Terapon jarbua hidup pada substrat dasar yang berbatu.
Pada stasiun III nilai K, KR, FK  tertinggi di dapatkan pada jenis Dermogenis sp., Mugil sp. dan Singanus sp. sebesar 5,19 ind 100m
2
, 17,19, 40,00. Hal ini disebabkan oleh kondisi lingkungan atau faktor fisik kimia yang
Universitas Sumatera Utara
mendukung pertumbuhan ketiga spesies ini seperti pH, intensitas cahaya dan penetrasi cahaya. Nilai K, KR, FK terendah pada stasiun III terdapat pada jenis
Apogon  sp. yaitu masing-masing 0,94 ind 100m
2
, 3,11, 6,66. Hal ini disebabkan oleh kondisi lingkungan yang kurang cocok bagi pertumbuhan Apogon
sp. dan jenis ikan ini termasuk jenis ikan yang hidup soliter sehingga sulit ditangkap.Rifai et al 1983, hlm: 47, menyatakan jenis ikan yang diperoleh dalam
jumlah sedikit umumnya merupakan predator yang hidupnya soliter atau terpisah- pisah dan tidak membentuk gerombol.
Dari seluruh jenis ikan yang didapat, ada beberapa spesies yang hanya terdapat pada stasiun I sebagi kontrol, yaitu Butis sp., Johnius sp., Lutjanus  sp.,
Pomadasys sp., schatophagus  sp. dan Xenentodon  sp. Ikan ini berkembang baik pada daerah mangrove. Hal ini disebabkan karena stasiun ini masih tergolong baik
alami karena belum adanya aktifitas manusia yang menghasilkan limbah kebadan air, hal ini dapat dilihat dari parameter faktor fisik kimia yang diperoleh Tabel
3.6.
Ikan dari jenis Apogon sp., Pangasius sp., Plotosus sp., hanya terdapat pada stasiun II dan stasiun III, ketiga jenis ikan ini cocok hidup pada stasiun II dan
stasiun III yang dianggap sudah mengalami pencemaran sedang. Hal ini terbukti dengan nilai BOD pada stasiun III sebesar 3,4 mgl.Parameter BOD secara umum
banyak dipakai untuk menentukan tingkat pencemaran air buangan. Penentuan BOD sangat penting untuk menelusuri aliran pencemaran dari tingkat hulu ke
muara. Dari penelitian yang dilakukan nilai BOD pada stasiun ini sebesar 4,2 mgl. Hal ini menyebabkan spesies yang diperoleh sangat sedikit.  Tiap-tiap spesies
biotaakuatik mempunyai kisaran toleransi yang berbeda-beda terhadap konsentrasi BOD di suatu perairan Jubaedah, 2006, hlm: 44.
Keberadaan ikan yang memiliki KR lebih besar dari 15 dan FK lebih besar 25, pada stasiun I yaitu Ambasis  sp., stasiun II yaitu Dermogenys sp dan
Leiognathus sp., sedangkan pada stasiun III yaitu Dermogenys sp.,Mugil sp. dan Singanus  sp. Menurut Suin 2002 apabila didapat nilai KR  15 dan FK
Universitas Sumatera Utara
25dari suatu organisme pada suatu habitat menunjukkan bahwa habitat tersebut sangat baik untuk kehidupan dan perkembangannya.
Menurut Suin 2002, hlm:1 bahwa perubahan faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap kepadatan populasi suatu jenis organisme pada suatu daerah.
Bila pada suatu daerah misalnya, kepadatan suatu organisme berlimpah dan karena suatu sebab faktor lingkungannya berubah maka dapat terjadi penurunan kepadatan
populasi secara drastis, misalnya karena adanya pengaruh pencemaran yang berupa racun. Sebaliknya bila pada suatu daerah kepadatan suatu jenis organisme rendah,
karena adanya pencemaran dapat pula terjadi peningkatan kepadatan suatu jenis organisme rendah, karena adanya pencemaran dapat pula terjadi peningkatan
kepadatan populasi yang tinggi, umpamanya pencemaran zat organik dapat menyebabkan kepadatan populasi bakteri pembusuk meningkat. Jelas ada suatu
hubungan yang erat antara organisme dengan lingkungannya. 3.3
Indeks Keanekaragaman H’ dan Indeks Keseragaman E Ikan pada masing-masing Stasiun Penelitian
Hasil penelitian yang telah dilakukan pada masing-masing stasiun penelitian memperlihatkan indeks keanekaragaman H’ dan indeks keseragaman E Ikan di
Kawasan Pulau Sembilan seperti pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Indeks Keanekaragaman H’ dan Indeks Keseragaman E Ikan pada masing-masing Stasiun Penelitian
Keterangan STASIUN
I II
III Indeks keanekaragaman H’
2,452 2,196  2,091
Indeks keseragaman E 0,884 0,792  0,754
Dari tabel 3.3 diketahui bahwa indeks keanekaragaman tertinggi terdapat pada stasiun I yaitu sebesar 2,452 dan terendah terdapat pada stasiun III yaitu
sebesar 2,091.Dari data tersebut dapat menyimpulkan bahwa indeks keanekaragaman ikan setiap pada setiap stasiun penelitian termasuk sedang,
dimana H’ bernilai 2,091-2,452 atau berada pada 0  H’  6,907. Menurut Krebs 1985, hlm: 523 menyatakan bahwa, keanekaragaman rendah bila  0 H’   2,30,
Universitas Sumatera Utara
keanekaragaman sedang bila  2,302   H’  6,907  dan keanekaragaman tinggi bila H’  6,907. Tingginya indeks keanekaragaman pada stasiun I disebabkan
parameter fisik kimia yang diperoleh dari stasiun ini mendukung bagi pertumbuhan dan perkembangan ikan seperti Suhu, intensitas cahaya, penetrasi cahaya, pH, DO,
salinitas dan BOD
5
Tabel 3.6, sedangkan rendahnya nilai indeks keanekaragaman pada stasiun III diduga karena adanya limbah-limbah pada kawasan tersebut yang
mengganggu kehidupan sebagian ikan pada daerah tersebut, dimana stasiun III merupakan areal pemukiman penduduk dengan segala aktivitasnya. Sesuai  dengan
baku  mutu  kualitas  air  untuk  biota  yang ditetapkan  oleh  Menteri  Negara Lingkungan  Hidup  melalui KEP No-51MNLHI2004 yaitu DO 3 mgl.
Salinitas  sd 34
00
, pH 6.50-8.50  dan BOD
5
25 mgl.
Menurut Kottelat dan Whitten 1993, hlm: 127, aktivitas rumah tangga dan saluran pembuangan pada kawasan tersebut menghasilkan limbah organik yang
mengganggu kehidupan perairan. Perumahan penduduk yang terpisah dari daratan menyebabkan perlunya transportasi air bagi penduduk untuk beraktivitas di
daratan.Limbah transportasi dan hilir mudiknya transportasi tersebut dapat mengganggu kehidupan ikan.
Stasiun II terletak pada kawasan pertambakan ikan kerapu, adanya limbah dari tambak yang tredapat disekitar stasiun ini, antara lain karena pestisida dan
kapur yang sering digunakan mengganggu kehidupan ikan dikawasan tersebut. Stasiun ini jaga merupakan lintasan transportasi air bagi kehidupan nelayan. Noor
dkk., 1999, hlm: 26, menyatakan bahwa daerah pertambakan selalu menghasilkan limbah yang akan mempengaruhi kualitas air sehingga akan mengganggu aktivitas
dan kelangsungan hidup ikan, sehingga dengan keadaan tersebut menunjukkan bahwa perbedaan kondisi turut menentukan dan mempengaruhi kebedaan dan
kepadatan ikan pada suatu perairan sehingga nilai kesamaan antar stasiun juga berbeda. Sesuai dengan penelitian Grisa 2010 kelimpahan plankton pada stasiun I
sebesar 10843,54 indliter, stasiun II sebesar 4666,54 indliter dan stasiun III sebesar indliter.
Universitas Sumatera Utara
Dari tabel di atas dapat dilihat nilai indeks keseragaman pada stasiun I sebesar 0,884, stasiun II sebesar 0,792 dan stasiun III sebesar 0,754. Menurut
Krebs 1985, hlm: 512, nilai keseragaman berkisar anatara 0 - 1. Nilai keseragaman mendekati 1 dikatakan pembagian jumlah individu pada masing-
masing jenis sangat seragam merata.Sebaliknya jika nilai mendekati 0 berarti keseragaman rendah karena ada jenis yang mendominasi.Pada stasiun I nilai
keseragaman sebesar 0,884 ini menunjukkan bahwa pembagian jumlah individu 88 merata pada stasiun ini.Pada stasiun II nilai indeks keseragaman sebesar 0,792
ini berarti bahwa keseragamannya 79 merata.Begitu juga stasiun III dengan indeks keseragaman 0,754 menunjukkan keseragaman 75 merata.
3.4 Indeks Similaritas