Analisis:
Dari cuplikan dialog diatas dapat dilihat bahwa Masako sedang melakukan transaksi bisnis dengan Jumonji. Dengan berbagai pertimbangan Masako
memutuskan mengambil kembali peran sebagai pemotong mayat sebagai pekerjaan sampingannya selain bekerja shift malam di pabrik. Peran sebagai
pemotong mayat tidaklah mudah. Menjijikkan dan akan terus menjadi mimpi buruk. Tapi iming-iming terhadap sejumlah uang yang akan diperolehnya
membuatnya mengesampingkan hal tersebut.
3.2. Peranan Yamamoto Yayoi Cuplikan 1 :
…Bekas tonjokan itu peka sekali, sehingga cairan atau angin semilir saja membuatnya kesakitan, dan menurutnya tak seorangpun bisa membuat sakitnya
berkurang. Anak-anaknya yang tidur di kasur-kasur kecil mereka di dekat sana
bergerak-gerak, mungkin karena merasakan gerakan Yayoi. Yayoi berdiri, menyeka air mata dari wajahnya dan membungkus tubuhnya dengan handuk. Dia
tak ingin anak-anaknya melihat memar itu, atau air matanya
Analisis:
. OUT : 68
Dari cuplikan diatas dapat dilihat bahwa sesungguhnya memar akibat kekerasan yang dilakukan suaminya terasa amat menyakitkan. Akan tetapi,
perannya sebagai seorang ibu yang ingin tetap memberikan rasa aman dan nyaman kepada anak-anaknnya membuat Yayoi berusaha untuk tetap tabah. Ia sangat
Universitas Sumatera Utara
berhati-hati dan tidak ingin anaknya mengetahui dan khawatir terhadap derita fisik dan batinnya.
Cuplikan 2 :
…Lalu, yang lebih parah lagi, tiga bulan yang lalu Kenji berhenti membawa pulang gajinya, dan Yayoi terpaksa mencoba memberi makan dirinya
dan anak-anaknya dengan gaji kecil yang diperolehnya dari pabrik
Analisis: . OUT : 69
Berdasarkan cuplikan dapat dilihat indeksikal bahwa karena suaminya tak lagi memberikan nafkah kepada dirinya dan anak-anaknya, Yayoi mengambil
peran sebagai kepala rumah tangga. Meskipun gajinya kecil, Yayoi giat bekerja
demi menghidupi dirinya dan anak-anaknya
Cuplikan 3 :
…”Kenapa cepat sekali?” “Tidak ada uang,”jawab suaminya.
“Mana mungkin? Sudah berbulan-bulan kau tak pernah memberi kami uang.” Walaupun sekarang Yayoi membelakanginya lagi, dia tahu
suaminya itu mencibir.
“Kau apa?” ujar Yayoi dengan suara serak. Mereka berdua sudah berhasil “Tidak, aku betul-betul bangkrut. Dan aku sudah menghabiskan seluruh
tabungan kita.”
menabung lima juta yen lebih—hampir cukup untuk uang muka sebuah kondominium. Untuk apa lagi dia bekerja membanting tulang di pabrik? “Kenapa
Universitas Sumatera Utara
kau tega sekali? Seluruh gajimu sudah kau pakai untuk dirimu sendiri; kenapa kau menghabiskan tabungan kita juga?”
“Judi,” jawab suaminya. “Permainan bernama bakarat.” “Kuharap kau bercanda.” Yayoi begitu syok sehingga tak tahu harus
berkata apa lagi. “Aku tidak bercanda,” kata Kenji.
“Tapi tabungan itu bukan milikmu saja.” “Juga bukan milikmu saja.”
Analisis:
Biasanya dia tak pernah mengatakan apa-apa pada Yayoi, tapi malam ini dia bisa begitu tangkas menimpali semua perkataan
istrinya itu. OUT : 70-71
Dalam Ie, pria sebagai kepala rumah tangga memiliki kekuasaan yang besar. Kepala rumah tangga memiliki kekuasaan untuk memberikan keputusan
tentang semua hal yang berhubungan dengan milik keluarga, misalnya terhadap kekayaan yang diperoleh dan dikelola keluarga. Hal ini pula lah yang terjadi pada
keluarga Yayoi. Dilihat dari cuplikan, Yayoi yang memiliki peran sebagai istri harus pasrah terhadap tindakan suaminya. Yayoi merasa sangat menderita karena
tidak dapat berbuat apa-apa. Tanpa sepengetahuannya, suaminya yang tidak bertanggung jawab telah menghabiskan seluruh tabungan keluarga mereka untuk
berjudi.
Cuplikan 4 :
Jadwal harian Yayoi memang tidak lazim: setelah tiba di rumah pagi-pagi seusai shift malam, dia menyiapkan sarapan untuk Kenji dan anak-anak,
Universitas Sumatera Utara
mengantar anak-anak ke tempat penitipan, dan baru setelah itu dia bisa tidur. Dia tadinya tidak ingin bekerja malam hari, tapi tidak banyak tempat yang mau
menerima ibu dengan anak-anak yang masih kecil, yang mungkin sekali-sekali harus cuti mendadak. Sebelum mulai bekerja di pabrik makanan kotakan itu, dia
bekerja paruh waktu sebagai petugas pemeriksaan di supermarket; tapi karena tak mau bekerja pada hari Minggu dan sering harus tidak masuk kerja karena anaknya
sakit, dia tidak bertahan lama disana. Pekerjaan shift malam yang sekarang memang amat melelahkan fisiknya, tapi bayarannya lebih tinggi daripada
pekerjaan pagi dan dia bisa menidurkan anak-anaknya sebelum berangkat ke pabrik
Analisis:
OUT : 132
Dari cuplikan diatas dapat dilihat peranan Yayoi sebagai ibu rumah tangga yang baik. Sama seperti Masako, sepulangnya dari shift malam walaupun lelah ia
tetap melaksanakan kewajibannya. Meskipun sudah tidak akur dengan suaminya, Yayoi tetap menyiapkan sarapan untuk suami dan anak-anaknya, kemudian
mengurus anak-anaknya. Setelah semua kewajibannya selesai barulah ia merasa tenang dan dapat beristirahat. Sebenarnya Yayoi merasa bahwa pekerjaan shift
malam sangatlah berat karena ia harus meninggalkan anaknya di malam hari. Hal ini menunjukkan bahwa perannya sebagai seorang ibu membuatnya mementingkan
anak melebihi apapun. Alasan ia memilih pekerjaan shift malam yang sangat berat itu juga adalah
demi anak-anaknya. Ia pernah bekerja di tempat lain, namun ia tidak ingin bekerja pada hari Minggu ia ingin melewati hari Minggu bersama anak-anaknya. Dengan
Universitas Sumatera Utara
bekerja shift malam ia dapat cuti sesuka hati, karena bila ia tidak datang maka gajinya hanya akan dipotong sesuai lamanya ia tidak masuk kerja.
Cuplikan 5 :
Yayoi tidak tahu berapa lama dia berdiri di sana, tapi akhirnya kesadarannya kembali ketika mendengar tangisan Milk.
“Apa yang harus kita lakukan sekarang, Milk?” gumamnya. “Aku telah membunuhnya.” Kucing itu mengeluarkan suara seperti pekikan pendek, dan
Yayoi balas mengeluarkan suara yang sama. Dia telah melakukan sesuatu yang tak bisa diubah lagi, tapi dia sama sekali tidak merasa menyesal. Biarlah, dia berbisik
pada dirinya sendiri. Dia tak punya pilihan tadi Dia kembali ke ruang tamu dan dengan tenang memandang jam di dinding.
Baru pukul sebelas. Hampir waktunya berangkat ke pabrik. Dia menelpon rumah Masako.
.
“Halo?” untungnya Masako yang menerima. Yayoi menghela nafas panjang.
“Ini aku, Yayoi.,” katanya. “Hai,” sahut Masako. “Ada apa? Kau mau absen malam ini?”
“Tidak, aku hanya tidak tahu harus bagaimana.” “Tentang apa?” Masako kedengarannya seperti sunggguh-sungguh kuatir.
“Apakah ada yang terjadi?” “Ya.” Sudah kepalang basah, dituntaskan saja. “Aku membunuhnya
“Kau serius?” .”
Hening sejenak, lalu Masako berbicara lagi dengan tetap tenang.
Universitas Sumatera Utara
“Benar-benar serius,” jawab Yayoi. “Aku mencekiknya.” Hening sekali lagi, kali ini mungkin sampai semenit; tapi entah kenapa Yayoi tahu keheningan
ini bukan karena Masako terkejut, melainkan karena dia sedang mempertimbangkan situasi. Pertanyaan Masako yang berikutnya membuktikan
firasatnya ini benar. “Tapi kau mau bagaimana?” Tanya Masako. Yayoi terdiam sesaat karena
tidak mengerti pertanyaan ini. “Maksudku, coba katakana apa yang ingin kau lakukan. Aku bersedia membantu.”
“Aku? Aku ingin segalanya terus berjalan seperti biasa. Anak-anakku masih kecil, dan…” Sewaktu dia berbicara, air matanya menggenang dan tiba-tiba
dia tersadar betapa gawatnya situasi itu. “Aku mengerti,” kata Masako. OUT: 74-75
Analisis:
Dari cuplikan diatas dapat dilihat bahwa Yayoi berperan sebagai pembunuh. Ia membunuh suaminya berdasarkan atas kebencian yang mendalam
sebagai akibat tindakan kekerasan yang selama ini banyak dilakukan suaminya kepada dirinya. Keadaan lah yang membuat Yayoi berperan sebagai pembunuh.
Akan tetapi, setelah melakukan aksinya, Yayoi sama sekali tidak merasakan penyesalan, karena menurutnya Kenji pantas menerimanya. Meskipun tidak
menyesal, Yayoi tetap merasa cemas terhadap gawatnya situasi yang telah ditimbulkannya. Untuk itu, dia menghubungi Masako; sahabat yang selalu bisa
diandalkannya untuk membantunya.
Universitas Sumatera Utara
3.3. Peranan Azuma Yoshie Cuplikan 1 :