Analisis Psikologis Tokoh Utama Suguro Dalam Novel Skandal karya Shusaku Endo Endo Shusaku No Sakuhin No “Sukyandaru” No Shousetsu Ni Okeru Shujinkou No Shinrinteki No Bunseki

(1)

ENDO SHUSAKU NO SAKUHIN NO “SUKYANDARU” NO SHOUSETSU NI OKERU SHUJINKOU NO SHINRINTEKI NO BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi Ini Diajukan Kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat

Ujian Sarjana Bidang Ilmu Sastra Jepang Disusun Oleh

ROBBUNA 100708002

DEPARTEMEN SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(2)

ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH UTAMA DALAM NOVEL “SKANDAL KARYA SHUSAKU ENDO

ENDO SHUSAKU NO SAKUHIN NO “SUKYANDARU” NO SHOUSETSU NI OKERU SHUJINKOU NO SHINRINTEKI NO BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi Ini Diajukan Kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat

Ujian Sarjana Bidang Ilmu Sastra Jepang Oleh:

Robbuna NIM: 100708002

Pembimbing I Pembimbing II

Zulnaidi, S.S., M. Hum

NIP: 1967 0807 2004 01 1 001 NIP:1969 1011 2002 12 1 001 Mhd. Pujiono, S.S., M. Hum

DEPARTEMEN SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(3)

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim.

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan nikmat-NYA, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Walaupun tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi dalam skripsi ini.

Skripsi yang berjudul Analisis Psikologis Tokoh Utama Suguro Dalam Novel Skandal karya Shusaku Endo ini, penulis susun sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana pada Departemen Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Ucapan terima kasih saya yang begitu sederhana rasanya tidaklah cukup untuk mengucapkan rasa terima kasih penulis. Namun hanya itulah yang mampu penulis ucapkan. Oleh karena itu, pada kesempata ini izinkanlah penulis menghaturkan rasa terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada orang-orang yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini:

1. Bapak Dr. SyahronLubis, M.A, selaku dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan

2. Bapak Drs. Eman Kusdiyana, M. Hum selaku Ketua Departemen Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan.

3. Bapak Zulnaidi. S.S., M.Hum. selaku pembimbing I yang telah banyak membantu dan meluangkan waktunya membaca dan mengkoreksi skripsi penulis di sela-sela waktunya yang sibuk


(4)

4. Bapak Mhd.Pujiono. S.S., M. Hum selaku pembimbing II telah membimbing dan meluangkan waktunya telah membaca dan megkoreksi skripsi penulis, sehingga skripsi ini selesai.

5. Dosen dan staf Fakultas Ilmu Budaya, Khususnya dosen-dosen Sastra Jepang yang telah membimbing dan mengajar selama belajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

6. Yang tak tergantikan dunia dan akhirat, dan yang paling berpengaruh Alm Ayahanda Hazar Sinurat dan Ibunda Salmiah Ritonga. Buat Ayahanda saya berharap Ayahanda di sana bangga dan senang melihat ananda karena telah menyelesaikan skripsi ini. Kepada mama tercinta, Terimakasih banyak selalu mendo’akan dan memberi motivasi, memberi dukungan materil dan moril dalam menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini adalah bukti untuk ayah dan mama bahwa penulis sudah bisa bertanggung jawab dan dewasa untuk menyelesaikan satu masalah.

7. Kepada saudara-saudaraku tersayang , buat abang aku Amiruddin Sinurat, Adek aku Ayu Azriani Sinurat, Rindiani Sinurat, terimakasih buat do’a dan dukungannya.

8. Buat teman-teman seperjuangan stambuk 2010 Sastra Jepang Fakultas Imu Budaya atas do’a dan dukungannya, terkhusus buat Anita, Lina, Helga, Kak Vero, Nova terimakasih atas kebersamaan kita dari awal kuliah sampai sekarang. Dan terimakasih juga buat sahabatku Juli Ratna Sari Sitanngang S.Pd dan Ramiana Saragih Am.Keb yang selalu setia menemani dan membantu selama ini.


(5)

Penulis sadar bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar dapat memperbaki kesalahan pada masa mendatang.

Akhir kata, penulis berharap kiranya skripsi ini bermanfaat bagi penulis sendiri dan khususnya pada pembaca.

Medan Penulis

Robbuna


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...iv

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1 Latar belakang Masalah ...1

1.2 Perumusan Masalah...5

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan...7

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori...8

1.4.1 Tinajuan Pustaka...8

1.4.2 Kerangka Teori...10

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian...12

1.5.1 Tujuan penelitian...12

1.5.2 Manfaat Penelitian...13

1.6 Metode Penelitian...13

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL SKANDAL PSIKOANALISA SIGMUN FREUD...15


(7)

2.2 Unsur-unsur Novel...16

2.2.1 Unsur Intrinsik...17

a. Tema...17

b. Setting/Latar...17

c. Penokohan...18

d. Alur / Plot...18

e. Sudut Pandang...19

2.2.2 Unsur Ekstirnsik...19

2.3 Klasifikasi Novel...19

2.4 Setting Novel Skandal...22

2.4.1 Setting Tempat...22

2.4.2 Setting Waktu...23

2.4.3 Setting Sosial...24

2.5 Psikoanalisa Sigmun Freud Dalam Kajian Sastra...24

2.6 Biografi pengarang...28

BAB III ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH UTAMA DALAM NOVEL SKANDAL KARYA SHUSAKU ENSDO...30

3.1 Ringkasan Cerita...30


(8)

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN...47 4.1 Kesimpulan...48

4.2 Saran...49

DAFTAR PUSTAKA ABSTRAK


(9)

ABSTRAK

Sastra adalah karya seni. Sastra mempunyai sifat yang sama dengan karya seni. Karya sastra merupakan suatu wadah untuk mengungkapkan suatu ide dan gagasan dengan gambaran-gambaran pengalaman sipengarangnya. Sastra menyuguhkan pengalaman bathin pengarang kepada masyarakat.

Dalam mendeskripsikan tokoh, pengarang pengarang memiliki kebebasan untuk menampilkan tokoh-tokoh cerita di dalam kehidupan sosiologis dan psikologis. Psikologis tokoh utama dalam karya sastra termasuk kedalam salah satu unsur yang mempengaruhi jalan cerita dari karya sastra tersebut. Psikologis didalam tokoh utama merupakan salah satu kebebasan pengarang untuk menampilkan bagaimana psikologis tokoh, sehingga antara psikologis tokoh dan jalan cerita menjadi sejalur dan serasi.

Novel Skandal menceritakan tentang pengarang terkenal dengan pernikahan yang harmonis dan dipandang terhormat oleh masyarakat. Suguro dibesarkan di Jepang. Pada malam itu Suguro menghadiri penyerahan hadiah kesusastraan untuk sebuah novel yang ia tulis selama tiga tahun belakangan ini. Sebelum pulang Suguro bercakap-cakap dengan beberapa temannya yang ada di sana. Disela-sela perbincangan itu, seorang wanita muda datang menghampiri Suguro. Ia menyapa Suguro, ia juga mengatakan sering melihat Suguro disalah satu kawasan mesum di jalan Sakura di Shinjuku.

Hal ini dapat mempengaruhi pandangan buruk masyarakat terhadap Suguro. Yang awalnya sangat dihormati dan dicintai oleh masyarkat sebagai seorang penulis dan seorang katolik yang taat. Tetapi berulang kali Suguro


(10)

membantah tuduhan-tuduhan yang dikatakan wanita tersebut. Wanita tersebut beranggapan kalau Suguro keliru dalam bantahannya. Wanita tersebut beranggapan bahwa Suguro tidak ingin masyarakat tahu kalau dia pernah datang ke Shinjuku dan ikut berpesta di sana.

Di dalam novel ini terdapat psikologis tokoh utama yang diungkapan Shusaku Endo. Beban psikologis yang dialami tokoh utama adalah harus meyakinkan kepada masyarakat bahwa dia tidak pernah mengunjungi kawasan Shinjuku. Setiap hari ia semakin dipusingkan oleh masalah tersebut, ia sendiri tidak pernah mengunjungi kawasan tersebut. Terlebih lagi ia kerap mendapatkan tudingan dari para penggemarnya. Para penggemarnya merasa kecewa dengan Suguro, mereka menganggap semua novel yang ditulis oleh Suguro tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Karena di dalam novelnya, Suguro banyak memasukkan pesan moral dan agama.

Namun Suguro tetap menyakinkan masyarakat bahwa orang itu bukanlah dirinya. Suguro melihat sendiri seseorang yang mirip dengannya. Sayangnya kembarannya ini memiliki citra buruk dan memakai nama Suguro di dalam aksinya. Hal ini menyebabkan muculnya beban psikologis terhadap tokoh utama yang akan dilihat dari segi Id, Ego dan Super Ego.

Freud dalam semi (1985:47) merumuskan hipotesis yang berhubungan dengan seluk beluk jiwa manusia. Menurutnya seluk beluk jiwa manusia itu tersusun dalam 3 tingkat yaitu Id (libido atau dorongan besar), Ego (peraturan secara sadar antara Id dan realitas luar) Super Ego (penuntun moral dan aspirasi seseorang).


(11)

要旨

文学

ぶんがく

は 芸術作品

げいじゅつさくひん

です。文学

ぶんがく

は,美術

びじゅつ

と同

おな

じ特性

とくせい

を有

ゆう

している。文学作品

ぶんがくさくひん

は経験

けいけん

のいめえじを持

つアイデア

あ い で あ

や 考

かんが

えを 表 現

ひょうげん

するための場所

ば し ょ

である。

文 学 ぶんがく

は、 社 会 しゃかい

に 著 者 ちょしゃ

を 経 験 下 けいけんした

、 精 神 的 せいしんてき

な 経 験 けいけん

を提示 ていじ

する。

主 人 公 しゅじんこう

、を 記 述 きじゅつ

する 際 さい

に、 著 者 ちょしゃ

は 社 会 学 しゃかいがく

、および 心理的 しんりてき

なの

生 活 せいかつ

の 中 なか

で 役 者 やくしゃ

を 表 示 ひょうじ

するために自由 じゆう

を持 も

っている。理的 りてき

な 文 学 ぶんがく

主 人 公 しゅじんこう

は、 文 学 作 品 ぶんがくさくひん

の 物 語 方 法 ものがたりほうほう

に、 影 響 えいきょう

を 与 あた

える要素 ようそ

の 一 ひと

つに 属 ぞく

する。 主 人 公 しゅじんこう

で 心理的 しんりてき

には、どのように 心理的 しんりてき

な 役 者 やくしゃ

表 示 ひょうじ

するための 著 者 ちょしゃ

の自由 じゆう

の 一 ひと

そんで、

つである。

プロット ぷ ろ っ と

と 心理的 しんりてき

なキャラクタア き ゃ ら く た あ

は、 下 流 かりゅう

と、調和ちょうわのとれにな る。

スキャンダル す き ゃ ん だ る

の 小 説 しょうせつ

は、 公 衆 こうしゅう

の目 め

に 調 和 ちょうわ

のとれた 結 婚 けっこん

と立派 りっぱ

有 名 ゆうめい

な作家 さっか

について 話 はなし

った。勝呂 すぐろ

は、 経 験 けいけん

なカトリック か と り っ く

教 徒 きょうと

として


(12)

その 夜 よる

、勝呂 すぐろ

は過去 か こ

3 年 間 ねんかん

に書 か

かれていた 小 説 しょうせつ

のための 文 学 賞 ぶんがくしょう

出 席 しゅっせき

した。 帰 かえ

る 前 まえ

に、勝呂 すぐろ

はその 何 人 なんにん

の 友 人 ゆうじん

しゃべりと

としゃべりした。

長 ちょう

で 若 わか

い 女 性 じょせい

は勝呂 かつろ

を 話 はな

すしかけた。

彼 女 かのじょ

はよく 新 宿 しんじゅく

の未知厄介 みちやっかい

な 桜 さくら

に 一 ひと

つの 領 域 りょういき

に勝呂 すぐろ

を見 み

たと言 い

った。これは 主 人 公 しゅじんこう

に 人 々 ひとびと

のひとい 見 解 けんかい

に 影 響 えいきょう

を 与 あた

えることがで

きた。 最 初 さいしょ

は 非 常 ひじょう

に作家 さっか

と 敬 虔 けいけん

なカトリック か と り っ く

教 徒 きょうと

として 愛 あい

しかし、

された。

勝呂 すぐろ

は 何 回 なんかい

も 女 性 じょせい

が言 い

った 主 張 しゅちょう

を 否定 ひてい

した。その 女 性 じょせい

は、 謝 あやま

って 反 論 はんろん

で勝呂 すぐろ

をぜんていした。その 女 性 じょせい

は、勝呂 すぐろ

はしんじ

ゅくのパ ぱ

ーチイ ち い

ーに参加 さんか

しているのを知 し

っているがほしくないと 思 おも

この

った。

女 性 じょせい

には直ぐ炉 ろ

Shusaku Endo に 表 現 心 理 的 ひょうげんしんりてき

な 主 人 公 しゅじんこう

もある。

主 人 公 しゅじんこう

が 経 験 けいけん

した 心理的 しんりてき

の負担 ふたん

は、 彼 かれ

はエリア え り あ

新 宿 あらじゅく

を 訪 おとず

れたこ

とがなかったことを 国 民 こくみん

に 納 得 なっとく

させる 必 要 ひつよう

があるということであった。

毎 日 彼 まいにちかれ

はますます、 彼 かれ

は自分 じぶん

でその場所 ばしょ

を 訪 間 おとずあいだ

したことがなかっ た。


(13)

さらに、 彼 かれ

はしばしばフアン ふ あ ん

は、 彼 かれ

が 堅 実 けんじつ

に 対 応 たいおう

していない勝呂 すぐろ

によ

って書 か

かれたすべての 小 説 しょうせつ

を 想 定 そうてい

し、勝呂 すぐろ

に 失 望 しつぼう

を 感 かん

なぜなら、

じた。

小 説 しょうせつ

に勝呂 すぐろ

は 多 おお

くの 道 徳 的 どうとくてき

、 宗 教 的 しゅうきょうてき

なメッセ め っ せ

ージ じ

組込 くみこ

んだからであった。勝呂 すぐろ

は,自分 じぶん

で 誰 だれ

かに以 い

この

たをみた。

双子 ふたご

は、 悪 わる

いイメ い め

ージ じ

を 有 ゆう

し、そのアクションデ あ く し ょ ん で

で勝呂 すぐろ

を使用 しよう

これは

した。

自我 じ が

の 観 点 かんてん

から見 み

フアン ふ あ ん

からの 申 もう

し立たてを受けた。る 公 人 公 こうじんこう

対 つい

たの 出 現 しゅつげん

とという理由 りゆう


(14)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Sastra adalah karya seni, karena itu sastra mempunyai sifat yang sama dengan karya seni yang lain. Seperti seni suara, seni lukis, seni pahat dan lain-lain. Tujuannya sama yaitu membantu manusia menyingkapkan rahasia keadaanya untuk memberi makna pada eksistensinya, serta untuk membuka jalan kebenaran. Yang membedakan dengan seni yang lain adalah bahwa sastra memiliki aspek bahasa (Semi, 1985:39). Karya sastra juga merupakan suatu wadah untuk mengungkapkan suatu ide, gagasan atau pikiran dengan gambaran-gambaran pengalaman.

Sastra menyuguhkan pengalaman bathin yang dialami pengarang kepada penikmat karya sastra (masyarakat). Sebuah karya sastra bisa lahir dari proses imajinasi sang penulisnya, baik itu melalui imajinasi maupun tercipta dari kehidupan nyata di dalam ruang lingkup masyarakat. Setiap seni yang dibuat dengan kesungguhan tentu mengandung keterikatan yang kuat dengan kehidupan, karena manusia adalah bagian dari kehidupan itu sendiri. Sastra merupakan produk kehidupan yang mengandung nilai-nilai sosial, filosofi, religi, dan sebagainya.

Menurut Rene Wellek dalam Badrun (1983:16) istilah sastra hendaknya dibatasi pada seni sastra yang bersifat imajinatif. Artinya segenap kejadian atau peristiwa yang dikemukakan di dalam karya sastra bukanlah pengalaman jiwa atas peristiwa yang sesungguhnya tetapi merupakn sesuatu yang dibayangkan saja.


(15)

Salah satu karya sastra yang akan di telaah oleh penulis adalah tokoh utamanya yaitu Suguro yang terdapat di dalam novel Skandal karya Shusaku Endo. Novel ini salah satu Novel best seller karya Shusaku Endo. Di dalam Novel ini di ceritakan tentang bagaimana kondisi psikologis seorang sastrawan terkenal yang terikat dengan kehidupan sekelompok masyarakat yang fulgar.

Karya sastra menurut Wellek dan Werren dalam Pradopo (2002 : 81) pada hakekatnya karya sastra merupakan sebuah hasil imajinasi dari seorang pengarang. Pada dasarnya karya sastra memiliki karya yang bersifat fiksi dan non fiksi. Karya sastra yang bersifat fiksi seperti novel, cerpen, essei dan cerita bergambar (komik). Sedangkan yang bersifat non fiksi berupa puisi, dan drama.

Novel adalah salah satu karya sastra dan media komunikasi yang digunakan pengarang untuk menyampaikan pesan kepada orang lain atau pembaca yang disampaikan dengan cara tidak langsung. Novel juga merupakan karya sastra yang sarat akan pengetahuan sekaligus pesan moral yang disampaikan pengarang melalui tulisannya. Dengan memasukkan beberapa unsur emosional kedalam watak tokoh yang ada di dalam novel.

Dalam sebuah karya sastra terdapat dua unsur yang berpengaruh di dalam karya tersebut, yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intirnsik adalah unsur yang membangun karya sastra itu sendiri atau dapat juga dikatakan unsur-unsur yang secara langsung membangun cerita. Unsur-unsur-unsur yang dimaksud seperti tema, alur, plot, penokohan, bahasa dan sudut pandang cerita. Sedangkan yang dimaksud dengan unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang terdapat di luar karya sastra itu sendiri. Tetapi tidak secara langsung mempengaruhi karya sastra


(16)

itu tersebut. Seperti kebudayaan, sosial, psikologis, politik, agama dan lain-lain yang dapat mempengaruhi dalam menulis karya sastra tersebut. Unsur intrinsik dan ekstrinsik ini juga terdapat di dalam salah satu karya sastra fiksi yang berupa novel. Salah satu unsur pembangunan fiksi di dalam novel ini yang akan di telaah adalah tokoh. Dalam mendeskripsikan tokoh, pengarang memiliki kebebasan dalam menampilkan tokoh-tokoh cerita baik di dalam kehidupan sosiologis, psikologis dan fisiologis.

Berbicara mengenai psikologis tokoh utama di dalam sebuah karya sastra termasuk kedalam salah satu unsur yang mempengaruhi dari jalan cerita dari karya sastra tersebut. Psikologis di dalam tokoh utama merupakan salah kebebasan pengarang untuk menampilkan bagaimana psikologis tokoh sehingga antara psikologis tokoh dengan jalan ceritanya menjadi sejalur dan serasi.

Psikologis berasal dari bahasa Yunani “psyche” yang artinya jiwa dan “Logos” adalah ilmu pengetahuan. Jadi psikologis adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya dan latar belakang (Ahmadi, 1991:47). Sedangkan psikologi sastra merupakan kajian sastra yang memandangkan karya sastra sebagai aktivitas kejiwaan. Pengarang akan menggunakan cipta, rasa dan karya dalam berkarya Suatu perkembangan lainnya dalam sejarah psikologi ialah yang dipelopori oleh Sigmund Freud, seorang psikiater Austria (1856-1939) yang secara sistematis dan empiris telah menunjukkan bahwa pergolakan jiwa manusia tidak hanya melibatkan alam sadar bagi diri orang yang bersangkutan, tetapi juga melibatkan pergolakan yang tidak sadar (alam bawah sadar) pada diri orang tersebut. Kemudian teori dikembangkan oleh beberapa murid dan pengikut Freud.


(17)

Freud dalam semi (1985:47) merumuskan hipotesis yang berhubungan dengan seluk beluk jiwa manusia. Menurutnya seluk beluk jiwa manusia itu tersusun dalam 3 tingkat yaitu Id (libido atau dorongan besar), Ego (peraturan secara sadar antara Id dan realitas luar) Super Ego (penuntun moral dan aspirasi seseorang).

Novel Skandal menceritakan tentang seorang Novelis kawakan yang sangat terkenal dengan kehidupan pernikahan yang harmonis dan dipandang terhormat oleh masyarakat. Suguro dibesarkan di Jepang sebagai seorang katolik yang taat. Pada saat Suguro menghadiri acara terhormat untuk seluruh penulis ada seorang wanita yang mengaku mengenal Suguro. Wanita itu mengatakan kalau Suguro sering mengunjungi sebuah tempat yang bisa dibilang kawasan itu adalah kawasan mesum di Shinjuku-Tokyo. Hal ini dapat mempengaruhi pandangan buruk masyarakat terhadap tokoh utama, yang awalnya sangat di hormati dan dicintai masyarakat sebagai seorang penulis dan juga seorang katolik yang taat.

Tetapi, berulang kali Suguro menyangkal tuduhan-tuduhan yang dikatakan wanita tersebut. Wanita itu beranggapan kalau Suguro keliru dalam bantahannya. Wanita beranggapan bahwa Suguro tidak mau ada yang tahu kalau dia ikut berpesta ke Shinjuku di Tokyo dikarenakan dia adalah seorang Novelis yang terkenal.

Di dalam Novel Skandal dapat dilihat bahwa tokoh utama menyanggah tuduhan yang telah ditujukan kepadanya. Hal ini sangat merugikan bagi kariernya sebagai seorang penulis, karena sama sekali dia memang tidak pernah menghadiri tempat tersebut.


(18)

Berdasarkan uraian di atas penulis merasa tertarik untuk mengetahui bagaimana kondisi psikologis tokoh utama dalam novel ini. untuk itu penulis membahasnya di dalam skripsi dengan judul “Analisis Psikologis Tokoh Utama Dalam Novel Skandal Karya Shusaku Endo”.

1.2 Perumusan Masalah

Setiap orang memiliki kondisi yang berbeda-beda di dalam menjalankan kehidupannya. Walaupun setiap orang mau mengerjakan suatu tugas yang di embannya belum tentu itu sesuai dengan hati nuraninya. Dalam novel ini tokoh utama yang digambarkan oleh Suguro adalah seorang penulis/novelis yang terkenal yang dikagumi oleh banyak penggemarnya. Suguro dibesarkan di Jepang, sebagai penganut agama kristen.

Suguro memiliki seorang istri yang sangat dicintainya, dua kali dalam seminggu istrinya datang untuk membersihkan kantornya. pada saat-saat itu Suguro memasang tampang sebagai orang yang sayang pada keluarganya.

Malam itu Suguro mendapat sebuah hadiah kesusasteraan untuk sebuah novelnya yang ditekuninya selama tiga tahun. Sudah banyak penghargaan yang diperolehnya sepanjang kariernya sebagai seorang novelis. Suguro mendapat sebuah undangan untuk menghadiri pertemuan dengan novelis-novelis terkenal lainnya. Upacara dimulai pada waktu yang terukir di kartu undangan. Kata sambutan kepala perusahaan penerbit disusul dengan pidato yang diucapkan oleh Kano, salah seorang anggota komite penganugerahan.

Setelah menyampaikan pidatonya di depan para tamu, tiba-tiba seorang wanita datang menghampirinya. Wanita itu berpenampilan tidak sopan untuk


(19)

tempat yang terhormat yang dihadiri oleh Suguro. Tangan kanannya memegang rokok yang menyala, sementara tangan kirinya memegang segelas minuman.

Wanita itu kenal dengan Suguro dan dia merasa kalau Suguro juga mengenal dirinya. Dengan bergaya sok akrab wanita muda itu mengatakan bahwa ia pernah bertemu dengan Suguro di Shinjuku. Di ketahui Shinjuku adalah tempat dimana banyak wanita jalanan berada. Hal ini dapat mempengaruhi pandangan buruk masyarakat terhadap Suguro yang awalnya sangat dihormati masyarakat sebagai seorang novelis dan juga seorang katolik yang taat. Tapi berulang kali Suguro membantah kalau dia tidak pernah datang ke tempat seperti itu. wanita muda tersebut beranganggapan kalau Suguro keliru dalam bantahannya. Dia merasa bahwa Suguro tidak mau ada yang tahu kalau dia ikut berpesta di Shinjuku dikarenakan dia seorang Novelis terkenal. Tapi Naruse merasa tidak mungkin dia tidak dapat membedakan yang tampak dengan kenyataanya. Wanita itu merasa yakin kalau orang yang ditemuinya di Shinjuku itu adalah Suguro seorang novelis terkenal.

Hal ini menyebabkan munculnya masalah psikologis terhadap tokoh utama yang akan dilihat dari segi Id, Ego, dan Super Ego. Untuk memudahkan arah sasaran yang ingin dikaji, maka masalah penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan berikut ini:

1. Bagaimana psikologis tokoh utama yang diungkapkan oleh Shusaku Endo dalam novel skandal ini.

2. Beban psikologis seperti apa yang dialami oleh tokoh utama dalam Novel Skandal.


(20)

1.3. Ruang Lingkup Pembahasan

Dari permasalahan-permasalahan yang ada , maka penulis menganggap perlu adanya pembatasan ruang lingkup dalam permasalahan. Hal ini dimaksudkan agar masalah penelitian tidak terlalu luas dan berkembang jauh, sehingga penulisan dapat lebih terarah dan terfokus.

Dalam analisis ini, penulis hanya terfokus membahas mengenai bagaimana psikologis tokoh utama yang bernama Suguro di dalam Novel Skandal ini. Desakan untuk membela diri sudah menggelegak sampai ke tenggorokan Suguro, tetapi ia menyadari bahwa jika itu sampai disuarakannya maka kerenggangan yang tegar antara dirinya dan teman-temannya malah akan menjadi bertambah lebar. Sementara itu sebagian dari kesadarannya sendiri tidak bisa membantah pernyataan Shiba bahwa karyanya tidak meyakinkan. Ia merasa seakan-akan selalu ada sesuatu yang disembunyikannya di salah satu lubuk hatinya yang paling dalam.

Penulis menganalisis novel ini dengan mengambil beberapa cuplikan cerita dari Novel Skandal ini. kemudian penulis akan mengomentari cuplikan tersebut terutama yang adanya indeksial kondisi psikologis tokoh utama yang diekspresikan oleh sastrawan Shusaku Endo dalam Novel Skandal ini. Psikologi tersebuat akan dilihat keterkaitannya dengan Id, Ego dan Super Ego di dalam Novel tersebut.

Supaya penjelasan di dalam pembahasan masalah dalam Skripsi ini menjadi jelas dan memiliki akurasi data yang tepat dan objektif, maka penulis menjelaskan juga mengenai definisi novel, setting novel skandal, psikoanalisa


(21)

Sigmun Freud dalam kajian sastra dan biografi pengarang. Penulis menganalisis penelitian ini dengan menggunkan pendekatan semiotik dan psikoanalisis Sigmun Freud sebagai acuan penelitian.

1.4. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1.4.1 Tinjauan Pustaka

Sastra menurut Rene Wellek dalam Badrun (1983 : 16 ) adalah bahwa sastra hendakknya dibatasi pada seni sastra yang bersifat imajinatif. Artinya segenap kejadian atau pertistiwa yang dikemukakan dalam karya sastra bukanlah pengalaman jiwa atas peristiwa yang sesungguhnya, tetapi merupakan sesuatu yang dibayangkan saja.

Karya sastra pada umunya merupakan hasil imajinasi dari seorang pengarang. Seperti yang diungkapkan oleh Wellek dan Werren dalam Pradopo (2002 : 81)bahwa karya sastra pada hakekatnya merupakan sebuah hasil imajinasi dari seorang pengarang.

Di dalam karya sastra fiksi terdapat dua unsur yang sangat mempengaruhi yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Kedua unsur tersebut juga terdapat di dalam Novel Skandal karya Shusakku Endo. Salah satu unsur intrinsik yang akan ditelaah adalah tokoh.

Tokoh menurut Aminuddin (2002 : 79) adalah para pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita. Sedangkan arti tokoh secara umum adalah para pelaku yang terdapat dalam sebuah karya sastra Fiksi. Tokoh dalam fiksi merupakan ciptaan seseorang


(22)

pengarang. Jadi pengarang memiliki kebebasan dalam menciptakan watak tokohnya.

Watak setiap di dalam karya fiksi selalu berbeda-beda, seperti halnya di dalam kehidupan nyata. Watak seorang tokoh dapat menggambarkan psikologi tokoh tersebut. Walaupun psikologi termasuk unsur ekstrinsik tetapi keberadaan unsur ini sangat mempengaruhi jalan sebuah cerita dari karya fiksi tersebut.

Pendekatan psikologis banyak bersandar pada psikoanalsis yang dikembangkan oleh Sigmun Freud setelah melakukan berbagai penelitian, bahwa manusia banyak dikuasai oleh alam bathinnya sendiri (Endraswara, 2008 : 101). terdapat Id, Ego dan Super Ego di dalam diri manusia yang menyebabkan manusia selalu berada di dalam keadaan berperang di dalam dirinya, resah, gelisah, dan tertekan.

Suatu karya sastra dianggap bermutu kalau dia mampu menggambarkan kekalutan dan kekacauan bathin manusia karena hakekat kehidupan manusia adalah perjuangan menghadapi kekalutan bathinnya sendiri.

Di dalam novel Skandal ini digambarkan oleh Shusaku endo tentang tekanan bathin seorang novelis terkenal yang mendapatkan tuduhan dari seorang wanita yang sama sekali tidak dikenalnya. Sehingga Suguro berusaha membuktikan bahwa semua tuduhan yang ditujukan kepadanya sama sekali tidak benar.


(23)

1.4.2 Kerangka Teori

Meneliti perwatakan tokoh melalui karya sastra berarti harus menggunakan teori sastra. Dalam menganalisis ini, teori yang digunakan adalah teori semiotik dan psikologis. Semiotik adalah sebagai ilmu tanda, yang memandang fenomena sosial dan budaya sebagai sistem tanda menurut Preminger dan Pradopo dalam Wiyatmi (2009 : 92). Dalam ilmu tanda secara sistematik mempelajari tanda-tanda dan lambang-lambang, sistem-sistem lambang dan proses-proses perlambangan (Luxemburg dkk, 1992 : 44).

Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia baik selaku individu maupun kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan. Tingkah laku terbuka adalah tingkah laku yang bersifat psikomotor yang meliputi perbuatan berbicara, duduk , berjalan dan lain sebgainya, sedangkan tingkah laku tertutup meliputi berpikir, berkeyakinan, berperasaan dan lain sebagainya.

Psikoanalisis pertama di munculkan oleh Freud, ia mengatakan bahwa kesadaran merupakan sebagian kecil dari kehidupan mental sedangkan sebagian besarnya adalah ketidaksadaran atau sadar.

Psikoanalisis kepribadian menurut Freud terdiri dari Id, Ego dan Super Ego. ketiga sistem itu saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Id adalah sistem kepribadian yang paling dasar. Id adalah satu-satunya komponen kepribadian yang hadir sejak lahir. Id adalah aspek kepribadian yang gelap dalam bawah sadar manusia yang berisi insting dan nafsu-nafsu tak kenal nilai dan agaknya berupa energi buta. Id didorong oleh prinsip kesenangan, yang berusaha


(24)

Namun, segera memuaskan kebutuhan ini tidak selalu realistis atau bahkan mungkin. Jika kita diperintah seluruhnya oleh prinsip kesenangan, kita mungkin menemukan diri kita meraih hal-hal yang kita inginkan dari tangan orang lain untuk memuaskan keinginan kita sendiri. Menurut Freud, Id mencoba untuk menyelesaikan ketegangan yang diciptakan oleh prinsip kesenangan melalui proses utama, yang melibatkan pembentukan citra mental dari objek yang diinginkan sebagai cara untuk memuaskan kebutuhan. Ego adalah komponen kepribadian yang bertanggung jawab untuk menangani dengan realitas. Menurut Freud, Ego berkembang dari Id dan memastikan bahwa dorongan dari Id dapat diterima di dunia nyata.

Ego bekerja berdasarkan prinsip realitas, yang berusaha untuk memuaskan keinginan Id dengan cara-cara yang realistis dan sosial yang sesuai. Prinsip realitas beratnya biaya dan manfaat dari suatu tindakan sebelum memutuskan untuk bertindak atau meninggalkan impuls. Dalam banyak kasus, impuls Id itu dapat dipenuhi melalui proses menunda kepuasan – Ego pada akhirnya akan memungkinkan perilaku, tetapi hanya dalam waktu dan tempat yang tepat. Sementara Super Ego berkembang mengkontrol dorongan dorongan dari Id. Adapun Super Ego adalah sistem kepribadian yang berisi nilai-nilai atau aturan yang bersifat evaluative (menyangkut tentang baik dan buruk). Dengan pendekatan Psikologis yang dikemukakan oleh Freud, penulis akan menunjukkan struktur Id, Ego dan Super Ego dari prilaku yang dialami oleh tokoh utamanya di dalam Novel Skandal karya Shusaku Endo ini.


(25)

Dalam hal ini, penulis menganalisis kondisi psikologis tokoh utama dari Novel Skandal yang kemudian dihubungkan dengan pemdekatan semiotik yang digunakan untuk menjabarkan keadaan serta tanda-tanda yang berindeksikal masalah psikologis yang akan di lihat dari segi Id, Ego dan Super Ego melalui tokoh cerita yang terdapat di dalam novel tersebut. Oleh karena itu, analisis ini akan menjelaskan tentang psikologis tokoh utama di dalam novel Skandali.

1.5 Tujuan dan Manfaat penelitian 1.5.1 Tujuan Penelitian

Sebelum melakukan sebuah penelitian, maka harus diketahui terlebih dahulu tujuan penelitian. Adapun tujuan penelitian ini dalah sabagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan keaadan psikologi tokoh utama yang diungkapkan oleh Shusaku Endo dalam novel Skandal.

2. Untuk mendapatkan gambaran beban Psikologis seperti apa yang dialami tokoh utama di dalam novel Skandal karya Shusaku Endo.

1.5.2 Manfaat penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi peneliti dan pembaca dapat menambah wawasan mengenai psikologis tokoh yang terdapat di dalam karya Fiksi.


(26)

2. Bagi pembaca, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan penunjang untuk Departemen Sastra Jepang Universitas Sumatera Utara, guna memperkaya bahan penelitian dan sumber bacaan.

1.6 Metode penelitian

Dalam sebuah penelitian sangat dibutuhkan metode penlitian sebagai bahan penunjang di dalam penulisan. Metode adalah cara pelaksanaan penelitian. Dalam melakukan penelitian, sangat diperlukan metode-metode untuk menunjang keberhasilan tulisan yang akan disampaikan penulis kepada para pembaca. Metode menurut Senn dalam Suriasumantri (2005 : 119), merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah yang sistematis.

Dalam penulisan ini peneliti akan menggunakan metode deskriptif. Menurut Nazir (2002 : 54) adalah suatu metode di dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, kondisi, sistem pemikiran maupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Metode deskriptif termasuk juga sutu metode dalam penelitian kualitatif. Denzin dan Licion dalam Moleong (2007 : 5) menyatakan bahwa penelitin kualitatif adalah penelitian yang mengunakan latar jalan melibatkn berbagai metode yang ada.

Sementara itu dalam mengumpulkan data-data penelitian ini, penulis menggunakan tekhnik studi kepustakaan (library research) dengan dua tekhnik pengumpulan data seperti yang diungkapkan oleh Murbanto Sinaga dan Jonathan Sinuhaji (Oktolanda, 2005:10) yakni survei book dan documentary Research.


(27)

Survei book adalah menghimpun data dari berbagai macam literatur buku yang berhubungan dengan masalah penelitian. Sedangkan Documentary Research adalah dengan menghimpun data yang bersumber dari internet seperti google book maupun blog-blog yang membahas mengenai permasalahan yang berkaitan dengan penelitian ini.

Dalam memecahkan permasalahan di dalam penelitian ini, penulis juga mengumpulkan keseluruhan data yang ada yang berupa tulisan. Data ini dapat berupa buku-buku, artikel-artikel, informasi baik dari media elektronik, maupun tulisan, selain itu penulis juga memanfaatkan sebagai Fasilitas seperti Perpustakaan Umum Universitas Sumatera Utara, Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya, Perpustakaan Program Studi Bahasa dalam proses pengumpulan data-data dalam penelitian ini


(28)

BAB II

TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL SKANDAL, PSIKOANALISA SIGMUN FREUD DAN BIOGRAFI PENGARANG

2.1 Definisi Novel

Novel adalah karangan prosa yang lebih panjang dari cerita pendek dan menceritakan kehidupan seseorang dengan lebih mendalam dengan menggunakan bahasa sehari-hari serta banyak membahas aspek kehidupan manusia "Kata novel berasal dari bahasa latin novellas, yang terbentuk dari kata novus yang berarti baru atau new dalam bahasa inggis. Karena novel adalah bentuk karya sastra yang datang dari karya sastra lainnya seperti puisi dan drama. Ada juga yang mengatakan bahwa novel berasal dari bahasa Italia novella yang artinya sama dengan bahasa latin.

Novel juga diartikan sebagai suatu karangan atau karya sastra yang lebih pendek daripada roman, tetapi jauh lebih panjang daripada cerita pendek, yang isinya hanya mengungkapkan suatu kejadian yang penting, menarik dari kehidupan seseorang (dari suatu episode kehidupan seseorang) secara singkat dan yang pokok-pokok saja. Juga perwatakan pelaku-pelakunya digambarkan secara garis besar saja, tidak sampai pada masalah yang sekecil-kecilnya. Dan kejadian yang digambarkan itu mengandung suatu konflik jiwa yang mengakibatkan adanya perubahan nasib".

Menurut Sumardjo (1999 : 11) novel adalah genre sastra yang berupa cerita, juga kebanyakan mengandung unsur suspensi dalam alur ceritanya yang


(29)

mudah menimbulkan sikap penasaran bagi pembacanya. Walau bersifat imajiner namun ada juga karya fiksi atau novel yang berdasarkan dari pada fakta.

Pengertian Novel menurut para ahli:

1. Novel menurut Nurgiyantoro (1995 : 5) adalah karya fiksi yang mengungkapkan aspek aspek kemanusiaan yang lebih mendalam dan disajikan dengan halus.

2. Novel menurut Drs. Rostamaji,M.Pd, Agus priantoro, S.Pd (http://taniats.blogspot.com/2013/11/pengertian-novel-menurut-para-pakar.html) Novel merupakan karya sastra yang mempunyai dua unsur, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik yang kedua saling berhubungan karena sangat berpengaruh dalam kehadiran sebuah karya sastra.

3. Novel menurut Paulus Tukam, S.Pd

sastra yang berbentuk prosa yang mempunyai unsur-unsur intrinsic.

4. Novel menurut Wellek dan waren dalam Nurgiyantoro (1995 : 3) adalah bahwa novel sebagai karya fiksi haruslah tetap merupakan cerita menarik, tetap merupakan bangunan struktur yang koheren dan tetap mempunyai tujuan estetik.

2.2 Unsur-unsur Novel

Novel mempunyai unsur-unsur yang turut membangun novel menjadi cerita yang menarik, unsur tersebut dibagi menjadi 2 ( dua ) yaitu (1) unsur intrinsik dan (2) unsur ekstrinsik.


(30)

2.2.1 Unsur Instrinsik

Unsur instrinsik dalam sebuah novel terdiri dari :

a. Tema

Tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan yang terkandung di dalam teks. Sebagai unsur semantris dan yang menyangkut persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan. Tema disaring dari motif-motif yang terdapat dalam karya yang bersangkutan yang menentukan hadirnya peristiwa-peristiwa, konflik dan situasi tertentu. Tema dalam banyak hal bersifat mengikat kehadiran dan ketidakhadiran peristiwa, konflik, situasi tertentu, termasuk berbagai unsur intrinsik yang lain, karena hal-hal tersebut haruslah bersifat mendukung kejelasan tema yang ingin disampaikan.

b. Setting/latar

Latar/setting yang disebut juga sebagai landas tumpu menyarankan pada pengertian tempat, hubungan waktu dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.

Senada dengan pendapat diatas menyatakan bahwa setting merupakan latar belakang yang membantu kejelasan jalan cerita. Setting ini meliputi waktu, tempat, sosial budaya. Latar memberikan pijakan cerita secara konkret dan jelas. Hal ini penting untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca. Menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh-sungguh ada dan terjadi.


(31)

(1) Latar tempat

Latar tempat menyusun pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.

(2) Latar waktu

Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa – peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.

(3) Latar sosial

Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat disuatu tempat yang diceritakan dalam karya sastra.

c. Penokohan

Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang diotampilkan dalam sebuah cerita. Penokohan mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakannya, bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca.

d. Alur/Plot

Alur/Plot merupakan rangkaian peristiwa dalam novel. Alur dibedakan menjadi 2 (dua) bagian yaitu pertama alur maju ( progesif ) yaitu apabila peristiwa bergerak secara bertahap berdasarkan urutan kronologis menuju alur cerita. Sedangkan yang kedua alur mundur ( flash back progesif ) yaitu terjadi ada


(32)

kaitannya dengan peristiwa yang sedang berlangsung. Plot/alur menampilkan kejadian-kejadian yang mengandung konflik maupun menarik bahkan mencekam pembaca.

e. Sudut Pandang

Sudut pandang ( point of view ) merupakan strategi, teknik, siasat yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan dan ceritanya.

2.2.2. Unsur Ekstrinsik

Unsur ini meliputi latar belakang penciptaan, sejarah, biografi pengarang dan lain-lain diluar unsur intrinsik. Unsur ekstrinsik yaitu unsur-unsur yang ada di luar tubuh karya sastra. Perhatian terhadap unsur-unsur ini akan membantu keakuratan penafsiran isi suatu karya sastra. Unsur Ekstrinsik novel adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra (novel), tetapi secara tidak langsung mempengaruhi sistem organisme karya sastra. Secara lebih spesifik, unsur ekstrinsik sebuah novel bisa dibilang sebagai unsur yang membangun sebuah novel. Oleh karena itu, unsur ekstrinsik novel tetap harus diperhatikan sebagai sesuatu yang penting.

2.3 Klasifikasi Novel

Novel merupakan bentuk karya sastra yang paling populer di dunia. Bentuk karya sastra ini yang paling banyak beredar, karena daya komunikasinya yang luas pada masyarakat. Novel merupakan dunia dalam skala yang besar dan


(33)

kompleks, mencakup berbagai pengalaman kehidupan yang dipandang aktual, namun semuanya tetap saling berkaitan.

Menurut Sumardjo dalam Suroto (1989 : 27), Novel terdiri dari dua jenis yaitu novel populer dan novel serius.

1. Novel populer

Novel populer adalah novel yang populer pada masanya dan banyak penggemarnya, khususnya pembaca dikalangan remaja. Ia menampilkan masalah yang aktual dan menzaman, namun hanya sampai pada tingkat permukaan.

Novel populer tidak menampilkan permasalah kehidupan secara intens dan tidak berusaha meresapi masalah kehidupan, karena akan dapat membuat novel menjadi berat dan dapat berubah menjadi novel serius.

Ciri-ciri novel populer yaitu:

1. Temanya selalu menceritakan kisah asmara belaka tanpa masalah lain yang lebih serius

2. Novel populer terlalu menekankan plot cerita sehingga mengabaikan karakterisasi, problem kehidupan dan unsur-unsur novel lainnya.

3. Biasanya cerita disampaikan dengan gaya emosional, cerita disusun dengan tujuan meruntuhkan air mata pembaca, akibatnya novel demikian hanya mengungkapkan permukaan kehidupan, dangkal tanpa pendalaman.


(34)

4. Masalah yang dibahas kadang-kadang juga artifisial, tidak nyata dalam kehidupan. Isi cerita hanya mungkin terjadi dalam cerita itu sendiri, tidak dalam kehidupan nyata.

5. Karena cerita ditulis intuk konsumsi massa, maka pengarang rata-rata tunduk oada hukum konvensional

6. Bahasa yang dipakai adalah bahasa yang aktual, yang hidup dikalangan muda-mudi kontemporer, dan Indonesia pengaruh gaya berbicara serta gaya bahasa sehari-hari Jakarta sangat dalam novel jenis populer ini.

2. Novel Serius (novel sastra)

Novel serius atau novel sastra harus dianggap memberikan serba kemungkinan. Jika ingin memahami novel sastra diperlukan daya konsentrasi yang tinggi dan disertai kemauan untuk itu.

Pengalaman dan permasalahan kehidupan yang ditampilkan di dalam noveljenis ini disoroti dan diungkapkan sampai ke inti hakikat kehidupan yang bersifat universal.

Ciri-ciri novel serius yaitu:

1. Dalam temu : karya sastra tidak hanya berputar-putar dalam masalah cerita asmara muda-mudi belaka, ia membuka diri terhadap semua masalah yang penting untuk menyenpurnakan hidup manusia. Masalah cerita dalam karya sastra kadang hanya penting untuk menyusun plot cerita, sedang masalah yang sebenarnya berkembang di luar itu


(35)

2. Jalan cerita memang penting, tetapi merupakan bukan daya tarik utamanya. Cerita itu selalu diimbangi bobot yang lain, seperti karakterisasi, setting cerita, tema dan sebagainya.

3. Karya sastra tidak hanya berhenti digejala permukaan saja, tetapi selalu mencoba memahami secara mendalam dan mendasar suatu masalah.

4. Kejadian atau pengalaman yang diceritakan di dalam karya sastra bisa dialami atau sudah dialami dan akan terus dialami oleh manusia mana saja dan kapan saja. Karya sastra membucarakan hal-hal yang universal dan nyata, bukan kejadian yang artifasial dan bersifat kebetulan.

5. Sastra selalu bergerak, selalu segar dan selalu baru. Ia tidak mau berhenti pada konvensialisme , penuh inovasi.

6. Bahasa yang dipakai adalah bahasa standar dan bukan mode sesaat.

2.4 Setting Novel Skandal

Novel Skandal merupakan salah satu hasil karya fiksi. Novel ini ditulis oleh penulis terkenal Shusaku endo. Di dalam novel Skandal memiliki latar tempat waktu dan sosial.

2.3.1. Setting Tempat

Setting tempat menyarankan pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Dalam hal ini, lokasi tempat berlangsungnya cerita dalam novel “Skandal” adalah kota kawasan mesum di Shinjuku, Tokyo : Jepang tepatnya di Jalan Takeshita, Jalan Sakura, disebutkan dimana tokoh utama Suguro menemui orang yang membuat masalah dalam hidupnya yaitu Itoi Motoko


(36)

dan Nyonya Naruse, serta Kobari. Di Nagasaki, Isahaya, Obama, Kuchinotsu, dan Kazusa, disebutkan di sanalah tokoh utama Suguro berwisata bersama Istrinya untuk menenangkan pikiran, dan melupakan sejenak masalah-masalah yang Suguro hadapi.

2.3.2 Setting Waktu

Setting waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa yangdiceritakan dalam sebuah karya fiksi. Setting waktu mengacu pada saat terjadinya peristiwa, meliputi hari, tanggal, bulan, tahun, bahkan zaman tertentu yang melatarbelakangi cerita tersebut. Dalam hal ini, Shusaku Endo sebagai pengarang novel“Skandal” menyebutkan secara spesifik nama hari, yaitu hari Jumat, Sabtu,Minggu, seperti yang tertulis dalam cuplikan berikut:

Cuplikan halaman 103

[...Hari Sabtu petang istrinya datang untuk membersihkan kantor.

”Aku pergi berbelanja sebentar ke Omote sando” kata Suguro padanya....] Cuplikan halaman 104

[...”Aku tidak keberatan kau menginap di sini... Tetapi besok hari Minggu.”..] Cuplikan hal 273

[...Jumat.Malam sebelumnya, dalam berita cuaca di televisi diprakirakan kemungkinan salju akan turun;...]

Cuplikan hal 317

[...Hari Minggu.Karena hari minggu setelah paskah, gereja penuh dari biasanya...] Namun tanggal dan bulan tidak dijelaskan dalam novel ”Skandal” karya Shusaku Endo.


(37)

Dalam novel Skandal, Shusaku Endo menggambarkan setting waktu dari cerita jika dilihat dari latar belakang pengarang, cerita Skandal menggambarkan waktu padazaman Modern yaitu abad ke-19.

2.3.3 Setting Sosial

Latar sosial menyarankan pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat disuatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencangkup berbagai masalah dalam lingkup yang kompleks, dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi keyakinan, pandangan hidup, cara berfikir dan bersikap, dan lain-lain. Disamping itu, latar social juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan.

Dalam novel ”Skandal” digambarkan kehidupan pengarang di jepang yang selalu dekat dengan Pers dan penggemarnya. Dan dalam novel ini digambarkan latar sosial, yaitu banyaknya perilaku-perilaku menyimpang dalam seks bagi masyarakat Jepang, yaitu adanya perilaku sadomasokhis dimana sepasang atau sesama jenis melakukan hubungan seks dengan melakukan kekerasan fisik, dan bagi yang melakukan hubungan seperti itu akan merasa puas atau bergairah hingga merasa ingin mati. Latar sosial tokoh utama Suguro digambarkan Shusaku Endo dengan status sebagai Pengarang novel yang kawakan di Jepang.

2.4. Psikoanalisa Sigmun Freud Dalam Kajian Sastra

Sumbangan Freud dalam teori psikologi kpribadian substansial sekaligus kontroversial. Teori psikoanalisa, menjadi teori yang paling komprehensif diantara teori kpribadian lainnya, namun juga mendapat tanggapan yang paling banyak, baik tanggapan negatif maupun posotif. Sistematik yang dipakai Freud


(38)

dalam mendeskripsikan kepribadian menjadi tiga pokok bahasan, yakni: struktur kepribadian, dinamika kepribadian, dan perkembangan kepribadian, banyak diikuti oleh pakar kepribadian yang lain.

Psikologi adalah kajian menguraikan kejiwaan dan meneliti alam bawah sadar pengarang. Sedangkan Hubungan antara sastra dan psikologi karena munculnya istilah psikologi sastra yang membahas tentang hukum-hukum psikologi yang diterapkan pada karya sastra, misalnya karakter tokoh-tokoh dalam suatu karya sastra diciptakan pengarang berdasarkan kondisi psikologis yang dibangun oleh pengarangnya

Menurut Sigmun Freud psikologi dan sastra memiliki hubungan yang erat. Dia juga mengungkapkan bahwa hubungan sastrawan dengan gejala psikologis, baik yang terlihat maupun yang terungkap akan dituangkan lewat dalam karya sastra. Hal ini semua akan dilihat dari pendekatan psikoanalisis.

Teori Psikoanalisis Freud menjdi paradigma psikologi kepribadian, dan terapkan psikoanalisis dalam terapi jiwa menjadi primadona sampai sekarang. Terinya mencoba memotret manusia, baik fisik maupun fsikisnya. Sumbangan utama Freud adalah menyadarkan bahwa proses tak sadar mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap tingkah laku.

Psikoanalisis dalam karya sastra berguna untuk menganalisis secara psikologis tokoh-tokoh dalam drama dan novel (Ade Fitriani, 2013 : 27). Terkadang pengarang secara tidak sadar maupun sadar dapat memasukkan teori Psikologis yang dianutnya. Psikoanalisis juga dapat menganalisis jiwa pengarang lewat karya sastranya.


(39)

Prinsip-prinsip psikoanalisis ini adalah sebagai berikut:

a) Lapisan kejiwaan yang paling dalam (rendah) adalah lapisan bawah sadar (libido) atau daya hidup, yang berbentuk dorongan seksual dan perasaan-perasaan lain yang mendorong manusia mencari kesenangan dan kegairahan.

b) Pengalaman-pengalaman sewaktu bayi dan kanak-kanak banyak mempengaruhi sikap hidup di masa dewasa.

c) Semua buah pikiran, betapapun kelihatannya tidak berarti, masih tetap penting bila dihubungkan dengan daerah bawah sadar.

d) Konflik emosi pada dasarnya adalah konflik antara perasaan bawah sadar dengan keinginan-keinginan yang muncul dari luar.

e) Emosi itu sendiri bersifat dwirasa, tidak ada emosi dari satu jenis, benci dan sayang saling bercampur.

f) Sebagian konflik dapat diselesaikan atau disembunyikan dengan cara yang dapat diterima. Apabila dia mampu keluar dari konflik itu disebut dengan sublimasi,

tetapi bila ia gagal ia akan menyerupai neurosis yaitu konflik emosi di dasar jiwa.

Menurut Freud, kehidupan jiwa memiliki tiga model struktural yang berupa: a) Id

Id adalah sistem kpribadian yang asli, dibawa sejak lahir. dari Id ini kemudian akan muncul Ego dan Super Ego. Saat dilahirkan, Id berisi semua aspek psikologi yang diturunkan, seperti insting, impuls dan


(40)

drive. Id berhubungsn erat dengan proses psikis yang digunakan untuk mengoperasikan sistem dari struktur kepribadian lainnya.

b) Ego

Ego timbul karena kebutuhan-kebutuhan organisme memerlukan transaksi-transaksi yang sesuai dengan dunia kenyataan yang objektif. Ego disebut eksekutif kepribadian, karena Ego mengkontrol pintu-pintu kearah tindakan, memilih segi-segi lingkungan dimana dia akan melakukan respon, dan memutuskan insting-insting manakah yang akan dipuaskan dan bagaimana caranya.

c) Super Ego

Super Ego adalah kekuatan moral dan etik dari kepribadian, yang beroperasi memakai prinsip idealistik. Super Ego berkembang dari Ego, dan seperti Ego dia tidak mempunyai energi sendiri. Super Ego adalah wewenang moral dari kepribadian, ia mencerminkan yang ideal dan memperjuangkan kesempurnaah bukan kenikmatan.

Dinamika kepribadian ditentukan oleh cara energi psikis didistribusikan dan dipakai oleh Id, Ego dan Super Ego. Pada mulanya, seluruh energi psikis menjadi milik Id dan dipakai untuk memenuhi hasrat (wishfulfillment) melalui aksi refleks, proses primer. Energi itu diinvestasikan (cathects) kepada suatu obyek untuk memuaskan hasrat.

Ego tidak mempunyai energi sendiri, sehingga harus menarik energi dari Id. Berangsur-angsur semakin banyak energi Id yang dapat diambil oleg Ego, karena Ego lebih berhasil dari pada Id dalam mereduksi tegangan. Proses pengalihan energi ini disebut identifikasi ( identification), yakni proses Ego yang


(41)

mencocokkan gambaran mental dari Id dengan kenyataan aktual. Id berprinsip bahwa obyek nyata harus sama dengan gambaran atau fantasi mengenai obyek yang diinginkan, sedang Ego berprinsip gambaran obyek bisa berbeda dengan obyek nyata, gambaran itu harus dikonfrontasi dengan kenyataan dan peluang untuk memperolehnya.

Seperti Ego, Super Ego mendapat energi dari Id melalui proses identifikasi. Id tetap menerima kepuasaan melalui identifikasi yang dilakukan Super Ego, dalam bentuk pilihan menerima Ego ideal dan conscience. Trjadilah perpindahan dari Id ke Super Ego. Apa yang dikerjakan oleh Super Ego seringkali meski tidak selalu bertentangan dengan implus-implus Id. Ini terjadi karena aturan moral itu mewakili usaha masyarakat untuk mengkontrol dan mencegah pengungkapan dorongan primitif, terutama dorongan seksual dan agresi. Orang yang “baik” adalah yang dapat mengkontrol diri agar tidak melanggar aturan, dan mengekang implus-implus primitifnya. Super Ego juga bisa bertentangan dengan Ego, ketika rasional pragmatis dari Ego melanggar moralitas dan tidak mempertimbangkan nilai-nilai kesempurnaan.

2.6. Biografi Pengarang

Shusaku Endo dilahirkan di Tokyo pada tahun 1923. Ketika berumur tiga tahun, keluarganya pindah ke Manchuria yang waktu itu diduduki Jepang. Orangtuanya kemudian bercerai, dan ia bersama ibunya kembali ke Jepang. Ibunya yang beragama Katolik membesarkan Endo dalam agama yang sama. Endo pun dibaptis menjadi Katolik ketika ia berusia 12 tahun.Setelah lulus dari fakultas sastra Prancis di Keio University, dia mendapat beasiswa dari pemerintah


(42)

Prancis selama dua setengah tahun di Lyon. Pengalaman ini kelak dituangkan dalam beberapa novelnya. Salah satunya novel berjudul Shiroi Hito(The White Man), yang mendapat penghargaan bergengsi Akutagawa Prize, yang merupakan penghargaan pertama dari sekian banyak penghargaan yang kelak diperolehnya dalam dunia sastra. Ia juga diangkat menjadi anggota Nihon Geijutsuin, sebuah Akademi Seni Jepang yang sangat bergengsi.Walaupun Shusaku Endo sudah meninggal pada tahun 1996, sampai sekarang sejumlah bukunya masih diterjemahkan kedalam berbagai bahasa di dunia. Salah satu novelnya yang banyak dibicarakan adalah Silence(Hening), yang rencananya akan diangkat kelayar lebar.

Sebagai pengarang, Shusaku Endo adalah salah satu dari sedikit pengarang Jepang yang menulis dari persfektif yang unik sebagai seorang Jepang dan Katolik (pemeluk Kristen di Jepang kurang dari 1%). Buku-bukunya mencerminkan bayak pengalamannya dalam membahas jalinan moral kehidupan. Iman Katoliknya dapat dilihat dalam kadar tertentu di setiap bukunya, yang sering kali merupakan ciri khas dari karya-karyanya. Kebanyakan tokoh novel Shusaku Endo bergumul dengan dilema moral yang rumit sebagai orang Katolik, dan piliha-pilihan mereka sering kali membawa hasil yang bercampur tragedi.

Kebanyakan dari tokoh-tokohnya bergumul dengan dilema moral yang rumit, dan pilihan-pilihan mereka seringkali membawa hasil yang bercampur tragedi. Dalam hal ini karyanya seringkali dibandingkan dengan karya penulis terbaik di abad ke-20.


(43)

BAB III

ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH UTAMA SUGURO DALAM NOVEL SKANDAL KARYA SHUSAKU ENDO

3.1 Ringkasan Cerita

Suguro sebagai seorang penulis novel sangat dihormati di Jepang, bukan karena umurnya yang sudah tua, tetapi karena karya-karya yang dihasilkannya. Selain itu ia seorang novelis Katolik, yang pada waktu itu sangat langka di Jepang. Pada malam itu Suguro menghadiri penyerahan hadiah kesusastraan untuk sebuah novel yang sudah ia tulis selama tiga tahun belakangan ini. Kata sambutan diberikan oleh Kano salah seorang anggota komite penganugrahan yang sudah tiga puluh tahun lamanya berteman dengan Suguro. Sewaktu Suguro masih muda, novel yang ia tulis sering diejek oleh teman-temannya, salah seorang diantara temannya tersebut adalah Kano. Selesai Kano memberikan kata sambutannya, acara dilanjutkan dengan penyerahan penghargaan kepada para novelis.

Sebelum pulang Suguro bercakap-cakap dengan beberapa orang rekannya yang ada disana. Disela-sela perbincangan seorang wanita muda berusia sekitar dua puluh tujuh tahun menyapa Suguro. Ia mengatakan sering melihat Suguro di salah satu kawasan mesum di Jalan Sakura di Shinjuku. Selain itu ia juga mengatakan bahwa Suguro pernah menghabiskan waktu bersama dengannya dalam suatu pesta di sebuah hotel dan Suguro meminta dirinya untuk dilukis. Mendengar hal itu, Suguro langsung kaget dan membantah tuduhan tersebut. Ia merasa tidak pernah berkeliaran di kawasan tersebut dan melakukan hal-hal


(44)

seperti yang dikatakan wanita tersebut. Tetapi wanita tersebut tetap ngotot, Suguro pun tidak dapat menahan emosi, ia menyentakkan jasnya yang dipegang kuat oleh wanita tersebut. Para tamu yang berkeliling langsung melihat ke arah Suguro, tetapi Suguro bersikap seakan tidak terjadi apa-apa.

Keesokannya ia menyusuri jalan sesuai petunjuk Kurimoto. Sesuai dengan perkataan Kurimoto kawasan tersebut memang kawasan mesum, disana banyak tersedia salon- salon tempat orang berbuat mesum. Ia mencari sebuah galeri yang memajang lukisan dirinya disana. Saat menemukan galeri tersebut ia langsung mencari lukisan dirinya dan mendapati lukisan tersebut dengan ekspresi wajah yang kejam dengan senyum mesum yang menjijikkan.

Di depan pintu masuk galeri tersebut Suguro bertemu pertama kali dengan nyonya Naruse. Ketika berada di kedai kopi untuk menenangkan diri setelah dari galeri tersebut ia bertemu lagi dengan nyonya Naruse dan mereka minum bersama. Mereka bercakap-cakap tanpa mengetahui bahwa ada seorang wartawan yang sedang memperhatikan.

Suguro mulai merasa cemas. Bersama Kurimoto ia pergi ke kawasan mesum tersebut. Disana mereka bertemu Hanae. Ketika melihat Suguro, Hanae langsung mengenalinya seakan mereka sudah cukup lama saling mengenal. Suguro langsung membantah dan menegaskan bahwa ia sama sekali tidak pernah berkunjung ke kawasan ini. Orang yang sering dilihat Hanae itu mungkin orang yang sangat mirip dengan Suguro dan mengaku-ngaku bahwa dirinya adalah Suguro.

Hubungannya dengan nyonya Naruse pun semakin berlanjut. Suguro sangat tertarik sekali dengan perkataan nyonya Naruse bahwa seks itu


(45)

melambangkan prilaku sehari-hari kehidupan seseorang. Pada awalnya nyonya Naruse tidak terlalu banyak bercerita tentang hal tersebut dengan Suguro, tetapi seiring berjalannya waktu ia pun semakin terbuka dengan Suguro melalui surat-surat yang ia kirimkan.

Nyonya Naruse juga mengatakan ia diberi hadiah potret diri Suguro sebagai kenang-kenangan. Suguro semakin tidak tenang mendengar itu dan diakhir pertemuan nyonya Naruse menawarkan apakah Suguno ingin bertemu dengan sosok seseorang yang mirip dirinya tersebut. Mereka menyepakati hari pertemuan tersebut dan kemudian berpisah.

Kobari terpakasa mengatakan yang sebenarnya. Ia mengatakan bahwa Suguro adalah seorang novelis gadungan di Jepang. Dalam tulisannya ia memberikan pelajaran tentang moral-moral yang sebaiknya dilakukan di masyarakat. Tetapi ia menjalani kehidupan yang lain sama sekali dengan apa yang ia tulis dan bicarakan. Ia adalah seorang yang palsu. Kobari berharap dengan tulisannya tentang Suguro yang dimuat di media massa pada suatu hari, bisa menjatuhkan popularitas Suguro. Seperti seorang wartawan, dengan tulisannya mampu memaksa seorang Perdana Menteri turun dari jabatannya. Itulah yang sangat diinginkan Kobari. Ia kesal karena orang seperti Suguro yang dihormati sebagai pengarang terkemuka bisa duduk nyaman, sementara orang miskin seperti dia harus berjuang untuk dapat bertahan hidup.

Pada hari yang telah ditentukan Suguro datang ke hotel untuk menemui orang yang mirip dirinya. Ketika berada didepan hotel, Sugundo merasa ia seakan sudah pernah kesana dan sangat mengenal hotel tersebut. Awalnya ia bertemu dengan nyonya Naruse dan mereka berbincang-bincang sebentar. Nyonya Naruse


(46)

meminta Suguro untuk melihat kamar sebelah sebentar. Disana ia melihat seorang gadis terbaring dengan menggunakan celana jeans dan sweater Rambutnya menutupi wajahnya, tetapi Suguro mengenalnya, gadis itu adalah Mitsu. Nyonya Naruse mengenal Mitsu ketika Mitsu juga ikut bekerja dirumah sakit sebagai tenaga sukarelawan. Sesudah itu nyonya Naruse membawanya ke rumah untuk menjadi pembantu.

Melihat Mitsu terbaring disana, Suguro merasa dipermainkan. Tujuannya kesini adalah bertemu dengan orang yang mirip dengannya bukan dengan Mitsu. Nyonya Naruse tidak menanggapi dan malah berkata penampilan luar Mitsu sudah semakin dewasa tapi ia masih anak-anak. Ia sangat lembut, ia tidak membiarkan seorang pun mengalami kesulitan, biarlah ia sendiri yang merasakan kesulitan tersebut. Mungkin hal inilah yang menyebabkan Suguno mencintai gadis ini. Suguro merasa tersinggung dengan perkataan tersebut

Suguro bertanya apa yang akan dilakukan orang tersebut kepada Mitsu. Nyonya Naruse menjawab, ia hanya akan mengungkapkan perasaan Suguro kepada gadis tersebut. Sekali lagi Suguro membantah bahwa ia memiliki perasaan terhadap gadis tersebut. Nyonya Naruse tidak mau kalah, alam sadar Suguro memang tidak mengatakan bahwa ia menyukai gadis tersebut, tapai alam bawah sadarnya mengatakan iya

Nyonya Naruse meminta Suguro untuk memperhatikan terus apa yang terjadi di kamar tersebut. Suguro menjadi kacau balau. Sebagian dari dirinya menginginkan dengan secepatnya membawa pergi Mitsu dari situ. Tetapi ia juga sangat tergoda untuk melihat sekilas apa yang dikatakan nyonya Naruse tentang


(47)

rangsangan yang ada dalam alam bawah sadarnya yang menyebabkan ia tertarik pada Mitsu.

Nyonya Naruse menawari ia minum, meskipun dokter sudah dengan tegas melarangnya untuk minum, tetapi seklai ini tidak apa-apalah melanggar. Minuman itu membuatnnya tidak punya keinginan lagi membawa Mitsu dari sana. Ia mulai melangkah masuk ke lemari yang ditunjukkan nyonya Naruse. Sebuah lensa khusus terpasang dalam lubang itu, ia bisa melihat seluruh isi kamar dengan jelas. Selain itu juga ada alat untuk mendengar secara sembunyi-sembunyi.

Ia melihat tubuh Mitsu terbaring telanjang, tanpa dia tahu siapa yang membuka bajunya. Mungkin saja nyonya Naruse. Suguro terus menempelkan matanya ke lubang tersebut, tetapi baik nyonya Naruse maupun lelaki gadungan tersebut tidak muncul. Tidak lama kemudian terdengar suara musik dan nyonya Naruse muncul. Ia membelai kepala Mitsu yang sedang tidur, sepertinya ia mabuk. Mitsu terbangun namun nyonya Naruse membisikkan kata-kata berupa hipnotis ke telinga Mitsu hingga Mitsu tertidur lagi. Nyonya Naruse pergi, muncullah lelaki itu. Ketika melihat lelaki tersebut melakukan perbuatan yang tidak pantas kepada Mitsu, Suguno merasakan seakan-akan dirinya yang melakukan perbuatan tersebut.

Tubuhnya dilanda kelelahan, keringat bercucuran dari kening dan lehernya. Di dalam ruangan gelap dengan sempoyongan ia berjalan ke kamar sebelah. Ia bangunkan Mitsu dan menyuruhnya berpakaian. Ia pun segera membawa Mitsu ke luar. Di lobi hotel ia berpapasan dengan Kobari yang sedang memegang kamera foto. Kobari mengoceh lagi dan mengancam akan menyebarkan foto tersebut.


(48)

Suguro tidak peduli, ia semakin erat merangkul bahu Mitsu dan mengantarnya sampai ke taksi.

Suguro segera pulang untuk menenangkan dirinya. Keesokan harinya ketika ia sedang bercakap-cakap dengan istrinya, istrinya mengatakan kepala perawat menemukan ada beberapa orang yang awalnya sakarat tetapi kemudian hidup lagi. Mendengar cerita itu ia cemas istrinya bertemu dengan nyonya Naruse. Tetapi ketika ditanya, istrinya tidak bertemu dengan nyonya Naruse, ketika ia berkunjung ke rumah sakit perawat mengatakan bahwa sudah lama nyonya Naruse tidak masuk kerja.

Pada suatu hari ia dipanggil kepala perusahaan. Ia mengatakan ada seorang wartawan muda yang hendak menulis artikel tentang dirinya. Mengingat dampak negativ yang akan ditimbulkan oleh artikel tersebut, kepala perusahaan memutuskan untuk membeli foto tersebut berikut negatifnya dengan harga yang diminta si wartawan. Setelah itu foto tersebut beserta negatifnya dimusnahkan. Ia juga meminta wartawan tersebut berjanji untuk tidak menawarkan kisah tersebut kepada penerbit lain.

3.2 Analisis Tokoh Utama Suguro Cuplikan 1 hal 51-52

Suguro tersenyum kecut, menyadari betapa mulusnya pidato temannya itu. Mata para undangan di ruangan itu semuanya terarah kapada Kano. Pada saat-saat seperti itulah dia membela diri dengan mengatakan bahwa oranga yang sudah berada di dalam kekuasaan Tuhan takkan pernah bisa melepaskan diri lagi.


(49)

Analisis

Dari cuplikan cerita di atas menunjukkan bahwa Suguro tetap berbesar hati karena semua tamu undangan lebih terfokus pada pidato Kano. Dari cuplikan di atas adanya Ego yang yang menyadarkan sikap Id yang muncul dari diri Suguro yang terlihat dari sikap yang menyadarkan dirinya bahwa semua kejadian yang terjadi pada dirinya itu semua kuasa Tuhan. Suguro tetap menyerahkan segala urusannya kepada Tuhan, Karena diketahui Suguro adalah seorang penulis yang taat pada agamanya. Kalau Id tadi diterangkan sebagai sumber dari ketidaksadaran manusia, maka Ego menunjukkan sebaliknya ialah sumber rasa sadar. Di sini Ego berhasil mengkontrol sikap Id dari tokoh utama. Karena diketahui bahwa Ego tidak mempunyai energi sendiri, sehingga harus menarik energi dari Id. Berangsur-angsur semakin banyak energi Id yang dapat diambil oleh Ego, karena Ego lebih berhasil dari pada Id dalam mereduksi tegangan. Seperti halnya sikap mengkontrol diri Suguro terhadap Kano, jika Suguro mengikuti Id maka dia akan melakukan hal-hal di bawah sadarnya, yang mungkin akan berdampak buruk terhadap dirinya maupun citra baiknya. Namun sikap Ego Suguro mampu mengkontrol terhadap keinginan Id nya itu.

Cuplikan 2 hal 57-58

“Saya tidak begitu tahu mengenai pertanyaan-pertanyaan sulit seperti itu. Tapi ada perasaan saya, mungkin karena anda Kristen, anda selalu menghubungkan seks dengan dosa.”

Saya bukan gadis sekolah yang baru menginjak akil-balik, bantah Suguro di dalam hati. Tetapi disadarinya jauh di dalam lubuk hatinya perubahan kekristenan


(50)

yang melekat pada dirinya semenjak masa remaja menyebabkan dia mengadakan pembedaan antara seks yang sehat dan seks yang mesum. seks yang sehat adalah . . . Suguro terbayang wajah istrinya.

“Maafkan pertanyaan saya ini, tetapi bagaimana pandangan anda sendiri tentang seks?”

“Terus terang saja” kata wanita itu sambil tersenyum, “saya ngeri terhadapnya.”

“Apa sebabnya? Jika saya berbicara seperti orang Kristen, anda berbicara seperti perawan.

“Tidak, bukan itu maksud saya. . . Saya merasa seolah-olah tingkah laku kita dalam hal-hal yang berhubungan dengan seks mencerminkan rahasia kita yang paling terpendam. Yang oleh kita sendiripun tidak disadari adanya.”

Analisis

Dalam cuplikan cerita di atas menunjukkan sikap Id dari tokoh utama yang menanyakan hal yang berhubungan dengan seks kepada lawan bicaranya. Itu benar-benar pertanyaan yang tidak pantas diajukan kepada wanita yang lebih tua dengannya, terlebih lagi mereka baru pertama kali berjumpa. Namun pada cuplikan cerita itu juga terdapat Ego yang tidak bekerja dengan Super Ego, Karena pada dasarnya Super Ego hanya menginginkan dorongan-dorongan yang sesuai dengan nilai-nilai moral saja. Tetapi Ego yang terdapat di dalam diri Suguro yang mengkaitkan hubungan seks dan pandangan agama tentak seks itu. Di dalam seks itu adalah hal yang diidentikkan dengan dosa. Tetapi Ego yang


(51)

terdapat pada tokoh utama ini bertolak belakang dengan Super Ego yang hanya menjalankan berdasarkan moral dalam diri seoran penulis terkenal yang tidak selayaknya membucarakan seks kepada orang yang baru di kenal. Di jepang hal ini dianggap sangat tabu, dan tidak sopan.

Dari cerita di atas terlihat kalau Suguro memiliki keiniginan Id di dalam hatinya dan langsung dia lakukan. Malahan tidak ada rasa enggan ataupun canggung dalam memperbincangkan hal yang berbau dengan seks. Padahal itu tidak selayaknya dilakukan seorang penulis yang terkenal.

Cuplikan 3 hal 112

“Tetapi hubungan sekslah yang menyebabkan terbentukknya ikatan antara kami berdua-atau tepatnya, sesuatu di dalam lubuk hati kami berdua yang terwujud dalam bentuk seks. Dari segi itu ada kesatuan diantara kami.”

Akhirnya wanita itu menyentuh ke pokok persoalan yang oleh Suguro ingin sekali dibicarakan dengannya. Sebagai pengarang sangat dirasakan adanya tanggapan atau keasyikan seperti yang ikan yang menyambar umpan kailnya.

Analisis

Dari cuplikan cerita di atas menunjukkan perbincangan antara Suguro dengan Naruse. Hal yang mereka bicarakan adalah tentang seks. Di sini awal mula kedekatan hubungan antara Naruse dan Suguro. Dari cuplikan di atas adanya keinginan-keinginan dari sikap tokoh utama untuk mengetahui rahasia seks Naruse dengan pasangannya.


(52)

Dalam hal ini Ego gagal menjalakan keinginan-keinginan dari Id yang terdapat di dalam diri Suguro. Id didorong oleh prinsip kesenangan, yang berusaha untuk kepuasan segera dari semua keinginan, kesenangan, dan kebutuhan. Sikapimpuls id itu dapat dipenuhi melalui proses menunda kepuasan – ego pada akhirnya akan memungkinkan perilaku, tetapi hanya dalam waktu yang tepat dan tempat. Id Suguro yang sangat ingin mengetahui rahasia seks Naruse dan pasangannya, tidak mampu dikontrol oleh Ego. Tapi keinginan-keinginan Id Suguro tidak dapat terealisasi, bukan karena Sikap Ego yang mampu mengkontrol dari Id tersebut, Melainkan Naruse tidak mau menceritakan hal-hal pribadinya kepada orang lain. ketika ditanya oleh Suguro, Naruse hanya menggeleng dengan sikap yang serius. Dan mengatakan bahwa hubungan seksnya dengan pasangannya yang menyebabkan terciptanya ikatan yang erat antara Naruse dengan pasangannya.

Cuplikan 4 hal 114-116

Dengan gerakan sumpit yang cekatan, nyonya Naruse menyorongkan nasi garing yang disebut shi jin guo ba, ke dalam mulutnya. Terdengar bunyi kemerisik di dalam mulut wanita itu ketika ia mengunyah-nguyah . Sementara Suguro menatap mulut yang bergerak-gerak itu, ia melihat adanya kegairaham yang nyata di situ. Suatu kesan erotis yang mengingatkan perbuata seksual dengan cara yang tidak pernah terlintas di dalam pikirannya sewaktu sedang makan bersama istrinya atau wanita lain manapun juga selama ini. Dan gerak-gerik jari-jemari tangan nyonya Naruse pada saat memainkan sumpit dan mengangakat mangkuknya ke dalam mulut mengandung kelincahan yang menyebabkan Suguro teringat pada laba-laba yang membelit korbannya di dalam jaringnya.


(53)

Analisis

Pada cuplikan cerita di atas timbul sikap-sikap Id dari Suguro. Suguro memandangi wajah Nyonya Naruse ketika makan, bayangan Suguro terhadap Nyonya Naruse pada saat itu sangat tidak layak dilakukan jika dilihat dari segi citranya sebagai seorang penulis terkenal yang taat pada agama katoliknya. Id didorong oleh prinsip kesenangan, yang berusaha untuk kepuasan segera dari semua keinginan, kesenangan, dan kebutuhan.

Suguro tak henti-hentinya memandangi Nyonya Naruse dari mulai dia mengangkat sumpit sampai mengunyah makanannya, samapi-sampai Suguro menyamakan hal itu dengan seekor laba-laba yang menangkap korbannya. Dalam Cuplikan di atas terlihat dari Id tokoh utama, akan adanya ketertarikian Suguro dengan wanita yang bernama Naruse. Hubungan mereka adalah hubungan yang tidak sah. Karena hubungan mereka itu/pertemua Nyonya Naruse denga Suguro sama sekali tidak pernah diketahui oleh istri Suguro. Sikap Ego di sini tidak mampu meredam dorongan-dorongan instingtual dari Id. Ego tidak mampu memnjembatani antara keinginan Id dan mencegah dunia eksternal. Dan Id berkerja dengan hasrat yang tidak terjinakkan.

Id yang terdapat di dalam diri Suguro di lihat dengan cara dia memandangi lawan bicaranya ketika makan. Hal ini sangat tidak sopan di dalam budaya masyarakat jepang. Jika di lihat dari citranya sebagai seorang penulis novel yang sangat terkenal pada saat itu, tentu saja hal yang dilakukannya pada cuplikan di atas sudah termasuk tindakan yang tidak sopan. Apalagi sampai membandingkan Nyonya Naruse bak Laba-laba yang membelit korban ke dalam jaringnya. Korban


(54)

yang dimaksudkan di sini adalah Suguro sendiri, Suguro menganggap sudah masuk ke dalam jaring perangkap nyonya Naruse. Suguro menganggap bhwa dirinya adalah korban yang sulit untuk melepaskan dari perangkap Nyonya Naruse. Sifat Id Suguro sangat terlihat jelas disini. Perilaku semacam ini akan berdampak tidak baik dan sulit diterima masyarakat sosial. Dan dapat mempengaruhi citra dan nama baik Suguro yang dikagumi para pembaca novel dan di dalam masyarakat luas.

Cuplikan 5 hal 142-143

Suatu gumpalan getir terasa naik di dalam dada suguro, ia merasakan adanya tusukan rasa bersalah, seakan ia telah berbohong terhadap kepada anak muda yang mengirimkan surat yang begitu mutlak kepercayaanya kepada tulisan-tulisannya, bahkan berbohong terhadap semua pembacanya yang sebanyak itu. Ingin rasanya mengatakan kepada mereka, janganlah terlalu tinggi menilai diriku. Mengulangi masalah-masalahku sendiri saja, aku sudah kewalahan. Dalam ruangan Bar di Meguro itu, yang salah satu uendelanya ditutup dengan tirai yang berderak-derik, kano dan yang lain-lainya setelah membaca tulin – tulisannya pertama memberikan penilaian mereka: ‘tidak meyakinkan’. Mereka benar. Rasa bersalah menempel terus di dalam hatinya, selama tiga puluhan tahu sesudah itu dan tidak mau melonggarkan cengkramannya, tidak peduli sudah berapa lama waktu berlalu.

Analisis

Dari cuplikan di atas terlihat kesadaran Suguro atas semua perbuatannya (Ego). Suguro menyadari dari kebanyakan isi novel yang ditulisnya bertolak


(55)

belakang dengan kehidupan pribadinya. Dia menyadari itu ketika menerima sepotong surat dari salah satu pnggemarnya, di dalam surat itu si pengirim mengatakan bahwa dia baru saja di baptis, si pengirim mengatakan dia mendapat semua pengalaman-pengalaman berharga hidup, itu semua terinspirasi dari buku-buku, novel-novel yang ditulis oleh Suguro. Dengan membaca Novel milik Suguro sehingga dia maju selangkah demi selangkah dan mengatakan Tuhan Allah bersabda kepadanya melalu karya fiksi Suguro.

Di situlah Suguro tersentak dan menyadarai, bahwa selama ini dia hanya melakukan penipuan-penipuan melalui karya fiksinya. karena semua isi karya fiksinya sangat tidak sesuai dengan hidup yang dijalaninya. Ego bertanggung jawab untuk menangani dengan realitas, Ego bekerja berdasarkan prinsip realitas, yang berusaha untuk memuaskan keinginan Id dengan cara-cara yang realistis dan sosial yang sesuai. Dalam cuplikan cerita di atas Ego berkerja dengan baik dalam hal mengkontrol tindakan Id yang selama ini di lakukan oleh tokoh utama. Suguro merasa telah membohongi publik, membohongi para penggemarnya.

Cuplikan 6 hal 195-197

Sambil membuka kunci sabuk pengamannya Suguro, Suguro mengatakan dengan nada bangga kepada istrinya, “pertama-tama kita dari Ishahaya ke Obama. Dari situ terus ke Kuchinotsu dan Kazusa”.

“Dua puluh tahun yang lalu”, gumamnya kepada istrinya

“Alam memang luar biasa. Tidak pernah berubah ,” gumam istrinya mengiyakan.


(56)

Ketikan mendengarkan ‘mengalami perubahan’ Suguro menyadari bahwa itu mencakup arti lain yang semula tak terduga olehnya. Ia tidak mengatakan apa-apa kepada istrinya bahwa dia pergi makan dengan Nyonya Naruse. Itu merupakan kejadian-kejadian yang dinilainya tidak perlu diceritakan pada istrinya, pengalaman-pengalaman yang jangan sampai diketahui istrinya.

Analisis

Pada cuplikan cerita di atas Suguro memutuskan untuk tidak menceritakan kedekatannya dengan Nyonya Naruse, Suguro berusaha merahasiakan segala kejadian yang bisa menyebabkan terganggunya ketentraman rumah tangganya yang sudah tercipta lama di dalam hubungan mereka. Sikap membungkam Suguro ini dapat disamakan denhan seorang ayah yang merasa tidak tega menjelaskan fakta-fakta kehidupan kepada anak perempuannya sendiri.

Dari cuplikan di atas terlihat Ego berjalan dengan baik. Karena masih bisa mengkontrol Id yang muncul di dalam diri Suguro sehingga dia masih bisa merahasiakan segala rahasia yang menurutnya akan berdampak buruk jika dia menceritakan itu kepada istrinya. Setelah berhasilnya Ego mengkontrol Id, kemudian Suguro pun melanjutkan perjalannya bersama sang istri tercinta. Suguro banyak merencanakan mengunjungi sebuah tempat-tempat yang indah yang ada di Jepang.

Cuplikan 7 hal 256

Pelayan datang membawa dua mangkuk kecil ikan, Nyonya Naruse menjumput ikan buntal yang diiris tipis-tipis dan mengangkat mulutnya . Gerakan


(57)

pipinya memberitahu Suguro tentang keenakan rasa ikan yang dinikmatinya dengan santai.

“Saya tidak suka minum sendiri”. Diteguknya cangkir sampai habis. “Anda benar-benar tidak mau? Persis seperti sangkaan saya pada buku-buku anda. Anda pengecutkan ?”

Mungkin wanita itu sudah mulai mabuk, ia tidak lagi berbicara dengan nadanya yang biasa, yang sopan, tapi justru mengambil sikap menyerang.

“Dokter saya sudah melarang”

“Siapa peduli dokter anda? Dimana bedanya”

Karena merasa tidak berdaya, Suguro mengangkat cangkir sakenya. “Baiklah saya akan minum”.

Analisis

Dari cuplikan di atas terlihat bahwa Suguro tetap meminum sake, padahal dokter sudah menyarankan untuk menjaga kesehatannya. Tapi karena pengaruh dari Nyonya Naruse akhirnya Suguro meminum sake. Alasannya dia tidak dapat menolak permintaan Nyonya Naruse yang pada saat itu sudah mabuk. Sudah berulang kali Suguro menolak ajakan meminum sake, Tapi Nyonya Naruse tetap saja memaksa Suguro untuk meminum sake bersama dia.

Dari kejadian tersibut terlihat kegagalan Ego unutk mengkontrol keinginan-keinginan dari Id yang terdapat di dalam diri Suguro. Tetapi keinginan Id tersebut tidak sesuai dengan kenyataan dan tuntutan-tuntutan dari Super Ego yang menjalankan berdasarkan norma-norma yang ada. yang berarti Ego gagal mengkontrol antara keinginan Id dan Super Ego. Karena pada dasarnya Super Ego hanya menginginkan dorongan-dorongan yang sesuai dengan nilai-nilai


(58)

moral yang dipenuhi, Tapi kalau tidak sesuai dengan nilai-nilai moral itu tidak boleh dipenuhi. Seperti halnya Suguro yang menerima tawaran Nyonya Naruse untuk meminum sake. Itu sangat bertentangan dengan nilai moral dalam kehidupan masyarakat Jepang. Sake adalah salah satu minuman keras, yang tidak baik untuk kesehatan, seperti halnya Tuak yang ada di Masyarakat Batak. Karena tindakan yang dilakukan oleh Suguro dengan cara meminum sake di usianya yang kian lanjut, yang selalu disinggahi penyakit sama saja melakukan tindakan bunuh diri yang sangat dilarang pemerintahan di Jepang. Karena meminum Sake berlebihan dan secara terus menerus di usia yang semakin lanjut dapat meninbulkan masalah yang serius, atau bisa saja menimbulkan kematian.

Cuplikan 8 hal 267-270

Beberapa hari kemudian Suguro mendapat kabar dari Kurimoto, Kano telah meninggal dunia. Saat itu Suguro hampir kehilangan kesadarannya dan meneteskan airmata. Tidak terasa teman-teman seangkatan dirinya telah mulai hilang, dan ia tidak lama lagi akan menyusul. Diluar rumah Kano ia melihat orang-orang berpakaian hitam, dan hari ketika tengah malam Suguro mengucapkan belasungkawa kepada isrtinya. Keesokan harinya ia pergi kerumah sakit untuk memeriksakan kesehatannya. Dokter mengatakan kesehatannya mengalami penurunan dan ia harus dirawat. Tetapi Suguro tidak bersedia untuk dirawat.

Analisis

Dalam cuplikan cerita di atas menunjukkan adanya Ego yang berjalan di dalam di Suguro. terlihat dari kesedihan Suguro karena kehilangan sahabatnya. Sudah banyak sahabat yang seusianya telah meninggal. Wajah mayat Kano


(59)

tampak pasi seperti terbuat lilin, dan bekas-bekas kenyerian masih membayang di antara kedua alisnya. Suguro menatap wajah Kano yang terbaring kaku, hendak direkamnya di dalam ingatan kawan lamanya itu yang pada akhirnya telah menyelesaikan kehidupannya.

Suguro menyadari usianya kini sudah semakin lanjut, sehingga berbagai penyakitpun menyerangnya. Sering sekali dokter yang merawat Suguro menyarankan agar Suguro dirawat, tapi Suguro tidak mau mendengarkan saran dokter.


(60)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan

Diakhir penulisan skripsi ini, penulis dapat mengambil kesimpulan yaitu sebagai berikut:

1. Di dalam cerita ini ada beban yang berbeda-beda yang dialami oleh tokoh utama sehingga membuat cerita ini menjadi lebih menarik seperti halnya dalam novel Skandal yang membahas beban Psikologis tokoh utama. 2. Tokoh dalam sebuah Novel merupakan kretifitas dari seorang pengarang

yang memiliki kebebasan dalam menentukan watak tokohnya.

3. Psikologi dan sastra sangat berhubungan erat karena sebagai manusia yang hidup berdampingan dengan manusia yang lain dan pengarang banyak melakukan pengamatan dengan manusia-manusia lain disekitar lingkungan hidupnya.

4. Di dalam Novel Skandal ini terdapat keadaan Psikologis tokoh utama Suguro yang diungkapkan oleh Shusaku Endo. Sedangkan beban yang dialami oleh tokoh utamanya adalah dia harus meyakinkan kepada orang-orang bahwa dia tidak pernah mengunjungi kawasan mesum di Shinjuku, apalagi ia sudah semakin tua dan hal itu Setiap hari ia semakin dipusingkan oleh masalah tersebut apalagi ia sendiri tidak pernah mengunjungi kawasan tersebut. Dan juga dia harus mendapatkan tudingan-tudingan dari para penggemarnya, para penggemar tokoh utama merasa kecewa dengan Suguro mereka menganggap semua novel yang


(1)

tampak pasi seperti terbuat lilin, dan bekas-bekas kenyerian masih membayang di

antara kedua alisnya. Suguro menatap wajah Kano yang terbaring kaku, hendak

direkamnya di dalam ingatan kawan lamanya itu yang pada akhirnya telah

menyelesaikan kehidupannya.

Suguro menyadari usianya kini sudah semakin lanjut, sehingga berbagai

penyakitpun menyerangnya. Sering sekali dokter yang merawat Suguro

menyarankan agar Suguro dirawat, tapi Suguro tidak mau mendengarkan saran


(2)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Diakhir penulisan skripsi ini, penulis dapat mengambil kesimpulan yaitu

sebagai berikut:

1. Di dalam cerita ini ada beban yang berbeda-beda yang dialami oleh tokoh

utama sehingga membuat cerita ini menjadi lebih menarik seperti halnya

dalam novel Skandal yang membahas beban Psikologis tokoh utama.

2. Tokoh dalam sebuah Novel merupakan kretifitas dari seorang pengarang

yang memiliki kebebasan dalam menentukan watak tokohnya.

3. Psikologi dan sastra sangat berhubungan erat karena sebagai manusia yang

hidup berdampingan dengan manusia yang lain dan pengarang banyak

melakukan pengamatan dengan manusia-manusia lain disekitar lingkungan

hidupnya.

4. Di dalam Novel Skandal ini terdapat keadaan Psikologis tokoh utama

Suguro yang diungkapkan oleh Shusaku Endo. Sedangkan beban yang

dialami oleh tokoh utamanya adalah dia harus meyakinkan kepada

orang-orang bahwa dia tidak pernah mengunjungi kawasan mesum di Shinjuku,

apalagi ia sudah semakin tua dan hal itu Setiap hari ia semakin

dipusingkan oleh masalah tersebut apalagi ia sendiri tidak pernah

mengunjungi kawasan tersebut. Dan juga dia harus mendapatkan

tudingan-tudingan dari para penggemarnya, para penggemar tokoh utama


(3)

ditulis oleh Suguro tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Karena di

dalam novelnya Suguro banyak memasukkan pesan agama dan moral di

dalam setiap karyanya.

5. Novel Skandal menceritakan tetntang seorang penulis kawakan yang

sangat terkenal dengan kehidupan pernikahan yang harmonis dan

dipandang terhormat oleh masyarakat. Suguro dibesarkan di Jepang

sebagai seorang katolik yang taat. pada saat Suguro menghadiri acara

terhormat untuk seluruh penulis datang seorang wanita yang mengaku

mengenal Suguro. Wanita itu mengatakan kalau Suguro pernah

mengunjungi sebuah tempat yang bisa dibilang Kawasan itu adalah

kawasan mesum di shinjuku-Tokyo. Hal ini dapat mempengaruhi

pandangan buruk masyarakat terhadap tokoh utama, yangn awalnya sangat

dihormati dan dicintai masyarakat sebagai seorang katolik yang taat.

6. Di dalam novel Skandal berkisah tentang pengarang Kristen, Suguro, yang

melihat seseorang yang mirip dengannya. Sayangnya,‘ kembaran ’ ini

memiliki citra buruk dan memakai nama ' Suguro ' dalam aksinya. Untuk

membuktikan ketidakbersalahannya, Suguro mencoba untuk menemukan

orang ini. Pada akhir cerita dia menemukan bahwa ' kembaran ' ini adalah

dirinya sendiri. Analisis telah dilakukan dengan psikoanalisis dan

menemukan bahwa ' kembaran ' tersebut adalah sebuah kondensasi dari

hasrat Suguro. Hasratnya untuk memiliki kehidupan yang baru secara

tidak sadar melahirkan ' kembaran ' ini. Fase ketika Suguro melihat '


(4)

4.2. Saran

Saran penulis terhadap pembaca adalah setelah membaca dan memahami

isi dari skripsi ini, berharap agar apresiasi masyarakat terhadap karya sastra lebih

baik lagi, khusunya novel. Banya pembelajaran yang bisa diambil di dalam novel

ini, Di dalam novel ini juga

mengandung pesa-pesan bahwa untuk tetap kuat memegang agama, agar tidak

terjerumus ke tempat-temoat yang tidak baik, yang berdampak buruk terhadap diri


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 2009. Psikologi Umum. Jakarta: PT RINEKA CIPTA

Alwisol. 2009. Psikologi Kepribadian. Malang

Aminuddin. 2002. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru

Badrun, A. 1983. Pengantar Ilmu Sastra . Surabaya: Usaha Nasional

David, O Sear. 1985. Psikologi Sosial. Jakarta: Gramedia Bem, E Edward

Endraswara, Suwardi. 2008. Edisi Revisi: Metode Penelitian Sastra. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Fitriani, Ade. 2013. Analisis Psikologis Tokoh Utama Dalam Novel Natsume Suseki (skripsi) Medan USU

Jahja Yurik. 1992. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

James A. Scehellenberg. 1997. Tokoh-tokoh Psikologi Sosial. Jakarta: Sinar Grafika Offest

Luxemburg, Jan Van dkk. 1992. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: PT.Gramedia

Madya Rahmah Hj.Bujang. 1990. Dialog Kesusastraan. Kuala Lumpur: Jabatan Pengajian Melayu

Mahmud, Dimayanti. 1990. Psikologi Suatu Pengantar Edisi 1. YOGYAKARTA BPPE

Nelson Benjamin. 2003. Freud Manusia Paling Berpengaruh Abad Ke-20. New York: Second Printing

Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori pengkajian fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Pres


(6)

Gramedia

Semir, Atar. 1985. Kritik Sastra. Bandung: Penerbit Angkasa

Sumardjo, Jacob. 1999. Apresiasi kesusastraan. Jakarta: Gramedia Pustaka Umum

Suriasumantri, Jujun S. 2005. Filsafat Ilmu Sebagai Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan Jakarta

Wade Carole. 2007. Psikologi Edisi Kesembilan Jilid Satu. Jakarta: Erlangga

Wiyatmi. 2006. Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher

unair.ac.id/article_6149_media44_category8.html

http://ilmu-psikologi.blogspot.com/2009/05/pengertian-psikologi.


Dokumen yang terkait

Analisis Psikologis Tokoh Utama Dalam Novel “Her Sunny Side” Karya Osamu Koshigaya Osamu Koshigaya No Sakuhin No “Her Sunny Side” To Iu Shousetsu No Shujinkou No Shinriteki No Bunseki

5 124 71

Shakaigakuteki Ni Yoru Inggrid J. Parker No Sakuhin No Rashomon Gate No Shousetsu Ni Okeru Shujinkou No Seikatsu No Bunseki

1 47 65

Aktualisasi Diri Tokoh Utama Suguro Dalam Novel “Skandal” Karya Shusaku Endo Shusaku Endo No Sakuhin No “Skandal” No Shousetsu Ni Okeru Suguro No Shujinkou No Jibun No Jitsugen

6 91 79

Analisis Peran Tokoh Ninja Dalam Komik Naruto Karya, Masashi Kishimoto Masashi Kishimoto No Sakuhin No “Naruto No Manga” Ni Okeru Ninja No Shujinkou No Yakusha No Bunseki Ni Tsuite

3 59 89

SKIZOFRENIA PARANOID TOKOH SUGURO DALAM NOVEL SUKYANDARU KARYA ENDO SHUSAKU ; TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA.

0 0 9

Motivasi Tokoh Kobari Dalam Novel Sukyandaru karya Shusaku Endo.

0 5 45

Analisis Psikologis Tokoh Utama Dalam Novel “Her Sunny Side” Karya Osamu Koshigaya Osamu Koshigaya No Sakuhin No “Her Sunny Side” To Iu Shousetsu No Shujinkou No Shinriteki No Bunseki

0 0 17

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL SKANDAL, PSIKOANALISA SIGMUN FREUD DAN BIOGRAFI PENGARANG 2.1 Definisi Novel - Analisis Psikologis Tokoh Utama Suguro Dalam Novel Skandal karya Shusaku Endo Endo Shusaku No Sakuhin No “Sukyandaru” No Shousetsu Ni Okeru

0 1 15

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Analisis Psikologis Tokoh Utama Suguro Dalam Novel Skandal karya Shusaku Endo Endo Shusaku No Sakuhin No “Sukyandaru” No Shousetsu Ni Okeru Shujinkou No Shinrinteki No Bunseki

0 0 14

Makna Hubungan Antartokoh dalam Proses Pembentukan Kepribadian Ganda Tokoh Suguro pada Novel Sukyandaru Karya Endo Shusaku

0 0 12