BAB III ANALISIS PERANAN WANITA SEBAGAI TOKOH
DALAM NOVEL OUT KARYA KIRINO NATSUO
3.1. Peranan Katori Masako Cuplikan 1 :
Pada tahun pertamanya di SMU negeri, Nobuki tertangkap membawa beberapa tiket rave yang rupanya dijejalkan orang kepadanya. Dia dituduh
mencoba menjual tiket-tiket itu dan dikeluarkan dari sekolah. Hukuman berat itu jelas bertujuan memberi peringatan kepada murid-murid lainnya, tapi apapun
alasannya, kejutan hebat itu rupanya mengguncang Nobuki dan dia tiba-tiba berhenti berbicara. Untuk beberapa lama, Masako mati-matian mencari jalan untuk
membuat putranya kembali membuka diri, tapi sepertinya tak ada yang bisa memberinya jawaban; dan dia merasa Nobuki sendiripun pasrah menerima
keadaannya.
Analisis:
OUT : 76-77
Dari cuplikan diatas dapat kita lihat peran Masako sebagai ibu. Disaat Nobuki; putranya sedang mengalami tekanan dan memutuskan untuk tidak
berbicara kepada siapapun lagi, Masako dengan perannya sebagai ibu tetap berusaha mencari cara agar anaknya kembali normal seperti sedia kala. Kalimat
“Untuk beberapa lama, Masako mati-matian mencari jalan untuk membuat putranya kembali membuka diri” menunjukkan indeksikal bahwa usaha yang
dilakukan Masako tidak hanya satu atau dua kali, akan tetapi dalam jangka waktu yang panjang dan terus-menerus. Tidak ada orang tua di dunia ini menginginkan
Universitas Sumatera Utara
anaknya mengalami kondisi yang sama seperti Nobuki. Akan tetapi usaha Masako sepertinya tidak berhasil, karena keputusan untuk kembali membuka diri berada di
tangan Nobuki sendiri. Paling tidak, dengan peranannya sebagai seorang ibu Masako sudah melakukan usaha, dan tidak hanya diam saja.
Cuplikan 2 :
…Walaupun dia tiba pukul 08.00 pagi dan tetap dikantor sampai pukul 21.00 hampir tiap malam, dia tetap saja melakukan pekerjaan yang sama dan
membosankan tahun demi tahun; dan tak peduli betapa kerasnya dia berusaha, atau betapa bagus kinerjanya, dia hanya memainkan peran pembantu, sedangkan semua
keputusan penting berada di tangan rekan-rekan prianya
Suatu hari dia kebetulan melihat catatan jumlah gaji yang diterima seorang pria yang sudah bekerja diperusahaan itu sama lamanya dengan dia sendiri, dan
hampir saja dia mengamuk. Gaji pria itu dua juta yen lebih tinggi dari gajinya, padahal dia sendiri setelah dua puluh tahun mengabdi, hanya memperoleh
¥4.600.000 per tahun. Setelah lama berpikir masak-masak, dia menghadap kepala bagiannya, pria yang juga masuk ke perusahaan itu pada tahun yang sama dengan
dia sendiri, dan . Pria-pria yang masuk
perusahaan itu pada waktu yang kurang-lebih sama dengan Masako semuanya sudah diikutkan program pelatihan besar-besaran dan sudah lama naik pangkat,
paling sedikit menjadi kepala bagian, dan sekarang bahkan pria-pria yang lebih muda darinya pun mulai naik pangkat membawahinya.
meminta dinaikkan ke posisi manajemen dan diberi tugas-tugas yang sama dengan karyawan pria.
Esok harinya, mulailah dia ditekan secara terang-terangan.OUT : 224-225
Universitas Sumatera Utara
Analisis:
Dari cuplikan diatas dapat dilihat peranan Masako sebagai seorang karyawan. Tidak peduli seberapa melelahkan dan membosankankannya
pekerjaannya, ia tetap bekerja dengan tekun dan memperoleh hasil kerja yang bagus. Akan tetapi semua usaha kerasnya tidak dihargai hanya karena ia adalah
wanita. Dia tidak pernah diberi tugas yang sama pentingnya dengan karyawan pria. Dapat dilihat bahwa Masako yang merasakan adanya diskriminasi gender di
kantornya tidak berdiam diri. Masako tidak ingin peranan yang dilakukannya selama ini sia-sia. Secara lugas ia meminta kenaikan posisi dan kenaikan gaji yang
bila dilihat dari kinerjanya di kantor, seharusnya sudah sejak lama diperolehnya. Akan tetapi, protes Masako ini membuat tekanan dari rekan-rekan kerjanya
semakin meningkat.
Cuplikan 3 :
Tak lama kemudian, dia menemukan kesalahan besar yang dibuat oleh bosnya, dan waktu dia memberitahukan hal ini, pria itu tiba-tiba mengamuk
padanya. “Bos”-nya ini sebetulnya beberapa tahun lebih muda dari Masako dan
tak bisa apa-apa. “Tutup congormu” begitu dia membentak; dia bahkan menampar Masako.
Ini terjadi seusai jam kerja, jadi tak ada yang mendengarnya, tapi peristiwa itu meninggalkan luka mendalam pada diri Masako. Kenapa bosnya mesti dianggap
penting hanya karena dia laki-laki? Apa karena dia lulusan universitas? Apakah pengalaman dan ambisi Masako tidak dipandang sedikitpun ditempat seperti ini?
Dia sering berpikir untuk mencari pekerjaan lain, tapi dia menyukai dunia
Universitas Sumatera Utara
keuangan, dan akhirnya tetap di sana. Tapi setelah peristiwa ini, dia sadar dia sudah mencapai titik akhir. OUT : 225-226
Analisis:
Dari cuplikan diatas dapat dilihat peran Masako sebagai bawahan. Ia secara baik-baik memberitahukan kepada atasannya bahwa atasannya telah melakukan
sebuah kesalahan besar yang tentunya akan berdampak kepada perusahaan. Namun apa yang diterima Masako? Dia malah di bentak dan di tampar. Tindakan
tidak beralasan seperti ini termasuk tindakan kekerasan dan pelecehan terhadap kaum wanita. Masako yang sudah tidak tahan dengan perlakuan tidak adil yang
selalu diterimanya dikantor akhirnya memutuskan untuk berhenti.
Cuplikan 4 :
“Dan apa yang Anda lakukan setelah selesai bekerja?” tanya Imai. “Saya tiba di rumah sebelum pukul enam, lalu menyiapkan sarapan untuk
suami dan anak saya. Setelah makan, mereka berangkat kerja dan saya mencuci pakaian dan membersihkan rumah
Analisis:
. Pukul sembilan lebih sedikit, saya tidur. Kurang-lebih begitulah biasanya setiap hari.” OUT : 289
Berdasarkan cuplikan diatas dapat disimpulkan bahwa sepulangnya Masako dari shift malam di pabrik, meskipun ia pulang sudah dalam keadaan
lelah, ia tetap tidak melupakan perannya ibu rumah tangga. Sebagai istri sekaligus ibu rumah tangga, ia tetap menyiapkan sarapan bagi suami dan anaknya, serta
tetap melakukan pekerjaan rumah seperti mencuci pakaian dan membersihkan rumah layaknya ibu rumah tangga yang lain.
Universitas Sumatera Utara
Cuplikan 5 :
…Kalau dibiarkan sendiri, Masako tidak terlalu memusingkan apa yang dimakannya, bahkan dia tidak keberatan tidak makan sama sekali
OUT : 357 , tapi karena tahu
mereka bergantung pada masakannya ini, dia jadi sibuk memikirkan apa saja yang mereka suka dan tidak suka, menyiapkan makanan enak untuk keduanya.
Analisis:
Dari cuplikan diatas dapat dilihat bahwa peran Masako sebagai seorang pribadi tidak begitu memperdulikan dirinya sendiri. Perannya sebagai ibu rumah
tangga lah yang terus membuatnya ingin terus berusaha melakukan hal yang terbaik untuk keluarganya. Hal ini dapat dilihat dari walaupun makanan terlihat
seperti masalah yang sepele, tapi ia begitu memikirkannya dengan cermat setiap detail selera suami dan anaknya.
Cuplikan 6 :
“Hai,” kata Masako. “Setelah kupikir-pikir, kau takkan mau uangnya tergeletak sembarangan di pabrik nanti, jadi kubawakan kemari.” Dia
mengulurkan amplop bank Dia pasti memikirkan hal itu sewaktu sedang menarik uang, lalu datang jauh-jauh begini untuk menyerahkannya. Benar-benar khas
Masako, amat berakal sehat. Tapi lebih dari itu, Yoshie menyadari tindakan Masako ini juga menunjukkan kebaikan hatinya, karena Masako tahu Yoshie tak
mau terlihat sedang meminjam uang di pabrik “Terima kasih. Aku akan mengembalikannya akhir bulan ini.”
.
“Tak usah buru-buru.”
Universitas Sumatera Utara
“Tidak, aku tahu kau sendiri juga ada pinjaman.” “Jangan dipikirkan,” jawab Masako sambil tersenyum kecil. OUT : 44
Analisis:
Dari cuplikan dialog diatas dapat dilihat indeksikal bahwa Masako juga memiliki peran sebagai teman yang bisa diandalkan. Disaat Yoshie sedang
membutuhkan uang, Masako langsung menyanggupi untuk meminjamkannya. Bahkan agar tidak membuat Yoshie malu, Masako tidak menyerahkan uangnya di
pabrik, tetapi langsung mengantarkan ke rumahnya. Masako bahkan menyuruh Yoshie tidak usah terburu-buru mengembalikannya, karena ia sangat memahami
masalah keuangan temannya tersebut.
Cuplikan 7 :
“Dan tawaran bisnisnya?” tanyanya. Jumonji mencondongkan badan ke depan dan memelankan suaranya. “Aku ingin
tahu apakah kau berniat membantu mengenyahkan beberapa mayat lagi. Sepertinya selalu ada korban-korban pembunuhan yang tidak boleh ditemukan.
Kita yang akan menangani mereka.” Masako menatapnya, tak mampu berkata-kata karena takjub.
”Apa rencanamu?” Tanya Masako. “Aku yang akan mempromosikan bisnis ini. Pekerjaan seperti ini
melibatkan orang-orang kasar, dan aku tidak ingin kau sampai perlu berurusan langsung dengan mereka. Begitu kita menerima satu kiriman, kau memotong-
motongnya, lalu aku yang membuangnya. Aku tahu dimana ada mesin penghancur yang amat besar, jadi semuanya akan lenyap tanpa bekas.”
Universitas Sumatera Utara
”Jadi, kau cuma mau aku memotong-motongnya?” “Benar. Kau tertarik?”
”Tapi apakah pekerjaan seperti ini bisa benar-benar menghasilkan uang?” Masako menyelanya. Jumonji mengangguk.
“Jauh lebih banyak daripada rentenir kelas teri,” katanya. “Pelangganmu akan membayar berapa? Per unit, misalnya.” Setelah
memutuskan dirinya mungkin berminat, Masako mengajukan pertanyaan yang paling penting. “Jangan berbelit-belit,” cetus Masako. “Kalau kita tidak bisa
membicarakannya secara blak-blakan, berarti kita tidak bisa bekerja sama.” “Oke, kukatakan saja. Sumber yang berbicara denganku menjanjikan
delapan juta. Dari situ, dia minta tiga juta karena memberi kita pekerjaan. Sisanya lima: bagaimana kalau dua untukku, dan tiga untukmu?” Masako menyulut
sebatang rokok. “Paling sedikit lima untukku, kurang dari itu lupakan saja,” jawabnya
dengan amat tenang. Jumonji tersedak. “Lima juta?”
“Lima juta,” Masako menegaskan. “Mungkin kau menganggap pekerjaan itu gampang, tapi sebetulnya tidak. Pekerjaannya kotor dan memuakkan, dan
menghasilkan mimpi buruk setelahnya. Kau takkan mengerti kalau belum pernah melakukannya sendiri
. Dan harus ada tempat untuk mengerjakannya, kamar mandi. Tapi aku tak mau menggunakan rumahku; risikonya terlalu besar. Kau
puny aide mau kemana?” OUT: 365-367
Universitas Sumatera Utara
Analisis:
Dari cuplikan dialog diatas dapat dilihat bahwa Masako sedang melakukan transaksi bisnis dengan Jumonji. Dengan berbagai pertimbangan Masako
memutuskan mengambil kembali peran sebagai pemotong mayat sebagai pekerjaan sampingannya selain bekerja shift malam di pabrik. Peran sebagai
pemotong mayat tidaklah mudah. Menjijikkan dan akan terus menjadi mimpi buruk. Tapi iming-iming terhadap sejumlah uang yang akan diperolehnya
membuatnya mengesampingkan hal tersebut.
3.2. Peranan Yamamoto Yayoi Cuplikan 1 :