PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MODUL BERBASIS PROYEK PADA PEMBELAJARAN ALKENA DAN ALKUNA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS.

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MODUL BERBASIS PROYEK
PADA PEMBELAJARAN ALKENA DAN ALKUNA
DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

Oleh :
Fauziah Ulfa
NIM 4121131006
Program Studi Pendidikan Kimia

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2016

ii

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MODUL BERBASIS PROYEK PADA

PEMBELAJARAN ALKENA DAN ALKUNA
DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

Fauziah Ulfa
(NIM 4121131028)
ABSTRAK
Penerapan model pembelajaran dan pengembangan bahan ajar ini
bertujuan untuk mengetahui bahan ajar yang digunakan memenuhi kriteria BSNP,
dan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa menggunakan bahan ajar
modul berbasis proyek pada pokok bahasan alkena dan alkuna. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X IPA SMA Negeri 10 Medan yang
terdiri dari 6 kelas dengan rata – rata siswa per kelas sebanyak 40 orang. Sampel
yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua kelas, yakni satu kelas
sebagai kelas eksperimen dan satu kelas sebagai kelas kontrol. Sampel siswa
diambil 20 orang siswa per kelas yang dipilih secara acak. Pada kelas eksperimen
dibelajarkan model Project Based Learning menggunakan bahan ajar modul
berbasis proyek dan pada kelas kontrol dibelajarkan model Project Based
Learning tanpa menggunakan bahan ajar modul berbasis proyek. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen penilaian BSNP (Badan Standar
nasional Pendidikan) yang akan dibagikan kepada 1 guru kimia dan 3dosen kimia,

dan tes dalam bentuk pilihan berganda sebanyak 20 soal yang valid dan reliabel.
Sebagai prasyarat uji hipotesis hasil belajar kedua kelompok sampel diuji
homogenitas dengan menggunakan uji Levene Test pada program SPSS-20 for
windows. Hasil penelitian menunjukkan bahan ajar memenuhi kriteria BSNP, data
yang diperoleh Dosen: Kelayakan Isi = 3.93; Kelayakan Bahasa = 4.12;
Kelayakan Penyajian = 4.16; Kelayakan Kegrafikan = 4.18 dengan kriteria valid
dan tidak perlu revisi dan Guru: Kelayakan Isi = 4.54; Kelayakan Bahasa = 4.21;
Kelayakan Penyajian = 4.48; Kelayakan Kegrafikan = 4.34 dengan kriteria sangat
valid dan tidak perlu revisi. Dari pengujian yang dilakukan diperoleh bahwa
kedua kelompok sampel berdistribusi homogen. Uji hipotesis dilakukan dengan
menggunakan uji Independent Sample T-Test yaitu uji t pihak kanan. Berdasarkan
uji hipotesis hasil belajar siswa diperoleh kesimpulan bahwa ada peningkatan
hasil belajar siswa yang dibelajarkan menggunakan bahan ajar modul berbasis
proyek pada pokok bahasan alkena dan alkuna.
Kata Kunci : Pengembangan, Bahan Ajar Modul, PjBL

iv

KATA PENGANTAR


Bismillahirrahmanirrahim, Alhamdulillahhirabbil A’lamin Puji dan syukur
penulis ucapkan kepada Allah Subhana Wa Ta’ala, atas segala berkat dan rahmatNya, maka skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi berjudul
“Pengembangan Bahan Ajar Modul Berbasis Proyek pada Pembelajaran
Alkena dan Alkuna di Sekolah Menengah Atas”, disusun untuk memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
UNIMED.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: bapak Drs.
Jamalum Purba, M.Si sebagai dosen pembimbing skripsi (PS) yang telah banyak
memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal penentuan judul
sampai dengan selesainya skripsi ini. Terimakasih kepada dosen penguji saya
Bapak Prof. Dr. Albinus Silalahi, M.S., Bapak Dr. Zainuddin Muhtar, M.Si., dan
Bapak Drs. Kawan Sihombing, M.Si. atas masukan yang sangat membangun dalam
perbaikan skripsi saya. Ucapan terima kasih disampaikan kepada Bapak Prof. Drs.
Manihar Situmorang, M.Sc., Ph.D selaku dosen pembimbing akademik (PA) dan
kepada seluruh bapak dan ibu Dosen beserta Staff Pegawai Jurusan Kimia FMIPA
UNIMED yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan membantu penulis selama
perkuliahan.. Ucapan terima kasih kepada Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah,
Staf Tata Usaha, Guru Kimia dan Siswa/i kelas XI-MIA SMA Al-Ulum Terpadu
Medan dan Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Staf Tata Usaha, Guru Kimia
dan Siswa/i kelas X SMA Negeri 10 Medan yang telah banyak membantu penulis

selama proses observasi hingga penelitian berlangsung.
Teristimewa saya sampaikan terima kasih kepada kedua Orang Tua saya
Firdaus dan Rosmialis pemilik kasih tiada ujung yang berjuang keras dalam
mendidik dan menyekolahkan serta mendoakan saya sehingga saya dapat
menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga kepada Adik-Adik Saya
Fadilah Rihadhatul Aisyah, Fahira Khalisyah Risqullah, Fairus Hisanah Hibatullah
dan Fatur Rahman yang telah banyak membantu dan memotivasi saya.

v

Terima kasih juga saya sampaikan kepada teman-teman terbaik saya sedari
SMA Rentika Sari Maharaja, Putri N. Tarigan, Triana Aulia dan Lelyta N.M.C.
Purba.
Terima kasih juga saya sampaikan kepada teman sepederitaan saya Alfitri
Yatmis dan Erra Fazira, serta teman seperjuangan saya Widiawati, Yulia Wintasari,
Tiurma Gultom, Rina A. Simamora, Nursaniah Gultom, Indriati Aulia, Mesjuarni,
Ucia Mahya Dewi, Rapita Hanum Hasibuan, Rahmadani Lubis, dan seluruh
mahasiswa Kimia Reguler A 2012 yang selalu memberikan dukungan dan motivasi
dalam penyelesaian skripsi ini.
Ucapan


terimakasih

juga

kepada

Keluarga

Besar

Organisasi

Instansi/Lembaga yang telah mendidik saya diantaranya HMJ Kimia Unimed, dan
Laboratorium Kimia dan Terima kasih juga saya sampaikan kepada teman-teman
PPLT SMP Negeri 1 Kotarih,
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi
penelitian ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi
maupun tata bahasa, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun dari pembaca demi kesempurnaan skripsi saya ini.


Medan, Juni 2016
Penulis,

Fauziah Ulfa

vi

DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan
Abstrak
Riwayat Hidup
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Gambar
Daftar Tabel
Daftar Lampiran

i

ii
iii
iv
vi
viii
ix
x

BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
1.2.
Ruang Lingkup
1.3.
Rumusan Masalah
1.4.
Batasan Masalah
1.5.
Tujuan Penelitian
1.6.

Manfaat Penelitian
1.7.
Definisi Operasional

1
1
7
7
7
8
8
9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Pengembangan Bahan Ajar
2.1.1. Pengertian Bahan Ajar
2.1.2. Jenis Bahan Ajar
2.1.3. Fungsi Bahan Ajar
2.1.4. Tujuan Pembuatan Bahan Ajar

2.2.
Modul Sebagai Bahan Ajar Dalam Pembelajaran
2.2.1. Prinsip-prinsip Penyusan Modul
2.2.2. Komponen Modul
2.2.3. Penulisan Modul
2.2.4. Keuntungan Modul
2.2.5. Format Modul
2.3.
Model Pembelajaran
2.4.
Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)
2.4.1. Defenisi Pembelajaran Berbasis Proyek
2.4.2. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Proyek
2.4.3. Peranan Pengajar dalam Pembelajaran Berbasis Proyek
2.4.4. Kelebihan Model Pembelajaran Berbasis Proyek
2.5.
Materi Alkena dan Alkuna
2.6.
Kerangka Berpikir
2.7.

Hipotesis Penelitian

10
10
10
11
13
14
15
15
16
17
18
19
20
22
22
23
24
25

25
28
28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1.
Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.
Populasi dan Sampel

30
30
30

vii

3.3.
Variabel Penelitian
3.3.1. Variabel Bebas
3.3.2. Variabel Terikat
3.3.3. Variabel Kontrol
3.4. Instrumen Penelitian
3.4.1. Validasi Item Tes
3.4.2. Reliabilitas Tes
3.4.3. Tingkat Kesukaran
3.4.4. Daya Pembeda Soal
3.4.5. Distruktor (Pengecoh)
3.5. Rancangan Penelitian
3.6. Prosedur Penelitian
3.7. Teknik Analisis Data
3.7.1. Menentukan Nilai Rata-Rata dan Simpangan Baku
3.7.2. Uji Homogenitas
3.7.3. Pengujian Hipotesis
3.7.4. Persen Peningkatan (Gain)
3.7.5. Analisis Angket BSNP Standarisasi Bahan Ajar

31
31
31
31
31
32
32
33
33
34
35
36
38
38
39
39
40
40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Analisis Data Instrumen Penelitian
4.1.2. Validitas Instrumen Tes
4.1.3. Reliabilitas Instrumen Tes
4.1.4. Tingkat Kesukaran Instrumen Tes
4.1.5. Daya Beda Instrumen Tes
4.1.6. Disruktor (Pengecoh)
4.2. Pengembangan Bahan Ajar
4.3. Standarisasi Bahan Ajar
4.4. Deskripsi Data Penelitian
4.4.1. Hasil Belajar Siswa
4.4.2. Peningkatan Hasil Belajar
4.5. Analisis Data Hasil Penelitian
4.5.1. Uji Homogenitas
4.5.2. Uji Hipotesis
4.6. Respon Terhadap Modul Kimia Berbasis Proyek
4.7. Pembahasan Hasil Penelitian

43
43
43
43
44
44
44
45
45
45
46
46
48
49
49
50
51
52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan
5.2.
Saran

55
55
56

Daftar Pustaka

57

Lampiran

60

viii

viii

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1. Skema desain langkah-langkah bahan ajar

37

Gambar 3.2. Skema desain penelitian hasil belajar

37

Gambar 4.1. Diagram rata-rata pretest dan posttest kelas kontrol dan eksperimen

48

Gambar 4.2. Peningkatan hasil belajar pada kelas kontrol dan eksperimen

49

ix

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1. Tabel rancangan penelitian

35

Tabel 3.2. Klasifikasi interpretasi nilai gain ternormalisasi

40

Tabel 3.3. Kriteria validitas analisis nilai rata-rata bahan ajar berbasis proyek pada

42

materi alkena dan alkuna berdasarkan standar bsnp
Tabel 4.1. Hasil standarisasi bahan ajar oleh dosen

46

Tabel 4.2. Hasil standarisasi bahan ajar oleh guru

46

Tabel 4.3. Rangkuman statistik deskriptif hasil belajar siswa

47

Tabel 4.4. Data peningkatan hasil belajar (gain)

48

Tabel 4.5. Uji homogenitas data hasil belajar siswa

50

Tabel 4.6. Data hasil uji hipotesis peningkatan hasil belajar

51

Tabel 4.7. Hasil angket penilaian modul kimia berbasis proyek berdasarkan

52

angket pandangan menurut siswa

x

DAFTAR LAMPIRAN
Hal
Lampiran 1. Draft Modul

60

Lampiran 2. Angket BSNP

62

Lampiran 3. Modul Alkena Dan Alkuna Sma/Ma Berbasis Proyek

73

Lampiran 4. Angket Penilaian Dosen

74

Lampiran 5. Angket Penilaian Guru

90

Lampiran 6. Angket Respon Siswa

96

Lampiran 7. Angket Penilaian Respon Siswa

98

Lampiran 8. Silabus Pembelajaran

100

Lampiran 9. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

102

Lampiran 10. Lembar Kerja Proyek

108

Lampiran 11. Kunci Jawaban Proyek

111

Lampiran 12. Lembar Validasi Isi Instrumen Tes Hasil Belajar Kimia Siswa Materi Alkena

113

dan Alkuna Untuk Validator Ahli
Lampiran 13. Instrumen Penelitian Sebelum Validasi

128

Lampiran 14. Kunci Jawaban Instrumen Penelitian Sebelum Validasi

134

Lampiran 15. Instrumen Penelitian Setelah Validasi

135

Lampiran 16. Kunci Jawaban Instrumen Penelitian Setelah Validasi

139

Lampiran 17. Lembar Jawaban Alkena dan Alkuna

140

Lampiran 18. Perhitungan Uji Validitas

141

Lampiran 19. Tabel Validitas

144

Lampiran 20. Perhitungan Reliabilitas

145

Lampiran 21. Tabel Reliabilitas

146

Lampiran 22. Perhitungan Tingkat Kesukaran

147

Lampiran 23. Tabel Tingkat Kesukaran

149

Lampiran 24. Perhitungan Uji Daya Beda

150

Lampiran 25. Tabel Uji Daya Beda

151

Lampiran 26. Perhitungan Distruktor

152

Lampiran 27. Tabel Distruktor

153

Lampiran 28. Tabel Kesimpulan

155

xi

Lampiran 29. Perhitungan Persentase Peningkatan Hasil Belajar

156

Lampiran 30. Tabel Persentase Peningkatan Hasil Belajar

157

Lampiran 31 Uji Homogenitas Data Hasil Belajar Siswa

159

Lampiran 32. Uji Hipotesis Hasil Belajar Siswa

160

Lampiran 33. Tabel Nilai – Nilai R-Product Moment

161

Lampiran 34. Dokumentasi

162

Lampiran 35. Jadwal Kegiatan Penelitian

165

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang

dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan
pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan
budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat
perlu terus menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan dan
tuntutan masyarakat modern. Salah satu ciri masyarakat modern adalah selalu ingin
terjadi adanya perubahan yang lebih baik (improvement oriented). Hal ini tentu saja
menyangkut berbagai bidang, tidak terkecuali bidang pendidikan. Komponen yang
melekat pada pendidikan diantaranya adalah kurikulum, guru, dan siswa.
Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dalam bidang pendidikan
memegang peranan yang penting. Dengan pendidikan diharapkan kemampuan,
mutu pendidikan dan martabat manusia Indonesia dapat ditingkatkan. Upaya
meningkatkan SDM dilakukan melalui upaya sadar lewat jalur pendidikan dasar,
pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi menuntut peningkatan mutu pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan
dapat dilakukan dengan melakukan perbaikan, perubahan dan pembaharuan
terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan. (Nurkholis,
2003)
Mutu pendidikan Indonesia dewasa ini tergolong dalam kondisi yang
memprihatinkan. Hal tersebut mengacu pada berbagai kajian yang dilakukan oleh
lembaga internasional. Misalnya kajiann yang dilakukan UNDP tentang Human
Development Index pada tahun 2003 menempatkan Indonesia pada peringkat 112
dari 175 negara. Masalah rendahnya mutu pendidikan berimplikasi langsung
terhadap

mutu lulusan. Rendahnya mutu lulusan berakibat pada rendahnya

kemampuan kompetitif dan komporatif lulusan. Menurut hasil survei TIMSS
(Trends in International Mathematics and Science Study), pada tahun 1999 dari 38
negara yang diteliti Indonesia berada di urutan 34, pada tahun 2003 dari 46 negara

2

yang disurvei Indonesia berada diurutan 35, tahun 2007 dari 49 negara Indonesia
berada pada urutan 36 untuk bidang matematika. Pada tahun 1999 dari 38 negara
yang ditelliti Indonesia berada di urutan 32, pada tahun 2003 dari 46 negara yang
diteliti Indonesia berada pada urutan 37, tahun 2007 dari 49 negara yang disurvei
Indonesia berada pada urutan 35 untuk bidang sains. Fakta ini menunjukkan bahwa
kualitas pendidikan di Indonesia masih rendah (Puspendik, 2011).
Upaya meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia telah lama dilakukan.
Dalam setiap GBHN dan Repelita selalu tercantum bahwa peningkatan mutu
pendidikan merupakan salah satu prioritas pembangunan dalam bidang pendidikan.
Berbagai inovasi dan program pendidikan juga telah dilaksanakan, antara lain
penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku ajar, peningkaatan mutu guru dan
tenaga pendidikan lainnya, peningkatan manajemen pendidikan serta pengadaan
fasilitas lainnya (KBI Gemari, 2003).
Pendidikan yang memiliki peranan penting dalam rangka meningkatkan
mutu pendidikan sehingga dapat melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas
yang mampu menguasai IPTEK yaitu pendidikan dalam bidang sains (IPA). Salah
satu cabang dari pendidikan IPA adalah pendidikan kimia. Pendidikan kimia
diharapkan mampu memberikan pengalaman secara langsung dan harus mampu
mengembangkan daya nalar siswa untuk dapat membentuk (mengkonstruksi)
sendiri pengetahuannya. Proses belajar dan mengajar merupakan suatu hal yang
penting bagi siswa dan guru. Masalahnya adalah, sebagian besar pendidik kurang
inovatif dan kreatif merangsang motivasi belajar siswa. Pembelajaran yang terlalu
teoritis menyebabkan siswa sulit memahami bahan ajar kimia secara komprehensif.
Oleh karena itu, siswa cenderung menghafal dan mengerjakan tugas kimia secara
sembarangan, tanpa memahami materi dasarnya. Akibatnya, skema pemikiran
siswa terpotong-potong dan tidak terjadi pemahaman secara utuh.
Kimia merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang harus dikuasai siswa
jurusan IPA karena mata pelajaran ini merupakan mata pelajaran yang masuk dalam
Ujian Nasional. Namun pada saat ini tingkat penguasaan materi siswa terhadap
pelajaran kimia masih sangat rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
rendahnya hasil belajar siswa disebabkan adanya faktor yang mempengaruhi

3

seorang siswa dapat mencapai keberhasilan belajar kimia, antara lain faktor
internal, faktor eksternal dan faktor pendekatan belajar. Faktor internal yakni
keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa, faktor eksternal yakni kondisi
lingkungan disekitar siswa dan faktor pendekatan belajar yakni jenis upaya belajar
siswa meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan
kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran (Chusna, 2013).
Salah satu cara yang dapat membuat siswa lebih aktif dan tertarik untuk
mempelajari kimia adalah dengan menggunakan bahan ajar yang edukatif dan
menarik. Bahan ajar merupakan komponen terpenting yang harus dipersiapkan
pendidik sebelum melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar di dalam kelas
selain komponen-komponen lain yang dapat menentukan keberhasilan dalam
pembelajaran. Karena merupakan hal terpenting dalam menentukan keberhasilan
pada suatu sistem maka guru sebagai pelaksana pendidikan dituntut untuk membuat
bahan ajar yang berkualitas (FKIP Uninus, 2008).
Dalam Astawan, (2013), dalam proses belajar dan membelajarkan, sumber
belajar (bahan ajar) dapat berfungsi untuk :
1. Mempercepat laju belajar dan membantu pendidik menggunakan waktu secara
lebih efisien sehingga dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar
2. Mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi sehingga dapat lebih
banyak membina dan mengembangkan gairah peserta didik
3. Memberikan kemungkinan belajar bersifat lebih individual dengan jalan
mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional serta memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk belajar sesuai dengan kemampuannya
4. Memberikan dasar yang lebih ilmiah dengan jalan merencanakan program
pembelajaran yang lebih sistematis
5. Mengembangkan bahan pembelajaran yang dilandasi penelitian.
Salah satu bahan ajar yang paling mudah dibuat oleh pendidik adalah modul
karena tidak menuntut alat yang mahal dan keterampilan yang tinggi. Modul
merupakan salah satu ragam bentuk bahan ajar cetak. Bahan ajar cetak dapat berupa
lembar kerja siswa (LKS), hand out, wichaart, buku, modul, brosur dan lain-lain
(Hamdani,2011). Pengembangan modul pembelajaran diharapkan mampu

4

mengatasi tidak tersedianya sumber belajar yang sesuai. Pengembangan ini sejalan
dengan definisi teknologi pendidikan tahun 1977 dan yang dikembangkan lagi
tahun 1994 dan 2004, yang mana pusat perhatian teknologi pendidikan pada
hakekatnya mencari solusi dalam memecahkan masalah – masalah berkenaan
dengan belajar dan membelajarkan dengan menerapkan proses dan komponen komponen teknologi yang secara lebih luas disebut sumber belajar.
Dalam beberapa penelitian sebelumnya menyatakan bahwa penggunaan
modul pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa ataupun meningkatkan
minat siswa dalam mempelajari materi. Peneliti sebelumnya menyatakan bahwa
efektivitas modul pembelajaran hidrokarbon di kelas yang menggunakan modul
pada kelompok tinggi adalah 101,93% dan kelompok rendah adalah 100,21%.
Sedangkan di kelas yang tidak menggunakan modul pada kelompok tinggi adalah
89,01% dan kelompok rendah adalah 89,48%. Rata-rata nilai motivasi siswa di yang
menggunakan modul pada kelompok tinggi adalah 79,43 dan kelompok rendah
adalah 81,10. Sedangkan di kelas yang tidak menggunakan modul pada kelompok
tinggi adalah 78,53 dan kelompok rendah 77,10 (Sinaga, 2013). Menurut Silaban,
(2013),dalam penelitiannya memperoleh hasil data penelitian yang menunjukkan
bahwa hasil belajar siswa dari kelas yang menggunakan modul nilai prestest adalah
40,75 dan postest 79,37 dan kelas yang tidak menggunakan modul nilai pretest
adalah 54,37 dan postest 73,875. Berdasarkan kesimpulan tersebut menunjukkan
bahwa hasil belajar siswa yang mengajar dengan modul inovatif lebih tinggi dari
menggunakan buku teks aslinya. Penelitian lain yang berjudul “Pengembangan
Modul Pembelajaran Kimia Organik Berbasis Minedjetmanager pada Materi Pokok
Isomer Geometri dan Stereoisomer”, menmperoleh hasil uji cobanya bahwa respon
mahasiswa terhadap modul yang dikembangkan 42,35% menilai sangat baik,
49,26% menilai baik, 8,39% menilai cukup dan tidak ada responden yang menilai
buruk (Ramdani, 2011).
Selain bahan ajar yang kurang menarik siswa, alasan lain yang
menyebabkan kurang dimengerti dan diminatinya mata pelajarn kimia adalah
kurang tepatnya model pembelajaran yang diterapkan. Model pembelajaran adalah
seluruh rangkaian penyajian materi ajar yang meliputi segala aspek sebelum,

5

sedang, dan sesudah pembelajaran yang dilakukan guru serta segala fasilitas yang
terkait yang digunakan secara langsung atau tidak langsung dalam proses belajar
mengajar (Istarani, 2011). Menurut Tamim (2011), salah satu pembelajaran yang
dapat diterapkan adalah Project Based Learning atau Pembelajaran Berbasis
Proyek. Project based Learning (Project Based Learning ) adalah model
pembelajaran yang berbasis konstruktivisme yang pendekatan pembelajarannya
memerlukan konstruksi pengetahuan dengan berbagai perspektif dalam kegiatan
sosial dan mengharuskan untuk belajar dan mengetahui berdasarkan kesadaran diri.
Pembelajaran berbasis proyek menyediakan tugas-tugas kompleks yang
berbasis pertanyaan-pertanyaan menantang atau masalah yang melibatkan siswa
dalam aktivitas-aktivitas memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan
investigasi dan refleksi yang melibatkan guru sebagai fasilitator. Pembelajaran
berbasis proyek terfokus pada pertanyaan-pertanyaan yang menuntun (driving
question) siswa untuk memanfaatkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui
pengalaman. Dengan pembelajaran

berbasis proyek siswa belajar dari

pengalamannya dan kemudian menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari (Ida,
2013). Model Project Based Learning yang mengacu pada pengaplikasian pada
kehidupan sehari-hari dan keharusan melaksanakan proyek yang memberikan hasil
nyata atau bukti nyata dari yang telah dipelajari diharapkan dapat meningkatkan
minat dalam mempelajari kimia organik.
Beberapa peneliti sebelumnya yang sudah melaksanakan penelitian yang
relevan tentang penggunaan dan penerapan model pembelajaran Project based
learning menjelaskan bahwa penerapan model ini memberikan dampak positif yang
dapat dilihat dari peningkatan hasil belajar ataupun motivasi belajar peserta didik.
Salah satu penelitian yang berjudul “Pengaruh Pembelajaran Berbasis Proyek
Dalam Pembelajaran Kimia Terhadap Keterampilan Proses SAINS Ditinjau Dari
Gaya Kognitif Siswa”, hasil penelitian yang merujuk pada model pembelajaran
Project based learning bahwa terdapat perbedaan hasil belajar keterampilan proses
sains antara kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran proyek dengan
kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional dengan nilai
FA= 38,5313 pada taraf signifikansi 0,05 (Siwa, 2013). Pada penelitian yang

6

dilaksanakan oleh Kurniadi (2013),

menunjukkan hasil penelitian bahwa

penerapan pendekatan Project Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar.
Data penelitian ketuntasan hasil belajar ranah kognitif siklus I sebanyak 23 dari 30
siswa tuntas KKM, ranah afektif 23 dari 30 siswa tuntas KKM dan ranah
psikomotorik sebesar 27 dari 30 siswa tuntas KKM. Data penelitian ketuntasan hasil
belajar ranah kognitif siklus II sebanyak 26 dari 30 siswa tuntas KKM, ranah afektif
sebanyak 24 dari 30 siswa tuntas KKM dan ranah psikomotorik sebanyak 26 dari
30 siswa tuntas KKM. Hal ini berarti indikator keberhasilan yang dipatok telah
tercapai pada siklus II. Dari hasil penelitian, disimpulkan bahwa menerapkan
pendekatan Project Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa.
Menurut Marlinda (2012), dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh
Model Pembelajaran Berbasis Proyek Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Dan
Kinerja Ilmiah Siswa” mendapatkan hasil penelitian menunjukkan, terdapat
perbedaan kemampuan berpikir kreatif dan kinerja ilmiah antara kelompok siswa
yang belajar dengan MProject Based Learning dan kelompok siswa yang belajar
dengan MPK (F = 21,68; p