TINDAK PIDANA TERHADAP PENYELENGGARAAN PERADILAN

Beberapa Tulisan Terkait Kebijakan Kriminal dalam RUU KUHP c. Pasal 293 menampung ketentuan yang diatur dalam UU. No. 1 Drt Th. 1951 apabila tidak ada kaitannya dengan tindak pidana terorisme. Apabila terkait dengan tindak pidana terorisme, akan dikenakan Pasal 240; d. Pasal 314 diilhami oleh “kasus Sumadi” yang memakan jenazah memperlakukan secara tidak beradab jenazah yang digal atau diambil; e. Pasal 316 mengatur pemidanaan bagi setiap orang yang menggunakan ijazah, sertifikat kompetensi, gelar akademik, profesi danatau vokasi yang terbukti palsu; Dipidana pula mereka yang secara melawan hukum menggunakannya, termasuk pemidanaan bagi yang memberikannya;

BAB VI: TINDAK PIDANA TERHADAP PENYELENGGARAAN PERADILAN

Bab ini Pasal 325 s Pasal 335 merupakan refleksi dari usaha untuk melindungi salah satu “indices” demokrasi, yaitu kekuasaan kehakiman yang merdeka The Independence of Judiciary, bahkan kekuasaan sistem peradilan yang merdeka The Independence of the Administration of Justice yang merdeka dari usaha-usaha untuk mengganggu proses untuk memperoleh keadilan. Dalam bab ini tercakup sekaligus pelbagai tindak pidana yang masuk kategori “Offences Against the Administration of Justice”, “Contempt of Court” dan “Obstruction of Justice”; BAB VIII: TINDAK PIDANA YANG MEMBAHAYAKAN KEAMANAN UMUM BAGI ORANG, KESEHATAN, BARANG, DAN LINGKUNGAN HIDUP Yang menarik di sini adalah pengaturan tentang Tindak Pidana terhadap Informatika dan Telematika Pasal 368 sd Pasal 374 yang mengacu pada RUU yang sudah ada, di samping memperhatikan perkembangan internasional mis. Council of Europe Convention on Cybercrime, Budapest, 2001 yang mencakup :  Offences against the confidentiality, integrity and availability of Computer data and Systems;  Computer Related Offences;  Content Related Offences;  Offences Related to Infringement of Copyright and Related Rights;  Attempt and Aiding or Abetting; ELSAM Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat 14 Beberapa Tulisan Terkait Kebijakan Kriminal dalam RUU KUHP Tindak pidana Lingkungan Hidup Eco-Crime juga diusahakan diatur secara proporsional mulai dari Pasal 379 sd Pasal 384. Dalam hal ini dibedakan secara tajam antara :  Membiarkan pengaturan dalam hukum administrative apa yang dinamakan tindak pidana yang bersifat “administrative dependence of environmental criminal law”, baik yang merupakan delik formil abstract endangerment maupun delik materiil concrete endangerment;  Memasukkan dalam kodifikasi hukum pidana KUHP : a. Independent crime apply to serious pollution if a concrete danger to human life or health exist; b. Independent crime apply even if no ecological harm or danger exist, if abstract endangerment to human life or health exist; c. Concrete endangerment of the environment penalizing unlawful emissions as independent crime, although administrative licence will still have a justificative effect;

BAB IX: TINDAK PIDANA TERHADAP HAK ASASI MANUSIA