74
2.6. Hambatan dan Tantangan dalam Implementasi Open Government Indonesia
2.6.1. Hambatan dan Tantangan Implementasi OGI di Pusat
Dalam kesempatan FGD dan wawancara mendalam dengan beberapa pihak, ditemukan beberapa hambatan dan tantangan utama dalam implementasi OGI.
Hambatan dan tantangan tersebut terbagi ke dalam beberapa klasifikasi seperti Kendala Regulasi, Alokasi Anggaran, Pemahaman Aparatur, SDM, Penyalahgunaan Data,
dan Respon Masyarakat.
2.6.1.a. Kendala Regulasi
Menurut INFID, hambatan utama dari implementasi OGI adalah masih kurangnya kerangka regulasi dan kerangka institusi, terutama dalam menjadikan
OGI sebagai sebuah gerakan bersama. Selain itu, aturan dalam UU KIP masih memiliki celah sehingga memunculkan berbagai macam persepsi diantara badan
publik dengan pemohon informasi. Contohnya, aturan Pasal 11 ayat 1 huruf e yang tidak menjelaskan adanya perjanjian pihak ketiga. Padahal, dalam kontrak
pengadaan barang dan jasa hanya dikenal dua pihak. Begitu pula aturan pasal 9 ayat 2 huruf c tentang informasi yang wajib disediakan dan diumumkan secara
berkala.
91
2.6.1.b. Kendala Alokasi Anggaran
Menurut Pattiro, hambatan yang dihadapi dalam implementasi OGI berdasarkan data lapangan adalah masalah alokasi anggaran. Seringkali anggaran
yang dialokasikan belum sesuai dengan kebutuhan implementasi keterbukaan informasi publik di suatu daerah.
2.6.1.c. Kendala SDM
Menurut Mappi
hambatan implementasi
OGI adalah
kurang berkualitasnya sumber daya manusia serta kurangnya bimbingan teknis untuk
para PPID. Menurut penelitian dari University of Glasgow, PPID seharusnya memiliki beberapa faktor berikut seperti misalnya Hardware Skill PC, Server,
Sarana Audio Visual, Environment Adapt Lingkungan Kerja dan Suasana Kerja
91
UU KIP Masih Menyisakan Berbagai Permasalahan. Diakses dari http:www.pu.go.idmainview8538 pada 10 Februari 2016, pukul 19.17 WIB
75
kondusif, Software Knowledge SOP, Peraturan Organisasi, UU, serta Liveware Kerjasama, Komunikasi Internal.
92
2.6.1.d. Kendala Pemahaman Aparatur
Menurut Kapuspen Kemendagri, hambatan utama yang dihadapi dalam mengimplementasikan OGI adalah kebingungan di tingkat daerah dalam
menempatkan sekretariat PPID. Kemendagri menempatkan PPID daerah di Biro Humas, di bawah supervisi Sekretariat Daerah. Sementara sekretariat Komisi
Informasi Daerah berada di SKPD Kominfo. Deputi Bidang Pelayanan Publik Kemenpan RB juga menilai saat ini pemerintah sudah terbuka, namun belum
semua mengetahui apa yang harus dibuka dan apa yang tidak. Tenaga Humas juga masih banyak yang belum mengerti kategori informasi yang terbuka maupun yang
tertutup.
2.6.1.e. Kendala Potensi Penyalahgunaan Data
Selain itu, tantangan lain yang juga dihadapi dalam implementasi OGI adalah
adanya sekelompok
orang yang
memanfaatkan UU
KIP, menyalahgunakannya
untuk kepentingan
pribadikelompok. Menurut
Kemendagri, data-data sensitif yang sangat rentan untuk disalahgunakan di lingkungan Kemendagri yaitu status penyelenggaraan proyek E-KTP, DIPA, dan
sebagainya. Pemerintah juga memiliki ketakutan untuk terbuka yang disebabkan bukan karena tidak ingin terbuka, namun karena banyaknya penyalahgunaan
informasi yang pada akhirnya memojokkan pemerintah. Seharusnya UU KIP menjadi pijakan hukum bagi publik untuk menggunakan haknya sekaligus
memudahkan dalam memperoleh informasi, bukan sebaliknya memanfaatkan kelemahan UU KIP ini demi tujuan lain.
93
2.6.1.f. Respon Masyarakat
KI Pusat menilai hambatan dan tantangan utama dalam implementasi OGI adalah masih banyaknya masyarakat Indonesia yang belum paham mengenai
haknya dalam memperoleh informasi publik. Bahkan masih banyak juga masyarakat yang takut untuk meminta informasi ke Badan Publik.
92
Riezky Novyana. Berbagai Kendala dalam Pelaksanaan Keterbukaan Informasi di Indonesia. Glasgow: University of Glasgow, hlm. 1-15.
93
Keterbukaan Masih Menyisakan Berbagai Masalah, diakses dari http:www2.ristek.go.idindex.phpmoduleNews+Newsid13339 pada 10 Februari 2016, pukul 19.03 WIB
76
2.6.2. Hambatan dan Tantangan Implementasi OGI di Daerah Observasi