Pengaruh Asimetri Informasi Dan Penerapan Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada PT. Bumi Resources Tbk
PENGARUH ASIMETRI INFORMASI DAN PENERAPAN MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA
PADA PT. BUMI RESOURCES Tbk
The Influence Of Information Asymetry And Application Of Good Corporate Governance Mechanism On Earning Management
At Pt. Bumi Resourcer Tbk
Oleh :
Nama : Rahma Halida NIM : 21108149
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat skripsi guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG
(2)
(3)
ABSTRAK
PENGARUH ASIMETRI INFORMASI DAN PENERAPAN MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA
PADA PT. BUMI RESOURCES TBK
Penelitian ini dilakukan di PT. Bumi Resources Tbk yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui perkembangan Asimetri Informasi dan Good Corporate Governance, besar pengaruh Asimetri Informasi dan Good Corporate Governance terhadap manajemen laba secara parsial, serta untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Asymetri Informasi dan Good Corporate Governance terhadap Manajemen Laba Secara Simultan.
Metode dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif verifikatif dengan pendekatan kuantitatif. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan periode tahun 2002-2010. Untuk mengetahui besarnya pengaruh Asimetri Informasi dan Good Corporate Governance terhadap Manajemen Laba digunakan Analisis Linear Berganda, dan untuk mengetahui seberapa besar konstribusi variabel digunakan rumus Koefisien Determinasi. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan statistik uji t satu pihak dengan dan uji F dua pihak α = 0,05. Perolehan hasil analisa tersebut diolah dengan menggunakan program SPSS 18.0 for Windows.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Asimetri Informasi berpengaruh terhadap Manajemen Laba, sedangkan Good Corporate Governance tidak berpengaruh terhadap Manajemen Laba, ini di sebabkan karena Good Corporate Governance dapat di rasakan dalam jangka panjang. Dan diketahui Ho ada pada daerah penolakan berarti Ha diterima atau disimpulkan bahwa Asimetri Informasi dan Good Corporate Governance memiliki pengaruh terhadap Manajemen Laba secara Simultan, besarnya pengaruh tersebut adalah sebesar 59,2%, sisanya dipengaruhi faktor lain seperti Leverage atau rasio antara total kewajiban dengan total asset yang menunjukkan proporsi penggunaan utang untuk membiayai investasinya.
Kata kunci: Asimetri Informasi Dan Penerapan Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba
(4)
MANAGEMENT AT PT. BUMI RESOURCER Tbk
The research was conducted at PT. Bumi Resources Tbk, which is listed on the Indonesia Stock Exchange. The purpose of this study is to determine the development of Information Asymmetry and Corporate Governance, Information Asymmetry and the influence of Good Corporate Governance for the partial earnings management, as well as to find out how much influence Asymetri Information and Good Corporate Governance on Earnings Management By Simultaneous.
The method in this research using descriptive method with quantitative approach verifikatif. Samples used in this study is the period of 2002-2010 financial statements. To know the magnitude of the influence of Information Asymmetry and Corporate Governance on Earnings Management of Multiple Linear analysis is used, and to know how big contribution of variable used formula coefficients determination. Testing the hypothesis in this study using the t test statistic with one hand and the two-party F test α = 0.05. Acquisition results of analysis were processed using SPSS 18.0 for Windows.
The results of this study indicate that information asymmetry effect on earnings management, while good corporate governance has no effect on earnings management, is caused because good corporate governance can be felt in the long run. And are known to exist in the region of rejection of Ho Ha means accepted or concluded that the Information Asymmetry and Corporate Governance has an influence on the Simultaneous Profit Management, the magnitude of the effect amounted to 59.2%, rest influenced by other factors such as leverage, or ratio of total liabilities to total assets that indicates the proportion of debt to finance its investment.
Keywords: Information Asymetry And Application Of Good Corporate Governance Mechanism On Earning Management
(5)
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan puja bagi Allah SWT, Pencipta langit dan bumi serta segala apa-apa yang ada disekitarnya. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhamad SAW, keluarganya, para sahabatnya dan kepada seluruh pengikutnya hingga hari qiamat.
Rasa penuh syukur kehadirat Allah SWT atas segala karunia dan hidayahNya, peneliti telah dapat menyusun dan menyelesaikan Laporan Skripsi
dengan judul “PENGARUH ASIMETRI INFORMASI DAN PENERAPAN
MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP
MANAJEMEN LABA PADA PT. BUMI RESOURCES TBK”.
Penyusunan Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat akademis dalam menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia. Banyak hal yang penulis dapat dari penulisan skripsi ini, baik dari segi pengetahuan, pengalaman dan keterampilan serta kesabaran, tentunya tidak selalu berjalan mulus, banyak hambatan yang Penulis temui dalam pembuatan Laporan Skripsi ini hingga selesai, namun dengan tekad, niat dan kerja keras serta tak lupa dibarengi dengan doa, pada akhirnya Penulis mampu melewati semua sampai dengan selesai. Penulis sadar Laporan Skripsi ini jauh dari kata sempurna, tapi semoga dengan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi rekan-rekan yang membacanya dan dapat menjadikan sebagai tambahan pengetahuan bagi rekan-rekan hingga itulah
(6)
iv
yang akan menjadi kesempurnaan bagi Laporan Skripsi ini. Tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas semua pihak yang membantu dalam menyelesaikan Laporan skripsi ini,
1. Ir. Dr. Eddy Soeryanto Soegoto, M.Sc., selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.
2. Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra., SE., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
3. Sri Dewi Anggadini, SE., M.Si., selaku ketua Program Studi Akuntansi dan selaku Dosen pembimbing yang penuh keikhlasan berkenan memberikan bimbingan, membina dan mengarahkan peneliti.
4. Ony Widyalestariningtyas, SE.,M.Si., selaku Dosen Wali Akuntansi AK4.
5. Kedua orang tua yang sudah membesarkanku juga selalu memberikan do’a, dan dukungan dalam menempuh pendidikan untuk bekal di masa depan.
6. Almarhum Nenek tersayang yang aku banggakan, menjadikan aku selalu tegar dan pantang menyerah.
7. Kakak dan adik yang selalu memberikan motivasi, semangat dan do’a yang tak henti-hentinya yang diberikan kepada peneliti.
8. Keluarga besar yang jauh disana, dengan penuh pengharapan menunggu kelulusanku.
9. Sahabat-sahabat Tapak Rantai Terjal (TRT) yang selalu siap menangkap aku saat aku jatuh, menghapus setiap air mataku disaat semua orang
(7)
v
menjauh dan selalu menemaniku disaat aku merasa ketakutan dan terasing.
10. Sahabat Tehubaci (Tempe, Gehu, Bakwan, Aci) terima kasih banyak atas bantuan, saran, motivasi semangat pada peneliti.
11. Keluarga Besar KSR PMI UNIKOM yang telah menjadi keluarga keduaku, sumber pengalaman dan pembentukan karakterku menjadi lebih baik.
12. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini. Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan yang membacanya terutama yang sedang mencari referensi dalam pembuatan skripsi, dan semoga Laporan Skripsi ini dapat menjadi ladang pahala dan ilmu bagi penulis dan pihak-pihak terkait, Amin
Bandung, Agustus 2012
(8)
vi DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN KEASLIAN MOTTO
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ……… xiii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 10
1.2.1 Identifikasi Masalah ... 10
1.2.2 Rumusan Masalah ... 11
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 11
1.3.1 Maksud Penelitian ... 11
1.3.2 Tujuan Penelitian ... 11
1.4 Kegunaan Penelitian ... 12
1.4.1 Kegunaan Praktisi ... 12
(9)
vii
1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 13
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka ... 14
2.1.1 Asimetri Informasi ... 14
2.1.1.1 Pengertian Asimetri Informasi ... 14
2.1.1.2 Tipe Asimetri informasi ... 15
2.1.1.3 Pengukuran Asimetri Informasi ... 16
2.1.2 Good Corporate Governance ... 18
2.1.2.1 Pengertian Good Corporate Governance ... 18
2.1.2.2 Prinsip Good Corporate Governance ………. 19
2.1.2.3 Tujuan Good Corporate Governance (GCG)……. 22
2.1.2.4 Mekanisme Good Corporate Governance ………. 22
2.1.3 Manajemen Laba ... 26
2.1.3.1 Pengertian Manajemen Laba ... 26
2.1.3.2 Bentuk-Bentuk Manajemen Laba ... 27
2.1.3.3 Motivasi Manajemen Laba ... 29
2.1.3.4 Pendekatan Manajemen Laba ……… 31
2.1.4 Hasil Penelitian Sebelumnya ... 34
2.2 Kerangka Berfikir ... 36
2.2.1 Keterkaitan Asimetri Informasi terhadap manajemen laba .. 39
2.2.2 Keterkaitan Good Corporate Governance terhadap Manajemen Laba ……….…….. 40
(10)
viii
2.3 Hipotesis ... 43
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ... 44
3.2 Metode Penelitian ... 45
3.2.1 Desain Penelitian ... 46
3.2.2 Operasional Variabel ... 49
3.2.3 Sumber dan Teknik Penentuan Data ... 52
3.2.3.1 Sumber Data ... 52
3.2.3.2 Teknik Penentuan Data ... 52
3.2.4 Teknik Pengumpulan Data ... 55
3.2.5 Rancangan Analisis dan Hipotesis ... 56
3.2.5.1 Rancangan Analisis ... 56
3.2.5.2 Pengujian Hipotesis ... 67
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gamabran Umum Perusahaan ... 71
4.1.1 Sejarah Perusahaan ... 71
4.1.2 Struktur Organisasi Perusahaan... 75
4.1.3 Job Description ... 77
4.1.4 Aktivitas Perusahaan ... 80
4.2 Analisis Deskriptif ... 83
4.2.1 Deskriptif Asimetri Informasi PT. Bumi Resources Tbk ... 84
4.2.2 Deskriptif Penerapan Mekanisme Good Corporate Governance PT. Bumi Resources Tbk ... 87
(11)
ix
4.2.3 Deskriptif Manajemen Laba PT. Bumi Resources Tbk … 91
4.3 Hasil Analisis Verifikatif ... 95
4.3.1 Analisis Pengaruh Asimetri Informasi dan Penerapan Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada PT. Bumi Resources Tbk Secara Parsial dan Simultan ………... 95
4.3.2 Pengaruh Asimetri Informasi Dengan Manajemen Laba Secara Parsial ... 105
4.3.3 Pengaruh Penerapan Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba ………... 108
4.3.4 Pengaruh Asimetri Informasi dan Penerapan Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Secara Simultan ………... 115
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 121
5.2 Saran ... 122
DAFTAR PUSTAKA ... 124
LAMPIRAN ... 127
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 261
(12)
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Di pasar modal, ketika timbul asimetri informasi maka keputusan ungkapan yang di buat oleh manajer dapat mempengaruhi harga saham. Sebab asimetri informasi antara investor yang lebih terinformasi dan investor yang kurang terinformasi akan menimbulkan biaya transaksi dan mengurangi asimetri informasi yang timbul ketika manajer lebih mangetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa depan dibandingkan pemegang saham dan stake holder lainnya. Dengan demikian beberapa konsekuensi tertentu hanya akan di ketahui oleh suatu pihak tanpa diketahui pihak lain yang juga memerlukan informasi tersebut (Silvia dan Yanivi : 2003).
Idealnya pasar modal adalah merupakan wadah bagi terjadinya mekanisme transaksi saham yang fair. Transaksional saham yang fair sulit tercapai karena adanya konflik kepentingan dan tidak transparannya laporan keuangan emiten. Ada tiga kondisi yang menyebabkan komunikasi melalui laporan keuangan tidak sempurna dan tidak transparan yaitu : (1) dibandingkan dengan investor, manajemen memiliki informasi lebih banyak tentang strategi dan operasi bisnis yang dikelolanya, (2) kepentingan manajer tidak selalu selaras dengan kepentingan investor, dan (3) ketidaksempurnaan dari aturan akuntansi dan audit (Utami,2005).
(13)
B A B I P e n d a h u l u a n | 2
Kesenjangan kepentingan antara manajer dengan pemegang saham mengimplikasikan adanya asimetri informasi. Asimetri informasi muncul ketika manajer lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemegang saham atau stakeholders lainnya. Dikaitkan dengan peningkatan nilai perusahaan, ketika terdapat asimetri informasi, manajer dapat memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada investor guna memaksimalisasi nilai perusahaan yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan (disclosure) informasi akuntansi (Rahmawati, 2007: 69).
Keberadaan asimetri informasi dianggap sebagai penyebab manajemen laba. Richardson dalam Rachmawati [2007 : 69] berpendapat bahwa terdapat hubungan yang sistimatis antara magnitut asimetri informasi dan tingkat manajemen laba. Fleksibilitas manajemen untuk “memanipulasi” atau mengelola laba dapat dikurangi dengan menyediakan informasi yang lebih berkualitas bagi pihak luar. Kualitas laporan keuangan akan mencerminkan tingkat manajemen laba.
Aktivitas rekayasa manajerial mempengaruhi besar kecilnya laba yang diinformasikan dalam laporan keuangannya. Laporan keuangan merupakan sumber informasi bagi stakeholder untuk membuat keputusan ekonnomi. Ketepatan keputusan stakeholder ditentukan oleh kebenaran informasi yang diterima, apabila informasi yang diterima salah maka keputusan yang dibuat pun menjadi ikut salah (Sri Sulistyanto, 2008 : 103).
Tim manajemen sebagai agen diberi wewenang untuk mengambil keputusan yang terkait dengan operasi dan strategi perusahaan dengan harapan
(14)
keputusan-keputusan yang diambil akan memaksimumkan nilai perusahaan. Harapan agar tim manajemen selalu mengambil keputusan yang sejalan dengan peningkatan nilai perusahaan seringkali terwujud. Banyak keputusan yang diambil manajer yang justru lebih menguntungkan manajer dan mengesampingkan kepentingan pemegang saham. Asumsi bahwa orang-orang yang terlibat dalam perusahaan akan berupaya memaksimumkan nilai perusahaan ternyata tidak selalu terpenuhi manajer memiliki kepentingan (interest) pribadi dan kepentingan pribadi ini sebagian besar bertentangan dengan kepentingan pemilik perusahaan sehingga muncul agency problem (Arifin, 2005: 10).
Teory keaganan (agency theory) meupakan salah satu teori yang muncul dalam perkembangan riset akuntansi yag merupakan modifikasi dari perkembangan model akuntansi keuangan dengan menambahkan aspek perilaku manusia dalam model ekonomi (Arifin : 2005). Teori agensi mendasarkan hubungan kontrak antara pemegang saham/pemilik dan manajemen/manajer. Menurut teori ini hubungan antara pemilik dan manajer pada hakekatnya sukar tercipta karena adanya kepentingan yang saling bertentangan. Tarik menarik kepentingan dianatara kedua pihak ini yang akan menimbulkan permasalahan yang dalam teori agensi dikenal dengan Asymetric Information.
Konsep good corporate governance berkembang seiring dengan tuntutan publik yang menginginkan terwujudnya kehidupan bisnis yang sehat, bersih, dan bertanggung jawab. Tuntutan ini sebenarnya merupakan jawaban publik terhadap semakin maraknya kasus-ksus penyimpangan korporasi di seluruh dunia. Selain itu tuntutan ini juga mencerminkan keheranan publik mengapa kasus
(15)
B A B I P e n d a h u l u a n | 4
penyimpangan korporasi bisa terjadi dimanapun juga. Tidak hanya di negara yang sistem bisnisnya memang belum tertata tetapi juga terjadi di negara-negara yang sistem bisnisnya telah tertata dengan baik, bahkan di negara-negara dimana konsep ini pertama kali dikembangkan, yaitu Amerika Serikat. (H. Sri Sulistyanto, 2008:131)
Semakin merebaknya aktivitas manajemen laba juga telah mendorong berkembangnya perhatian publik terhadap konsep good corporate governance. Konsep ini secara definitif diartikan sebagai sestem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan agar selalu menciptakan nilai tambah untuk semua stokeholder dan stakeholdernya. Ada dua point penting yang ditekankan dalam konsep ini, yaitu hak stokholder dan stakeholder untuk memperoleh informasi akurat dan tepat waktu serta kewajiban perusahaan untuk mengungkapkan (disclousure) secara akurat, tepat waktu, dan transparan semua informasi mengenai perusahaan (Sri Sulistyanto, 2008 : 9).
Ada beberapa pola laba yang bisa dipilih dan dipakai manajer untuk mengubah informasi. Pola yang dipilih dan dipakai manajer tergantung pada tujuan yang ingin dicapainya. Apabila manajer menginginkan kinerja terlihat lebih bagus dari pada kinerja sesungguhnya maka manajer akan menaikkan informasi labanya lebih tinggi dibanding laba sesungguhnya. Sementara apabila manajer menginginkan kinerja perusahaan lebih rendah maka manajer akan mengatur labanya lebih rendah dibanding kinerja sesungguhnya. Agar kinerja terlihat lebih merata selama beberapa periode, manajer akan mengatur informasi sedemikian rupa sehingga labanya tidak bergerak secara fluktuatif selama periode-periode itu.
(16)
Upaya untuk mempermainkan informasi dalam laporan keuangan dengan menyembunyikan, menunda pengungkapan, dan mengubah informasi inilah disebut dengan manajemen laba (Sri Sulistyanto, 2008 : 21).
Dalam hal pelaporan keuangan, manajer dapat melakukan manajemen laba (earnings management) untuk menyesatkan pemilik (pemegang saham) mengenai kinerja ekonomi perusahaan. Tindakan earnings management telah memunculkan dalam beberapa kasus skandal pelaporan akuntansi. Salah satu bentuk upaya manajer dalam melakukan manajemen laba adalah dengan cara income smoothing yaitu pihak manajemen dengan sengaja menurunkan dan meningkatkan laba untuk mengurangi gejolak dalam laporan laba, sehingga perusahaan terlihat stabil atau tidak beresiko tinggi (Scoot, 2003).
Banyaknya kasus mengenai manajemen laba yang terjadi baik di Indonesia maupun diluar negeri seperti kasus Kimia Farma Tbk dan PT Lippo Tbk kemudian kasus Enron, Wordcom, dan Xerox dimana mereka mengakui telah melakukan penggelembungan laba yang pada akhirnya membuat para investor melepaskan saham yang mereka miliki yang berakibat pada anjloknya harga saham perusahaan. Disini investor tidak banyak mengetahui tentang keadaan perusahaan yang membuat mereka dirugikan dengan informasi yang tidak relevan. Hal ini memberikan gambaran bahwa praktik manajemen laba sering terjadi diperusahaan guna menggambarkan kinerja perusahaan yang baik dengan menggunakan berbagai kesempatan yang ada (Ludovicus Sensi W, 2007: 72).
PT Bumi Resources Tbk dalam setiap menjalankan usahanya tentu saja memiliki tujuan yang mendasar yaitu mendapatkan keuntungan atau laba. Laba
(17)
B A B I P e n d a h u l u a n | 6
merupakan selisih antara pendapatan yang diperoleh suatu perusahaan pada suatu periode dengan beban-beban yang terjadi selama periode tersebut. Manajemen PT Bumi Resource Tbk sebagai pengelola perusahaan juga dalam melakukan kebijakan-kebijakan akuntansinya berusaha untuk memajukan perusahaan dalam pencapaian laba yang tentunya semakin tahun akan semakin bertambah sehingga baik kinerja manajemen atau perusahaan dapat dinilai baik. Laporan keuangan PT Bumi Resources Tbk selama sepuluh tahun ini dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 1.1
Earning After Tax and Closing Price PT Bumi Resources Tbk
Tahun 2002-2011 (dalam jutaan rupiah)
Tahun Laba Bersih
(Earning After Tax)
Harga Saham (Closinng
Price)
Harga Saham Tertinggi
Harga SahamTerendah
2002 135.578 460 500 450
2003 146.876 500 525 185
2004 1.211.770 800 825 725
2005 1.222.099 760 900 670
2006 222.304.589 900 900 720
2007 789.003.841 6000 6400 5500
2008 645.365.258 910 950 890
2009 190.448.692 2425 3225 2050
2010 311.179.547 3075 3075 2175
2011 241.336.629 3350 3375 3325
Sumber : Data Laporan Keuangan PT Bumi Resources Tbk
Dari data laporan keuangan PT Bumi Resources Tbk di atas kita dapat melihat bahwa laba perusahaan terjadi kenaikan yang memberikan indikasi bahwa kinerja perusahaan baik, akan tetapi terjadi ketidak seimbangan antara laba yang di dapat dibandingkan dengan harga saham yang ada. Dimana seharusnya laba
(18)
yang tinggi dapat menaikkan harga saham begitupun sebaliknya saat laba perusahaan turun maka harga saham perusahaan juga ikut turun. Ini terjadi pada tahun 2004 ke tahun 2005 dimana laba yang diperoleh dari 1.079.520 naik menjadi 1.222.099 tetapi harga saham malah turun dari 800 ke 760. Sedangkan pada tahun 2009, dan 2011 terjadi kebalikannya, yaitu laba perusahaan turun tetapi harga sahamnya naik.
Adanya ketidak seimbangan tersebut memberikan asumsi bahwa telah terjadi praktik manajemen laba yang dilakukan manjemen dengan menggunakan pola Income Maximization dan Income Minimization untuk kepentingan diri sendiri maupun perusahaan dengan menggunakan asimetri informasi yang ada dengan melihat harga saham tertinggi dan harga terendahnya. Informasi yang lebih banyak yang dimiliki oleh manajer dibandingkan pihak lain menjadi pendorong dalam melakukan praktik manajemen laba. Turunnya laba bersih pada PT. Bumi Resources merupakan akibat tingginya beban keuangan, tingkat utang (leverage) yang tinggi dan beban bunga utang yang tinggi (http://rimanews.com).
Apabila laba meningkat, secara teoritis harga saham juga meningkat. Sri Sulistyanto (2008:82) mengemukakan bahwa kalau kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba meningkat, harga saham akan meningkat. Atau dengan kata lain, profitabilitas akan mempengaruhi harga saham. Hal senada juga dikemukakan oleh Marzuki Usman, dkk (1990:155) bahwa para fundamentalis mencoba mempelajari hubungan antara harga saham dan kondisi perusahaan. Argumentasi dasarnya adalah bahwa nilai saham mewakili nilai perusahaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham menurut Arifin (2001, 116-125)
(19)
B A B I P e n d a h u l u a n | 8
antara lain kondisi fundamental perusahaan, hukum permintaan dan penawaran, tingkat suku bunga, kurs valuta asing, dana asing di bursa, indeks harga saham, news and rumors, deviden, laba perusahaan, dan faktor lain.
Fenomena lain yang terjadi pada PT. Bumi Resources yaitu adanya manipulasi pajak PT. Bumi Resources sebesar Rp 376 miliar pada tahun 2007. Direktorat Jenderal Pajak didesak untuk menyelesaikan dugaan manipulasi pajak yang dilakukan 3 anak perusahaan Grup Bakrie, yaitu Bumi Resources, Kaltim Prima Coal, dan Arutmin Indonesia. Ketiga perusahaan tersebut diduga memanipulasi senilai Rp 2,1 triliun. Menurut Koordinator Divisi Pusat Data dan Analisis Indonesian Corruption Watch Firdaus Ilyas, penggelapan pajak secara sistematis tergolong tindak pidana korupsi. Pemerintah seharusnya bertindak tegas terhadap Grup Bakrie. Selain tunggakan pajak, PT Bumi Resources juga memiliki tunggakan royalty Rp 6 triliun pada tahun 2008. itu berdasarkan laporan keuangan Bumi Resources pada tahun 2008 (Sumber : Media Indonesia. Rabu, 16 Desember 2009).
Kasus lainnya yaitu dengan memainkan harga rata-rata tertimbang (WAP/ weighted average price) batu bara, sehingga harga batu bara lebih rendah dari harga sesungguhnya dalam laporan keuangan Bumi Resources 2004-2009. Akibat akal-akalan ini, potensi kerugian negara dari dana hasil penjualan batu bara itu sebesar US$ 255 juta (www.tempointeraktif.com).
Penerapan system pengawasan dan pengendalian sebagai bagian dari prinsip good corporate governance merupakan upaya untuk menurunkan tingkat manajemen laba dalam pengelolaan dunia usaha. Penerapan prinsip good
(20)
corporate governance secara konsisten dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan. Alasannya, prinsip good corporate governance yang diterapkan secara konsisten dapat menjadi penghambat (constrain) dan mengurangi penyimpangan yang mengakibatkan laporan keuangan tidak menggambarkan nilai fundamental perusahaan (Sri Sulistyanto, 2008:156).
Timbulnya manajemen laba dapat dijelaskan dengan teori agensi. Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik (pemegang saham). Manajer berkewajiban memberikan informasi mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Informasi yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan. Namun, pada kenyataannya manajer terkadang tidak menyampaikan informasi akuntansi yang mencerminkan keadaan sebenarnya. Ketidakseimbangan penguasaan informasi akan memicu munculnya suatu kondisi yang disebut sebagai asimetri informasi (information asymmetry) (Ujiantho dan Pramuka, 2007).
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk menyusun Laporan Uji Penelitan denga judul “Pengaruh Asimetri Informasi dan Penerapan Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba”.
(21)
B A B I P e n d a h u l u a n | 10
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah
Permasalahan yang dapat diidentifikasi dalam penelitian mengenai Pengaruh asimetri informasi dan penerapan good corporate governance terhadap Manajemen laba adalah :
1. Meningkatnya laba perusahaan yang tidak di imbangi dengan harga saham yang meningkat merupakan tindakan manajemen laba menggunakan pola income maximization karena perusahaan berusaha menarik investor untuk menanamkan modalnya dengan menawarkan harga saham yang tidah telalu tinggi.
2. Menurunnya laba perusahaan yang disebabkan adanya hutang jangka panjang, tingginya beban keuangan dan beban bunga utang yang tinggi.
3. Adanya manipulasi pajak sebesar Rp 376 miliar pada tahun 2007, tunggakan royalty Rp 6 triliun pada tahun 2008 dan memainkan harga rata-rata tertimbang (WAP/ weighted average price) batu bara, sehingga harga batu bara lebih rendah dari harga sesungguhnya dalam laporan keuangan Bumi Resources 2004-2009.
4. Terdapatnya asimetri informasi dalam perusahaan antara manajemen dengan investor dan kurangnya penerapan prinsip good corporate governance yang secara konsisten dapat menjadi penghambat aktivitas manajemen laba yang bertujuan untuk pengawasan dan pengendalian perusahaan.
(22)
1.2.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukaan dalam latar belakang maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana perkembangan asimetri informasi dan good corporate governance pada PT.Bumi Resources Tbk
2. Seberapa besar Pengaruh asimetri informasi dan good corporate governance terhadap manajemen laba secara parsial pada PT. Bumi Resources Tbk
3. Seberapa besar Pengaruh asimetri informasi dan good corporate governance terhadap manajemen laba secara simultan pada PT. Bumi Resources Tbk.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh asimetri informasi dan good corporate governance terhadap manajemen laba pada PT. Bumi Resources Tbk
1.3.2 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti empiris mengenai :
1. Untuk mengetahui perkembangan asimetri informasi dan good corporate governance pada PT. Bumi Resources Tbk
(23)
B A B I P e n d a h u l u a n | 12
2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh asimetri informasi dan good corporate governance terhadap manajemen laba secara parsial pada PT. Bumi Resources Tbk
3. Untuk mengetahui seberapa besar pangaruh asimetri informasi dan good corporate governance terhadap manajemen laba secara simultan pada PT. Bumi Resources Tbk.
1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Praktis
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan dijadikan evaluasi terhadap perusahaan, yaitu PT Bumi Resources Tbk mengenai bagaimana Asimetri Informasi dan Good Corporate Governance terhadap Manajemen Laba.
1.4.2 Kegunaan Akademis
Kegunaan akademis dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Penulis
Diharapakan dapat menambah wawasan penulis terutama tentang asimetri informasi, good corporate governance dan manajemen laba. 2. Bagi ilmu akuntansi
Penelitian ini di harapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi mengenai keterkaitan asimetri informasi, good corporate governance terhadap manajemen laba.
(24)
1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian
Dalam penyusunan penelitian ini, penulis melakukan penelitian pada PT. Bumi Resources Tbk yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Beralamat di Jalan Jendral Sudirman No.45-46, melalui data yang diperoleh dari website www.bumiresources.com.
Adapun waktu pelaksanaan penelitian dilaksanakan dari bulan Maret 2012 sampai bulan Agustus 2012.
Jadwal penelitian dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 1.2 Jadwal Penelitian No Kegiatan Maret 2012 April 2012 Mei 2012 Juni 2012 Juli 2012 Agustus 2012 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
Pra Survei : a. Persiapan Judul
b. Persiapan teori
c. Pengajuan Judul
d. Mencari Perusahaan
2
Usulan Penelitian: a. Penulisan UP
b. Bimbingan UP
c. Seminar UP
d. Revisi UP
3 Pengumpulan Data
4 Pengolahan Data
5
Penyusunan Skripsi: a. Bimbingan Skripsi
b. Sidang Skripsi
c. Revisi Skripsi
d. Pengumpulan draf skripsi
(25)
14 BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTEIS
2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Asimetri Informasi
2.1.1.1 Pengertian Asimetri Informasi
Dalam perdagangan saham di bursa efek, informasi memiliki peranan penting dalam membantu investor menentukan pilihan yang tepat dalam berinvestasi. Namun sering kali terjadi asimteri informasi yang dialami investor, hal ini tentu saja akan menimbulkan kerugian terutama investor yang kekurangan informasi. Menurut Scott (2004:105) menyatakan :
“Asimetri informasi (information asymmetry) merupakan sebuah konsep yang paling penting dalam teori akuntansi keuangan (financial accounting theory)”.
Sedangkan menurut Beaver yang terdapat dalam jurnal Puput Tri Komalasari (2001) menyatakan bahwa :
“Asimetri informasi adalah istilah untuk menggambarkan adanya dua kondisi investor dalam perdagangan saham yaitu investor yang more informed dan investor yang less informed.”
Dari pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa asimetri informasi merupakan suatu kondisi ketidak seimbangan perolehan informasi antara pihak manajemen sebagai penyedia informasi dengan pihak pemegang saham, dimana manajer lebih mangetahui mengenai informasi perusahaan terutama pada laporan keuangan. Hal ini terjadi karena adanya keinginan untuk kepentingan pribadi,
(26)
maka dengan informasi asimetri yang dimilikinya akan mendorong manajer untuk menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui pemegang saham, kondisi ini akan merugikan pemegang saham.
2.1.1.2 Tipe Asimetri informasi
Dalam asimetri informasi Scott (2004:8) menyatakan bahwa ada dua tipe dari asimetri informasi, yaitu:
a. Adverse Selection
“Adverse selection is a type of information asymmetry where by one or more parties to a business transaction, or potential transaction, have an information advantage over other parties.”
Berdasarkan definisi di atas, adverse selection ini timbul karena manajer perusahaan dan orang dalam (insider) lain yang mengetahui lebih banyak mengenai kondisi terkini atau prospek mendatang dari suatu perusahaan dari pada investor sebagai pihak luar.
b. Moral Hazard
“Moral hazard is a type of information asymmetry where by one or more parties to a bisiness transaction, can observe their actions in fulfillment of the transaction but other parties cannot.”
Berdasarkan definisi di atas, moral hazard timbul karena adanya pemisahan kepemilikan dan pengendalian yang merupakan karakter sebagian besar entitas bisnis besar.
(27)
B A B I I K ajian Pustaka, K erangka Pemikiran, Dan Hipotesia | 16
2.1.1.3 Pengukuran Asimetri Informasi
Dalam melakukan pengukuran terhadap asimetri informasi, penulis menggunakan proksi bid-ask spread. Menurut Bodie, Kane dan Marcus (2002:85) pengertian bid-ask spread adalah :
“Bid price is the price or which a dealer is willing to purchase a security. Ask price is the price or which a dealer is will sell a security”. Sedangkan menurut Radclife (1997:77), pengertian bid-ask spread adalah sebagai berikut :
“The spread between the dealer’s selling price and their buying price represents a profit to the dealer”.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Bid Pread merupakan harga tertinggi yang ditawarkan pihak yang akan membeli. Sedangkan Ask Price adalah harga terendah yang ditawarkan pihak yang akan melepas atau menjual saham. Selisih dari harga Bid dan Ask disebut sebagai Bid-Ask Spread.
Bid-ask spread digunakan untuk mengetahui besarnya asimetri informasi yang terjadi karena asimetri infromasi berhubungan dengan penawaran dan pembelian saham yang terjadi pasar modal yang digambarkan melalui harga beli (bid price) dan harga jual (ask price).
Adapun cara mencari bid-ask spread ini dapat digunakan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
(28)
keterangan :
RBA I,t = Asimetri informasi yang diproksikan dengan nilai bid-ask spread relative saham perusahaan I yang terjadi pada periode t.
HA i,t = Harga Ask tertinggi saham perusahaan I yang terjadi pada periode t
HB I,t = Harga Bid terendah saham perusahaan I yang terjadi pada periode t
Menurut Sri Sulistyanto (2008:84) Semakin tinggi nilai Bid-Ask Spread berarti semakin besar kesenjangan informasi yang dimiliki oleh manajemen dengan informasi yang dimiliki oleh investor mengenai harga saham perusahaan, dan semakin besar pula dorongan bagi manajer untuk merekayasa labanya.
komponen spread yang turut memberikan kontribusi terhadap kerugian yang dialami dealer ketika bertransaksi dengan pedagang terinformasi tersebut menurut Radclife (2006:45) adalah sebagai berikut :
1. Biaya pemrosesan pesanan (order processing cost), terdiri dari biaya yang dibebankan oleh pedagang sekuritas (efek) atas kesiapannya mempertemukan pesanan pembelian dan penjualan, dan kompensasi untuk waktu yang diluangkan oleh pedagang sekuritas guna menyelesaikan transaksi.
2. Biaya penyimpanan persediaan (inventory holding cost), yaitu kos yang ditanggung oleh pedagang sekuritas untuk membawa persediaan saham agar dapat diperdagangkan sesuai dengan permintaan.
3. Adverse selection component, menggambarkan suatu upah (reward) yang diberikan kepada pedagang sekuritas untuk mengambil suatu risiko ketika berhadapan dengan investor yang memiliki informasi superior. Komponen ini terkait erat dengan arus informasi di pasar modal.
(29)
B A B I I K ajian Pustaka, K erangka Pemikiran, Dan Hipotesia | 18
Berkaitan dengan bid-ask spread, fokus perhatian akuntan adalah pada komponen adverse selection karena berhubungan dengan penyediaan informasi ke pasar modal.
2.1.2 Good Corporate Governance
2.1.2.1 Pengertian Good Corporate Governance
Menurut Moh.Wahyudin Zarkasyi (2008:38) pengertian Good Corporate Governance adalah sebagai berikut :
“Suatu system (input, proses, output) dan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan stakeholder terutama dalam arti sempit hubungan antara pemegang saham, dewan komisaris dan dewan direksi demi tercapainya tujuan perusahaan”.
Menurut Mas Ahmad Daniri (2005:8) Pengertian Good Corporate Governance adalah :
“Suatu pola hubungan, system, dan proses yang digunakan untuk organ perusahaan (direksi, dewan komisaris, RUPS) guna memberikan nilai tambah kepada pemegang saham secara berkesinambungan dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya, berlandaskan peraturan dan perundangan dan norma yang berlaku”.
Forum for Corporate Governance in Indonesia/FCGI dalam Adrian Sutedi (2011:122), Good Corporate Governance adalah
“seperangkat peraturan yang menetapkan hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan”.
(30)
Sesuai surat keputusan Negara BUMN No.117/2002 adalah suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan dan nilai-nilai etika.
Dari pengertian di atas dapat di simpulkan good corporate governance adalah suatu kebijakan dalam perusahaan yang mengelola, mengatur, dan mengawasi proses pengendalian usaha yang bertujuan untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan tanpa mengabaikan kepentingan stakeholders.
2.1.2.2 Prinsip Good Corporate Governance
Menurut Menteri BUMN No:Kep.117/M-MBU/2002, prinsip Good Corporate Governance (GCG) merupakan kaidah, norma ataupun pedoman korporasi yang diperlukan dalam sistem pengelolaan BUMN yang sehat.
Prinsip-prinsip pokok corporate governance yang perlu diperhatikan untuk terselenggaranya praktik good corporate governance adalah; keterbukaan (transparency), akuntabilitas (accountability), Kewajaran (fairness), independensi (independency) dan tanggung jawab (responsibility) (Moh. Wahyudin Zarkasy , 2008:38).
Prinsip corporate governance diatas digunakan untuk mengukur seberapa jauh penerapan corporate governance dalam suatu perusahaan. Prinsip prinsip good corporate governance menurut Moh. Wahyudin Zarkasy (2008:38) adalah:
(31)
B A B I I K ajian Pustaka, K erangka Pemikiran, Dan Hipotesia | 20
“1. Keterbukaan (transparency) 2. Akuntabilitas (Accountability)
3. Kesetaraan dan Kewajaran (Fairness) 4. Responsibilitas (Responsibility) 5. Independensi (Independency)”.
Penjelasan dari prinsip-prinsip Good Corporate Governance di atas adalah sebagai berikut:
1. Keterbukaan (transparency)
Transparansi berhubungan dengan kualitas informasi yang disampaikan perusahaan. Kepercayaan investor akan sangat tergantung pada kualitas informasi yang disampaikan perusahaan. Oleh karena itu perusahaan dituntut untuk menyediakan informasi yang jelas, akurat, tepat waktu dan dapat dibandingkan dengan indikator-indikator yang sama. Penyampaian informasi kepada publik secara terbuka, benar, kredibel, dan tepat waktu akan memudahkan untuk menilai kinerja dan resiko yang dihadapi perusahaan.
2. Akuntabilitas (Accountability)
Akuntabilitas berhubungan dengan adanya sistem yang mengendalikan hubungan antara organ-organ yang ada dalam perusahaan. Akuntabilitas diperlukan sebagai salah satu solusi mengatasi agency problem yang timbul antara pemegang saham dan direksi serta pengendaliannya oleh komisaris. Oleh karena itu, akuntabilitas dapat diterapkan dengan mendorong seluruh organ perusahaan menyadari tanggungjawab, wewenang dan hak kewajiban.
(32)
3. Kesetaraan dan Kewajaran (Fairness)
Prinsip ini menekankan pada jaminan perlindungan hak-hak para pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing serta perlakuan yang setara terhadap semua investor. Praktik kewajaran ini juga mencakup adanya sistem hukum dan peraturan serta penegakannya yang jelas dan berlaku bagi semua pihak. Hal ini penting untuk melindungi kepentingan pemegang saham khususnya pemegang saham minoritas dari praktik kecurangan (Fraud) dan praktik-praktik insider trading. 4. Responsibilitas (Responsibility)
Responsibilitas menekankan pada adanya sistem yang jelas untuk mengatur mekanisme pertanggungjawaban perusahaan kepada pemegang saham dan pihak-pihak lain yang berkepentingan. Hal tersebut untuk merealisasikan tujuan-tujuan yang hendak dicapai dalam corporate governance yaitu mengakomodasi kepentingan pihak-pihak yang berkaitan dengan perusahaan seperti masyarakat, pemerintah, asosiasi bisnis dan sebagainya. Responsibilitas juga terkait dengan kewajiban perusahaan untuk mematuhi semua peraturan dan hukum yang berlaku. Kepatuhan terhadap ketentuan yang ada akan menghindarkan dari sangsi, baik sangsi hukum maupun sangsi moral masyarakat akibat dilanggarnya kepentingan mereka.
5. Independensi (Independency)
Masinng-masing organ perusahaan harus menghindari terjadinya dominasi oleh pihak manapun, tidak terpengaruh oleh pihak manapun,
(33)
B A B I I K ajian Pustaka, K erangka Pemikiran, Dan Hipotesia | 22
dan tidak melempar tanggung jawab antara satu dengan yang lain sehingga terwujud sistem pengendalian internal yang efektif.
Dengan menerapkan corporate governance diharapkan dapat mengurangi dorongan untuk melakukan tindakan manipulasi oleh manajer. Sehingga kinerja yang dilaporkan merefleksikan keadaan ekonomi yang sebenarnya dari perusahaan bersangkutan (Moh. Wahyudin Zarkasyi, 2008: 38).
2.1.2.3 Tujuan Good Corporate Governance (GCG)
Terdapat enam tujuan dalam penerapan Good Corporate Governance (GCG) menurut BUMN sesuai SK. Menteri No.117/M-MBU/2002 Pasal 4, yaitu: 1. Untuk memaksimalkan nilai perusahaan dengan cara meningkatkan prinsip keterbukaan, akuntabilitas, dapat dipercaya, bertanggung jawab, dan adil agar perusahaan memiliki daya saing yang kuat, baik secara nasional maupun internasional.
2. Mendorong pengelolaan perusahaan secara profesional, transparan dan efisien, serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian organ.
3. Mendorong agar organ dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakan dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta kesadaran akan adanya tanggungjawab sosial perusahaan terhadap stakeholders maupun kelestarian lingkungan di sekitar perusahaan.
4. Meningkatkan kontribusi perusahaan dalam perekonomian nasional. 5. Meningkatkan iklim investasi nasional.
6. Mensukseskan program privatisasi.
2.1.2.4 Mekanisme Good Corporate Governance
Dalam konteks pengendalian dikenal adanya mekanisme eksternal dan mekanisme internal. Mekanisme eksternal governance biasanya dikenal dengan istilah “mekanisme di dalam mengendalikan perusahaan”. Didalam kaitan ini kontrol melalui mekanisme pasar dilakukan oleh mekanisme pasar modal (capital
(34)
market), pasar produk (product market) serta tenaga kerja (labour market). Ketiga mekanisme ini berdampak pada harga saham bila kinerja manajemen dianggap tidak memuaskan harga saham akan mengalami penurunan yang pada akhirnya terjadinya permintaan berupa penggantian manajemen oleh pasar, dimana pasar yang dimaksud adalah para stakeholder.
Berjalannya mekanisme dengan instrumen pasar tentunya akan efektif pada kondisi pasar relatif sempurna dan efisien serta informasi yang tersedia cukup memadai. Kondisi pasar modal dinegara berkembang termasuk Indonesia, belum mempunyai karakteristik ini, sehingga diperlukan mekanisme lain sebagai alternatif. Dalam hal ini peranan mekanisme governance internal dapat memberikan solusi. Hal ini sesuai dengan yang tercantum dalam Undang-Undang RI Nomor 1 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) tahun 1995, yang merupakan kerangka penting bagi perundang-undangan mengenai mekanisme Good Corporate Governance di Indonesia.
Penerapan mekanisme Good Corporate Governance yang dilaksanakan dengan baik sesuai dengan hak dan kewajibannya, akan menghasilkan keunggulan yang kompetitif bagi perusahaan dan tercipta sinergi yang baik antara kepentingan pemegang saham dan manajemen.
Mekanisme Good Corporate Governance menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia/FCGI dalam Adrian Sutedi (2011:1) adalah sebagai berikut :
(35)
B A B I I K ajian Pustaka, K erangka Pemikiran, Dan Hipotesia | 24
1. Struktur Kepemilikan
Hal terpenting dari penerapan Good Corporate Governance adalah bahwa setiap hak pemegang saham harus mendapat perlindungan yang pasti, dan perusahaan harus mengembangkan sistem yang memungkinkan pemegang saham menjalankan haknya. Mekanisme utama perlindungan dan pelaksanaan hak-hak pemegang saham adalah RUPS. Melalui RUPS, pemegang saham dapat memberikan suaranya dalam menentukan arah pengelolaan perusahaan, mendapatkan informasi material yang penting tentang perkembangan perusahaan, dan memutuskan besar keuntungan Perseroan yang dapat dibagikan kepada pemegang saham. Pemegang saham institusional merupakan pihak yang memiliki tingkat kepemilikan besar dalam perusahaan, sehingga diharapkan dapat memonitor kinerja perusahaan dan mendeteksi adanya manajemen laba. Oleh karena itu kepemilikan saham institusional yang besar dapat memberikan pengaruh yang besar juga terhadap perusahaan. Keberadaan kepemilikan saham institusional dengan kata lain struktur kepemilikan yang terkonsentrasi merupakan salah satu mekanisme Good Corporate Governance, selain perlindungan hukum bagi para pemegang saham juga berperan aktif sebagai agen pengawas (monitoring agent).
Menurut Beiner (2003) dalam Nurika Restuningdiah (2010:251) Kepemilikan institusional adalah jumlah presentasi hak suara yang dimiliki oleh institusi. Kepemilikan institusional diukur dengan menggunakan persentase jumlah saham yang dimiliki institusi dari seluruh modal saham yang beredar.
(36)
2. Dewan Komisaris
Dewan komisaris terdiri dari beberapa komisaris salah satunya komisaris independen. Komisaris sebuah perusahaan diangkat oleh RUPS. Mereka diangkat untuk suatu periode tertentu, dan apabila dimungkinkan, mereka bisa diangkat kembali. Dalam Anggaran Dasar diatur tata cara pencalonan, pengangkatan dan pemberhentian anggota dewan komisaris, tanpa mengurangi hak pemegang saham dalam pencalonan tersebut. Dewan komisaris merupakan inti dari corporate governance yang ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas. Dewan komisaris merupakan pusat ketahanan dan kesuksesan perusahaan. Semakin banyak dewan komisaris idependen pada perusahaan maka Good Corporate Governance semakin bagus. Dalam penelitian ini diukur menggunakan proporsi dewan komisaris yaitu jumlah dewan komisaris independen dibagi jumlah dewan komisaris keseluruhan.
3. Dewan Direksi
Dewan direksi merupakan sekelompok direktur-direktur yang diketuai oleh presiden direktur. Dewan direksi bertugas untuk mengella perusahaan dan melaksanakan kebijakan-kebijakan perusahaan, dan mewakili perusahaan di bawah pengarahan dewan komisaris. Dewan direksi diangkat dan setiap waktu dapat diganti oleh badan pengawas (dewan komisaris). Dewan direksi juga harus memberikan informasi kepada dewan komisaris dan menjawab hal-hal yang diajukan oleh dewan komisaris. Dewan direksi wajib mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada seluruh pemegang saham melalui RUPS. Untuk
(37)
B A B I I K ajian Pustaka, K erangka Pemikiran, Dan Hipotesia | 26
membantu pelaksanaan tugasnya, sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, direksi dapat menggunakan jasa profesional mandiri sebagai penasihatnya. Dewan direksi dalam penelitian ini diukur dari jumlah dewan direksi dalam perusahaan.
Menurut Hermalin dan Weisbach (2003), jumlah dewan direktur biasanya berkaitkan dengan implikasi dari kebijakan mengenai batasan jumlah dewan direktur. Sebaliknya jika tidak terdapat kebijakan mengenai batasan jumlah dewan direktur maka perusahaan akan memilih jumlah yang paling optimal. Semakin banyak dewan direktur pada perusahaan maka Good Corporate Governance semakin bagus.
Supaya ketiga indikator tersebut dapat dijumlahkan, maka terlebih dahulu dihitung nilai Z score masing-masing indikator setiap tahunnya, dengan mengurangkan data tiap tahun dengan rata-ratanya dan dibagi standar deviasi, (Donald R. Cooper/Pamela S. Schindler, 2006:465).
2.1.3 Manajemen Laba
2.1.3.1 Pengertian Manajemen Laba
Menurut Widjaja (2004), Manajemen laba adalah :
“Suatu tindakan yang dilakukan oleh manajemen yang menaiki atau menurunkan laba yang dilaporkan dari unit menjadi tanggung jawabnya, yang tidak mempunyai hubungan dengan kenaikan atau penurunan profitabilitas perusahaan untuk jangka panjang”.
Sedangkan menurut Healy dan Wallen dalam Sri Sulistyanto (2008:50), manajemen laba adalah :
“Manajemen laba terjadi ketika menggunakan keputusan tertentu dalam laporan keuangan dan transaksi untuk mengubah laporan keuangan sebagai dasar penilaian kinerja perusahaan yang bertujuan menyesatkan
(38)
pemilik atau pemegang saham (shareholders), atau untuk mempengaruhi hasil kontraktual yang mengandalkan angka-angka akuntansi yang di laporakan. Manajemen laba dapat terjadi karena diberi keleluasaan untuk memilih metode akuntansi yang akan di gunakan dalam mencatat dan mengungkapkan informasi keuangan yang privat. Selain itu prilaku manipulasi ini juga terjadi karena asimetri informasi yang tinggi antara manajemen dan pihak lain yang tidak mempunyai sumber, dorongan, atau akses yang memadai terhadap informasi untuk memonitor manajemen. Sehingga manajemen akan berusaha memanipulasi kinerja perusahaan untuk kepentingannya sendiri”.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen laba merupakan suatu tindakan untuk mempengaruhi laba yang dilaporkan guna memaksimalkan kepentingan manajemen yang tidak menutup kemungkinan menyebabkan kerugian bagi perusahaan dalam jangka panjang.
2.1.3.2 Bentuk-Bentuk Manajemen Laba
Menurut Sri Sulistyanto (2008:33) ada beberapa bentuk rekayasa laba yang sering dilakukan pihak manajemen agar laba yang dilaporkan sesuai dengan yang dikehendaki, yaitu:
“1. Taking a Bath 2. Income Minimization 3. Income Maximization 4. Income Smoothing
5. Timing Revenue and Expense Recognition”.
Penjelasan dari bentuk-bentuk manajemen laba diatas adalah sebagai berikut:
1. Taking a Bath
Disebut juga big baths, bisa terjadi selama periode dimana terjadi tekanan dalam organisasi atau terjadi reorganisasi, misalnya pergantian
(39)
B A B I I K ajian Pustaka, K erangka Pemikiran, Dan Hipotesia | 28
direksi. Bila teknik ini digunakan maka biaya-biaya yang ada pada periode yang akan datang diakui pada periode berjalan. Ini dilakukan bila kondisi yang tidak menguntungkan tidak bisa dihindari. Akibatnya laba pada periode yang akan datang menjadi tinggi meski kondisi sedang tidak menguntungkan.
2. Income Minimization
Cara ini hampir sama dengan taking a bath namun tidak ekstrim. Cara ini dilakukan pada saat profitabilitas perusahaan sangat tinggi dengan maksud mengurangi kemungkinan munculnya biaya politis. Kebijakan yang diambil dapat berupa penghapusan barang modal dan aktiva tidak berwujud, pembebanan pengeluaran iklan, serta pembebanan biaya riset. 3. Income Maximization
Maksimalisasi laba bertujuan untuk memperoleh bonus yang lebih besar. Selain itu tindakan ini juga bisa dilakukan untuk menghindari pelanggaran terhadap kontrak hutang jangka panjang.
4. Income Smoothing
Perusahaan cenderung lebih memilih untuk melaporkan trend pertumbuhan laba yang stabil dari pada perubahan laba yang meningkat atau menurun secara drastis. Perataan laba dapat dicapai dengan suatu ketentuan yang tinggi untuk hutang dan bertentangan dengan nilai asset pada tahun yang baik sehingga ketentuan itu dapat dikurangi. Hal ini dapat mempengaruhi laba yang dilaporkan pada masa yang buruk.
(40)
5. Timing Revenue and Expense Recognition
Teknik ini dilakukan dengan membuat kebijakan tertentu yang berkaitan dengan timing suatu transaksi. Misalnya pengakuan prematur atas pendapatan.
2.1.3.3 Motivasi Manajemen Laba
Sri Sulistyanto (2008:63) mengemukakan beberapa motivasi terjadinya manajemen laba:
”1. Bonus Scheme Hypothesis 2. Contracting Incentive 3. Political Motivation 4. Taxation Motivation
5. Incentive Chief Executive Officer (CEO) 6. Initial Public Offering (IPO”.
Penjelasan dari motivasi terjadinya manajemen laba diatas adalah sebagai berikut:
1. Bonus Scheme Hypothesis
Kompensasi (bonus) yang didasarkan pada besarnya laba yang dilaporkan akan memotivasi manajemen untuk memilih prosedur akuntansi yang meningkatkan keuntungan yang dilaporkan demi memaksimalkan bonus mereka. Bonus minimal hanya akan dibagikan jika laba mencapai target laba minimal tertentu dan bonus maksimal dibagikan jika laba mencapai nilai tertentu atau lebih besar.
2. Contracting Incentive
Motivasi ini muncul ketika perusahaan melakukan pinjaman hutang yang berisikan perjanjian untuk melindungi kreditur dari aksi manajer
(41)
B A B I I K ajian Pustaka, K erangka Pemikiran, Dan Hipotesia | 30
yang tidak sesuai dengan kepentingan kreditur, seperti deviden yang berlebihan, pinjaman tambahan, atau membiarkan modal kerja atau laporan ekuitas berada di bawah tingkat yang ditetapkan, yang semuanya dapat meningkatkan risiko bagi kreditur, karena pelanggaran perjanjian dapat mengakibatkan biaya yang tinggi sehingga manajer perusahaan berharap untuk menghindarinya. Jadi manajemen laba dapat muncul sebagai alat untuk mengurangi kemungkinan pelanggaran perjanjian dalam kontrak hutang.
3. Political Motivation
Manajemen laba digunakan untuk mengurangi laba yang dilaporkan pada perusahaan publik. Perusahaan cenderung mengurangi laba yang dilaporkan karena adanya tekanan publik yang mengakibatkan pemerintah menetapkan peraturan yang lebih ketat.
4. Taxation Motivation
Perpajakan merupakan motivasi yang paling jelas untuk melakukan manajemen laba. Manajemen berusaha untuk mengatur labanya agar pembayaran pajak lebih rendah dari yang seharusnya sehingga didapat penghematan pajak
5. Incentive Chief Executive Officer (CEO)
CEO yang mendekati masa pensiun akan cenderung menaikan pendapatan untuk meningkatkan bonus mereka. Dan jika kinerja perusahaan buruk, mereka akan memaksimalkan pendapatan agar tidak diberhentikan.
(42)
6. Initial Public Offering (IPO)
Perusahaan yang akan go publik belum memiliki nilai pasar, dan menyebabkan manajer perusahaan yang akan go publik melakukan manajemen laba dalam prospectus mereka dengan harapan dapat menaikan harga saham perusahaan.
2.1.3.4 Pendekatan Manajemen Laba
Pada umumnya pendeteksian manajemen laba dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan accruals. Pendekatan ini akan menggunakan pengukuran berbasis akrual (accrual based measures) dalam mendeteksi ada tidaknya manipulasi.
Ada tiga pendekatan untuk mendeteksi manajemen laba menurut Sri Sulistyanto (2008:211) yaitu :
1. Model Berbasis Aggregate Accrual
Model pertama merupakan model yang berbasis Aggregate Accrual yaitu model yang digunakan untuk mendeteksi aktivitas rekayasa ini dengan menggunakan discertionary accrual sebagai proksi manajemen laba.
2. Model Berbasis Spesific Accruals
Model kedua merupakan model yang berbasis akrual khusus (Spesific Accruals), yaitu pendekatan yang menghitung akrual sebagai proksi manajemen laba dengan menggunakan item atau komponen laporan keuangan tertentu dari industri tertentu, misalnya piutang tak tertagih dari sektor industri tertentu atau cadangan kerugian piutang dari industri asuransi.
3. Model Berbasis Distribution Of Earning After Management
Pendekatan ini dikembangkan dengan melakukan pengujian secara statistik terhadap komponen-komponen laba untuk mendeteksi faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan laba.
(43)
B A B I I K ajian Pustaka, K erangka Pemikiran, Dan Hipotesia | 32
Friedlan (1998) mengasumsikan bahwa terdapat proporsi yang konstan antara total accruals dan penjualan pada periode yang bersangkutan. Oleh karena itu, jumlah total accruals yang melekat dalam diskresi manajemen merupakan perbedaan antara total accruals pada periode yang diuji dan total accruals pada periode dasar yang distandardisasi dengan penjualan pada periode dasar.
Secara sistematis, total accruals untuk periode tes dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut :
TA = total accrual NI = Net income
CFO = Cash flow from operation
Kemudian akan diukur discretionary accruals dengan menggunakan persamaan :
Dimana:
NDAC = Nondiscretionary Accrual perusahaan
β1 = Estimated Intercept perusahaan
β2, β3, β4 = Slope untuk perusahaan A = Asset
TAit = Total Accrual pada periode tes Saleit = Penjualan periode tes
ROA = Penjualan periode dasar TA = NI – CFO
(44)
Selanjutnya dihitung discretionary accrual(DAC) dengan mengurangkan TA terhadap NDAC dengan rumus sebagai berikut :
Di dalam melakukan pendeteksian adanya manipulasi laba, pada umumnya akan ditemukan dua jenis discretionary accruals, yaitu discretionary accruals positif dan negatif Saiful (2004) yang dikutip oleh Gumanti (2001). Discretionary accruals positif mencerminkan manipulasi yang dilakukan manajer dengan pola income increasing, sedangkan negatif akan menunjukkan manipulasi income decreasing.
Menurut Sri Sulistyanto (2008:165) yang mengatakan bahwa secara empiris nilai discretionary accruals bisa nol, positif, atau negatif. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan selalu melakukan manajemen laba dalam melalukan dan menyusun informasi keuangannya. Nilai nol menunjukkan manajemen laba dilakukan dengan pola perataan laba (income smoothing), sedangkan nilai positif menunjukkan bahwa manajemen laba dilakukan dengan pola penaikkan laba (income increasing), dan nilai negative menunjukkan manajemen laba dengan pola penurunan laba (income decreasing)
Menurut Chan Jegadesh dan Lakonishok (2000) yang dikutip oleh Gumanti (2001) discretionary accruals merupakan laba abnormal yang sebagian besar disebabkan oleh item non kas yang mewakili laba. Sedangkan menurut Gumanti (2001) discretionary accruals merupakan jumlah total accruals yang melekat pada discretion (kebijakan) manajemen. Discretionary Accruals digunakan sebagai indikator adanya praktik manajemen laba karena manajemen
(45)
B A B I I K ajian Pustaka, K erangka Pemikiran, Dan Hipotesia | 34
laba lebih ditekankan kepada keleluasaan atau kebijakan (discretion) yang tersedia dalam memilih dan menerapkan prinsip-prinsip akuntansi untuk mencapai hasil akhir, dan dijalankan didalam kerangka praktik yang berlaku secara umum yang masih dapat diperdebatkan oleh Bernstein dan Wild (1998) yang dikutip oleh Gumanti (2001), atau dengan kata lain discretionary accruals merupakan accruals dimana manajemen memiliki fleksibilitas dalam mengontrol jumlahnya karena discretionary accruals ada di bawah disrcetion manajemen.
2.1.4 Hasil Penelitian Sebelumnya
Penelitian ini mempunyai hubungan erat dengan penelitian-penelitian sebelumnya sebagai berikut :
Tabel 2.2
Studi Empiris dengan Penelitian Terdahulu
NO PENULIS JUDUL HASIL SUMBER
1 Marihot
Nasution, Doddy Setiawan
Pengaruh Corporate Governance
Terhadap
Manajemen Laba di Industri Perbankan Indonesia
Komposisi dewan
komisaris berpengaruh
negatif terhadap
manajemen laba, ukuran
dewan komisaris
berpengaruh positif dengan manajemen laba. Komite audit mampu mengurangi
manajemen laba dan
berpengaruh signifikan.
Sinopsium Nasional Akuntansi X,Unhas Makasar 26-28 Juli 2008
2 Ira Novianty Pengaruh Asimetri Informasi Terhadap Praktik Manajemen
Laba Dan
Implikasinya
Terhadap Biaya
Modal Ekuitas
Asimetri informasi yang diproduksi dengan volume penjualan, volatilitas return, ukuran perusahaan dan market to book value of equity secara parsial
memiliki pengaruh
sigbifikan terhadap praktek manajemen laba
Jurnal ekono insentif kopwil4,
volume 3
Noo.1, juli 2009
ISSN :1907 – 0640,halama n 40 s.d 59
(46)
3 Rahmawati, Yacob
Suparno, Nurul Qomariyah
Pengaruh Asimetri Informasi Terhadap Praktik Manajemen
Laba Pada
Perusahaan
Perbankan Publik Yang Terdaftar
Di Bursa Efek
Jakarta
Variabel independen
asimetri informasi
berpengaruh secara positif signifikan dan mampu menjelaskan variabel dependen manajemen laba
simposium nasional akuntansi 9 padang
4 Ndaruningpuri Wulandari, Widaryanti
Pengaruh asimetri informasi,
manajemen laba dan indicator mekanisme corporate
governance terhadap kinerja perusahaan public di indonesia
Dari keempat indicator
mekanisme corporate
governance, hanaya debt to
equity yang secara
signifikan berpengruh peositif terhadap kinerja perusahaan. Selanjutnya variabel asimetri informasi dan manajemen laba secara signifikan berpengaruh
terhadap kinerja
perusahaan
ISSN : 1907 - 6304
5 M. Awais
Gulzar
(corresponding author),
Wuhan, P.R., Zongjun
Wang, Wuhan, P.R.
Corporate Governance
Characteristics and Earnings
Management:
Empirical Evidence from Chinese Listed Firms
Finally we can conclude that a negative relationship exists between corporate governance
characteristics and earning management among all the Chinese listed firms. So in this view,
by making the governance system stronger in the firm,
can protect the
shareholders from earning management.
International journal of accounting and financial reporting ISSN 2162 – 3082 2011 vol. 1, No. 1
6 Qiao Liu , Zhou (Joe) Lu1
Corporate
governance and earnings
management in the Chinese listed companies: A tunneling
perspective
We empirically show that Chinese listed companies' earnings management is significantly related to the main aspects of their corporate governance.
Journal of Corporate Finance 13 (2007) 881– 906
7 Luhgianto Mencegah tindakan
manajemen laba
dengan mekanisme corporate govenance
Hasil penelitian
menemukan bahwa
mencegah tindakan
manajemen laba dapat
Fokus Ekonomi Vol. 3 No. 2 desember
(47)
B A B I I K ajian Pustaka, K erangka Pemikiran, Dan Hipotesia | 36
2.2 Kerangka Pemikiran
Asimetri informasi merupakan suatu kondisi ketidak seimbangan perolehan informasi antara pihak manajemen sebagai penyedia informasi dengan pihak pemegang saham, dimana manajer lebih mangetahui mengenai informasi perusahaan terutama pada laporan keuangan. Hal ini terjadi karena adanya keinginan untuk kepentingan pribadi, maka dengan informasi asimetri yang dimilikinya akan mendorong manajer untuk menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui pemegang saham, kondisi ini akan merugikan pemegang saham.
Menurut Scott (2004:8), terdapat dua macam asimetri informasi yaitu sebagai berikut:
1. Adverse selection, yaitu bahwa para manajer serta orang-orang dalam lainnya biasanya mengetahui lebih banyak tentang keadaan dan prospek perusahaan dibandingkan investor pihak luar. Dan fakta yang mungkin dapat mempengaruhi keputusan yang akan diambil oleh pemegang saham tersebut tidak disampaikan informasinya kepada pemegang saham.
dilakukan dengan
mengimplementasikan
mekanisme corporate
governance secera efektif diperisahaan.
2008 : 32 - 43
8 Nurainun
bangun & Vincent
analisis hubungan
komponen good
corporate
governance terhadap
manajemen laba
dengan kinerja
keuangan pada
perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI
Proporsi dewan komosaris independent berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap manajemen laba, Jumlah komisaris tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba
Jurnal
akuntansi / tahun XII,
No. 03,
September 2008 :289 – 302
(48)
2. Moral hazard, yaitu bahwa kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer tidak seluruhnya diketahui oleh pemegang saham maupun pemberi pinjaman. Sehingga manajer dapat melakukan tindakan diluar pengetahuan pemegang saham yang melanggar kontrak dan sebenarnya secara etika atau norma mungkin tidak layak dilakukan.
Good corporate governance adalah suatu kebijakan dalam perusahaan yang mengelola, mengatur, dan mengawasi proses pengendalian usaha yang bertujuan untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan tanpa mengabaikan kepentingan stakeholders.
Prinsip-prinsip pokok corporate governance yang perlu diperhatikan untuk terselenggaranya praktik good corporate governance adalah keerbukaan (transparency), akuntabilitas (accountability), kewajaran (fairness), independensi (independency) dan tanggung jawab (responsibility). (Moh. Wahyudin Zarkasy : 2008). Penerapan prinsip good corporate governance secara konsisten dapat menjadi penghambat aktivitas manajemen laba (Chtourou at al :2001).
manajemen laba merupakan suatu tindakan untuk mempengaruhi laba yang dilaporkan guna memaksimalkan kepentingan manajemen yang tidak menutup kemungkinan menyebabkan kerugian bagi perusahaan dalam jangka panjang.
Salah satu kegagalan dunia untuk menciptakan kehidupan bisnis yang sehat, bersih, dan bertanggung jawab adalah manajemen laba. Upaya untuk merekayasa informasi ini elah menjadi faktor yang menyebabkan laporan keuangan, tidak lagi mencerminkan nilai fundamental suatu perusahaan. Laporan keuangan yang seharusnya berfungsi sebagai media komunikasi anatara
(49)
B A B I I K ajian Pustaka, K erangka Pemikiran, Dan Hipotesia | 38
perusahaan dengan stakeholder menjadi kehilangan makna (Sri Sulistyanto, 2008).
Pada umumnya pendeteksian manajemen laba dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan accruals. Pendekatan ini akan menggunakan pengukuran berbasis akrual (accrual based measures) dalam mendeteksi ada tidaknya manipulasi. Di dalam melakukan pendeteksian adanya manipulasi laba, pada umumnya akan ditemukan dua jenis discretionary accruals, yaitu discretionary accruals positif dan negatif Saiful (2004) yang dikutip oleh Gumanti (2001). Discretionary accruals positif mencerminkan manipulasi yang dilakukan manajer dengan pola income increasing, sedangkan negatif akan menunjukkan manipulasi income decreasing.
Bentuk-bentuk discretionary accruals tersebut disesuaikan dengan motivasi yang dilakukan oleh manajemen. Misalnya apabila manajemen bermaksud untuk memaksimalkan bonus, jika ditemukan nilai discretionary accruals positif maka manajemen melakukan manipulasi laba dengan pola income increasing. Namun apabila ditemukan nilai discretionary accruals negatif maka hal tersebut mencerminkan bahwa manipulasi laba tidak terjadi bukan berarti bahwa manajemen laba dilakukan dengan pola income decreasing karena bonus yang ingin hendak dicapai oleh manajemen tergantung oleh semakin besarnya laba, bukan sebaliknya.
Menurut Chan Jegadesh dan Lakonishok (2000) yang dikutip oleh Gumanti (2001) discretionary accruals merupakan laba abnormal yang sebagian besar disebabkan oleh item non kas yang mewakili laba. Sedangkan menurut
(50)
Gumanti (2001) discretionary accruals merupakan jumlah total accruals yang melekat pada discretion (kebijakan) manajemen. Discretionary Accruals digunakan sebagai indikator adanya praktik manajemen laba karena manajemen laba lebih ditekankan kepada keleluasaan atau kebijakan (discretion) yang tersedia dalam memilih dan menerapkan prinsip-prinsip akuntansi untuk mencapai hasil akhir, dan dijalankan didalam kerangka praktik yang berlaku secara umum yang masih dapat diperdebatkan oleh Bernstein dan Wild (1998) yang dikutip oleh Gumanti (2001), atau dengan kata lain discretionary accruals merupakan accruals dimana manajemen memiliki fleksibilitas dalam mengontrol jumlahnya karena discretionary accruals ada di bawah disrcetion manajemen.
2.2.1 Keterkaitan Asimetri Informasi terhadap Manajemen Laba
Asimetri merupakan suatu keadaan dimana manajer memiliki akses informasi atas prospek perusahaan yang tidak dimiliki oleh pihak luar perusahaan. Asimetri informasi akan mendorong manajer untuk menyajikan informasi yang tidak sebenarnya terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja manajer.
Terori penghubung asimetri informasi terhadap manajemen laba menurut Sri Sulistyanto (2008:84) adalah sebagai berikut:
“Tingkat pengungkapan perusahaan dipengaruhi oleh asimetri informasi yang terjadi dipasar. Semakin tinggi asimetri informasi akan membuat tingkat pengungkapan yang dilakukan perusahaan semakin rendah. Artinya, semakin tinggi asimetri informasi akan membuat manajer semakin seluasa untuk mengatur informasi apa saja yng harus diungkapkan, disembunyikan, ditunda, atau diubah. Upaya semacam ini disebut dengan manajemen laba”.
(51)
B A B I I K ajian Pustaka, K erangka Pemikiran, Dan Hipotesia | 40
Dalam kaitannya hubungan antara asimetri informasi dengan praktik manajemen laba sangat kuat dimana adanya asimetri informasi dapat mendorong manajemen untuk melakukan praktik manajemen laba. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rahmawati dkk (2006) pada perusahaan perbankan publik, yang berpendapat bahwa :
“terdapat hubungan yang sistematis antara magnitut asimetri informasi dan tingkat manajemen laba yang dapat di kurangi dengan menyediakan informasi yang lebih berkualitas bagi pihak luar. Kualitas laporan keuangan akan mencerminkan tingkat manajemen laba”.
Hasil penelitian Richardson (1998) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang sistimatis antara magnitut asimetri informasi dan tingkat manajemen laba. Fleksibilitas manajemen untuk memanajemeni laba dapat dikurangi dengan menyediakan informasi yang lebih berkualitas bagi pihak luar. Kualitas laporan keuangan akan mencerminkan tingkat manajemen laba.
2.2.2 Keterkaitan Good Corporate Governance terhadap Manajemen Laba Good corporate governance merupakan pedoman dalam tata kelola yang baik, yang dapat membantu pencapaian tujuan perusahaan. Dalam pelaksanaan penerapan good corporate governance ini di tuangkan dalam suatu mekanisme kerja, salah satunya yaitu mekanisme internal perusahaan yang terdiri dari kepemilikan saham institusional, dewan komisaris yang didalamnya termasuk komite audit yang sangat berperan dalam meminimalkan manipulasi atau tindak kecurangan didalam manajemen perusahaan. Diharapkan apabila mekanisme penerapan good corporate governance ini dilaksanakan secara optimal oleh pihak perusahaan dapat membantu dalam pencapaian tujuan perusahaan dan
(52)
meminimalkan terjadinya tindak kecurangan dalam pengelolaan perusahaan, salah satunya terkait dangan rekayasa kinerja perusahaan atau praktik manajemen laba yang dilakukan oleh pihak internal perusahaan.
Teori penghubung Good Corporate Governance terhadap Manajemen Laba menurut Sri Sulistyanto (2008:154) adalah sebagai berikut:
“Salah satu upaya mewujudkan good corporate governance adalah upaya untuk mengeliminirkan manajemen laba dalam pengelolaan dunia usaha. Ada beberapa faktor yang ditengarai mengapa upaya rekayasa manajerial ini seolah membudaya dalam pengelolaan sebuah perusahaan, pertama, aturan dan standar akuntansi, transparansi, dan auditing yang memang masih lemah. Kedua, system pengawasan dan pengendalian sebuah perusahaan yang belum optimal. Ketiga, moral hazard pengelola perusahaan yang memang cenderung mendahulukan dengan mengutamakan kepentingan dan kesejahteraan pribadi dan kelompoknya”.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Gideon SB. Boediono (2005) dengan judul Pengaruh Mekanisme Good Governance dan Dampak Manajemen Laba terhadap Kualitas Laba (Suatu Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta) menyatakan bahwa:
“Mekanisme Good Corporate Governance yang dilihat melalui persentasi kepemilikan saham institusional, ukuran dewan komisaris, dan komite audit mempunyai pengaruh terhadap praktik manajemen laba meskipun pengaruhnya lemah. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa pelaksanaan mekanisme good corporate governance dapat meminimalkan praktik manajemen laba dan dapat meningkatkan kualitas laba dalam penyajian laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan”.
(53)
B A B I I K ajian Pustaka, K erangka Pemikiran, Dan Hipotesia | 42
Berdasarkan dari uraian diatas dapat ditarik suatu kerangka pemikiran dengan bagan sebagai berikut :
Gambar 2.1
Bagan Kerangka Pemikiran Manajemen laba
(Decretionary accrual)
manajemen investor
Asimetri informasi
Hipotesis:
Asimetri Informasi dan Penerapan Mekanisme Good Corporate Governance berpengaruh terhadap
Manajemen Laba Laporan keuangan
Bid ask spread PT Bumi Resources Tbk
Decretionary Negatif (-) Decretionary
Positif (+) Good Corporate
(54)
2.3 Hipotesis
Hipotesis menurut Sugiyono (2010:64) adalah sebagai berikut :
“Hipotesia merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian”.
1. Hipotesis Deskriptif
Hipotesis derkriptif dari penelitian di atas yaitu :
“ Asymetri informasi dan penerapan mekanisme good corporate governance berpengaruh terhadap manajemen laba”
2. Hipotesis Verifikatif
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, hipotesis verifikatif penelitian ini adalah sebagai berikut :
Ho = Asimetri informasi dan good corporate governance tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba pada PT.Bumi Resources Tbk.
H1 = Asimetri informasi dan good corporate governance berpengaruh signifikan terhadap manajemen lama secara PT Bumi Resources Tbk. secara parsial.
H2 = Asimetri informasi dan good corporate governance berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen lama PT Bumi Resources Tbk. Secara simultan.
(1)
B A B V K e s i m p u l a n D a n S a r a n | 123
perusahaan harus dapat mengelola labanya dengan baik agar tidak melanggar standar akuntansi yang berlaku secara umum. Pengelolaan laba yang oportunis dapat menguntungkan perusahaan dalam jangka pendek tetapi menyebabkan kerugian bagi investor, dalam jangka panjang menyebabkan kerugian bagi perusahaan.
2. Kegunaan Secara Akademis
a. Bagi civitas akademik, sebaiknya penelitian ini bisa menambah informasi sumbangan pemikiran dan kajian dalam penelitian sebagai reverensi selanjutnya yang berhubungan dengan Asymetri Informasi, Penerapan Mekanisme Good Corporate Governance dan Manajemen Laba.
b. Bagi peneliti selanjutnya dan pengembangan ilmu akuntansi, sebaiknya untuk penelitian selanjutnya tidak hanya menggunakan variabel dengan Asymetri Informasi, Good Corporate Governance saja, tetapi dapat juga digunakan varibel leverage dan lain-lain, serta memperluas periode penelitian.
(2)
124
DAFTAR PUSTAKA
Arif Uji Yaniho. 2007. Asimetri Informasi dan Manajemen Laba Suatu Tinjauan Dalam Hubungan Keagenan, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia.
Bodie, Zvi, Alex Kane, and Alan J. Maecus. 2002. Invesment (5th ed). Irwin M : Graw-Hill.
Daniel, Wahyu. 2010.Bapepam Lemah Lindungi Investor Pasar Modal. Diakses pada tanggal 23 oktober, 2010 dari World Wide Web : http://finance.detik.com/read/2010/10/23/114734/1472978/6/bapepam-lemah-lindungi-investor-pasar-modal.
E. Kieso, Donald., J. Weygandt, Terry., & D. Warfield, Terry. 2007. Akuntansi Indetermediate (12th ed). Jakarta : Erlangga.
Enggo Prayogi, Whery. 2011. Bapepam Keluarkan Surat Perintah Pemeriksaan Katarina. Diakses pada tanggal 2 januari, 2011 dari World Wide Web : http://openx.detik.com/delivery/ck.php
Gideon SB. Boediono. 2005. Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba Dengan
Menggunakan Analisis Jalur. Makalah SNA VIII.
Gulzar, M. Awais., Wuhan, P. R., & Wang, Zongjun. 2011. Corporate Governance Characteristics and Earnings Management : Emperical Evidence from Chinese Listed Firms. International Journal of Accounting and Financial Reporting, ISSN : 2062-3082, 1(1).
Kieso, Donald. 2002. Intermedit Accounting, Jakarta : Erlangga.
Luhgiatno. 2008. Mencegah Tindakan Manajemen Laba Dengan Mekanisme Corporate Governance. Fokus Ekonomi, 3(2), 32-43.
Liu, Qiao, & Lu, Zhou (Joe). 2007. Corporate Governance and Earning Management In The Chinese Listed Companies : A Tunneling Perpective. Journal Of Corporate Finance 13, 881-906.
Mas Ahmad Daniri, 2005. GCG : Konsep dan Penerapan di Indonesia. Jakarta : Ray Indonesia
Narimawati, Umi., Anggadini, Sri Dewi., & Ismawati, Linna. 2010. Penulisan Karya Ilmiyah : Panduan Awal Menyusun Skripsi dan Tugas Akhir Fakultas Ekonomi UNIKOM. Bekxasi : Genesis.
(3)
D a f t a r P u s t a k a | 125
Nasution, Marihot., & Setiawan, Doddy. 2007. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Di Industri Perbankan Indonesia. Siposiun
Nasional Akuntansi X : Unhas Makasar 26-28, 1-2
Novianti, Ira. 2009. Pengaruh Asimetri Terhadap Praktik Manajemen Laba dan Implikasinya Terhadap Biaya Modal Ekuitas. Jurnal Ekonomi Intensif
Kopwil4, Volume 3 No 1, ISSN : 1907-0640, 40-59.
Puput Trikomalasari. 2001. Asimetri informasi dan cost equity capital. Jurnal Symposium Nasional Akuntansi III. IAI, Kompartemen Akuntansi Publik Radclife, Robert C. 1997. Invesment Concept Analysis and Strategy. Singapore :
Addison Wesley Education Publisher Inc.
Rahmawati,. Yacob, Suparno,. & Qomariyah, Nurul. 2006. Pengaruh Asimetri Informasi Terhadap Praktik Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan Publik Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang, 1-28.
R. Cooper, Donal., & S. Schindler, Pamela. 2006. Business Research Methods
(9th ed). McGraw Hill.
Rosnurleli. 2009. Pengaruh Asimetri Terhadap Praktek Manajemen Laba Pada PT. Bumi Resources Tbk.
Salvatore, Dominick. 2005. Manajerial Economics : Akonomi Manajerial Dalam Perekonomian Global (5th ed). Jakarta : Salemba Empat.
Sedarmayanti, 2007. Good Governance (kepemerintahan yang baik) dan Good Coporate Governance (tata kelola perusahaan yang baik). Bandung : Mandar Maju.
Sefiana, Eka. Pengaruh Penerapan Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada perusahaan Perbankan Yang Telah Go Public Di BEI.
Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma, 1-11.
Scott, William R. 2003. Financial Accounting Theory. New Jersey: Prentice Hall Inc.
Scott, William. 2004. Financial Accounting Theory. Toronto : Prentice Hall. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta
(4)
D a f t a r P u s t a k a | 126
Sulistyanto, Sri. 2008. Manajemen Laba : Teori dan Model Empiris. Jakarta : PT Grasindo.
Suyudi, Muhammad. Sintesis Teori Dalam Akuntansi Untuk Manajemen Laba.
Jurusan Akuntansi politeknik Negeri Samarinda, 51- 59.
T. Sunaryo, 2001. Ekonomi Manajerial Aplikasi Teori Ekonomi Mikro. Jakarta : Erlangga.
Wiley, jhon., & sons. 2007. Corporate governance and accountability (2nd ed). England : Jill Solomon.
Widianti. 2009. Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance Terhadap Praktek Manajemen Laba PT. Kimia Farma Tbk.
Widaryanti., & Wulandary, Ndaruningpuri. 2008. Pengaruh Asymetri Informasi, Manajemen Laba dan Indikator Mekanisme Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan publik Di Indonesia. Fokus Ekonomi, 3(1), 1-23.
Zarkasyi, Moh. Wahyudin. 2008. Good Corporate Governance Pada Perbankan, dan jasa keuangan lainnya. Bandung : Alfabeta, cv.
http://fadhliazhari.blogspot.com/2009_12_01_archive.html
http://www.ortax.org/ortax/?mod=berita&page=show&id=10542&q=&hlm=57 www.idx.co.id
(5)
126
RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi
Nama : Rahma Halida
NIM : 21108149
Program Studi : Akuntansi
Fakultas : Ekonomi
Tempat Tanggal Lahir : Pasaman, 06 Februari 1990
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Jl. Lintas Sumatera No 47 Kec. Bonjol Kab. Pasaman SUMBAR
Email : [email protected]
Data Pendidikan Pendidikan Formal :
1. Tahun 1996-2002 : SDN 32 Tabing 2. Tahun 2002-2005 : SLTPN 2 Bonjol 3. Tahun 2005-2008 : SMA 1 Bonjol
4. Tahun 2008 – Sekarang :Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Bandung
(6)
127
Pendidikan Informal
1. Tahun 2011 Pelatihan Brevet A dan B Terpadu Organisasi
No Kegiatan Tempat Tahun Jabatan
1 Pramuka SD-SMP 2000-2005 Anggota
2 Taekwondo UNIKOM 2008-2009