Dampak utang pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi negara-negara di Kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6

(1)

DAMPAK UTANG PEMERINTAH TERHADAP

PERTUMBUHAN EKONOMI NEGARA-NEGARA DI

KAWASAN UNI EROPA DAN ASEAN+6

DWI WAHYUNI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2013


(2)

(3)

iii

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul “Dampak Utang Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi Negara-Negara di Kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2013 Dwi Wahyuni NRP H151114104


(4)

RINGKASAN

DWI WAHYUNI. Dampak Utang Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi Negara-Negara di Kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6. Dibimbing oleh NOER AZAM ACHSANI dan SAHARA.

Kondisi perekonomian negara-negara di kawasan Uni Eropa sedang menghadapi krisis sebagai dampak dari tekanan yaitu berupa defisit anggaran yang relatif melebar dan beban utang yang meningkat. Dampak utang pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi menjadi permasalahan yang menarik untuk dikaji terutama setelah krisis ekonomi Eropa. Rasio utang pemerintah negara-negara di kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6 menunjukkan pola peningkatan dan hal ini sangat membahayakan perekonomian terutama untuk negara-negara di kawasan ASEAN+6.

Berdasarkan latar belakang permasalahan maka penelitian ini bertujuan untuk: menganalis perkembangan utang pemerintah negara-negara di kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6; menganalisis dampak utang pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi; menganalisis perbedaan dampak tersebut untuk setiap kawasan; menganalisis jalur dampak utang pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi.

Penelitian ini mencakup 19 negara di Uni Eropa dan 11 negara di ASEAN+6 dengan periode waktu pengamatan selama 26 tahun mulai tahun 1985 sampai 2010. Metode yang digunakan untuk menjawab tujuan penelitian adalah analisis data panel statis dan dinamis. Model yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada model penelitian dari Checherita-Westphal dan Rother (2012).

Hasil analisis data panel statis untuk model pertumbuhan ekonomi menghasilkan bahwa model estimasi FEM adalah model yang terbaik. Hasil analisis menunjukkan adanya hubungan negatif nonlinier antara utang pemerintah dan pertumbuhan ekonomi. Hal ini berimplikasi bahwa secara umum saat rasio utang pemerintah diatas 60 persen, utang berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Analisis yang dilakukan dengan menggunakan dummy kawasan didapatkan hasil bahwa antara kawasan Uni Eropa maupun ASEAN+6 tidak terdapat perbedaan dampak utang.

Hasil analisis data panel dinamis menunjukkan hasil bahwa untuk model tabungan dan investasi, estimasi model terbaik adalah FEM sedangkan untuk model pertumbuhan TFP adalan Sys-GMM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa belum terdapat cukup bukti untuk menyatakan bahwa dampak negatif utang terhadap pertumbuhan ekonomi ditransmisikan melalui jalur tabungan, investasi dan pertumbuhan TFP.

Berdasarkan hasil penelitian, implikasi kebijakan yang dapat disarankan adalah: adanya hubungan negatif antara utang dan pertumbuhan ekonomi maka pemerintah harus lebih berhati-hati dalam melakukan pinjaman baru; dampak negatif utang pemerintah saat nilainya diatas 60 persen mengindikasikan bahwa negara-negara yang mempunyai rasio utang diatas nilai ini harus mengendalikan rasio utangnya supaya tidak melebihi nilai tersebut sehingga penambahan utang masih dapat memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi.


(5)

iii

SUMMARY

DWI WAHYUNI. The Impact of Public Debt on Economic Growth in European Union and ASEAN+6 Countries. Supervised by NOER AZAM ACHSANI and SAHARA.

Economic conditions in the countries of the European Union is facing a crisis as a result of heavy pressure in the form of a relatively widening budget deficit and rising debt burden. The impact of government debt on economic growth become a problem that is interesting to study, especially after the European economic crisis. The ratio of government debt in the countries of the European Union and ASEAN +6 showed a pattern of escalating and it is very harmful to the economy, especially for countries in ASEAN +6.

Based on the above issues, this study aims to analyze: the development of government debt in the countries of the European Union and ASEAN +6, the impact of government debt on economic growth, the differences of government debt impact on economic growth for each region, the path of government debt impact on economic growth in the countries of the European Union and ASEAN +6.

This study covers 19 countries in the European Union and the 11 countries in ASEAN +6 with the observation period of 26 years (from 1985 to 2010). The study uses a static and dynamic panel data analysis. The model used in this study is based on the model study as outlined by Checherita-Westphal and Rother (2012).

Analyzing result for economic growth shows that the Fixed Effect Model (FEM) is the best estimation model than the model of pooled least squares (POLS) and Random Effect Model (REM). The results shows a nonlinear negative relationship between government debt and economic growth. This implies that the general government debt ratio above the current limit value of 60 percent, debt has a negative impacts on economic growth. Analysis using regional dummy showed that between the EU and ASEAN +6 there are not differences in the impact of debt.

Dynamic panel data analysis results show that the best estimation model for saving and investment is FEM and the best estimation model for TFP growth is Sys-GMM. The results shows that there has not been enough evidence to suggest that the negative impact of debt on economic growth is transmitted through savings, investment and TFP growth.

Based on the results of research, policy implications that can be suggested including negative relationship between debt and economic growth so the government should be more careful in making new loans, the negative impact of government debt when the threshold above 60 percent indicates that the countries that have a debt ratio above the threshold should control its debt ratio not exceed than 60 percent.


(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB


(7)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Ekonomi

DAMPAK UTANG PEMERINTAH TERHADAP

PERTUMBUHAN EKONOMI NEGARA-NEGARA DI

KAWASAN UNI EROPA DAN ASEAN+6

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2013


(8)

(9)

Judul Tesis : Darnpak Utang Pernerintah terhadap Perturnbuhan Ekonorni Negara-Negara di Kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6 Nama : Dwi Wahyurn

NRP : H151114104

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Prof Dr Ir Noer Azam Achsani, MS Ketua

Diketahui oleh

Anggota

Dr Ir

Ketua Program Studi Ilrnu Ekonorni

Tanggal Ujian: 30 Agustus 2013 Tanggal Lulus:

2 b S E P

,U

13


(10)

Judul Tesis : Dampak Utang Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi Negara-Negara di Kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6 Nama : Dwi Wahyuni

NRP : H151114104

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Prof Dr Ir Noer Azam Achsani, MS Ketua

Sahara, SP MSi PhD Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi

Dr Ir R Nunung Nuryartono, MSi

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr


(11)

(12)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2013 ini adalah utang pemerintah, dengan judul Dampak Utang Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi Negara-Negara di Kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6.

Penulis menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada Prof Dr Ir Noer Azam Achani, MS selaku ketua komisi pembimbing dan Sahara, SP MSi PhD selaku anggota komisi pembimbing yang dalam kesibukannya masih meluangkan waktu dan kesabarannya untuk memberikan bimbingan, arahan, dan masukan yang sangat bermanfaat dalam penyusunan tesis ini. Terima kasih juga disampaikan kepada Prof Dr Ir Bambang Juanda, MS selaku penguji luar komisi dan Dr Ir Sri Mulatsih, MScAgr selaku perwakilan dari Program Studi Ilmu Ekonomi.

Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Kepala Badan pusat Statistik Republik Indonesia, Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan Program Magister pada Program Studi Ilmu Ekonomi di Sekolah Pascasarjana (SPs) IPB. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga disampaikan kepada Dr Ir R Nunung Nuryartono, MSi beserta jajarannya selaku pengelola Program Studi Ilmu Ekonomi SPS IPB, semua dosen yang telah mengajar penulis, dan rekan-rekan yang senantiasa membantu penulis selama perkuliahan dan penyelesaian tugas akhir ini.

Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang tak terkira kepada suamiku Eko Kuswanto, kedua anakku Ilham Khairul Fikri dan Fauzan Khairul Anwar dan seluruh keluarga besar yang telah memberikan doa dan dukungan yang tak terkira sejak awal perkuliahan.

Akhirnya, penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan ilmu dan pengetahuan. Kesalahan yang terjadi merupakan tanggung jawab penulis, sedangkan kebenaran yang ada merupakan karunia Allah SWT. Meskipun demikian, penulis berharap bahwa tesis ini dapat memberikan kotribusi dalam proses pembangunan dan bermanfaat bagi para pembaca sekalian.

Bogor, Agustus 2013 Dwi Wahyuni


(13)

vi

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN xi

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang Masalah 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 5

Manfaat Penelitian 6

Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian 6

2 TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 8

Tinjauan Pustaka 8

Konsep dan Diskusi Tentang Utang 8

Transmisi Dampak Utang Pemerintah terhadap Kegiatan Ekonomi 8 Hubungan Defisit Anggaran dan Utang Pemerintah 9

Pertumbuhan Ekonomi 10

Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik Harold Domar 10 Teori Pertumbuhan Neoklasik Solow Growth Model 11

Hubungan Utang dan Pertumbuhan Ekonomi 12

Kelompok Keynesian 12

Kelompok Neoklasik 12

Teori Ricardian Equivalence (RE) 13

Teori Kurva Laffer Utang 14

Tinjauan Empiris 15

Hubungan antara Utang dan Pertumbuhan Ekonomi 15 Bentuk Hubungan antara Utang dan Pertumbuhan Ekonomi 16 Jalur Utang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi 17 Posisi Penelitian terhadap Penelitian yang Lain 17

Kerangka Pemikiran 19

Hipotesis Penelitian 20

3 METODE PENELITIAN 21

Jenis dan Sumber Data 21

Metode Analisis 22

Analisis Deskriptif 22

Analisis Data Panel 22

Data Panel Statis 22

Pemilihan Model (Hausman Test) 25

Data Panel Dinamis 25


(14)

System GMM (SYS-GMM) 29

Uji Spesifikasi Model Panel Dinamis 30

Spesifikasi Model 30

Definisi Variabel Operasional 32

Prosedur Analisis 33

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 34

Perkembangan Utang Pemerintah 34

Perkembangan Utang Pemerintah di Kawasan Uni Eropa 35 Perkembangan Utang Pemerintah di Kawasan ASEAN+6 37 Analisis Dampak Utang Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi 40

Analisis Deskriptif 40

Analisis Kuadran 45

Analisis Granger Causality 46

Hasil Estimasi Model Pertumbuhan Ekonomi 47

Dampak Utang Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi 50 Determinan Pertumbuhan Ekonomi Jangka Pendek 52 Determinan Pertumbuhan Ekonomi Jangka Panjang 53 Analisis Jalur Dampak Utang terhadap Pertumbuhan Ekonomi 54

Analisis Deskriptif 54

Hubungan Utang Pemerintah dan Tabungan 54

Hubungan Tingkat Investasi dan Utang Pemerintah 56 Hubungan Pertumbuhan TFP dan Utang Pemerintah 57 Hasil Estimasi Model Tabungan, Investasi dan Pertumbuhan TFP 58 Jalur Transmisi Utang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi 60

5 KESIMPULAN DAN SARAN 64

Kesimpulan 64

Saran 64

Saran Penelitian Lebih Lanjut 65

DAFTAR PUSTAKA 66

LAMPIRAN 69


(15)

viii

DAFTAR TABEL

1 Perkembangan rasio utang pemerintah negara-negara di kawasan Uni

Eropa tahun 1985 dan 2010 3

2 Perkembangan rasio utang pemerintah negara-negara di kawasan

ASEAN+6 periode 1985 dan 2010 4

3 Rekapitulasi penelitian terdahulu tentang dampak utang terhadap

pertumbuhan ekonomi 18

4 Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian serta sumbernya 21 5 Statistik deskriptif utang pemerintah di kawasan Uni Eropa dan

ASEAN+6 periode 1985-2010 34

6 Pertumbuhan utang pemerintah negara-negara di kawasan Uni Eropa

periode 1985-2010 35

7 Rata-rata PDB per kapita dan utang pemerintah negara-negara di

kawasan Uni Eropa periode 1985-2010 36

8 Pertumbuhan utang pemerintah negara-negara di kawasan ASEAN+6

periode 1985-2010 38

9 Rata-rata PDB per kapita dan utang pemerintah negara-negara di

kawasan ASEAN+6 periode 1985-2010 39

10 Hasil analisis kuadran antara utang dan pertumbuhan ekonomi negara-negara di kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6 periode 2001-2010 46 11 Hasil uji granger causality antara utang pemerintah dan pertumbuhan

ekonomi negara-negara di kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6 periode

1985-2010 47

12 Rekapitulasi hasil estimasi koefisien parameter PLS, FEM dan REM

model pertumbuhan ekonomi 48

13 Rekapitulasi estimasi model FEM cross section weights untuk model

pertumbuhan ekonomi 49

14 Rekapitulasi estimasi model terbaik untuk model tabungan, investasi

dan pertumbuhan TFP 60

DAFTAR GAMBAR

1 Kurva Laffer 14

2 Kerangka pemikiran penelitian 20

3 Plot rata-rata utang pemerintah dan suku bunga jangka panjang di

kawasan Uni Eropa periode 1985-2010 37

4 Plot rata-rata utang pemerintah dan suku bunga jangka panjang di

kawasan ASEAN+6 periode 1985-2010 40

5 Hubungan rata-rata utang pemerintah dan pertumbuhan ekonomi negara-negara di kawasan Uni Eropa periode tahun 1990-2000 41 6 Hubungan rata-rata utang pemerintah dan pertumbuhan ekonomi

negara-negara di kawasan Uni Eropa periode tahun 2001-2010 41 7 Hubungan rata-rata utang pemerintah dan pertumbuhan ekonomi


(16)

8 Hubungan rata-rata utang pemerintah dan pertumbuhan ekonomi negara-negara di kawasan ASEAN+6 periode tahun 2001-2010 43 9 Plot rata-rata utang pemerintah dan pertumbuhan ekonomi

negara-negara di kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6 periode 1985-2010 43 10 Plot utang pemerintah dan pertumbuhan ekonomi negara-negara pada

kawasan Uni Eropa periode 2001-2010 44

11 Plot utang pemerintah dan pertumbuhan ekonomi negara-negara pada

kawasan ASEAN+6 periode 2001-2010 44

12 Analisis kuadran antara rata-rata utang pemerintah dan pertumbuhan ekonomi negara-negara di kawasan Uni Eropa periode 2000-2010 45 13 Analisis kuadran antara rata-rata utang pemerintah dan pertumbuhan

ekonomi negara-negara di kawasan ASEAN+6 periode 2000-2010 46 14 Plot utang pemerintah dan tabungan negara-negara di kawasan Uni

Eropa dan ASEAN+6 56

15 Plot utang pemerintah dan investasi negara-negara di kawasan Uni

Eropa dan ASEAN+6 57

16 Plot rata-rata utang pemerintah dan rata-rata pertumbuhan TFP

negara-negara di kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6 58

DAFTAR LAMPIRAN

1 Ringkasan hasil penelitian sebelumnya tentang utang pemerintah dan

pertumbuhan ekonomi 69

2 Rekapitulasi perkembangan tabungan, investasi dan pertumbuhan TFP negara-negara di kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6 74

3 Hasil output model pertumbuhan ekonomi dengan metode estimasi

POLS, FEM dan REM 76

4 Hasil uji Chow dan Hausman test 79

5 Hasil estimasi model pertumbuhan ekonomi dengan FEM Cross Section

Weights 80

6 Hasil estimasi model pertumbuhan ekonomi dengan FEM Cross Section

Weights kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6 84

7 Rekapitulasi hasil estimasi model tabungan dengan PLS, FEM, REM,

FD-GMM dan Sys-GMM 86

8 Rekapitulasi hasil estimasi model investasi dengan PLS, FEM, EM,

FD-GMM dan Sys-GMM 87

9 Rekapitulasi hasil estimasi model pertumbuhan dengan TFP PLS, FEM,

REM, FD-GMM dan Sys-GMM 88

DAFTAR ISTILAH

ASEAN+6 : Negara-negara anggota ASEAN yaitu Indonesia, Filipina, Thailand, Malaysia, Singapura, ditambah dengan 6 negara di kawasan Asia lainnya yaitu:


(17)

x

Jepang, Korea Selatan, China, Australia, Selandia Baru dan India

Balanced panel : Data panel dengan jumlah data yang sama antar section

Ceteris paribus : Kondisi variabel yang lain konstan

Constant return to scale : Output akan naik dengan nilai yang sama dengan nilai kenaikan faktor produksi yang digunakan Crowding out : Mendorong keluar investasi

Cumbersome : Sangat besar sekali sehingga tidak efisien

Debt overhang : Kondisi dimana utang negara sudah melampaui kemampuan membayarnya

Debt threshold : Titik dimana dampak utang berubah menjadi negatif

Diminishing return : Output yang senantiasa turun seiring dengan kenaikan faktor produksi yang digunakan

Dynamics of adjustment : Proses penyesuaian secara dinamis Fiscal sustainability : Kondisi fiskal yang berkelanjutan

Immortality : Keabadian

Intergenerational altruism : Kepentingan antargenerasi

Keterbukaan perdagangan : Rasio ekspor dan impor terhadap PDB

Level : Data awal

Nonoverlapping : Tidak menumpuk (tahun yang digunakan berurutan)

Overheated : Kondisi perekonomian yang sudah terlalu panas Overlapping : Menumpuk (tahun yang digunakan saling tumpang

tindih)

Permanent income : Pendapatan yang tetap diterima

Proxy : Pendekatan

Purchasing Power Parity : Kekuatan daya beli

Time invariant : Perbedaan antar waktu

Unbalanced panel : Data panel dengan jumlah data yang tidak sama antar section

Under estimated : Estimasi yang dihasilkan bias ke bawah

Uni Eropa : Negara-negara di kawasan Eropa yang tergabung dalam Uni Eropa

Unweighted statistics : Penduga tidak tertimbang Weighted statistics : Penduga tertimbang

Yield maturity : Tingkat pengembalian dari suku bunga pemerintah

DAFTAR SINGKATAN

ASEAN : Assosiation of South-East Asian Nations

AEC : ASEAN Economic Community

BLUE : Best Unbiased Linear Estimation

Bappenas : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional


(18)

FD-GMM : First Differences Generalized Method of Moments

FEM : Fixed Effect Model

GMM : Generalized Method of Moments

IMF : International Monetary Fund

NSB : Negara Sedang Berkembang

PDB : Produk Domestik Bruto

PLS : Pooled Least Square

PPP : Purchasing Power Parity

REM : Random Effect Model

Sys-GMM : System Generalized Method of Moments

TFP : Total Factor Productivity

WDI : World Development Indicators


(19)

(20)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Kondisi perekonomian global saat ini sedang menghadapi tekanan yang berat dari krisis keuangan Eropa setelah sebelumnya terkena krisis keuangan Amerika Serikat. Negara-negara di kawasan Eropa saat ini sedang menghadapi krisis utang yang mengkhawatirkan bukan hanya untuk kawasan tersebut bahkan telah merambat menjadi krisis global. Krisis tersebut telah menyebabkan ketahanan ekonomi negara-negara kawasan Eropa mengalami pelemahan yang dicerminkan pada perlambatan pertumbuhan ekonomi serta kondisi kesempatan kerja yang berkurang.

Krisis ekonomi yang melanda negara-negara di kawasan Eropa tersebut sebagai dampak dari tekanan yang berat terutama dari sektor keuangan pemerintah yaitu berupa defisit anggaran yang relatif melebar dan beban utang yang meningkat. Defisit fiskal beberapa negara Eropa jauh melebihi 3 persen dari PDB. Pada tahun 2010 pelebaran defisit fiskal terjadi pada negara Irlandia yang mencapai 32.4 persen dari PDB. Sedangkan defisit fiskal negara Yunani, Portugal dan Spanyol masing-masing sebesar 10.5 persen, 9.1 persen dan 9.2 persen. Seiring dengan peningkatan defisit fiskal tersebut rasio utang terhadap PDB juga mengalami peningkatan. Rasio utang pemerintah negara Italia, Yunani, Portugal dan Spanyol berturut-turut adalah 119.0 persen, 144.9 pesen, 93 persen dan 60.1 persen (Bappenas 2011).

Negara di Eropa yang paling besar terkena dampak krisis utang adalah Yunani, Irlandia dan Portugal yang disebut sebagai negara lapis pertama yang terkena krisis tersebut. Krisis kemudian menyebar ke negara Italia dan Spanyol yang merupakan negara lapis kedua dan menjalar ke negara kuat di Eropa yaitu Jerman dan Prancis. Berdasarkan klasifikasi yang dilakukan Artis dan Zhang (2002) bahwa negara-negara yang paling terkena dampak dari krisis utang ini dapat digolongkan ke dalam kelompok southern periphery. Akibat dari krisis utang ini menyebabkan Yunani dan Portugal mengalami penurunan perekonomian di tahun 2010. Tingkat pengangguran di Yunani mencapai 18.3 persen pada bulan Agustus 2011 sementara itu Spanyol mencapai 22.8 persen.

Krisis yang terjadi di Eropa ini kemungkinan bisa melanda negara-negara di kawasan ASEAN terlebih setelah dicanangkan ASEAN Economic Community (AEC). AEC adalah bentuk Integrasi Ekonomi ASEAN yang direncanakan akan tercapai pada tahun 2015. Dalam AEC tujuan yang ingin dicapai adalah adanya aliran bebas barang, jasa, dan tenaga kerja terlatih serta aliran investasi dan modal yang lebih bebas. Untuk mewujudkan AEC maka dibentuklah ASEAN+3 dengan memasukkan negara Jepang, Korea Selatan dan China dan ASEAN+6 dengan masuknya negara Australia, Selandia Baru dan India.

Adanya AEC dikawatirkan krisis utang yang terjadi di Eropa kemungkinan juga akan terjadi di kawasan ASEAN+6 mengingat semakin bebasnya aliran modal. Aliran modal yang lebih bebas membuat negara-negara di kawasan ASEAN dapat lebih leluasa untuk memperoleh aliran modal dari negara lain. Integrasi dalam suatu perekonomian bisa menyebabkan krisis yang terjadi di suatu negara bisa merambat ke negara lainnya.


(21)

2

Krisis ekonomi yang diakibatkan oleh utang juga pernah terjadi di Amerika Latin yang dimulai dari Ekuador, Argentina, Uruguay dan Brasil. Dampak krisis utang tersebut menyebabkan perekonomian Argentina yang mengalami resesi sejak empat tahun sebelum krisis terus memburuk dan pengangguran melonjak hingga lebih dari 20 persen. Jumlah tersebut belum termasuk pengangguran terselubung yang berkisar antara 10-15 persen, sehingga akhirnya memicu gejolak politik.

Berdasarkan pengalaman krisis ekonomi yang disebabkan oleh utang yang terjadi di beberapa negara di dunia menunjukkan bahwa utang sangat membahayakan perekonomian. Utang bagaikan pedang dengan dua sisi yang berbeda dimana pada satu sisi penggunaan utang dengan bijak dapat meningkatkan kesejahteraan tetapi disisi lain jika berlebihan dan tidak efisien maka akan menjadi permasalahan bagi perekonomian (Cecchetti et al. 2011). Permasalahan mengenai dampak utang pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi merupakan persoalan yang menarik untuk diteliti bukan hanya untuk negara-negara di kawasan Uni Eropa tetapi juga untuk negara-negara di kawasan ASEAN+6. Hal ini disebabkan kondisi integrasi ekonomi yang hampir sama antara Uni Eropa dan ASEAN+6.

Beberapa penelitian menemukan hasil bahwa utang pemerintah yang tinggi akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah (Reinhart dan Rogoff 2010; Kumar dan Woo 2010; Checherita-Westphal dan Rother 2012; Schclarek 2004) tetapi belum ada kesepakatan berapa rasio utang yang dapat menyebabkan penurunan pertumbuhan ekonomi tersebut. Mengacu pada salah satu syarat dalam Maastricht Treaty Criterion, rasio utang terhadap PDB negara-negara di Uni Eropa yang ingin menjadi anggota Economic and Monetary Union (EMU) tidak boleh melebihi 60 persen. Angka ini bisa dijadikan salah satu batasan rasio utang terhadap PDB yang bisa berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi.

Perumusan Masalah

Penggunaan utang baik luar negeri maupun dalam negeri merupakan salah satu cara suatu negara untuk dapat membiayai kebijakan fiskal. Penggunaan utang pada awalnya digunakan untuk mengisi kekosongan antara tabungan dan investasi di suatu negara sehingga diharapkan dapat mendorong peningkatan output dan pertumbuhan ekonomi. Tetapi utang yang berlebihan bisa membahayakan perekonomian terutama pertumbuhan ekonomi. IMF menyatakan bahwa sebenarnya kebijakan utang sangat relevan digunakan untuk mengatasi permasalahan fiskal khususnya di Negara Sedang Berkembang (NSB), selama masih berada pada level aman. Level utang yang aman bagi suatu negara didefinisikan sebagai level utang yang tidak rentan (vulnerable) terhadap krisis, tidak mengancam pertumbuhan ekonomi, dan tidak mengganggu kesinambungan fiskal (fiscal sustainability).

Negara-negara di kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6 mengalami peningkatan rasio utang pemerintah selama periode 1985-2010. Di kawasan Uni Eropa hanya negara Belgia, Denmark dan Swedia yang tidak mengalami kenaikan rasio utang pemerintah sedangkan negara lainnya mengalami kenaikan. Selama


(22)

periode tersebut kenaikan rasio utang yang besar dialami oleh negara Yunani yang mengalami peningkatan sebesar 207.37 persen. Pada tahun 2010, mayoritas negara-negara di kawasan Uni Eropa mempunyai rasio utang pemerintah diatas 60 persen (Tabel 1). Rasio utang yang tinggi ini menyebabkan terjadinya krisis utang Eropa yang merambat menjadi krisis global.

Beberapa penelitian dilakukan kalangan akademisi untuk melihat dampak utang terhadap pertumbuhan ekonomi di negara tersebut. Penelitian Checherita-Westphal dan Rother (2012) untuk 12 negara Eropa menemukan hasil bahwa terdapat hubungan non-linier negatif antara utang pemerintah dengan pertumbuhan ekonomi dimana saat rasio utang pemerintah tinggi berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah.

Tabel 1 Perkembangan rasio utang pemerintah negara-negara di kawasan Uni Eropa tahun 1985 dan 2010

Negara Utang terhadap PDB (%) Pertumbuhan Utang

(%)

1985 2010

Austria 45.36 71.84 58.39

Belgia 118.38 95.56 -19.28

Cyprus 26.98 61.46 127.77

Denmark 68.39 42.90 -37.27

Finlandia 15.80 48.64 207.82

Perancis 30.58 82.30 169.09

Jerman 40.69 82.39 102.51

Yunani 46.72 144.55 209.37

Hungaria 96.43 81.31 -15.68

Irlandia 76.14 92.17 21.06

Italu 80.90 118.65 46.66

Luxemburg 6.31 19.05 202.19

Belanda 68.70 62.86 -8.50

Polandia 40.27 54.84 36.18

Portugal 56.53 93.32 65.07

Spanyol 42.03 61.17 45.56

Swedia 70.40 38.82 -44.86

Swiss 36.40 48.04 31.99

Inggris 49.51 74.98 51.45

Sumber: Abbas et al.(2010), diolah

Rasio utang pemerintah negara-negara di kawasan ASEAN+6 juga mengalami kondisi yang sama dengan Uni Eropa dimana selama periode 1985-2010 senantiasa mengalami peningkatan. Peningkatan yang cukup tinggi dialami oleh negara China yaitu sebesar 914.68 persen dan Jepang sebesar 215.90 persen. Negara yang memiliki rasio utang pemerintah diatas 60 persen adalah India (68.04 persen), Singapura (103.59 persen) dan Jepang (215.29 persen) sedangkan negara lainnya rasionya dibawah 60 persen (Tabel 2). Meskipun banyak negara di kawasan ASEAN+6 yang rasio utangnya masih dibawah 60 persen tetapi ada kecenderungan utang negara-negara tersebut semakin meningkat karena


(23)

4

meningkatnya defisit fiskalnya sehingga dikhawatirkan rasio utang negara-negara tersebut melebihi 60 persen.

Mayoritas negara di kawasan ASEAN+6 adalah negara berkembang yang masih sangat membutuhkan utang sebagai salah satu pembiayaan defisit fiskalnya. Pengalaman krisis ekonomi yang disebabkan utang negara-negara di Eropa bisa jadi akan berulang di negara-negara di ASEAN+6. Reinhart dan Rogoff (2010) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa baik negara maju maupun berkembang, rasio utang terhadap PDB diatas 90 persen berhubungan dengan pertumbuhan ekonomi yang rendah.

Tabel 2 Perkembangan rasio utang pemerintah negara-negara di kawasan ASEAN+6 periode 1985 dan 2010

Negara Utang terhadap PDB (%) Pertumbuhan Utang

(%)

1985 2010

Australia 22.00 20.52 -6.71

China 3.31 33.54 914.68

India 35.84 68.04 89.84

Indonesia 27.98 26.88 -3.96

Jepang 68.15 215.29 215.90

Korea Selatan 21.46 33.43 55.75

Malaysia 86.85 50.95 -41.33

Selandia Baru 71.79 32.46 -54.79

Filipina 53.08 43.46 -18.13

Singapura 82.65 103.59 25.34

Thailand 49.27 41.87 -15.02

Sumber: Abbas et al.(2010), diolah

Penelitian serupa yang dilakukan oleh Kumar dan Woo (2010) pada beberapa negara berkembang menemukan bahwa terdapat hubungan negatif antara utang pemerintah dan pertumbuhan ekonomi. Hasil serupa juga ditemukan oleh Schclarek (2004) terhadap negara maju dan berkembang yang menemukan hasil bahwa untuk negara berkembang terdapat hubungan negatif antara utang pemerintah dan pertumbuhan ekonomi, sedangkan untuk negara maju tidak terdapat hubungan yang signifikan.

Selain dampak utang pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi, jalur bagaimana dampak utang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi merupakan suatu permasalahan yang menarik untuk diteliti. Jalur bagaimana utang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi berdasarkan beberapa penelitian juga menunjukkan hasil yang berbeda.

Menurut Egert (2012), bagaimana utang pemerintah dapat membahayakan pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang dapat ditansmisikan melalui beberapa jalur yaitu pertama, pembayaran pajak untuk membayar utang pemerintah yang tinggi dapat menyebabkan crowding out terhadap investasi swasta. Kedua, utang pemerintah yang tinggi dapat meningkatkan suku bunga jangka panjang dan dampaknya dapat menurunkan investasi swasta. Ketiga, utang pemerintah dapat mendorong terjadinya kenaikan inflasi yang dapat membahayakan perekonomian.


(24)

Menurut Furceri dan Zdzienicka (2011), terdapat tiga jalur utama bagaimana utang dapat mempengaruhi output yaitu pertama, melalui pasar modal internasional, kedua, melalui peningkatan biaya peminjaman dan ketiga melalui perdagangan internasional. De Paoli et al. (2009) menambahkan bahwa utang dapat mempengaruhi output secara tidak langsung melalui krisis perbankan dan mata uang sedangkan jalur domestik dapat melalui pengurangan konsumsi dan investasi atau penurunan produktifitas faktor produksi secara total.

Menurut Checherita-Westphal dan Rother (2012) untuk negara Uni Eropa menyebutkan bahwa dampak utang pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi ditransmisikan melalaui jalur tabungan swasta, jalur investasi swasta dan jalur produktifitas faktor produksi total. Ghali (2003) di Tunisia menemukan bahwa pengeluaran pemerintah mempengaruhi pertumbuhan ekonomi melalui tiga jalur yaitu promosi pertumbuhan ekonomi, impor dan tenaga kerja.

Penelitian yang khusus melihat dampak utang pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi dan melalui jalur mana di kawasan ASEAN+6 belum banyak dilakukan orang. Penelitian Makin (2005) mencoba untuk menghitung berapa utang pemerintah yang sustainable hanya di negara ASEAN-4 dan dampaknya terhadap makroekonomi. Penelitian ini menggunakan pendekatan matematis untuk analisisnya. Penelitian Liu et al. (2005) tentang kondisi defisit fiskal dan utang di Cina bertujuan untuk menurunkan persamaan identitas keseimbangan pemerintah dan menganalisis dampak utang pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi. Penelitian yang sama untuk negara Uni Eropa telah banyak dilakukan orang tetapi dengan cakupan negara yang lebih sedikit.

Berdasarkan identifikasi latar belakang masalah bahwa utang akan berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi dan perumusan masalah dimana negara-negara di kawasan ASEAN+6 mempunyai trend peningkatan rasio utang pemerintah yang sama dengan negara-negara Uni Eropa maka penelitian ini dilakukan untuk menganalisis dampak utang pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi negara-negara di kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6. Penggunaan kedua kawasan ini bertujuan untuk membandingkan dampak utang pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi di setiap kawasan. Selain itu dalam penelitian ini juga akan dianalisis jalur transmisi dampak utang pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi dan menganalisis apakah jalur transmisi dampak utang pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi negara Uni Eropa sama dengan negara ASEAN+6. Berdasarkan latar belakang dan uraian diatas, maka permasalahan pokok yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana dampak utang pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi negara-negara di kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6 ?

2. Melalui jalur manakah dampak utang terhadap pertumbuhan ekonomi negara-negara di kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6 ditransmisikan?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis perkembangan utang pemerintah negara-negara di kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6


(25)

6

2. Menganalisis dampak utang pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi negara-negara di kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6

3. Membandingkan dampak utang pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi antara kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6

4. Menganalisis jalur transmisi dampak utang pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi negara-negara di kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain: 1. Memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai dampak utang

pemerintah negara-negara di kawasan ASEAN+6 terhadap pertumbuhan ekonomi.

2. Bagi penulis dapat meningkatkan pengetahuan, wawasan dan memberikan pemahaman yang semakin mendalam tentang utang pemerintah dan dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi.

3. Bagi pemerintah, diharapkan setelah diketahui bagaimana dampak utang pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi dapat lebih berhati-hati pada saat memutuskan untuk melakukan penarikan pinjaman baru.

4. Penelitian ini dapat dijadikan referensi pembanding dan stimulan untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki tiga ruang lingkup. Pertama, penelitian ini berusaha memberikan gambaran mengenai dinamika utang pemerintah negara-negara di kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6 selama periode 1985-2010 secara deskriptif-analitis. Kedua, membangun model ekonometrika berbasis data panel statis dan dinamis yang memiliki kemampuan untuk: (i) menguji hubungan non-linier antara utang pemerintah dan pertumbuhan ekonomi; (ii) menguji apakah utang pemerintah secara signifikan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi; (iii) mengetahui jalur bagaimana utang pemerintah dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Ketiga, melakukan telaah dan analisis terhadap hasil estimasi dari model ekonometrika yang dibangun serta memberikan beberapa kesimpulan dan implikasi kebijakan.

Penelitian ini mencakup dua kawasan yaitu Uni Eropa dan Asia. Untuk kawasan Uni Eropa hanya mencakup 19 negara yaitu Austria, Belgia, Cyprus, Denmark, Finlandia, Perancis, Jerman, Yunani, Hungaria, Irlandia, Italia, Luxemberg, Belanda, Portugal, Polandia, Spanyol, Swiss, Swedia dan Inggris. Untuk kawasan Asia hanya mencakup kawasan ASEAN+6 yaitu Indonesia, Malaysia, Philipina, Singapura, Thailand, China, Jepang, Korea Selatan, India, Australia dan Selandia Baru. Data yang digunakan adalah data tahunan periode tahun 1985-2010.


(26)

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Pertama, tidak semua negara di kawasan ASEAN dicakup dalam penelitian karena adanya keterbatasan data untuk beberapa negara ASEAN. Kedua, data utang hanya menggunakan utang pemerintah dan tidak membedakan berdasarkan sumber utangnya yaitu domestik atau luar negeri sehingga tidak bisa dilihat pengaruh utang domestik dan luar negeri terhadap pertumbuhan ekonomi.


(27)

2

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Tinjauan Pustaka Konsep dan Diskusi Tentang Utang

Utang suatu negara dapat dibedakan atas utang pemerintah dan utang swasta. Utang pemerintah dapat diperoleh dari dalam negeri maupun luar negeri, di mana utang dalam negeri dapat dibedakan atas utang langsung ke masyarakat berupa penjualan obligasi, penjualan obligasi di pasar internasional dan utang tidak langsung yaitu pencetakan uang (money printing). Utang luar negeri diperoleh dari dua sumber yaitu dari kerjasama bilateral dan multilateral. Pembiayaan defisit dengan utang merupakan cara yang paling banyak digunakan oleh negara-negara dalam upaya mempertahankan kelangsungan anggarannya. Selain dengan utang, pembiayaan defisit dapat ditempuh dengan cara menjual aset negara dan memperoleh bantuan luar negeri. Dampak dari masing-masing sumber pendanaan terhadap perekonomian dan makroekonomi akan berbeda-beda.

Menurut Widodo dalam Paramitasari (2012), efek yang ditimbulkan ketika defisit fiskal didanai melalui pinjaman yang bersumber dari sistem perbankan dalam negeri maka sistem perbankan akan dipaksa untuk mengurangi pemberian kredit kepada sektor swasta yang biasa disebut “crowding out effect”. Ketika didanai dengan pinjaman dalam negeri non-perbankan yaitu dengan cara mengeluarkan obligasi pemerintah atau surat utang negara (SUN) yang dijual kepada masyarakat atau dunia usaha di dalam negeri, maka pemerintah dapat memperoleh dana pinjaman tanpa menimbulkan dampak peningkatan uang primer yang dapat menimbulkan inflasi. Tetapi karena pemerintah harus bersaing dengan dunia usaha dalam mencari pembiayaan untuk investasi maka cenderung akan mendorong suku bunga pasar semakin meningkat. Saat defisit dibiayai dengan pinjaman luar negeri maka dapat menjadi pemicu terjadinya krisis neraca pembayaran. Kenaikan suku bunga pinjaman di luar negeri dan terdepresiasinya nilai tukar domestik akan mengakibatkan pembayaran cicilan pokok dan bunga utang luar negeri dalam mata uang domestik akan semakin membengkak.

Transmisi Dampak Utang Pemerintah terhadap Kegiatan Ekonomi

Nautet dan Meensel (2011) menyebutkan bahwa ada tiga jalur utama bagaimana utang pemerintah dapat berdampak pada kegiatan perekonomian. Pertama, peningkatan utang pemerintah akan berhubungan dengan penurunan tabungan yang mendorong terjadinya penurunan tabungan nasional secara bersih. Hal ini akan mendorong kenaikan suku bunga yang bisa menyebabkan penurunan investasi dan pertumbuhan akumulasi modal. Penurunan kedua hal tersebut sangat membahayakan perekonomian karena dapat menurunkan pertumbuhan ekonomi. Kedua, kenaikan utang pemerintah akan mendorong kenaikan biaya-biaya sehingga akan menyebabkan pajak yang tinggi untuk investasi dan infrastruktur. Ketiga, utang pemerintah dapat mendorong peningkatan risiko premium yang dapat menyebabkan peningkatan suku bunga dan dampaknya menyebabkan penurunan laju investasi. Selain melalui tiga jalur tersebut, ada jalur lain bagaimana utang pemerintah mempengaruhi kegiatan perekonomian yaitu melalui


(28)

ekspektasi inflasi, ketidakpastian yang besar dan kenaikan volatilitas makroekonomi.

Hubungan Defisit Anggaran dan Utang Pemerintah

Untuk melihat hubungan antara defisit anggaran dengan utang pemerintah dapat diturunkan dari persamaan defisit anggaran sebagai berikut:

2.1

dimana: Defisit adalah defisit anggaran pemerintah, adalah suku bunga, adalah utang pemerintah periode sebelumnya, adalah pengeluaran pemerintah dan adalah penerimaan pemerintah. Kendala anggaran pemerintah secara sederhana menyatakan bahwa perubahan utang pemerintah selama periode t sama dengan defisit pemerintah selama periode t. Dapat dinyatakan sebagai berikut:

2.2

Implikasi dari persamaan (2.2) bahwa pemerintah menjalankan anggaran yang defisit maka utang pemerintah akan meningkat dan jika pemerintah menjalankan anggaran yang surplus maka utang pemerintah akan turun. Sehingga persamaan (2.1) dapat juga dinyatakan sebagai berikut:

2.3

Kendala anggaran pemerintah menghubungkan perubahan utang pemerintah terhadap utang pemerintah awal dan pengeluaran pemerintah dan pajak yang berlaku. Identitas defisit pada persamaan (2.3) dapat didekomposisi menjadi dua bagian yaitu pembayaran bunga atas utang pemerintah ( dan primary defisit ( sehingga dapat dinyatakan bahwa besarnya perubahan utang pemerintah pada periode t merupakan penjumlahan dari pembayaran utang pemerintah periode sebelumnya dan besarnya defisit primer pemerintah.

Dengan memindahkan ke bagian kanan dari persamaan (2.3) maka didapatkan hubungan antara utang pemerintah dan defisit anggaran yaitu:

2.4

Persamaan (2.4) menyatakan bahwa utang pemerintah pada periode t sama dengan (1+r) kali utang pemerintah pada periode sebelumnya ditambah dengan primary defisit selama periode t.

Dalam perekonomian dengan output/pendapatan yang selalu tumbuh, maka pembahasan tentang utang lebih difokuskan pada rasio utang pemerintah terhadap ouput/pendapatan. Untuk mendapatkan persamaan rasio utang adalah dengan membagi persamaan (2.4) dengan pendapatan riil, sehingga akan didapatkan persamaan sebagai berikut:

2.5

dengan mengalikan pada masing-masing pembilang dan penyebut maka persamaan (2.5) dapat dinyatakan sebagai berikut:

2.6 Diasumsikan bahwa pertumbuhan output tetap dan dinyatakan dengan g sehingga

dapat ditulis dengan dan , maka

persamaan (2.6) dapat ditulis kembali menjadi:

2.7


(29)

10

Persamaan (2.8) menyatakan bahwa perubahan rasio utang setiap tahun sama dengan jumlah perbedaan antara suku bunga riil dengan tingkat pertumbuhan output dikali dengan rasio utang awal dan rasio defisit primer terhadap PDB. Persamaan diatas mengandung arti bahwa kenaikan rasio utang terhadap PDB akan menyebabkan defisit primer dan suku bunga yang lebih tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah.

Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi menunjukkan pertumbuhan produksi barang dan jasa di suatu wilayah perekonomian dalam selang waktu tertentu. Pertumbuhan ekonomi adalah proses dimana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan nasional riil. Jadi perekonomian dikatakan tumbuh atau berkembang bila terjadi pertumbuhan output riil. Definisi pertumbuhan ekonomi yang lain adalah bahwa pertumbuhan ekonomi terjadi bila ada kenaikan output perkapita. Menurut Todaro dan Smith (2006), pertumbuhan ekonomi merupakan suatu peningkatan kapasitas produksi dalam suatu perekonomian secara terus menerus atau berkesinambungan sepanjang waktu sehingga menghasilkan tingkat pendapatan dan output nasional yang semakin lama semakin besar.

Teori pertumbuhan ekonomi dikembangkan menggunakan model Keynes dan fungsi Cobb-Douglas. Keduanya berusaha menghubungkan antara input dan output yang dihasilkan dalam perekonomian secara agregat. Teori pertumbuhan ekonomi yang digunakan diantaranya:

Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik Harold Domar

Harold dan Domar menggunakan model Keynesian untuk menganalisis pertumbuhan ekonomi dalam perekonomian tertutup. Teori ini merupakan salah satu teori pertumbuhan klasik yang menjelaskan hubungan antara pertumbuhan ekonomi yang ditentukan oleh tingginya tabungan dan investasi. Bila tabungan dan investasi rendah, pertumbuhan ekonomi masyarakat/negara tersebut juga akan rendah. Model pertumbuhan Harold-Domar didasarkan pada tiga asumsi (Todaro dan Smith 2006), yaitu pertama, bahwa perekonomian menyebabkan terjadi peningkatan tabungan (S) dalam proporsi yang konstan (s) terhadap pendapatan nasional (Y).

2.9

Kedua, perekonomian berada pada keseimbangan, dimana investasi yang direncanakan sama dengan tabungan yang direncanakan.

2.10

Ketiga, investasi dipengaruhi oleh ekspekatsi kenaikan pendapatan nasional dan koefisien teknis tetap v yang dikenal sebagai Incremental Capital Output Ratio (ICOR).

2.11

Pertumbuhan ekonomi merupakan perubahan pendapatan tiap satuan pendapatan atau dirumuskan sebagai:

2.12

Dengan mensubstitusikan persamaan maka:

⁄ 2.13

Persamaan tersebut menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan PDB ditentukan bersama oleh rasio tabungan dari pendapatan nasional (s) dan rasio


(30)

capital output (v). Persamaan tersebut menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan pendapatan nasional akan secara positif berkaitan erat dengan tingkat rasio tabungan sehingga lebih banyak bagian pendapatan yang ditabung secara langsung akan meningkatkan pertumbuhan PDB. Tingkat pertumbuhan yang dapat dijangkau pada setiap tingkat tabungan dan investasi adalah banyaknya tambahan output yang didapat dari suatu unit investasi. Penerapan model Harrod-Domar bagi negara berkembang sulit untuk dilakukan karena ada asumsi yang tidak dapat dipenuhi yaitu rasio tabungan (s) dan rasio modal output (v) yang tetap. Teori Pertumbuhan Neoklasik Solow Growth Model

Teori pertumbuhan Solow merupakan salah satu pelopor dalam teori pertumbuhan Neoklasik yang dapat memberikan pandangan yang dinamis tentang bagaimana tabungan mempengaruhi perekonomian dari waktu ke waktu. Teori ini merupakan modifikasi dari model pertumbuhan Harrod-Domar, yang menyatakan bahwa secara kondisional perekonomian berbagai negara akan bertemu (convergence) pada tingkat pendapatan yang sama. Syarat yang harus dipenuhi adalah negara-negara tersebut mempunyai tingkat tabungan, depresiasi, pertumbuhan angkatan kerja dan pertumbuhan produktifitas yang sama. Dalam konteks perekonomian terbuka, konvergensi peningkatan pendapatan akan terjadi bila terdapat hubungan perdagangan, investasi dan sebagainya dengan negara lain atau pihak luar. Model pertumbuhan Solow (Solow Growth Model) menunjukkan bagaimana pertumbuhan persediaan modal, pertumbuhan angkatan kerja dan kemajuan teknologi berinteraksi dalam suatu perekonomian dan bagaimana pengaruhnya terhadap output total barang dan jasa suatu negara (Mankiw 2007).

Berdasarkan teori neoklasik, pertumbuhan ekonomi tidak hanya disebabkan oleh penambahan modal (melalui tabungan dan investasi), tetapi juga dipengaruhi oleh kenaikan kuantitas dan kualitas tenaga kerja (melalui pertumbuhan penduduk dan perbaikan pendidikan) dan penyempurnaan teknologi. Pada sisi penawaran, diasumsikan bahwa secara parsial, modal dan tenaga kerja bersifat diminishing return artinya penambahan modal dan tenaga kerja akan menambah output tapi dengan nilai yang semakin menurun. Tetapi jika digunakan bersama-sama bersifat constant return to scale yaitu:

sehingga 2.14 Jika dimisalkan bahwa ⁄ maka akan didapatkan fungsi untuk setiap tenaga kerja yaitu:

2.15

Persamaan ini menunjukkan bahwa output per pekerja adalah fungsi dari modal per pekerja.

Pada sisi permintaan, analisis dimulai dengan konsumsi per pekerja dan investasi per pekerja , sedangkan pemerintah dan ekspor bersih tidak dimasukkan. Sehingga identitas penghitungan pendapatan nasional per pekerja adalah sebagai berikut:

2.16

Jika tingkat tabungan adalah s dan tingkat konsumsi adalah (1-s), maka: 2.17 dan


(31)

12

2.18

artinya investasi per pekerja sama dengan tabungan per pekerja. Model ini merupakan model awal dari teori pertumbuhan Solow dengan mengasumsikan bahwa hanya tabungan yang menjadi variable eksogennya. Model Solow menunjukkan bahwa jika tingkat tabungan tinggi, perekonomian akan memiliki persediaan modal besar dan tingkat output tinggi. Jika tingkat tabungan rendah, perekonomian akan memiliki persediaan modal kecil dan tingkat output rendah.

Model Solow dasar menunjukkan bahwa akumulasi modal sendiri tak bisa menjelaskan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, tingkat tabungan tinggi menyebabkan pertumbuhan tinggi sementara, tapi perekonomian akhirnya mendekati kondisi mapan di mana modal dan output konstan. Untuk menjelaskan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan maka model Solow akan diperluas dengan memasukkan variabel eksogen pertumbuhan penduduk dan perkembangan teknologi.

Hubungan Utang dan Pertumbuhan Ekonomi

Dalam melihat hubungan antara utang dengan pertumbuhan ekonomi, terdapat tiga kelompok yang berbeda. Ketiga kelompok tersebut adalah kaum Keynesian, Neoklasik dan Ricardian Equivalence.

Kelompok Keynesian

Kelompok pertama adalah kaum Keynesian yang berpendapat bahwa defisit fiskal/utang mempengaruhi perekonomian. Kelompok Keynesian ditelaah oleh Eisner (1989) dan Bernheim (1989). Paham ini melihat kebijakan peningkatan anggaran belanja yang dibiayai dengan utang akan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi akibat naiknya permintaan agregat sebagai pengaruh lanjut dari terjadinya akumulasi modal. Menurut kaum Keynesian, defisit anggaran akan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan, dan konsumsi pada giliran berikutnya. Defisit anggaran yang dibiayai utang, yang berarti beban pajak pada masa sekarang relatif menjadi lebih ringan, akan menyebabkan peningkatan pendapatan yang siap dibelanjakan. Peningkatan pendapatan yang siap dibelanjakan akan meningkatkan konsumsi dan sisi permintaaan secara keseluruhan. Jika perekonomian belum dalam kondisi kesempatan penuh, peningkatan sisi permintaan akan mendorong produksi dan selanjutnya peningkatan pendapatan nasional. Pada periode selanjutnya, peningkatan pendapatan nasional akan mendorong perekonomian melalui efek multiplier Keynesian dan karena defisit anggaran meningkatkan konsumsi dan tingkat pendapatan sekaligus, tingkat tabungan dan akumulasi kapital juga akan meningkat. Menurut kaum Keynesian secara keseluruhan, defisit anggaran dan utang dalam jangka pendek akan menguntungkan perekonomian dengan adanya pertumbuhan ekonomi.

Kelompok Neoklasik

Kelompok Neoklasik mengkritisi pendapat dari kelompok Keynesian dengan melakukan perluasan lebih lanjut pada model Keynes yaitu dengan melihat dampak defisit fiskal dalam jangka panjang. Menurut Barsky et al. (1986), mengindikasikan bahwa kenaikan utang untuk membiayai pengeluaran pemerintah hanya menaikkan pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek, namun dalam jangka panjang tidak akan mempunyai dampak yang signifikan akibat


(32)

adanya crowding out, yaitu keadaan di mana terjadi overheated dalam perekonomian yang menyebabkan investasi swasta berkurang yang pada akhirnya akan menurunkan PDB. Kelompok ini berpendapat bahwa setiap individu mempunyai informasi yang cukup, sehingga mereka dapat merencanakan tingkat konsumsi sepanjang waktu hidupnya. Defisit anggaran dengan pemotongan pajak akan meningkatkan tingkat konsumsi sepanjang waktu hidupnya. Defisit anggaran akan meningkatkan tingkat konsumsi dalam jangka panjang dengan cara membebankan pajak untuk generasi berikutnya. Jika seluruh sumber daya secara penuh dapat digunakan, maka peningkatan konsumsi akan menurunkan tingkat tabungan dan suku bunga akan meningkat. Peningkatan suku bunga akan mendorong permintaan investasi swasta menurun, sehingga kaum Neoklasik menyimpulkan bahwa dalam kondisi kesempatan kerja penuh, defisit anggaran yang permanen akan menyebabkan investasi swasta tergusur (crowding out). Sehingga besaran pengganda pada model Keynes akan berkurang karena adanya crowding out. Secara umum kaum Neoklasik berpendapat bahwa defisit anggaran dan utang akan merugikan perekonomian dengan mengurangi tingkat pertumbuhan ekonomi.

Teori Ricardian Equivalence (RE)

Kaum Ricardian dengan teorinya Ricardian Equivalence (RE) berpendapat bahwa defisit anggaran tidak akan mempunyai pengaruh apa-apa terhadap perekonomian. Konsep Ricardian Equivalence Hypothesis (REH) menjadi bahan perdebatan yang sangat menarik di dunia akademik. Teori ini berasal David Ricardo’s Funding Sistem dan dikemukakan kembali oleh Barro (1989) sehingga sering diberi nama Ricardo-Barro Preposition. Preposisi Ricardo Barro berdasarkan pada asumsi: intergenerational altruism atau immortality, perfect capital markets, lump sum taxation, dan kondisi bahwa tingkat utang tidak lebih tinggi daripada pertumbuhan ekonomi. Inti dari preposisi ini menyatakan bahwa pembiayaan defisit anggaran pemerintah dengan utang pemerintah berdampak netral terhadap aktifitas ekonomi (Blanchard 2011). Pemahaman Ricardian menurut Barro (1989) dan Evans (1988) menjelaskan bahwa kebijakan utang untuk membiayai defisit anggaran belanja pemerintah tidak akan mempengaruhi pertumbuhan ekokomi. Hal ini terjadi karena efek pertumbuhan pengeluaran pemerintah yang dibiayai dengan utang pemerintah harus dibayar oleh pemerintah pada masa yang akan datang dengan kenaikan pajak. Oleh karena itu, masyarakat akan mengurangi konsumsinya pada saat sekarang untuk memperbesar tabungan yang selanjutnya digunakan untuk membayar kenaikan pajak pada masa yang akan datang.

REH mengajukan hipotesis bahwa beberapa kebijakan pemerintah tidak akan membawa dampak yang penting bagi perekonomian (neutrality preposition). REH mengkombinasikan dua pendekatan fundamental, yaitu kendala anggaran pemerintah dan Permanent Income Hypothesis (PIH). Kendala anggaran pemerintah menyatakan apabila pengeluaran pemerintah tidak mengalami perubahan maka tingkat pajak yang rendah sekarang akan diimbangi oleh kenaikan pajak di kemudian hari. Adapun PIH menyatakan bahwa rumah tangga akan mendasarkan keputusan konsumsinya berdasarkan permanent income yang besarnya sangat tergantung oleh nilai sekarang pendapatan setelah pajak. Pembiayaan defisit anggaran dengan memotong pajak sekarang akan


(33)

14

mempengaruhi beban pajak di kemudian hari, tetapi tidak dalam nilai sekarang sehingga pemotongan pajak tidak akan mengubah permanent income atau konsumsi. Neutrality preposition harus ditanggapi dengan sangat hati-hati, walaupun suku bunga tak berubah karena penerbitan obligasi negara, tetapi suku bunga dapat mengalami perubahan karena adanya tambahan pengeluaran pemerintah.

Barro (1989) mengemukakan argumen bahwa setiap pembiayaan defisit anggaran dengan penerbitan obligasi negara akan diimbangi oleh kenaikan pajak di masa mendatang. Kenaikan tingkat ajak tidak perlu membuat masyarakat takut terhadap kemakmurannya (wealth) karena kenaikan pajak pada periode mendatang akan diantisipasi dengan meningkatkan tabungan sekarang dan mengurangi konsumsi sekarang. Implikasinya, individu tidak menggunakan semua kekayaannya (pendapatannya) untuk meningkatkan konsumsinya karena penerbitan obligasi negara. Individu akan menyimpan seluruhnya untuk mengantisipasi kenaikan beban pajak di kemudian hari sehingga hal itu tidak akan menaikkan permintaan terhadap barang dan jasa.

REH berpendapat bahwa perubahan dalam pajak dan pembiayaan defisit anggaran mempunyai dampak yang sama bagi variabel makro (terutama konsumsi swasta). REH dibangun dari premis bahwa penerbitan obligasi Negara pada saat ini selalu disertai dengan rencana kenaikan pajak di masa mendatang. Pembiayaan utang pemerintah diasumsikan hanya mengalami perubahan sesuai dengan perubahan perpajakan sehingga konsumsi agregat akan tetap. Dalam kerangka pemikiran REH individu mengasumsikan pajak yang akan datang sama dengan besarnya beban utang pemerintah (Barro 1989).

Teori Kurva Laffer Utang

Teori ini menggambarkan efek akumulasi utang terhadap pertumbuhan PDB. Menurut teori ini, pada dasarnya utang diperlukan pada tingkat yang wajar. Penambahan utang akan memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi sampai pada satu titik atau batas tertentu. Pada kondisi tersebut utang merupakan kebutuhan normal setiap negara. Namun, pada saat stok utang telah melebihi batas tersebut maka penambahan utang mulai membawa dampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini karena akumulasi utang yang tinggi dapat berakibat buruk terhadap perekonomian melalui tereduksinya kemampuan membayar utang.

Sumber: Pattillo et al. (2002) Gambar 1 Kurva Laffer

Jumlah Utang Pembayaran

Utang yang diharapkan

Kondisi Debt Overhang


(34)

Kurva Laffer menunjukkan dua bagian dari kurva, yaitu “good side” pada bagian kiri dari kurva dan “wrong side” pada bagian kanan dari kurva. Pada bagian “good side” menunjukkan kondisi peningkatan nilai pembayaran pinjaman sedangkan bagian “wrong side” menunjukkan kondisi dimana negara tidak memiliki kemampuan untuk membayar pinjaman secara penuh dan pembayaran aktual tergantung pada pelaksanaan kebijakan ekonomi.

Tinjauan Empiris Hubungan antara Utang dan Pertumbuhan Ekonomi

Penelitian tentang hubungan antara utang pemerintah dengan pertumbuhan sampai saat ini lebih fokus pada peranan utang luar negeri dan berfokus pada negara berkembang. Setelah terjadinya krisis ekonomi Eropa penelitian tentang dampak utang pemerintah mulai berkembang untuk kawasan negara maju seperti kawasan Uni Eropa. Penelitian Schclarek (2004) berusaha menganalisis hubungan antara utang dan pertumbuhan ekonomi di negara berkembang dan industri. Hasil penelitian menyebutkan bahwa untuk negara berkembang, utang luar negeri berhubungan negatif dengan pertumbuhan ekonomi dimana paling besar disebabkan oleh utang luar negeri pemerintah.

Penelitian yang sama dilakukan oleh Kumar dan Woo (2010) yang menganalisis hubungan antara utang pemerintah dan pertumbuhan ekonomi. Cakupan penelitian ini meliputi negara maju dan berkembang selama 40 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang berkebalikan antara utang pemerintah dan pertumbuhan ekonomi. Peningkatan utang pemerintah sebesar 10 persen berhubungan dengan penurunan pertumbuhan ekonomi sebesar 0.2 persen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan untuk negara maju dan berkembang, di mana untuk negara maju penurunan pertumbuhan ekonomi akan lebih kecil jika dibandingkan dengan negara berkembang. Misztal (2010) dalam penelitiannya di Uni Eropa mendapatkan hasil bahwa jika rasio utang terhadap PDB mencapai 60 persen maka terdapat hubungan positif antara utang pemerintah dan pertumbuhan ekonomi tetapi jika rasionya diatas 60 persen maka akan terdapat hubungan yang negatif. Penelitian Rais dan Anwar (2012) bertujuan untuk meneliti dampak utang pemerintah terhadap perekonomian di Pakistan dan didapatkan hasil bahwa utang domestik maupun luar negeri berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi di Pakistan.

Penelitian tentang utang pemerintah kembali menjadi perbincangan yang menarik ketika krisis ekonomi melanda Uni Eropa pada pertengahan tahun 2009. Krisis ekonomi yang melanda Eropa dimulai dengan terjadinya peningkatan defisit fiskal yang berakibat terhadap peningkatan utang pemerintah negara-negara di Uni Eropa. Rasio utang pemerintah terhadap PDB yang semakin besar membuat performa perekonomian di Uni Eropa mengalami penurunan. Beberapa penelitian kemudian muncul untuk meneliti berapa tingkat rasio utang yang aman untuk negara tersebut dan bagaimana dampak utang pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi. Penelitian Reinhart dan Rogoff (2010) didapatkan hasil bahwa hubungan antara utang pemerintah dan pertumbuhan PDB riil lemah untuk rasio utang terhadap PDB dibawah 90 persen, sedangkan untuk yang diatas 90


(35)

16

persen maka median rata-rata pertumbuhan ekonomi akan turun sebesar satu persen.

Penelitian Baum et al. (2013) bertujuan untuk melihat hubungan antara utang pemerintah dan pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek di 12 negara Uni Eropa dengan menggunakan data periode 1990-2010. Penelitian ini menggunakan model panel dinamis dengan menggunakan data pertumbuhan PDB per kapita riil, rasio utang terhadap PDB dan menggunakan variabel kontrol yaitu gross fixed capital formation (sebagai share dari PDB), dan keterbukaan perdagangan. Hasil penelitian menyebutkan bahwa dalam jangka pendek utang pemerintah berhubungan secara positif dengan pertumbuhan ekonomi tetapi pertumbuhan ekonomi akan turun mendekati nol saat rasio utang pemerintah berkisar 67 persen. Untuk rasio utang diatas 95 persen dampak dari penambahan utang terhadap perekonomian adalah negatif. Hasil positif dalam jangka pendek akan berkurang ketika tingkat utang tinggi sehingga implikasinya saat rasio utang sangat tinggi maka menguranginya akan bermanfaat pada pertumbuhan ekonomi tahunan.

Bentuk Hubungan antara Utang dan Pertumbuhan Ekonomi

Hubungan antara utang dan pertumbuhan menjadi masalah yang menarik lainnya. Selama beberapa waktu, banyak peneliti yang menganggap bahwa hubungan utang dengan pertumbuhan berbentuk linier tetapi belakangan banyak penelitian yang melihat adanya hubungan yang non-linier negatif antara utang dengan pertumbuhan ekonomi. Penelitian Pattilo et al. (2002) mencoba untuk melihat bentuk hubungan antara utang dengan pertumbuhan yang hasilnya bahwa bentuknya adalah nonlinier. Penelitian yang serupa dilakukan oleh Egert (2012) yang mencoba untuk melihat hubungan antara utang pemerintah dan pertumbuhan ekonomi di negara maju dan berkembang dengan menggunakan tiga data set. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan nonlinier negatif antara utang dengan pertumbuhan ekonomi tetapi sangat sensitif terhadap dimensi waktu dan cakupan negara.

Penelitian Checherita-Westphal dan Rother (2012) bertujuan untuk melihat dampak rata-rata dari utang pemerintah terhadap pertumbuhan PDB per kapita pada 12 negara di Uni Eropa selama kurun waktu 40 tahun. Penelitian ini melihat dampak utang pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek dan jangka panjang. Selain itu penelitian ini juga mencoba untuk menganalisa melalui jalur mana utang pemerintah berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini menggunakan berbagai macam model panel yaitu fixed effect dan generalized methods of moments (GMM). Dalam modelnya Checherita-Westphal menggunakan dua bentuk utang yaitu bentuk linier dan non-linier dengan memasukkan kuadrat dari variabel utang ke dalam model. Dalam modelnya juga memasukkan variabel kontrol yaitu indikator fiskal, suku bunga jangka panjang dan indicator keterbukaan perdagangan. Model yang dibangun berdasarkan persamaan konvergensi yang menghubungkan pertumbuhan PDB per kapita dengan tingkat pendapatan per kapita, tingkat tabungan dan pertumbuhan penduduk. Kemudian dikembangkan dengan memasukkan rasio utang pemerintah ke dalam model. Hasil penelitian menyebutkan bahwa dampak utang pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi adalah nonlinier berbentuk kurva U terbalik dengan titik baliknya pada rasio utang 90–100 persen.


(36)

Banyak bukti empiris menemukan tingkat rasio utang yang berbeda-beda saat efek utang terhadap pertumbuhan ekonomi berubah menjadi negatif. Pattilo et al. (2002) menemukan bahwa titik kritis untuk 93 negara berkembang berkisar pada 35-40 persen, Clements et al. (2003) dalam penelitian untuk 55 negara LICs mencoba mengestimasi tingkat rasio sebesar 50 persen sedangkan Elbadawi et al. (1997) menemukan tingkat rasio sebesar 97 persen. Hasil yang berbeda-beda ini dikarenakan cakupan negara yang berbeda dan penggunaan variabel yang berbeda. Jalur Utang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi

Pertanyaan yang menarik tentang utang pemerintah dan pertumbuhan ekonomi adalah menganalisis melalui jalur mana utang pemerintah akan berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi. Salah satu jalur utama utang yang tinggi akan memperburuk perekonomian adalah melalui efek debt overhang yaitu suatu kondisi dimana beban utang yang besar akan menggusur investasi. Debt overhang dapat menimbulkan disinsentive pada investasi modal manusia dan teknologi baru melalui efek crowding out dan uncertainty (Presbitero 2006). Efek crowding out akan menyebabkan penurunan investasi sedangkan uncertainty akan menyebabkan terjadinya misalokasi sumber daya yang akan menurunkan efisiensi dan produktifitas dari modal.

Penelitian yang menganalisis jalur utang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dilakukan Schclarek (2004). Dalam penelitiannya, Schclarek (2004) mencoba melihat dampak utang terhadap sumber-sumber pertumbuhan ekonomi (TFP, pertumbuhan modal dan tingkat tabungan swasta) di negara berkembang dan negara industri. Untuk negara berkembang, ditemukan hasil bahwa tidak terdapat hubungan antara indikator utang yang digunakan dengan pertumbuhan TFP, terdapat hubungan yang linier dan signifikan antara indikator utang yang digunakan dengan pertumbuhan modal per kapita, sedangkan hubungan antara tingkat tabungan swasta dan utang tidak terlalu kuat. Untuk negara industri, tidak terdapat hubungan antara pertumbuhan TFP dan pertumbuhan modal dengan utang tetapi terdapat hubungan linier dan negatif antara tingkat tabungan swasta dan utang. Penelitian Presbitero (2006) menemukan hasil bahwa utang menurunkan pertumbuhan bukan melalui jalur investasi tetapi melalui jalur TFP. Penelitian Checherita-Westphal dan Rother (2012) menemukan hasil bahwa utang pemerintah berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi melalui tabungan swasta, investasi pemerintah dan total faktor productivity (TFP). Ringkasan mengenai penelitian terdahulu disajikan dalam Lampiran 1.

Posisi Penelitian terhadap Penelitian yang Lain

Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan Checherita-Westphal dan Rother (2012) yang melihat dampak utang pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi negara-negara di Uni Eropa. Penelitian ini mencakup kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6 untuk melengkapi penelitian-penelitian terdahulu karena dari hasil kajian studi empiris terhadap penelitian terdahulu didapatkan kesimpulan bahwa penelitian yang khusus membahas kawasan ini masih sedikit dilakukan (Tabel 3) dan Lampiran 1. Data utang pemerintah yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan dataset yang dikumpulkan oleh Abbas et al. (2010) berbeda dengan penelitian yang menjadi acuan.


(37)

18

Tabel 3 Rekapitulasi penelitian terdahulu tentang dampak utang terhadap pertumbuhan ekonomi

Peneliti dan Cakupan

Penelitian Tujuan Data Utang Metode Hasil Analisis

Makin, 2005 (ASEAN-4) Dampak utang terhadap kondisi makroekonomi Debt imbalance, utang pemerintah Analitis Deskriptif - Misztal, 2010 (Uni Eropa) Hubungan utang pemerintah dan growth Utang pemerintah VAR dan Granger Causality Ada hubungan positif antara utang dan growth Furceri dan Zdzienicka, 2011 (154 negara) Hubungan jangka pendek dan panjang dari krisis utang dan growth

Data krisis utang Model Panel two step GMM Krisis utang berhubungan negatif dengan output Egert, 2012

Negara Maju dan Berkembang (1790-2009)

Hubungan nonlinier antara utang dan growth

Utang pemerintah

Panel Ada hubungan nonlinier negatif antara utang dan growth

Checherita-Westphal dan Rother, 2012 (12 negara Uni Eropa )

Hubungan linier dan nonlinier antara utang dan growth dan jalur dampaknya Utang pemerintah sebagai rasio terhadap PDB Panel Statis Fixed dan panel dinamis GMM Ada hubungan nonlinier negatif antara utang dan growth dan jalurnya melalui tabungan swasta, investasi pemerintah dan TFP Reinhart dan Rogoff,

2010

(44 negara maju dan berkembang)

Hubungan antara utang yang tinggi dan pertumbuhan ekonomi serta inflasi

Data utang pemerintah dan utang luar negeri

Utang berpengaruh negatif terhadap growth

Baum et al., 2013 (12 negara Uni Eropa)

Hubungan utang pemerintah dan growth dalam jangka pendek Utang pemerintah Panel dinamis Utang berhubungan positif tetapi saat rasionya diatas 67 persen hubungannya menjadi negatif Presbitero, 2006 (69 negara berkembang) Hubungan linier negatif antara utang dan growth

utang luar negeri pemerintah NPV Panel Dinamis Terdapat hubungan linier negatif antara utang dan growth tetapi tidak terbukti adanya hubungan nonlinier

Patiilo et al., 2004 (61 negara berkembang) Jalur bagaimana utang berdampak terhadap growth dan adanya nonlinier negatif dampak utang Utang pemerintah Panel Dinamis Utang berdampak terhadap growth melalui akumulasi modal fisik dan TFP.

Dalam penelitian ini juga akan dilakukan analisis komparasi antara dua kawasan yaitu Uni Eropa dan ASEAN+6. Beberapa penelitian terdahulu


(38)

melakukan analisis terpisah untuk membedakan antara negara maju dan berkembang sedangkan dalam penelitian ini akan digunakan dummy kawasan untuk melihat apakah terdapat perbedaan dampak utang terhadap pertumbuhan ekonomi di antara kedua kawasan. Cakupan negara di kawasan Uni Eropa lebih luas jika dibandingkan dengan penelitian Checherita-Westphal dan Rother (2012). Pemilihan negara di kawasan ASEAN+6 ditentukan berdasarkan pemikiran bahwa negara-negara tersebut juga mempunyai kecenderungan yang sama dengan negara Uni Eropa yaitu mempunyai peningkatan rasio utang pemerintah.

Kerangka Pemikiran

Alur pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam bentuk bagan alir sebagaimana disajikan pada Gambar 2. Diawali dengan adanya krisis ekonomi yang melanda negara-negara di kawasan Uni Eropa. Krisis tersebut berawal dari adanya krisis utang dan sangat berdampak terhadap perekonomian negara-negara bukan hanya di kawasan tersebut tetapi juga menjadi krisis global hampir di semua negara. Peningkatan utang pemerintah tersebut memberikan dampak yang buruk terhadap perekonomian negara di kawasan krisis tersebut berupa terjadinya penurunan pertumbuhan ekonomi. Bahkan krisis Eropa juga mempengaruhi perekonomian global dimana hampir semua negara di dunia mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi. Perlambatan pertumbuhan ekonomi yang terjadi setelah krisis utang tersebut menjadi pembicaraan yang menarik bagi pengambil kebijakan untuk melihat apakah peningkatan utang pemerintah akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Ide awal penarikan utang oleh pemerintah untuk membiayai defisit anggaran adalah untuk mendorong permintaan masyarakat yang dampaknya akan mendorong peningkatan output dan dampak akhir adalah peningkatan pertumbuhan ekonomi. Krisis utang yang melanda membuat banyak kalangan berpikir kembali tentang dampak utang terhadap pertumbuhan ekonomi.

Akan tercapainya ASEAN Economic Community (AEC) pada tahun 2015 yang memberikan gagasan adanya aliran barang, jasa, tenaga kerja terampil dan aliran modal serta investasi yang lebih bebas menjadikan krisis utang yang terjadi di kawasan Uni Eropa kemungkinan akan terjadi di kawasan ASEAN+6. Hal tersebut disebabkan oleh adanya trend peningkatan utang pemerintah selama period 1985-2010.

Utang pemerintah dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi melalui banyak jalur diantaranya melalui tabungan, investasi, dan suku bunga. Peningkatan utang pemerintah sebagai dampak dari peningkatan defisit pemerintah akan menyebabkan penurunan tabungan nasional karena pemerintah harus membayar utang dan bunga utang sehingga hanya sedikit bagian dari pendapatan nasional yang akan ditabung. Pada rumah tangga, peningkatan defisit dan utang akan menyebabkan mereka mengurangi konsumsinya karena pembiayannya akan diambil dari peningkatan pajak di masa depan. Peningkatan defisit juga akan mendorong kenaikan suku bunga dan dampaknya akan menyebabkan penurunan investasi. Peningkatan utang juga akan membuat resiko


(39)

20

premium suatu negara mengalami peningkatan dan akibatnya akan meningkatkan suku bunga dan dampaknya akan menurunkan investasi dan output.

Model pertumbuhan ekonomi Solow menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi suatu negara dipengaruhi oleh adanya faktor modal fisik yaitu tabungan dan investai dan modal manusia yaitu penduduk. Selain itu perkembangan teknologi juga menjadi faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara. Dengan memasukkan utang pemerintah ke dalam model pertumbuhan ekonomi bisa dilihat dampak peningkatan utang pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi. Setelah dilakukan pengujian, diharapkan penyusunan kebijakan akan lebih tepat, efektif dan efisien untuk meminimalisir dampak yang ditimbulkan dari utang pemerintah terhadap perekonomian suatu negara.

Gambar 2 Kerangka pemikiran penelitian Hipotesis Penelitian

1. Utang pemerintah berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi.

2. Dampak negatif utang pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi ditransmisikan melalui tabungan, investasi dan pertumbuhan total factor productivity (TFP).


(40)

3

METODE PENELITIAN

Jenis dan Sumber Data

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang dikumpulkan dari berbagai sumber. Data yang dikumpulkan tersebut merupakan data panel dengan time series tahunan periode 1985-2010 dan cross section 19 negara di kawasan Uni Eropa dan 11 negara di ASEAN+6. Negara di kawasan Uni Eropa yang dicakup dalam penelitian ini yaitu Austria, Belgia, Cyprus, Denmark, Finlandia, Perancis, Jerman, Yunani, Hungaria, Irlandia, Italia, Luxemberg, Belanda, Portugal, Polandia, Spanyol, Swiss, Swedia dan Inggris. Negara ASEAN+6 yang dicakup yaitu Indonesia, Malaysia, Philipina, Singapura, Thailand, China, Jepang, Korea Selatan, India, Australia dan Selandia Baru.

Data yang digunakan adalah data tahunan periode tahun 1985-2010. Data tersebut terdiri dari pertumbuhan ekonomi, GDP riil, utang pemerintah, investasi, pertumbuhan penduduk, indikator fiskal yang diwakili oleh penerimaan pemerintah dan keseimbangan anggaran pemerintah, keterbukaan perdagangan yang diwakili oleh total ekspor dan impor sebagai rasio terhadap PDB dan suku bunga jangka panjang mewakili efisiensi kebijakan moneter. Data utang pemerintah menggunakan dataset yang dikumpulkan oleh Abbas et al. (2010).

Data lainnya yang digunakan dalam penelitian diperoleh dari World Bank (WDI),IMF dan sumber-sumber lainnya. Untuk melengkapi bahan-bahan dan sumber, penulis menggunakan kajian literatur berupa buku teks dan jurnal-jurnal tentang permasalahan yang diteliti. Variabel yang digunakan dan sumbernya dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian serta sumbernya

Variabel Keterangan Sumber

Pertumbuhan Ekonomi (g) Persen per jumlah penduduk

World Bank PDB Riil per kapita (GDP) Internasional $

(PPP 2005=100)

World Bank Utang pemerintah (debt) Persen PDB Abbas et al.

(2010)

Investasi (investasi) Persen PDB World Bank

Pertumbuhan penduduk (pop) Persen World Bank Angka partisipasi sekolah menengah

(aps)

Persen Barro dan Lee

dan World Bank Keseimbangan pemerintah (balance) Persen PDB World Bank dan

OECD

Penerimaan pemerintah (revenue) Persen PDB World Bank dan OECD

Keterbukaan perdagangan (open) Persen PDB World Bank Suku Bunga jangka panjang (lir) Persen IMF dan Bank


(1)

Lampiran 6 Hasil estimasi model pertumbuhan ekonomi dengan FEM Cross

Section Weights kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6

Uni Eropa

Dependent Variable: G

Method: Panel EGLS (Cross-section weights) Date: 07/17/13 Time: 03:14

Sample: 1985 2010 Periods included: 26 Cross-sections included: 19

Total panel (balanced) observations: 494

Linear estimation after one-step weighting matrix

Cross-section SUR (PCSE) standard errors & covariance (d.f. corrected Variable CoefficientStd. Error t-Statistic Prob. LN_GDP -4.73532 1.581747 -2.993727 0.0029

DEBT 0.084575 0.028474 2.970224 0.0031

DEBT_2 -0.00047 0.000162 -2.875935 0.0042 INVESTASI -0.05984 0.068334 -0.875739 0.3816

POP 0.176318 0.445288 0.395964 0.6923

APS -0.00395 0.016839 -0.234338 0.8148

BALANCE 0.053914 0.058377 0.92354 0.3562 REVENUE -0.08475 0.035928 -2.359026 0.0187

OPEN -0.0134 0.008269 -1.621033 0.1057

LIR -0.11882 0.100315 -1.184447 0.2368

C 53.21354 15.09875 3.524368 0.0005

Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables)

Weighted Statistics

R-squared 0.177257 Mean dependent var 2.155067 Adjusted R-squared 0.127715 S.D. dependent var 2.848574 S.E. of regression 2.656244 Sum squared resid 3280.868 F-statistic 3.577938 Durbin-Watson stat 1.261975 Prob(F-statistic) 0

Unweighted Statistics

R-squared 0.103038 Mean dependent var 1.911437 Sum squared resid 3469.665 Durbin-Watson stat 1.045758


(2)

ASEAN+6

Dependent Variable: G

Method: Panel EGLS (Cross-section weights) Date: 07/17/13 Time: 03:26

Sample: 1985 2010 Periods included: 26 Cross-sections included: 11

Total panel (balanced) observations: 286

Linear estimation after one-step weighting matrix

Cross-section SUR (PCSE) standard errors & covariance (d.f. corrected) Variable CoefficientStd. Error t-Statistic Prob.

LN_GDP -4.19454 1.04824 -4.0015 0.0001

DEBT 0.085535 0.020732 4.125708 0

DEBT_2 -0.00034 8.73E-05 -3.91772 0.0001

INVESTASI 0.189596 0.063094 3.005002 0.0029

POP -0.64123 0.340809 -1.88148 0.061

APS 0.014473 0.015219 0.950989 0.3425

BALANCE 0.104686 0.079988 1.308766 0.1917

REVENUE -0.32809 0.064432 -5.092013 0

OPEN -0.01424 0.012483 -1.14051 0.2551

LIR -0.29568 0.05949 -4.970216 0

C 43.83211 8.561084 5.119925 0

Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables)

Weighted Statistics

R-squared 0.507508 Mean dependent var 3.917883 Adjusted R-squared 0.470338 S.D. dependent var 3.862831 S.E. of regression 2.994855 Sum squared resid 2376.827 F-statistic 13.65397 Durbin-Watson stat 1.777626 Prob(F-statistic) 0

Unweighted Statistics

R-squared 0.441293 Mean dependent var 3.716783 Sum squared resid 2399.544 Durbin-Watson stat 1.764272


(3)

Lampiran 7 Rekapitulasi hasil estimasi model tabungan dengan PLS, FEM, REM, FD-GMM dan Sys-GMM

Variabel POLS FIXED RANDOM FD-GMM Sys-GMM

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

SAVING (-1) 0.8868 ***) 0.6777 ***) 0.8868 ***) 0.4462 ***) 0.6043 ***)

DEBT -0.0085 -0.0112 -0.0085 -0.0430 -0.0284

DEBT2 0.0000 0.0000 0.0000 0.0002 0.0002

LNGDP -0.3479 2.4841 ***) -0.3479 2.8532 2.5093

REVENUE -0.0228 -0.0463 -0.0228 -0.0523 -0.0802

POP 0.1419 0.1274 0.1419 0.1833 0.0209

CREDIT_PRIV 0.0005 -0.0125 ***) 0.0005 -0.0133 -0.5405 OLD -0.0926 **) -0.2257 ***) -0.0926 ***) -0.2490 -0.0115

YOUNG -0.0317 0.0534 -0.0317 *) 0.1069 0.0906

OPEN 0.0028 -0.0038 0.0028 -0.0011 0.0219 **)

LIR -0.0847 **) -0.1282 ***) -0.0847 **) -7.9491 **) -0.2259 ***)

C 9.9807 ***) -9.7515 9.9807 ***) -0.1832 -4.5424

F-Test 581.5370 0 175.2602 0 581.5370 ***)

Chow-Test 91.1923 0

Hausman-Test 86.8629 0

Arelano-Bond -2.5007 0.0124 -2.7421 0.0061

-1.8714 0.0613 -1.8483 0.0646


(4)

Lampiran 8 Rekapitulasi hasil estimasi model investasi dengan PLS, FEM, EM, FD-GMM dan Sys-GMM

Variabel POLS FIXED RANDOM FD-GMM Sys-GMM

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

INVESTASI (-1) 0.892115 ***) 0.820534 ***) 0.892115 ***) 0.688118 ***) 0.779455 ***) DEBT 0.008909 0.022538 **) 0.008909 -0.06705 *) 0.023085 DEBT2

-3.98E-05 -0.00012 **)

-3.98E-05 0.000296 *) -9.2E-05 L_G 0.174699 ***) 0.165609 ***) 0.174699 ***) 0.119723 ***) 0.178464 ***) REVENUE -0.02524 ***) -0.03115 *) -0.02524 ***) 0.053324 -0.05847 ***) OPEN -0.00297 ***) -0.01228 ***) -0.00297 ***) 0.066463 **) 0.103092 ***) LIR -0.00845 -0.01724 -0.00845 -0.02981 ***) -0.01958 ***) BALANCE 0.054582 ***) 0.092631 ***) 0.054582 ***) -0.10136 ***) -0.05637 **) C 2.844247 ***) 5.222197 ***) 2.844247 ***) 10.8621 ***) 7.648117 ***) F-Test 1048.94 ***) 234.1814 ***) 1048.94 ***)

Chow-Test 50.42048 **)

Hausman-Test 44.28607 [0.000]

Arelano-Bond -2.3024 [0.0213] -3.0712 [0.0021]

-1.9944 [0.0461] -1.9712 [0.0487]


(5)

Lampiran 9 Rekapitulasi hasil estimasi model pertumbuhan dengan TFP PLS, FEM, REM, FD-GMM dan Sys-GMM

Variabel POLS FIXED RANDOM FD-GMM Sys-GMM

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

TFP (-1) 0.26163 ***) 0.17315 ***) 0.26163 ***) 0.30767 **) 0.22179 ***)

DEBT -0.00044 -0.01080 -0.00044 -0.04809 -0.02809

DEBT2 0.00002 0.00007 0.00002 -0.00003 0.00008 ***)

L_G -0.09335 **) -0.10905 **) -0.09335 **) -0.42940 **) -0.31260 POP -0.36269 *) -1.12611 ***) -0.36269 **) -2.27348 ***) -2.33164 ***) OLD -0.11954 ***) -0.17694 *) -0.11954 ***) 0.57796 -0.43076 **)

YOUNG -0.01970 0.01593 -0.01970 -0.23255 -0.10118

CREDIT_PRIV -0.00256 -0.01163 ***) -0.00256 -0.03834 ***) -0.02868 ***)

LIR -0.05629 -0.09546 -0.05629 0.04152 -0.00521 **)

L_G_OPEN -0.02281 *) -0.02527 *) -0.02281 *) -0.02792 ***) -0.13053 C 4.35090 ***) 6.48978 **) 4.35090 ***) 9.00160 19.65395 ***) F-Test 5.60508 0 3.52287 0 5.60508 0

Chow-Test 76.91862 0

Hausman-Test 74.2429 0

Arelano-Bond -2.5258 0.0115 -2.5991 0.0093

0.45648 0.6480 -0.00104 0.9992


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Semarang (Jawa tengah) pada tanggal 20 Desember

1980 dari ayah Djoko Soewardjo (Alm) dan ibu Sri Tinah. Penulis adalah putri

kedua dari dua bersaudara.

Pada tahun 1999, penulis diterima sebagai mahasiswa kedinasan Sekolah

Tinggi Ilmu Statistik (STIS) Jakarta dan menyelesaikan pendidikan D-IV tersebut

pada tahun 2003. Setelah lulus D-IV, penulis ditugaskan pada Badan Pusat

Statistik Provinsi Jambi Bagian Integrasi Pengolahan Data Statistik. Pada tahun

2007, penulis pindah tugas ke Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta Bagian

Integrasi Pengolahan Data Statistik.

Pada tahun 2011, penulis melanjutkan pendidikan Program Magister di

Program Studi Ilmu Ekonomi SPS IPB yang merupakan kerjasama antara IPB dan

BPS, setelah sebelumnya menyelesaikan Program Alih Jenis S1 di Departemen

Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB.