Suku bunga jangka panjang lir merupakan suku bunga yang

pada beberapa negara Uni Eropa lainnya yaitu Irlandia 32.4 persen, Spanyol 9.2 persen dan Portugal 9.1 persen. Berdasarkan tingkat pendapatan per kapita negara, negara-negara yang mempunyai pendapatan per kapita diatas 10 000 US cenderung mempunyai utang pemerintah yang tinggi bila dibandingkan dengan negara yang pendapatan per kapitanya lebih rendah. Mayoritas negara yang mempunyai rata-rata pendapatan per kapita yang besar diatas 20 000 US cenderung memiliki rata- rata utang pemerintah yang tinggi diatas 60 persen. Negara tersebut adalah Austria, Yunani, Hungaria, Irlandia, Italia, Belanda dan Swedia Tabel 7. Negara dengan pendapatan per kapita yang tinggi dianggap mempunyai kemampuan membayar kembali utang sehingga banyak negara yang mau memberi pinjaman. Hal yang berkebalikan terjadi pada negara yang pendapatan per kapitanya rendah. Negara dengan kondisi ini dianggap tidak mampu membayar kembali utang sehingga tidak banyak negara yang mau memberikan pinjaman. Tabel 7 Rata-rata PDB per kapita dan utang pemerintah negara-negara di kawasan Uni Eropa periode 1985-2010 Negara Rata-rata PDB per kapita US Rata-rata Utang PDB Belgia 13 973.84 113.03 Italia 26 407.16 105.60 Yunani 28 233.39 92.19 Hungaria 29 286.22 85.89 Belanda 20 207.03 64.59 Irlandia 25 655.49 63.09 Austria 20 901.91 62.19 Swedia 30 677.00 61.25 Portugal 25 699.26 58.68 Denmark 27 673.98 57.84 Jerman 29 368.27 55.97 Perancis 27 371.52 53.31 Swiss 18 599.17 51.63 Polandia 27 533.20 50.76 Spanyol 54 059.72 50.59 Cyprus 11 981.50 49.87 Inggris 22 960.39 49.60 Finlandia 34 890.09 37.81 Luxemberg 28 619.28 7.25 Sumber: Abbas et al. 2010, diolah Peningkatan utang pemerintah cenderung akan menaikkan suku bunga dalam negeri dan hal tersebut akan berdampak pada penurunan investasi dalam negeri. Secara umum, rata-rata suku bunga jangka panjang negara-negara di kawasan Uni Eropa relatif rendah yaitu dibawah 8 persen. Rasio utang yang tinggi didukung oleh suku bunga yang tinggi membuat utang berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Yunani yang mempunyai rata-rata utang yang tinggi dan didukung dengan rata-rata suku bunga yang tinggi yaitu mencapai 8 persen ternyata mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi. Hal yang sama terjadi pada negara Italia dimana suku bunganya mencapai 4 persen Gambar 4. Sumber: Hasil olahan Gambar 3 Plot rata-rata utang pemerintah dan suku bunga jangka panjang di kawasan Uni Eropa periode 1985-2010 Perkembangan Utang Pemerintah di Kawasan ASEAN+6 Perkembangan utang pemerintah negara-negara di kawasan ASEAN+6 dapat dilihat pada Tabel 8. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa negara China merupakan negara dengan pertumbuhan rasio utang pemerintah yang tinggi selama periode 1985-2010 yaitu sebesar 914.68 persen, disusul oleh Jepang 215.90 persen dan India 89.84 persen. Pertumbuhan utang yang tinggi di China disebabkan karena nilai utang yang cukup rendah di periode 1985 yaitu sebesar 3.31 persen dan mengalami peningkatan yang drastis pada periode 2010 yaitu sebesar 33.54 persen. Bahkan rasio utang atas PDB Cina naik dari 183 persen pada pertengahan 2012 dari 153 persen pada tahun 2008. Hal tersebut membuat Cina memiliki pertumbuhan utang yang sangat tinggi di kawasan ASEAN+6. Peningkatan utang ini sebagai akibat dari lonjakan pinjaman oleh perusahaan negara dan pemerintah daerah Cina. Peningkatan utang pemerintah Jepang disebabkan karena defisit anggaran belanjanya yang mendekati 10 persen dari PDB nya bahkan diperkirakan di tahun 2011 utang pemerintah akan terus naik mencapai 200 persen. Utang ini masih akan terus bertumbuh karena pemerintah berupaya merenovasi berbagai infrastruktur tua dan juga membangun kembali infrastruktur yang rusak karena terkena tsunami. Disamping itu, pemerintah juga berniat meningkatkan layanan sosial untuk orang-orang tua. Rasio utang pemerintah Jepang yang tinggi ternyata tidak menyebabkan terjadinya krisis utang dan penurunan pertumbuhan ekonomi. Hal ini disebabkan karena sumber utang Jepang yang utama berasal dari tabungan dalam negeri sebesar 94 persen di tahun 2008 sehingga hanya sebagian kecil porsi utang yang dananya berasal dari luar negeri. Jika dilihat dari pertumbuhan rasio utang per tahunnya maka negara yang pertumbuhan utangnya tinggi adalah China 12.33 persen, Jepang 4.81 persen -6.00 -4.00 -2.00 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 140.00 160.00 Au stri a Be lgi a Cyp ru s De n m ar k Fi nl a n d ia Pe ra n ci s Je rm an Y u n an i H u n gari a Irl a n d ia It al ia Lu xe m b e rg Be lan d a Po lan d ia Po rtu gal Sp an y o l Sw e d ia Sw is s In ggri s Utan g PDB Utang Suku Bunga dan Indonesia 3.82 persen. Beberapa negara di kawasan ini seperti Malaysia, Selandia Baru dan Filipina cenderung memiliki pertumbuhan rasio utang tahunan yang negatif. Pertumbuhan utang tahunan Indonesia yang relatif tinggi disebabkan terjadinya peningkatan defisit fiskal setiap tahunnya. Berdasarkan data Ditjen Pengelolaan Utang Kementrian Keuangan, bahwa selama periode 2008-2012 Indonesia senantiasa mengalami peningkatan defisit yaitu 1.3 persen 2008 meningkat menjadi 2.1 persen 2012. Walaupun terjadi peningkatan defisit fiskal tetapi nilainya masih dalam taraf yang aman dan wajar. Tabel 8 Pertumbuhan utang pemerintah negara-negara di kawasan ASEAN+6 periode 1985-2010 Negara Utang PDB Pertumbuhan 1985 2010 1985 -2010 Rata-rata per tahun Australia 22.00 20.52 -6.71 0.58 China 3.31 33.54 914.68 12.33 India 35.84 68.04 89.84 0.92 Indonesia 27.98 26.88 -3.96 3.82 Jepang 68.15 215.29 215.90 4.81 Korea Selatan 21.46 33.43 55.75 3.14 Malaysia 86.85 50.95 -41.33 -1.17 Selandia Baru 71.79 32.46 -54.79 -1.85 Filipina 53.08 43.46 -18.13 -0.45 Singapura 82.65 103.59 25.34 1.16 Thailand 49.27 41.87 -15.02 0.28 Sumber: Abbas et al. 2010, diolah Kondisi utang pemerintah Indonesia mengalami penurunan pertumbuhan rasio utang sebesar 3.96 selama kurun waktu 1985-2010. Beradasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementrian Keuangan 2012, rasio utang pemerintah terhadap PDB selama tahun 2007-2012 mengalami penurunan yaitu dari 35.1 persen 2007 menjadi 23.9 persen 2012. Jika dilihat dari komposisi utang pemerintah, sampai April 2013, utang pemerintah terbesar berupa surat berharaga sebesar Rp 1 442.23 triliun dan pinjaman sebesar Rp 581.49 triliun. Rasio utang terhadap PDB Indonesia relatif lebih rendah dengan pengurangan yang tercepat dan terbesar bila dibandingkan dengan negara lain termasuk negara maju DJPU Kementrian Keuangan 2012. Rasio utang per kapita Indonesia juga termasuk rendah bila dibandingkan dengan negara Cina dan India yang jumlah penduduknya jauh lebih banyak. Negara yang mempunyai rasio utang yang tinggi di kawasan ASEAN+6 ternyata dimiliki oleh negara yang tergolong maju dengan pendapatan per kapita diatas 20 000 US yaitu Jepang dan Singapura. Rasio utang yang sudah sangat tinggi tersebut ternyata tidak terlalu menimbulkan permasalahan pada perekonomian kedua negara. Negara yang memiliki pendapatan per kapita rendah dan rasio utang yang tinggi yaitu India, Filipina, Indonesia dan Thailand. Negara- negara ini tergolong negara berkembang sehingga rasio utang yang tinggi akan membahayakan perekonomian. Utang untuk negara berkembang masih sangat diperlukan mengingat masih terbatasnya investasi dan tabungan di dalam negeri untuk mendorong pembangunan. Negara berkembang dengan pendapatan per kapita yang dibawah 10 000 US cenderung mempunyai rasio utang yang tidak terlalu tinggi. Tabel 9 Rata-rata PDB per kapita dan utang pemerintah negara-negara di kawasan ASEAN+6 periode 1985-2010 Negara Rata-rata PDB per kapita US Rata-rata Utang PDB Jepang 27 874.36 124.62 Singapura 34 653.56 85.06 India 1 702.15 66.38 Filipina 2 738.86 59.04 Malaysia 9 651.80 56.17 Indonesia 2 626.36 47.19 Selandia Baru 21 760.36 43.59 Thailand 5 319.79 36.28 Australia 27 674.82 20.64 Korea Selatan 17 087.08 17.96 China 2 726.69 11.94 Sumber: Abbas et al. 2010, diolah Jika dilihat dari hubungan antara utang dan suku bunga maka untuk kawasan ASEAN+6, negara yang mempunyai rata-rata utang yang tinggi tetapi suku bunga rendah adalah Jepang dan Singapura. Suku bunga di Jepang, Singapura dan China relatif lebih rendah bila dibandingkan negara lain di kawasan ini yaitu rata-rata dibawah 4 persen Gambar 5. Utang yang tinggi didukung oleh rendahny suku bunga dalam negeri membuat utang dapat efisien mendorong pertumbuhan ekonomi di negara tersebut. Hal tersebut disebabkan karena peningkatan utang pemerintah tidak sampai menurunkan investasi dalam negeri. Di samping itu kondisi perekonomian dalam negeri yang kondusif dan sarana penunjang seperti tenaga kerja yang berlimpah dan infrastruktur yang mendukung membuat negara-negara tersebut menarik untuk investor. Kondisi yang sedikit berbeda dialami oleh negara lainnya di kawasan ASEAN+6. India dan Indonesia merupakan dua negara di kawasan ASEAN+6 yang mempunyai rata-rata suku bunga yang cukup tinggi yaitu diatas 5 persen sehingga saat terjadi peningkatan utang pemerintah maka akan berdampak pada penurunan investasi dan akhirnya akan terjadi penurunan pertumbuhan ekonomi. Dalam hal ini kebijakan moneter yang dilakukan oleh bank sentral untuk tetap menjaga nilai suku bunga yang stabil sangat diperlukan agar dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Sumber: Hasil olahan Gambar 4 Plot rata-rata utang pemerintah dan suku bunga jangka panjang di kawasan ASEAN+6 periode 1985-2010 Analisis Dampak Utang Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi Analisis Deskriptif Hubungan antara utang pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi dapat dijelaskan secara teori maupun empiris. Dampak utang pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi terbagi menjadi tiga aliran yaitu Keynesian, Neo Klasik dan REH. Pada periode tahun 1990-2010, rata-rata utang pemerintah di kawasan Uni Eropa masih belum tinggi yang berada pada kisaran 60 persen terhadap PDB. Rata-rata utang pemerintah yang belum tinggi ini ternyata mempunyai hubungan yang positif dengan pertumbuhan ekonomi Gambar 5. Pada periode ini rata-rata utang pemerintah negara-negara di kawasan Uni Eropa cenderung rendah. Hal tersebut berhubungan dengan pertumbuhan ekonomi yang relatif cukup tinggi di kawasan tersebut. Pertumbuhan ekonomi negara-negara di kawasan ini secara umum masih berada pada nilai yang positif. Hal ini menunjukkan bahwa rasio utang yang relatif lebih rendah dapat digunakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 0.00 50.00 100.00 150.00 200.00 250.00 S u ku b u n g a Utan g PDB Utang Suku Bunga Sumber: Hasil olahan Gambar 5 Hubungan rata-rata utang pemerintah dan pertumbuhan ekonomi negara-negara di kawasan Uni Eropa periode tahun 1990-2000 Pada periode tahun 2001-2010 banyak negara-negara yang mempunyai rasio utang pemerintah diatas 60 persen bahkan beberapa diantaranya mempunyai rasio utang diatas 100 persen Gambar 6. Jika dilihat dari pertumbuhan ekonomi pada periode ini juga dapat dilihat bahwa ada satu negara yang negatif yaitu Italia. Pertumbuhan ekonomi yang negatif ini seiring dengan tingginya rasio utang di negara tersebut. Pada periode ini dapat dikatakan bahwa utang yang tinggi berhubungan dengan pertumbuhan ekonomi yang relatif rendah. Sumber: Hasil olahan Gambar 6 Hubungan rata-rata utang pemerintah dan pertumbuhan ekonomi negara-negara di kawasan Uni Eropa periode tahun 2001-2010 Hubungan antara rata-rata utang pemerintah dan pertumbuhan ekonomi negara-negara di kawasan ASEAN+6 selama periode 1990-2000 dapat dilihat pada Gambar 7. Secara umum, pada periode ini rata-rata utang pemerintah masih 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 140.00 Au stri a Be lgi a Cyp ru s De n m ar k Fi nl a n d ia Pe ra n ci s Je rm an Y u n an i H u n gari a Irl an d ia It al ia Lu xe m b e rg Be lan d a Po lan d ia Po rtu gal Sp an y o l Sw e d ia Per tu m b u h an E ko n o m i Utan g PDB Utang Pertumbuhan Ekonomi 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00 Per tu m b u h an E ko n o m i Utan g PDB Utang Pertumbuhan Ekonomi relatif rendah dan berhubungan dengan pertumbuhan ekonomi yang masih positif. Korea Selatan pada periode tersebut mempunyai rata-rata utang yang rendah yaitu sekitar 10 persen dan mempunyai rata-rata pertumbuhan ekonomi yang tinggi yang mencapai 6 persen. keadaan yang berbeda terjadi di negara India dan Singapura dimana saat periode tersebut mempunyai rata-rata utang yang relatif tinggi tetapi tetap dapat menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi pula yaitu diatas 3 persen. hubungan negatif antara utang dan pertumbuhan ekonomi dialami oleh negara Filipina dan Jepang dimana rata-rata utangnya yang tinggi menyebabkan pertumbuhan ekonomi yang relatif rendah dibawah 1 persen. Sumber: Hasil olahan Gambar 7 Hubungan rata-rata utang pemerintah dan pertumbuhan ekonomi negara-negara di kawasan ASEAN+6 periode tahun 1990-2000 Pada periode 2000-2010 di mana kondisi perekonomian global sedang menghadapi krisis Amerika dan Uni Eropa, rata-rata utang pemerintah di kawasan ini relatif lebih tinggi. Terdapat tiga negara yang mempunyai rasio utang diatas 60 persen yaitu Jepang, India dan Singapura Gambar 7. Rasio utang yang tinggi di Jepang berhubungan dengan pertumbuhan ekonomi yang rendah bahkan mendekati 0 persen sedangkan utang yang tinggi di India dan Singapura masih menyebabkan pertumbuhan ekonomi yang sukup tinggi. Hubungan antara utang pemerintah dengan pertumbuhan ekonomi merupakan suatu permasalahan yang menarik untuk dikaji. Hubungan antara keduanya dapat dinyatakan dalam hubungan yang positif, negatif maupun netral. Pada tahap awal dimulainya utang dimaksudkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi karena adanya kekurangan investasi dalam negeri. Utang diharapkan dapat mengisi kekosongan investasi sehingga terjadi peningkatan output dalam negeri. Peningkatan output dalam negeri dapat menggambarkan terjadinya peningkatan pertumbuhan ekonomi. -0.50 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00 4.50 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 Au stri a B e lg ia Cyp ru s De n m ar k Fi nl a n d ia Pe ra n ci s Je rm an Y u n an i H u n gari a Irl a n d ia It al ia Lu xe m b e rg Be lan d a Po lan d ia Po rtu gal Sp an y o l Sw e d ia Sw is s In ggri s Per tu m b u h an E ko n o m i Utan g PDB Utang Pertumbuhan Ekonomi Sumber: Hasil olahan Gambar 8 Hubungan rata-rata utang pemerintah dan pertumbuhan ekonomi negara-negara di kawasan ASEAN+6 periode tahun 2001-2010 Berbagai permasalahan dalam perekonomian muncul ketika utang pemerintah mencapai nilai yang membahayakan. Saat kondisi ini terjadi ternyata rasio utang yang tinggi di beberapa negara berhubungan dengan terjadinya penurunan pertumbuhan ekonomi dan berbagai permasalahan perekonomian lainnya seperti pengangguran yang tinggi. Beberapa penelitian juga menemukan bahwa ternyata utang berhubungan negatif dengan pertumbuhan ekonomi saat mencapai kondisi debt overhang. Sumber: Hasil olahan Gambar 9 Plot rata-rata utang pemerintah dan pertumbuhan ekonomi negara- negara di kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6 periode 1985-2010 Hasil plot data utang pemerintah dan pertumbuhan ekonomi pada 30 negara yang diteliti didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan negatif diantara keduanya Gambar 9. Rasio utang pemerintah yang rendah dapat mendorong pertumbuhan ekonomi kearah yang lebih tinggi sedangkan rasio utang yang tinggi menyebabkan terjadinya penurunan pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 140.00 160.00 180.00 200.00 Per tu m b u h an E ko n o m i Utan g PDB Utang Pertumbuhan Ekonomi -20.00 -15.00 -10.00 -5.00 0.00 5.00 10.00 15.00 0.00 50.00 100.00 150.00 200.00 250.00 Per tu m b u h an E ko n o m i Utang PDB mengindikasikan bahwa peningkatan utang pemerintah akan menyebabkan terjadinya penurunan pertumbuhan ekonomi. Sumber: Hasil olahan Gambar 10 Plot utang pemerintah dan pertumbuhan ekonomi negara-negara pada kawasan Uni Eropa periode 1985-2010 Hasil plot hubungan antara utang pemerintah dan petumbuhan ekonomi periode yang sama untuk kawasan Uni Eropa terlihat bahwa terdapat hubungan nonlinier negatif Gambar 10. Hal ini menunjukkan bahwa pada periode ini rasio utang pemerintah yang tinggi akan berhubungan dengan pertumbuhan ekonomi yang rendah sedangkan rasio utang yang rendah masih dapat memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Sumber: Hasil olahan Gambar 11 Plot utang pemerintah dan pertumbuhan ekonomi negara-negara pada kawasan ASEAN+6 periode 1985-2010 Plot antara utang pemerintah dan pertumbuhan ekonomi negara-negara di kawasan ASEAN+6 selama periode 1985-2010 menunjukkan hubungan yang sama dengan kawasan Uni Eropa di mana saat rasio utang pemerintah masih -15.00 -10.00 -5.00 0.00 5.00 10.00 15.00 0.00 50.00 100.00 150.00 200.00 Per tu m b u h an E kn o m i Utang PDB -20.00 -15.00 -10.00 -5.00 0.00 5.00 10.00 15.00 0.00 50.00 100.00 150.00 200.00 250.00 Per tu m b u h an E ko n o m i Utang PDB rendah dapat digunakan untuk menstimulus pertumbuhan ekonomi dan saat rasionya tinggi maka utang dapat menurunkan pertumbuhan ekonomi Gambar 11. Analisis Kuadran Hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan rasio utang dapat dianalisis menggunakan analisis kuadran. Dengan menggunakan analisis ini dapat diketahui posisi setiap negara dalam hubungan antara utang dan pertumbuhan ekonomi. Anaisis ini membagi plot utang dan pertumbuhan ekonomi negara-negara ke dalam 4 kelompok yaitu: i kuadran I, negara dengan rasio utang dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi; ii kuadran II, negara dengan pertumbuhan ekonomi tinggi dan rasio utang rendah; iii kuadran III, negara dengan pertumbuhan ekonomi dan rasio utang yang rendah; iv kuadran IV, negara dengan pertumbuhan ekonomi rendah dan rasio utang tinggi. Selama periode 2001-2010, negara-negara di kawasan Uni Eropa berada pada kuadran III yaitu negara-negara yang mempunyai pertumbuhan ekonomi dan rasio utang yang rendah. Negara lapis pertama dari krisis Eropa yaitu Yunani, dan Portugal berada pada kuadran IV. Kedua negara tersebut dapat digolongkan ke dalam kelompok negara yang memiliki rasio utang tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang rendah dan dampaknya mereka menjadi negara yang paling parah terkena dampak krisis Eropa. Sumber: Hasil pengolahan dengan SPSS Gambar 12 Analisis kuadran antara rata-rata utang pemerintah dan pertumbuhan ekonomi negara-negara di kawasan Uni Eropa periode 2000-2010 Negara yang menunjukkan kondisi perekonomian yang baik ditunjukkan pada kuadran I yaitu negara yang mempunyai rasio utang yang tinggi tetapi masih dapat digunakan untuk menstimulus pertumbuhan ekonominya. Negara tersebut adalah Austria, Hungaria, Jerman dan Cyprus. Hal ini disebabkan utang pemerintah yang tinggi digunakan untuk membiayai proyek-proyek pemerintah yang efektif dan yang dapat meningkatkan investasi dalam negeri. Tabel 10 Hasil analisis kuadran antara utang dan pertumbuhan ekonomi negara- negara di kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6 periode 2001-2010 Kuadran Kawasan Uni Eropa Kawasan ASEAN+6 I Austria, Hungaria, Jerman dan Cyprus India II Swedia, Finlandia, Inggris Indonesia, Korea Selatan III Luxemberg, Belanda, Irlandia, Spanyol, Denmark, Swiss Australia, Malaysia, Thailand, Filipina, Selandia Baru IV Portugal, Perancis, Belgia, Yunani, Italia Singapura, Jepang Pembagian negara berdasarkan analisis kuadran di kawasan ASEAN+6 didapatkan hasil bahwa mayoritas negara-negara di kawasan ini berada pada kuadran III yang dapat dikelompokkan ke dalam negara dengan rasio utang yang rendah dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Negara yang berada pada kuadran IV yaitu Singapura dan Jepang. Kedua negara tersebut memiliki rasio utang yang tinggi tetapi pertumbuhan ekonominya relaif rendah tetapi masih positif. Sumber: Hasil pengolahan dengan SPSS Gambar 13 Analisis kuadran antara rata-rata utang pemerintah dan pertumbuhan ekonomi negara-negara di kawasan ASEAN+6 periode 2000-2010 Analisis Granger Causality Pengujian hubungan antara utang pemerintah dengan pertumbuhan ekonomi dapat juga dilakukan dengan menggunakan analisis granger causality untuk melihat arah hubungan antara utang dan pertumbuhan ekonomi. Hasil uji ini dapat melihat apakah utang terlebih dahulu mempengaruhi pertumbuhan ekonomi ataukah sebaliknya pertumbuhan ekonomi mempengaruhi utang pemerintah. Hasil estimasi kausalitas antara kedua variabel dapat dilihat pada Tabel 11. Hasil uji menunjukkan bahwa untuk 30 negara yang diamati, utang dan pertumbuhan ekonomi mempunyai dua arah sedangkan untuk kawasan Uni Eropa diduga awal bahwa pertumbuhan ekonomi mempengaruhi utang pemerintah terlebih dahulu. Kawasan ASEAN+6, menunjukkan hasil bahwa hubungan antara utang dan pertumbuhan ekonomi adalah dua arah atau bisa saling mempengaruhi. Untuk negara di kawasan Uni Eropa, hanya terdapat hubungan satu arah dimana pertumbuhan ekonomi yang mempengaruhi peningkatan rasio utang. Hal ini berarti bahwa saat pertumbuhan ekonomi negara tinggi, mendorong pemerintah untuk menambah utangnya sehingga diharapkan pertumbuhan ekonominya akan semakin tinggi. Utang dan pertumbuhan ekonomi negara di kawasan ASEAN+6 mempunyai hubungan dua arah dimana pertumbuhan ekonomi akan mendorong pemerintah untuk menambah stok utangnya dan utang juga akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Tabel 11 Hasil uji granger causality antara utang pemerintah dan pertumbuhan ekonomi negara-negara di kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6 periode 1985-2010 Lag H Keseluruhan Uni Eropa ASEAN+6 1 2 3 4 5 1 DEBT to Growth 3.02241 0.00262 2.24507 Growth to DEBT 175.698 103.53 78.1189 2 DEBT to Growth 7.02502 1.54663 4.44877 Growth to DEBT 76.1525 42.1286 40.7118 3 DEBT to Growth 3.24303 1.33094 3.48328 Growth to DEBT 50.4968 29.801 29.6533 4 DEBT to Growth 2.46464 0.99682 2.51143 Growth to DEBT 49.5836 29.7695 26.2611 5 DEBT to Growth 1.4935 0.18839 1.78259 Growth to DEBT 41.7231 22.9299 24.6876 Sumber: Hasil pengolahan dengan E Views Keterangan: Debt : utang pemerintah Growth : pertumbuhan ekonomi Hasil Estimasi Model Pertumbuhan Ekonomi Persamaan 3.31 dan 3.32 dalam penelitian ini akan diestimasi dengan menggunakan model panel statis. Pada model data statis, koefisien estimasi yang disajikan merupakan hasil dari tiga model estimasi, yakni pooled LS, FEM dan REM. Penggunaan berbagai model estimasi diharapkan dapat menunjukkan variasi hasil estimasi, melihat kebaikan model, serta validitas di antara berbagai metode estimasi yang digunakan. Secara khusus, hasil ini juga dapat digunakan untuk mengkomparasi hasil estimasi dari model data panel statis. Hasil estimasi dari model pertumbuhan ekonomi dapat dilihat pada tabel 12, dengan menampilkan tiga metode estimasi untuk panel statis yaitu FEM, REM dan pooled LS. Pemilihan antara model PLS dan FEM dilakukan dengan menggunakan uji Chow. Dari hasil uji tersebut diperoleh bahwa nilai p-value signifikan pada taraf nyata 1 persen yang berarti model FEM lebih baik dari model PLS. Pemilihan antara model FEM dan REM dilakukan dengan menggunakan uji Hausman. Hasil uji Hausman menyatakan bahwa nilai p-value signifikan pada taraf nyata 1 persen sehingga model FEM lebih bagus dari FEM. Berdasarkan ketiga model panel statis, estimasi terbaik diberikan oleh FEM dibanding dua metode lainnya. Tabel 12 Rekapitulasi hasil estimasi koefisien parameter PLS, FEM dan REM model pertumbuhan ekonomi Variable PLS FEM REM 1 2 3 4 LN_GDP -1.07433 -3.26860 -1.11013 DEBT -0.01108 0.06950 0.00975 DEBT 2 -0.00001 -0.00031 -0.00010 INVESTASI 0.11153 0.11208 0.09113 POP -0.42921 -0.32385 -0.43889 APS -0.00655 0.00818 -0.00772 BALANCE 0.00319 0.05100 0.01694 REVENUE -0.03396 -0.16810 -0.04860 OPEN 0.00364 -0.01366 0.00073 LIR -0.13228 -0.19121 -0.12003 C 13.49924 36.11596 14.29376 F Test 18.41750 8.58364 9.24438 Chow Test 123.628 Hausman Test 64.950 Keterangan: : signifikan pada α =1 : signifikan pada α =5 : signifikan pada α =10 Sumber: Hasil pengolahan dengan E Views Setelah didapatkan estimasi terbaik yaitu model FEM kemudian dilakukan pengujian berbagai asumsi terhadap model tersebut untuk memperoleh hasil estimasi yang BLUE Best Linier Unbiased Estimator, khususnya uji autokorelasi dan uji homoskedasitas. Berdasarkan hasil uji Durbin-Watson DW diperoleh nilai DW sebesar 1.375 dan dapat disimpulkan bahwa terdapat pelanggaran asumsi autokorelasi. Pengujian asumsi homoskedasitas dilakukan dengan membandingkan jumlah kuadrat residual sum square residual pada weighted statistics dengan unweighted statistics. Pelanggaran asumsi homoskedasitas terjadi jika jumlah kuadrat residual pada weighted statistics lebih kecil daripada unweighted statistics. Hasil estimasi model FEM diatas didapatkan hasil bahwa jumlah kuadrat residual pada weighted lebih kecil daripada unweighted sehingga pada model ini terjadi pelanggaran homoskedasitas. Estimasi model dengan FEM perlu dilakukan dengan General Least Square GLS Weighted untuk mengatasi pelanggaran kedua asumsi tersebut. Tabel 13 Rekapitulasi estimasi model FEM cross section weights untuk model pertumbuhan ekonomi Keterangan : signifikan pada taraf 10 , signifikan pada taraf nyata 5 , signifikan pada taraf nyata 1 . Model 1 : Model pertumbuhan ekonomi umum Model 2 : Model pertumbuhan ekonomi Dummy kawasan Model 3 : Model pertumbuhan ekonomi Nonoverlapping rata-rata 5 tahun Model 4 : Model pertumbuhan ekonomi Overlapping rata-rata 5 tahun Model 5 : Model pertumbuhan ekonomi dengan dummy threshold utang 60 persen Sumber: Hasil pengolahan dengan E Views Estimasi model yang digunakan untuk menganalisis dampak utang pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi adalah model FEM dengan GLS Weighted karena sudah terbebas dari pelanggaran asumsi autokorelasi dan homoskedasitas. Dalam model akan dimasukkan dummy kawasan dimana nilai 1 menunjukkan Uni Eropa dan 0 menunjukkan ASEAN+6. Dengan menggunakan dummy kawasan ini dapat dilihat dan dianalisis apakah ada perbedaan pengaruh Variable 1 LN_GDP -3.8703 -3.8428 -4.6073 -4.1137 -2.4937 DEBT 0.0692 0.0671 0.0555 0.0527 0.0866 DEBT 2 -0.0003 -0.0003 -0.0002 -0.0002 -0.0004 INVESTASI 0.0915 0.0941 0.1549 0.0919 0.0878 POP -0.6341 -0.6409 -0.2559 -0.1323 -0.4134 APS 0.0112 0.0112 0.0249 0.0241 0.0167 BALANCE 0.0347 0.0355 0.1697 0.0989 0.0759 REVENUE -0.1271 -0.1256 -0.1626 -0.1556 -0.1528 OPEN -0.0152 -0.0159 -0.0071 -0.0123 -0.0129 LIR -0.2167 -0.2137 -0.1031 -0.1333 Dummy Threshold -0.7290 Dummy Kawdebt 0.0119 Dummy Kawdebt 2 -0.0001 C 41.3397 40.8778 45.7418 42.7950 26.5442 Adjusted R 2 0.306 0.265 0.631 0.562 0.265 Nobservasi 780 780 150 180 780 Model 5 3 Model 1 Model 3 Model 4 2 4 5 Model 2 3 utang pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi di kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6. Di samping itu juga akan digunakan model pertumbuhan dengan menggunakan data rata-rata lima tahunan secara overlapping dan nonoverlapping. Tujuan dari penggunaan kedua model tersebut untuk melihat dampak utang terhadap pertumbuhan ekonomi pada jangka panjang. Rekapitulasi hasil estimasi koefisien parameter FEM dengan GLS Weighted, baik untuk model secara umum, dengan dummy, overlapping maupun non-overlapping disajikan pada Tabel 13. Dalam analisis ini akan digunakan lima model pertumbuhan ekonomi yaitu model pertumbuhan tahunan digunakan untuk melihat pengaruh utang pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek. Model pertumbuhan dengan dummy digunakan untuk melihat apakah ada perbedaan dampak utang terhadap pertumbuhan ekonomi di setiap kawasan. Model pertumbuhan nonoverlapping dan overlapping lima tahun digunakan untuk melihat dampak utang pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang. Berdasarkan rekapitulasi model pertumbuhan ekonomi dengan lima model didapat kesimpulan bahwa variabel debt dan debt 2 signifikan dan mempunyai arah yang sama untuk semua model. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6 terdapat bukti untuk menyatakan bahwa terdapat hubungan nonlinier antara utang dan pertumbuhan ekonomi. Jika dilihat dari model dummy kawasan untuk membedakan dampak utang terhadap pertumbuhan ekonomi di dua kawasan maka dapat ditunjukkan bahwa variabel dummy dummy kawdebt dan dummy kawdebt 2 tidak signifikan sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan pengaruh utang terhadap pertumbuhan ekonomi di kedua kawasan. Penentuan model pertumbuhan ekonomi yang akan digunakan untuk menganalisis dampak utang terhadap pertumbuhan ekonomi di kedua kawasan dilakukan dengan melihat nilai adjusted R 2 . Berdasarkan nilai adjusted R 2 maka model terbaik adalah model ketiga karena mempunyai nilai adjusted R 2 63.1 persen lebih besar bila dibandingkan dengan keempat model lainnya. Penghitungan nilai debt threshold untuk model ketiga didapatkan nilai rasio utang sebesar 117.19 persen 1 . Nilai ini sangat tinggi jika dibandingkan dengan standar internasional maupun hasil penelitian sejenis. Standar rasio utang yang wajar untuk suatu negara berdasarkan Maastricht Treaty Criteria yaitu sebesar 60 persen dan nilai debt threshold dalam penelitian ini sangat jauh lebih tinggi. Estimasi selanjutnya dilakukan dengan menggunakan nilai dummy threshold sebesar 60 persen. Maksud penggunaan dummy ini untuk melihat apakah rasio utang pemerintah diatas 60 persen akan berhubungan dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah. Dampak Utang Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi Hubungan antara utang pemerintah dan pertumbuhan ekonomi dapat dinyatakan dalam kurva Laffer. Kurva ini menyatakan hubungan utang dan pertumbuhan ekonomi sebagai hubungan negatif nonlinier dimana utang mempunyai dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi pada rasio yang rendah dan saat terjadi debt overhang dampak utang berubah menjadi negatif. 1 Penghitungan nilai threshold dilakukan dengan rumus Dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan negatif nonlinier antara kedua variabel tersebut. Hasil penelitian ini membuktikan adanya kurva Debt Laffer untuk negara-negara di kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6. Adanya kurva Debt Laffer mengindikasikan bahwa utang pemerintah negara-negara di kedua kawasan ini tidak selamanya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Pada dasarnya kebijakan utang sangat relevan digunakan untuk mengatasi permasalahan fiskal terutama di negara berkembang selama masih berada pada level aman. Penambahan utang akan memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi sampai batas tertentu. Namun, pada saat stok utang telah melebihi batas tertentu maka penambahan utang mulai membawa dampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Hasil hubungan nonlinier ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Checherita-Westphal dan Rother 2012 yang menjadi acuan dalam penelitian ini dimana dalam penelitiannya didapatkan bukti adanya hubungan nonlinier. Dalam penelitiannya Checherita menemukan bukti bahwa untuk 12 negara Uni Eropa terdapat hubungan negatif nonlinier dimana utang akan berdampak negatif terhadap eprtumbuhan ekonomi pada saat rasio mencapai 90 persen. Penelitian Miztal 2010 yang juga meneliti di kawasan Uni Eropa mendapatkan hasil bahwa utang pemerintah akan berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi saat rasionya mencapai 60 persen. Hasil yang serupa dengan penelitian ini didapat Reinhart dan Rogoff 2010 yang melakukan penelitian sejenis dan menemukan kesimpulan bahwa utang berdampak negatif terhadap pertumbuhan saat rasionya diatas 90 persen. Hasil estimasi untuk 30 negara yang diamati menyatakan bahwa utang mempunyai hubungan negatif nonlinier dengan nilai batas pada saat rasio utang mencapai 117.19 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa saat rasio utang pemerintah di 30 negara yang diamati masih berada di bawah rasio ini maka penambahan utang pemerintah masih dapat digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Nilai batas yang ditemukan dalam penelitian ini relatif sangat tinggi bila dibandingkan dengan ketentuan Maastricht Treaty Criteria yang menetapkan batas sebesar 60 persen. Nilai batas yang tinggi disebabkan karena 10 nilai rasio utang tertinggi ternyata dimiliki oleh Jepang di mana negara ini mempunyai performa perekonomian yang baik dan stabil. Nilai batas yang dihasilkan dalam penelitian ini tidak sejalan atau relatif tinggi bila dibandingkan dengan standar internasional maupun penelitian- penelitian sejenis. Ketentuan Maastricht Treaty Criteria yang menetapkan nilai batas rasio utang terhadap PDB sebesar 60 persen merupakan standar yang biasa digunakan oleh negara-negara untuk menentukan batas utang yang aman. Beberapa penelitian juga menemukan nilai batas yang mendekati standar tersebut yaitu berkisar antara 60 persen dan 90 persen Checherita-Westphal dan Rother 2012, Cecchetti et al. 2011; Presbitero 2010; Reinhart dan Rogoff 2010; Egert 2012; Baum et al. 2013. Oleh karena itu, penelitian ini juga memasukkan nilai threshold sebesar 60 persen ke dalam model. Model pertumbuhan ekonomi dengan dummy threshold 60 persen kemudian digunakan untuk melihat dampak utang pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi saat rasio utang pemerintah diatas 60 persen. Penggunaan nilai batas sebesar 60 persen berdasarkan kriteria yang dikeluarkan oleh Uni Eropa sebagai salah satu syarat untuk masuk ke dalam keanggoaan EMU. Hasil estimasi model ini menunjukkan bahwa saat rasio utang pemerintah diatas 60 persen maka terdapat hubungan negatif antara utang dan pertumbuhan ekonomi. Saat rasio utang pemerintah negara-negara di kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6 diatas 60 persen maka dampak utang terhadap pertumbuhan ekonomi menjadi negatif. Setiap kenaikan utang pemerintah akan berdampak pada penurunan pertumbuhan ekonomi sebesar 0.7 persen, ceteris paribus. Rasio utang yang dibawah batas menunjukkan bahwa hubungan antara utang dan pertumbuhan ekonomi menganut paham Keynesian di mana utang dapat digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Peningkatan pertumbuhan ekonomi tersebut didapatkan melalui peningkatan permintaan agregat sebagai akibat peningkatan akumulasi modal. Dalam hal ini utang digunakan pemerintah untuk melengkapi tingkat investasi dalam negeri yang rendah sehingga terjadi akumulasi modal. Defisit pemerintah yang dibiayai dengan utang membuat beban pajak saat ini relatif lebih ringan yang akan menyebabkan peningkatan pendapatan yang siap dibelanjakan. Peningkatan pendapatan ini akan meningkatkan konsumsi masyarakat dan sisi permintaan secara keseluruhan. Peningkatan permintaan akan mendorong peningkatan produksi dan akhirnya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Saat rasio utang pemerintah berada diatas batas maka hubungan antara utang dan pertumbuhan ekonomi menganut paham Neoklasik yang menyatakan bahwa dalam jangka panjang utang akan menurunkan pertumbuhan ekonomi. Rasio utang yang diatas nilai batas mengasumsikan bahwa utang sudah terakumulasi dalam jangka panjang sehingga dimungkinkan untuk terjadinya debt overhang . Penurunan pertumbuhan ekonomi menurut paham Neoklasik terjadi akibat adanya efek crowding out, yaitu keadaan dimana terjadi overheated dalam perekonomian yang menyebabkan investasi berkurang. Saat rasio utang pemerintah tinggi mengindikasikan bahwa beban pajak di masa depan akan tinggi sehingga konsumen akan meningkatkan tingkat konsumsinya. Jika seluruh sumber daya secara penuh telah digunakan maka peningkatan konsumsi akan menurunkan tingkat tabungan dan mendorong kenaikan suku bunga. Peningkatan suku bunga akan mendorong permintaan investasi swasta menurun. Besaran pengganda pada model Keynes akan berkurang karena adanya crowding out terhadap investasi tersebut. Saat rasio utang pemerintah dibawah nilai batas maka setiap penambahan rasio utang pemerintah sebesar 1 persen masih dapat menaikkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0.069 persen dan berlaku sebaliknya saat rasio utang diatas nilai batas maka setiap penambahan rasio utang pemerintah sebesar 1 persen menurunkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0.0003 persen. Determinan Pertumbuhan Ekonomi Jangka Pendek Dalam model pertumbuhan jangka pendek, selain variabel utang pemerintah, yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi negara-negara di kedua kawasan adalah pendapatan perkapita initial, investasi, penerimaan pemerintah, keterbukaan perekonomian dan suku bunga. Pendapatan per kapita initial berhubungan negatif dengan pertumbuhan ekonomi. Investasi berhubungan positif dengan pertumbuhan ekonomi di mana setiap kenaikan tingkat investasi sebesar 1 persen akan menaikkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0.09 persen, ceteris paribus . Hal ini sesuai dengan teori Keynesian bahwa investasi merupakan salah satu pembentuk produksi nasional sehingga jika investasi meningkat maka produksi nasional akan meningkat. Peningkatan investasi akan mendorong peningkatan output nasional yang berdampak pada peningkatan pertumbuhan ekonomi. Variabel penerimaan pemerintah signifikan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi negara di kedua kawasan mengindikasikan bahwa kebijakan fiskal yang dilakukan pemerintah untuk mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi berjalan efektif. Penerimaan pemerintah berhubungan negatif dengan pertumbuhan ekonomi karena penerimaan pemerintah yang berasal dari pajak akan membuat penurunan pendapatan yang siap dibelanjakan oleh masyarakat sehingga akan mengurangi konsumsi masyarakat. Pengurangan konsumsi masyarakat secara tidak langsung akan menyebabkan penurunan produksi nasional dan berdampak pada penurunan pertumbuhan ekonomi. Variabel keterbukaan perdagangan berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi mengandung pengertian bahwa perdagangan bebas dengan negara lain tidak dapat mendorong pertumbuhan ekonomi karena cenderung meningkatkan impor daripada ekspor negara tersebut terlebih untuk negara berkembang yang mayoritas ada di ASEAN+6. Signfikannya variabel suku bunga mengindikasikan bahwa kebijakan moneter dan fiskal yang dilakukan pemerintah efektif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Suku bunga berhubungan negatif dengan pertumbuhan ekonomi melalui efek crowding out terhadap investasi yang berdampak pada penurunan investasi. Determinan Pertumbuhan Ekonomi Jangka Panjang Untuk model pertumbuhan jangka panjang, selain utang pemerintah, variabel pendapatan perkapita initial, investasi, aps, keseimbangan pemerintah, penerimaan pemerintah dan suku bunga signifikan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang. Pendapatan perkapita initial berhubungan negatif dengan pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Investasi berhubungan positif dengan pertumbuhan ekonomi. Peningkatan investasi berarti peningkatan akumulasi modal yang dapat mendorong peningkatan produksi output dan pada akhirnya mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi. Partisipasi sekolah menengah mempunyai hubungan yang positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut mengindikasikan bahwa modal manusia sangat penting untuk menjadi mesin pendorong pertumbuhan ekonomi. Peningkatan partisipasi sekolah menengah akan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang digunakan dalam pembangunan. Hasil ini menjawab model Solow dimana akumulasi modal sendiri tidak bisa menjelaskan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan tetapi harus didukung oleh kualitas sumber daya manusia yang tinggi. Pertumbuhan penduduk pada jangka panjang tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Walaupun pertumbuhan penduduk tidak signifikan tetapi nilai yang negatif menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk menjadikan beban untuk pertumbuhan ekonomi. Menurut Solow Growth Model, pertumbuhan penduduk merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan penduduk menggambarkan akumulasi modal manusia, semakin banyak penduduk terutama penduduk usia produktif maka terdapat banyak tenaga kerja yang dapat digunakan dalam produksi. Tenaga kerja yang banyak identik dengan upah yang relatif lebih rendah sehingga produksi akan lebih efisien. Hal ini bisa mendorong peningkatan output dan selanjutnya peningkatan pertumbuhan ekonomi. Negara China di kawasan ASEAN+6 yang mempunyai penduduk yang besar menjadikan upah tenaga kerja relatif murah sehingga menarik investor masuk. Peningkatan investasi ini dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang tinggi terutama saat kondisi global mengalami perlambatan, China tetap menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Penduduk yang tinggi juga merupakan pangsa pasar yang besar untuk output dalam negeri. Pangsa pasar yang besar dapat mendorong peningkatan output dalam negeri. Selain itu konsumsi masyarakat yang tinggi dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan hal ini sesuai dengan paham Keynesian. Dalam model pertumbuhan jangka panjang dapat dilihat bahwa kebijakan fiskal yang dilakukan pemerintah melalui kenaikan belanja pemerintah dan pengurangan penerimaan sangat efektif mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Keseimbangan anggaran pemerintah berhubungan positif dengan pertumbuhan ekonomi berarti semakin besar defisit anggaran pemerintah maka pertumbuhan ekonominya akan semakin tinggi. Hal ini sesuai dengan teori Keynesian bahwa defisit anggaran sebagai akibat dari peningkatan belanja pemerintah mempunyai efek pengganda terhadap pertumbuhan ekonomi. saat konsumsi pemerintah meningkat maka akan meningkatkan permintaan agregat dan mendorong peningkatan output nasional. Peningkatan output ini pada akhirnya dapat mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi. Suku bunga jangka panjang berhubungan negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi menunjukkan bahwa kebijakan moneter dan fiskal yang dilakukan oleh pemerintah efektif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Peningkatan suku bunga akan menurunkan pertumbuhan ekonomi yang didapat melalui efek crowding out terhadap investasi. Analisis Jalur Dampak Utang terhadap Pertumbuhan Ekonomi Analisis Deskriptif Pada sub bagian ini akan dianalisis perkembangan dan hubungan antara variabel-variabel pembentuk pertumbuhan ekonomi dan utang pemerintah. Tujuan dari analisis ini untuk melihat melalui jalur mana dampak utang pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi. pembahasan akan dibagi menjadi tiga bagian yaitu pertama, membahas perkembangan tabungan dan hubungannya dengan utang pemerintah. Kedua, membahas perkembangan investasi dan hubungannya dengan utang pemerintah dan ketiga, membahas perkembangan pertumbuhan TFP dan hubungannya dengan utang pemerintah. Hubungan Utang Pemerintah dan Tabungan Perkembangan tabungan sebagai rasio terhadap PDB di 30 negara yang diamati di kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6 selama periode 1985-2010 dapat dilihat pada Lampiran 2 kolom 3, 4 dan 5. Secara umum pertumbuhan tabungan negara-negara di kawasan Uni Eropa lebih tinggi bila dibandingkan dengan negara-negara di kawasan ASEAN+6. Hal tersebut disebabkan tingkat tabungan negara-negara di Uni Eropa yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan negara- negara di kawasan ASEAN+6. Tingginya tingkat tabungan masyarakat di Uni Eropa disebabkan oleh gaya hidup mereka yang tidak konsumtif bila dibandingkan dengan masyarakat di ASEAN+6. Negara dengan pertumbuhan tabungan yang tinggi selama periode 1985- 2010 di kawasan Uni Eropa adalah Luxemberg yaitu sebesar 23.66 persen sedangkan yang terendah atau mengalami penurunan terbesar adalah Belanda yaitu sebesar 76.05 persen. Belanda mengalami penurunan tabungan yang cukup besar dari 22.94 persen pada tahun 1985 menjadi 5.46 persen pada tahun 2010. Jika dilihat dari rata-rata petumbuhan tabungan tahunan, secara umum negara- negara di kawasan Uni Eropa mengalami pertumbuhan yang positif dan hanya ada lima negara yang mengalami pertumbuhan negatif yaitu Cyprus, Perancis, Belanda, Polandia, Portugal, Swiss dan Inggris. Sementara itu di kawasan ASEAN+6, terdapat dua negara yang mengalami pertumbuhan negatif yaitu Australia dan Jepang dan negara lainnya mengalami pertumbuhan positif. Negara di kawasan ASEAN+6 yang mengalami pertumbuhan tabungan tertinggi selama periode 1985-2010 adalah Selandia Baru 103.69 persen dan terendah dialami oleh Indonesia -26.86 persen. Tabungan yang belum menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia menjadikan tingkat tabungan di negara ini relatif rendah bila dibandingkan dengan negara lain di kawasan ASEAN+6. Padahal tabungan mempunyai multimanfaat karena dengan semakin tinggi tingkat tabungan, stok modal akan meningkat, dan akhirnya output perekonomian pun tumbuh pesat. Hal ini yang menjadi penyebab pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak tumbuh pesat karena lebih dominan didukung oleh konsumsi dibandingkan tabungan. Data BPS, pada tahun 2010 konsumsi rumah tangga dan pemerintah mencapai 65.8 persen dan investasi mencapai 32.2 persen dari PDB. Pada tahun 2010, besaran tingkat tabungan dalam negeri hanya berkisar 20-30 persen dari PDB. Utang tidak dapat secara langsung mempengaruhi pertumbuhan ekonomi tetapi melalui berbagai jalur. Bagaimana utang pemerintah mempengaruhi pertumbuhan merupakan suatu permasalahan lain yang menarik untuk diteliti. Banyak penelitian mencoba menganalisis jalur bagaimana utang pemerintah mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, salah satunya melalui jalur tabungan baik tabungan swasta maupun tabungan pemerintah. Jika dilihat dari plot antara utang pemerintah dengan tabungan maka dapat dilihat bahwa terdapat hubungan negatif. Hal ini berarti utang peningkatan utang pemerintah berhubungan dengan penurunan tabungan baik untuk negara-negara di kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6. Gambar 14 Plot utang pemerintah dan tabungan negara-negara di kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6 Hubungan Tingkat Investasi dan Utang Pemerintah Gambaran perkembangan investasi sebagai rasio terhadap PDB di 30 negara yang diamati di kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6 selama periode 1985-2010 dapat dilihat pada Lampiran 2 kolom 6, 7 dan 8. Secara umum pertumbuhan investasi di kedua kawasan mengalami penurunan dimana penurunan terbesar dialami oleh kawasan ASEAN+6 dibandingkan kawasan Uni Eropa. Mayoritas negara-negara di kawasan Uni Eropa mengalami penurunan tingkat investasi dan hanya ada empat negara yang mempunyai pertumbuhan investasi yang positif. Negara di kawasan Uni Eropa yang mengalami pertumbuhan investasi terbesar adalah negara Irlandia 24.12 persen sedangkan yang mengalami pertumbuhan terendah adalah Yunani -33.84 persen. Di kawasan ASEAN+6, pertumbuhan investasi tertinggi dialami oleh negara China 54.31 persen dan terendah dialami negara Singapore -40.39 persen. Menurut OECD, investasi swasta di dalam negeri khususnya dalam sektor kereta api, peningkatan kapasitas jalan, serta penyediaan perumahan bagi warga memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi. Disamping itu, pertumbuhan ekonomi yang selalu tinggi dan kondisi ekonomi yang stabil dan aman menjadikan Cina sebagai salah satu sasaran investasi dari luar negeri. Jumlah tenaga kerja yang besar dan murah juga menjadi salah satu faktor pendorong investasi di negara tersebut tinggi. Pertumbuhan investasi di Indonesia selama periode 1985-2010 sebesar 41.91 persen. Kinerja investasi saat ini menunjukkan trend positif yang cukup solid bahkan di saat perekonomian global mengalami perlambatan. Data BPS menyebutkan bahwa tingkat investasi triwulan III 2012 tumbuh sebesar 10.02 persen yoy. Bersama dengan komponen konsumsi rumah tangga, keduanya menopang pertumbuhan ekonomi berada pada kisaran 6.17 persen. Faktor yang berpengaruh positif terhadap investasi di Indonesia diantaranya suku bunga pinjaman yang rendah, pertumbuhan tingkat pendapatan masyarakat yang tinggi, 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 0.00 50.00 100.00 150.00 200.00 250.00 Tab u n g an PD B Utang PDB pertumbuhan dan ukuran kelas menengah, faktor tingkat inflasi yang rendah dan stabil serta regulasi pemerintah yang mendukung investasi. Investasi merupakan salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi. Peningkatan investasi suatu negara akan meningkatan pendapatan nasional dan akhirnya mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi. Saat suatu negara memiliki investasi yang rendah, untuk mendorong pendapatan nasional maka diperlukan arus dana baik dari luar negeri maupun dari dalam negeri. Arus dana ini yang disebut dengan utang pemerintah. Sehingga dapat dilihat hubungan antara utang pemerintah dengan peningkatan investasi suatu negara. Dalam kasus ini muncul suatu permasalahan apakah peningkatan utang pemerintah akan berhubungan dengan peningkatan investasi pemerintah. Investasi yang dikaji dalam penelitian ini adalah investasi modal fisik yang didekati dengan variabel gross fixed capital formation GFCF . Plotting antara utang pemerintah dan investasi menunjukkan bahwa utang berhubungan negatif dengan investasi yang berarti peningkatan utang pemerintah akan menyebabkan terjadinya penurunan investasi. Gambar 15 Plot utang pemerintah dan investasi negara-negara di kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6 Hubungan Pertumbuhan TFP dan Utang Pemerintah Total factor productivity TFP menggambarkan sejauh mana modal dan tenaga kerja dapat bersinergi sehngga dapat menghasilkan output yang maksimal. TFP yang bernilai negatif mengindikasikan bahwa penambahan jumlah tenaga kerja menjadi beban ekonomi regional. Memang tetap menghasilkan output namun hanya cukup untuk meningkatkan pendapatan per kapita yang habis dipakai untuk konsumsi. Perkembangan pertumbuhan TFP negara-negara dikawasan Uni Eropa dan ASEAN+6 selama periode 1992-2010 dapat dilihat pada Lampiran 2 kolom 9, 10, dan 11. Secara umum negara di kawasan Uni Eropa mengalami pertumbuhan TFP yang positif dimana yang terbesar adalah Austria 1182.54 persen. Di kawasan ASEAN+6, pertumbuhan TFP tertinggi dialami oleh negara Selandia Baru 900.53 persen kemudian diikuti oleh Korea Selatan 566.44 persen dan terendah dialami negara Thailand -632.45 persen. TFP sebagai salah satu determinan pertumbuhan ekonomi dan menjadi sesuatu yang menarik untuk mengkaji hubungan utang pemerintah dengan pertumbuhan TFP. Pengkajian hubungan ini dimaksudkan untuk melihat apakah pengaruh utang terhadap pertumbuhan ekonomi itu melalui akumulasi modal, akumulasi modal manusia atau melalui perkembangan teknologi. TFP digunakan untuk menggambarkan perkembangan teknologi di suatu negara. Jika dilihat plot antara data pertumbuhan TFP dan utang pemerintah di 30 negara yang diamati maka dapat disimpulkan bahwa utang pemerintah berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan TFP. Hasil yang sedikit berbeda didapat saat plot data dibedakan berdasarkan kawasan. Untuk kawasan Uni Eropa, plot utang dan TFP menunjukkan hubungan yang positif sedangkan kawasan ASEAN+6 plot data menunjukkan hubungan yang negatif. Gambar 16 Plot rata-rata utang pemerintah dan rata-rata pertumbuhan TFP negara-negara di kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6 Hasil Estimasi Model Tabungan, Investasi dan Pertumbuhan TFP Untuk melihat dampak tidak langsung utang pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi, maka akan dianalisis pengaruh utang pemerintah terhadap determinan dari pertumbuhan ekonomi. Dalam penelitian ini determinan yang digunakan adalah akumulasi modal fisik yang didekati dengan tabungan dan investasi sedangkan akumulasi modal manusia didekati denggan pertumbuhan TFP. Regresi dilakukan terhadap model persamaan 3.33, 3.34 dan 3.35 seperti yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya. Rekapitulasi model estimasi untuk model tabungan dapat dilihat pada Lampiran 7. Pemilihan model terbaik dilakukan untuk model panel statis dan dinamis. Untuk ketiga model panel statis didapatkan model terbaik adalah model FEM yang bisa dilihat dari nilai statistik uji Hausman p-value=0.000. Nilai yang signifikan tersebut mengindikasikan bahwa cukup bukti untuk menolak Ho sehingga model terbaik yang terpilih adalah FEM. Untuk dua model panel dinamis, uji konsistensi menunjukkan bahwa kedua metode yaitu FD-GMM dan Sys-GMM menunjukkan hasil yang konsisten yang ditunjukkan oleh nilai p-value statistik m1 tolak Ho dan statistik m2 tidak tolak Ho pada taraf nyata 5 persen. Untuk syarat validitas instrumen, kedua metode juga menunjukkan kevalidan dilihat dari nilai uji Sargan yang tidak tolak Ho. Syarat ketidakbiasan yang dilihat dari nilai koefisien lag variabel saving kedua metode yang harus berada pada rentang PLS dan FEM, maka dapat disimpulkan bahwa baik FD-GMM maupun Sys-GMM koefisien keduanya terletak diluar POLS yang menandakan bahwa estimator tersebut under estimated karena koefisien dari lag variabel tabungan nilainya jauh dibawah nilai FEM. Sehingga dalam pemilihan model tabungan terbaik disimpulkan bahwa metode FEM adalah model terbaik yang akan digunakan untuk menganalisis model tabungan. Rekapitulasi hasil estimasi untuk model investasi dapat dilihat lebih lengkap pada Lampiran 8. Hasil uji Hausman menunjukkan bahwa dari ketiga metode panel statis, model FEM menunjukkan hasil yang lebih bagus daripada REM yang dilihat dari nilai p-value 0.000 statistik uji Hausman yang tolak Ho. Pengujian model terbaik untuk panel dinamis menggunakan syarat konsisten, validitas instrumen dan ketidakbiasan. Untuk syarat kekonsistenan, kedua metode baik FD-GMM dan Sys-GMM keduanya tidak terpenuhi yang bisa dilihat dari nilai statistik m1 yang tidak tolak Ho dan statistik m2 yang tidak tolak Ho pada tingkat kepercayaan 5 persen. Syarat validitas instrumen terpenuhi oleh kedua model yang dilihat dari nilai uji sargan yang tidak tolak Ho. Sedangkan syarat ketidakbiasan tidak tercapai karena nilai koefisien lag variabel investasi terletak diluar range POLS dan FEM yang menandakan bahwa estimator FD-GMM dan Sys-GMM under estimated. Sehingga kesimpulan yang diambil bahwa model investasi terbaik menggunakan model FEM. Rekapitulasi hasil estimasi untuk model TFP dapat dilihat pada Lampiran 9. Pemilihan untuk ketiga metode panel statis didapatkan hasil bahwa model FEM adalah model terbaik yang dilihat dari nilai statistic uji Hausman yang tidak tolak Ho p-value=0.000. Pengujian syarat konsisten untuk model panel dinamis didapatkan hasil bahwa kedua metode baik FD-GMM dan Sys-GMM terpenuhi yang bisa dilihat dari nilai statistik m1 yang tolak Ho dan m2 yang tidak tolak Ho pada tingkat kepercayaan 5 persen. Syarat validitas instrument terpenuhi oleh kedua model yang dilihat dari nilai uji Sargan yang tidak tolak Ho. Sedangkan syarat ketidakbiasan tidak tercapai untuk FD-GMM karena nilai koefisien lag variabel investasi terletak diluar range POLS dan FEM. Sedangkan untuk Sys- GMM karena koefisien lag variabel tabungan berada antara FEM dan PLS maka tercapai syarat ketidakbiasan. Sehingga kesimpulan yang diambil bahwa model pertumbuhan TFP terbaik menggunakan model Sys-GMM. Setelah dilakukan pemilihan model terbaik untuk model tabungan, investasi dan pertumbuhan TFP maka analisis selanjutnya dilakukan terhadap model terbaik tersebut. Analisis dilakukan dengan melihat signifikansi variabel utang pemerintah dan variabel lainnya. Pada model tabungan, secara empiris tidak ditemukan bukti untuk menyatakan ada hubungan negatif nonlinier antara tabungan dan utang pemerintah Tabel 14 kolom 2. Hubungan yang terjadi antara utang dan tabungan adalah hubungan positif nonlinier dimana saat rasio utang rendah tabungan cenderung mengalami penurunan tetapi sebaliknya saat rasio utang tinggi tabungan mengalami peningkatan. Variabel yang berpengaruh terhadap tabungan adalah tabungan periode sebelumnya, pendapatan per kapita, kredit domestik, rasio ketergantungan tua dan suku bunga jangka panjang. Tabel 14 Rekapitulasi estimasi model terbaik untuk model tabungan, investasi dan pertumbuhan TFP Keterangan: signifikan pada taraf 10 , signifikan pada taraf 5 dan signifikan pada taraf 1 . Dalam model investasi terdapat hubungan negatif nonlinier antara utang dan investasi meskipun tidak signifikan. Saat rasio utang masih rendah, investasi masih tinggi sedankan saat rasio utang tinggi maka investasi akan mengalami penurunan Tabel 14 kolom4. Variabel lain yang mempengaruhi investasi adalah investasi periode sebelumnya, pertumbuhan ekonomi periode sebelumnya, keseimbangan pemerintah, dan keterbukaan perdagangan. Secara umum, tidak terbukti bahwa ada hubungan non linier antara utang dan pertumbuhan TFP tetapi diduga ada hubungan positif nonlinier antar keduanya walaupun tidak signifikan Tabel 14 kolom 6. Variabel yang mempengaruhi pertumbuhan TFP adalah pertumbuhan TFP periode sebelumnya, pertumbuhan penduduk, kredit domestik, rasio ketergantungan usia tua dan suku bunga. Jalur Transmisi Utang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Pada pembahasan di subbab sebelumnya mencoba untuk melihat dampak langsung utang pemerintah terhadap pertumbuhan ekonom dimana saat mencapai rasio tertentu utang berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Pada subbab ini akan dibahas mengenai dampak tidak langsung utang pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi. Untuk menjawab permasalahan tersebut dengan melakukan analisis utang pemerintah terhadap determinan pertumbuhan ekonomi. Dalam penelitian ini yang mengacu pada penelitian Checherita-Westphal dan Rother 2012 mencoba untuk melihat dampak utang pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi melalui jalur tabungan, investasi sebagai pendekatan untuk modal fisik dan pertumbuhan TFP untuk pendekatan modal manusia. Menurut Nautet dan Meensel 2011, ada beberapa jalur bagaimana kenaikan utang pemerintah berpengaruh negatif terhadap kegiatan ekonomi di Variabel Variabel Variabel 1 3 5 SAVING-1 0.75665 INVESTASI-1 0.82717 TFP -1 0.22179 DEBT -0.01031 DEBT 0.00103 DEBT -0.02809 DEBT 2 0.00004 DEBT 2 -0.00003 DEBT 2 0.00008 LOGGDP 1.32253 L_G 0.13997 L_G -0.31260 REVENUE -0.02229 BALANCE 0.04494 POP -2.33164 POP -0.22625 REVENUE -0.01413 OLD -0.43076 CREDIT_PRIV -0.00757 OPEN -0.01052 YOUNG -0.10118 OLD -0.18860 LIR -0.01307 CREDIT_PRIV -0.02868 YOUNG 0.03806 C 5.20576 LIR -0.00521 OPEN 0.00321 L_G_OPEN -0.13053 LIR -0.11596 C 19.65395 C -2.32956 Tabungan FEM Investasi FEM Pertumbuhan TFP Sys- GMM Koefisien Koefisien 2 4 6 Koefisien jangka panjang. Ada 3 jalur transmisi utama yaitu i pertama, peningkatan utang pemerintah secara umum berhubungan dengan penurunan tabungan yang akan menyebabkan penurunan tabungan nasional. Hal ini akan mendorong kenaikan suku bunga. Teori investasi Keynes menyatakan bahwa investasi berhubungan negatif dengan suku bunga sehingga saat terjadi kenaikan suku bunga maka akan menurunkan investasi. Kenaikan suku bunga ini juga akan menurunkan pertumbuhan akumulasi modal dan mengganggu inovasi yang bisa meningkatkan produktifitas dan sebagai akibatnya akan menurunkan produktifitas tenaga kerja. Jika melihat dampak utang pemerintah terhadap tabungan, penelitian ini belum bisa menyimpulkan bahwa kenaikan utang berdampak negatif terhadap tabungan. Hasil ini tidak sesuai dengan kajian Nautet dan Meensel 2011 diatas yang menyatakan bahwa kenaikan utang akan berdampak pada penurunan tabungan nasional. Penelitian Checherita-Westphal dan Rother 2012 menemukan bahwa utang berdampak negatif terhadap tabungan swasta sedangkan Schclarek 2004 tidak menemukan adanya hubungan antara utang dan tabungan swasta. Variabel yang berpengaruh terhadap tabungan adalah tabungan periode sebelumnya, pendapatan per kapita, kredit domestik, rasio ketergantungan usia tua dan suku bunga jangka panjang. Tabungan periode sebelumnya signifikan berpengaruh terhadap tabungan mengandung pengertian bahwa diantara semua negara yang diteliti ada proses konvergensi tabungan. Artinya negara yang mempunyai tinkat tabungan rendah akan mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan negara yang sudah mempunyai tingkat tabungan tinggi sehingga keduanya akan bertemu di satu titik. Pendapatan per kapita periode sebelumnya berhubungan signifikan dan positif mempengaruhi tingkat tabungan. Hasil ini sudah sesuai dengan teori fungsi tabungan yang menyatakan bahwa pendapatan berpengaruh positif terhadap tingkat tabungan. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi berarti pendapatan yang tinggi juga. Kredit domestik signifikan dan berhubungan negatif dengan tabungan mengandung arti bahwa semakin tinggi kredit swasta maka akan mengurangi tingkat tabungan nasional. Semakin banyak kredit yang disalurkan kepada masyarakat maka dana tabungan yang tersimpan menjadi berkurang karena dananya beralih ke masyarakat dalam bentuk sektor riil. Peningkatan kredit swasta ini seharusnya dapat mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi melalui sektor riil. Suku bunga jangka panjang berhubungan negatif dengan tabungan. Suku bunga jangka panjang yang digunakan adalah suku bunga pada obligasi pemerintah jangka menengah dan panjang. Semakin tinggi suku bunga obligasi pemerintah maka akan lebih menjanjikan untuk menanamkan modal pada obligasi daripada menyisihkan model untuk ditabung. Hal ini akan berdampak terhadap penurunan tingkat tabungan swasta dan tingkat tabungan nasional. Dampak utang pemerintah terhadap investasi walaupun tidak signifikan tapi menunjukkan hasil bahwa ada bukti yang lemah untuk menyatakan hubungan negatif nonlinier. Saat rasio utang pemerintah rendah maka investasi akan meningkat. Hal ini sejalan dengan teori pertumbuhan Harold Domar dimana utang digunakan untuk menutup investasi yang rendah sehingga utang diharapkan dapat mendorong investasi. Hasil ini juga sejalan dengan Keynesian dimana defisit fiskal yang dibiayai dengan utang dapat meningkatkan permintaan agregat dan mendorong peningkatan output. Peningkatan output memberikan sinyal bahwa investasi perlu ditambah untuk dapat mencapai kenaikan output. Saat rasio utang pemerintah tinggi maka utang berdampak negatif terhadap investasi. Hal ini menjawab kajian Nautet dan Meensel 2011 yang menyatakan bahwa utang akan menyebabkan kenaikan suku bunga dan menyebabkan penurunan investasi. Penurunan investasi ini juga bisa terjadi peningkatan biaya akibat suku bunga yang tinggi yaitu adanya peningkatan pajak modal. Variabel lain yang mempengaruhi investasi adalah investasi periode sebelumnya, pertumbuhan ekonomi periode sebelumnya, keseimbangan pemerintah, dan keterbukaan perdagangan. Pengaruh positif pertumbuhan ekonomi terhadap investasi sudah sejalan dengan teori investasi. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi di periode ini membuat investor menaikkan investasi untuk mengakomodasi peningkatan permintaan agregat sebagai akibat pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Keseimbangan pemerintah berpengaruh positif terhadap investasi terutama investasi pemerintah. Peningkatan keseimbangan pemerintah yang lebih banyak untuk belanja modal atau infrastruktur mendorong investor untuk menanamkan investasi karena dapat mengefisienkan biaya produksi. Keterbukaan perdagangan berpengaruh negatif terhadap investasi. Semakin bebas perdagangan suatu negara cenderung mengurangi investasi terutama jika impor suatu negara lebih besar daripada ekspor yang menjadikan investasi dalam negeri menjadi tidak berkembang. Untuk melihat jalur utang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi melalui jalur TFP maka digunakan model TFP. Dari hasil estimasi model terbaik didapatkan hasil bahwa tidak ada bukti yang bisa menyatakan adanya hubungan negatif nonlinier antara utang dan pertumbuhan TFP. Secara umum variabel TFP periode sebelumnya, rasio utang yang tinggi, pertumbuhan penduduk, rasio ketergantungan usia tua, kredit domestik dan suku bunga yang signifikan mempengaruhi pertumbuhan TFP. Saat rasio utang tinggi berhubungan dengan pertumbuhan TFP yang tinggi juga. Hal ini tidak sejalan dengan beberapa kajian yang menyatakan bahwa saat utang tinggi akan menurunkan prduktifitas tenaga kerja karena berkurangnya inovasi. Pertumbuhan penduduk dan rasio ketergantungan usia tua berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan TFP. Pertumbuhan penduduk yang tinggi akan menimbulkan masalah surplus tenaga keja dan didukung rasio ketergantungan usia tua yang tinggi menyebabkan produktifitas tenaga kerja mengalami penurunan. Penurunan ini akibat tidak adanya inovasi teknologi karena industri yang tepat untuk negara seperti ini adalah industri yang padat karya sehingga dapat mengatasi masalah pengangguran sebagai dampak pertumbuhan penduduk yang tinggi. Kredit domestik berhubungan negatif dengan pertumbuhan TFP dikarenakan dengan berkurangnya kredit yang disalurkan kepada masyarakat maka pengembangan teknologi industri akan terhambat yang dapat menyebabkan penurunan pertumbuhan TFP. Suku bunga jangka panjang berhubungan negatif dengan pertumbuhan TFP melalui penurunan investasi. Semakin tinggi suku bunga maka membuat investasi mengalami penurunan termasuk investasi swasta untuk peningkatan teknologi industri. Hal tersebut akan berdampak pada penurunan produktifitas tenaga kerja dalam perekonomian. Hasil yang dapat disimpulkan pada pembahasan tentang jalur bagaimana utang pemerintah berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi adalah bahwa dampak negatif utang pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi lebih banyak ditransmisikan melalui jalur akumulasi modal daripada jalur akumulasi sumber daya manusia. Penurunan pertumbuhan ekonomi terjadi karena utang pmerintah yang tinggi di atas nilai batas tertentu akan berdampak pada kenaikan suku bunga di masyarakat. Kenaikan suku bunga ini pada akhirnya akan menyebabkan efek crowding out terhadap investasi. 5 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya dan merujuk pada tujuan dari penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Sebagian besar negara-negara di kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6 memiliki rasio utang pemerintah yang meningkat selama periode 1985-2010. Peningkatan rasio utang ini lebih tinggi untuk negara di kawasan Uni Eropa daripada ASEAN+6. Peningkatan rasio utang tinggi di kawasan Uni Eropa sebagai akibat dari peningkatan defisit fiskal hampir di semua negara. Rasio utang pemerintah tertinggi negara-negara di ASEAN+6 adalah Cina dan Jepang tetapi mereka tetap menunjukkan performance perekonomian yang masih tinggi. Hal ini terbukti dengan pertumbuhan ekonominya yang masih tinggi bahkan saat terjadi krisis global. Analisis dengan scatter plot menunjukkan bahwa utang pemerintah berhubungan negatif dengan pertumbuhan ekonomi. 2. Secara umum untuk 30 negara yang diamati, utang pemerintah berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi saat rasio utang pemerintah dibawah 60 persen. Untuk rasio utang diatas 60 persen dampak utang terhadap pertumbuhan menjadi negatif. Hal tersebut mengindikasikan bahwa ditemukan bukti untuk menyatakan bahwa terdapat hubungan negatif nonlinier antara utang pemerintah dan pertumbuhan ekonomi atau terbukti adanya kurva Debt Laffer di kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6. 3. Tidak ada perbedaan dampak utang pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi di antara kedua kawasan. Baik kawasan Uni Eropa maupun ASEAN+6, utang pemerintah berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi saat rasionya masih rendah dan dampaknya akan menjadi negatif saat rasionya tinggi. 4. Tidak ditemukan bukti yang kuat untuk menyatakan bahwa utang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di 30 negara yang diteliti melalui jalur tabungan, investasi dan pertumbuhan TFP. Saran Merujuk pada hasil penelitian dan kesimpulan yang diuraikan sebelumnya, beberapa implikasi kebijakan yang dapat disarankan adalah sebagai berikut: 1. Hubungan negatif antara utang pemerintah dan pertumbuhan ekonomi di kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6 mengisyaratkan kepada pemerintah untuk lebih berhati-hati dalam penarikan utang baru untuk membiayai defisit anggaran pemerintah. Pemerintah hendaknya mencari sumber pembiayaan baru selain dengan utang. 2. Dampak negatif utang pemerintah saat rasionya diatas 60 persen mengindikasikan bahwa negara-negara yang mempunyai rasio utang diatas nilai ini harus mengendalikan rasio utangnya supaya tidak melebihi nilai tersebut sehingga penambahan utang masih dapat memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Negara Yunani, Italia dan Jepang harus segera mencari solusi supaya rasio utang tidak mengalami peningkatan. Negara- negara lain di kedua kawasan harus tetap waspada karena trend utang yang cenderung mengalami peningkatan. 3. Pertumbuhan penduduk untuk negara-negara di kawasan ASEAN+6 mempunyai dampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Pemerintah bisa melakukan kebijakan untuk mengontrol pertumbuhan penduduk misalnya seperti di Indonesia dengan lebih menggiatkan program keluarga berencana nasional sehingga pertumbuhan penduduk lebih terkendali. Saran Penelitian Lebih Lanjut Beberapa saran yang dapat dirumuskan untuk penelitian lebih lanjut adalah: 1. Penambahan jenis variabel dependen yang digunakan. Pada penelitian ini hanya menggunakan satu variabel dependen yaitu rasio utang pemerintah terhadap PDB. Untuk penelitian selanjutnya bisa memasukkan memisahkan variabel utang pemerintah menjadi utang luar negeri dan utang dalam negeri sehingga bisa dilihat lebih mendalam utang mana yang lebih berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. 2. Penggunaan dummy negara maju dan berkembang dengan terlebih dahulu menambah cakupan negara berkembang. Dalam penelitian ini kebanyakan negara yang dicakup adalah negara maju sehingga jika digunakan dummy negara maju dan berkembang tidak memberikan hasil yang signifikan. 3. Untuk pengujian kemungkinan adanya bentuk nonlinier bisa digunakan variabel utang pemerintah dalam bentuk dummy dengan menggunakan nilai debt threshold atau melakukan spline regression. DAFTAR PUSTAKA Abbas SA, Belhocine N, Elganainy A, Horton M. 2010. A historical public debt database. International Working Paper. WP10245. Artis MJ, Zhang W. 2002. Membership of EMU: A fuzzy clustering analysis of alternative criteria. Journal of Economic Integration. 171:54-79. Baldacci W, Kumar MS. 2010. Fiscal deficits, public debt and sovereign bond yields. International Working Paper. WP10184 Baltagi BH. 2005. Econometric Analysis of Panel Data 3 Edition. Chicester UK: John Wiley Sons Ltd. [Bappenas] Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2011. Krisis Keuangan Eropa: Dampak Terhadap Perekonomian Indonesia. Tinjauan Ekonomi Triwulanan . Jakarta ID: Bappenas. Barro JR. 1989. The Ricardian approach to budget deficits. Journal of Economic Perpectives. 32:37-54. Barsky RB, Mankiw NG, Zeldes SP. 1986. Ricardian consumers with Keynesian propensities. American Economic Review. 764:676-691. Baum A, Checherita-Westphal C, Rother P. 2013. Debt and growth: new evidence for The Euro area. Journal of International Money and Finance. 322013:809-821. Bernheim BD. 1989. A Neoclassical perspective on budget deficits. The Journal of Economic Perspectives . 32:55-72. Blanchard O. 2011. Macroeconomics. Updated Edition: Fifth Edition. Boston US, Pearson. Cecchetti SG, Mohanty MS, Zampoli F. 2011. The real effects of debt. Achieving Maximum Long Run Growth symposium . Checherita-Westphal C, Rother P. 2012. The impact of high government debt on economic growth and its channels: An empirical investigation for the Euro Area. European Economic Journal. 562012:1392-1405. De Paoli B, Hoggarth G, Saporta V. 2009. Output costs of sovereign crises: some empirical estimates. Bank of England Working Paper No. 362. [DJPU Kementrian Keuangan] Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementrian Keuangan . 2012. Perkembangan Utang Negara Pinjaman dan Surat Berharga Negara . Jakarta ID: DJPU. Clements B, Bhattacharya R, Nguyen TQ. 2003. External debt, public investment and growth in low income countries. International Monetary Fund Working Paper . WP03249. Egert B. 2012. Public debt, economic growth and linear effects: myth or reality?. OECD Economics Department Working Papers , no.993. Eisner R. 1989. Budget deficit: rhetoric and reality. The Journal of Economic Perspectives. 32:73-93. Elbadawi I, Ndulu B, Ndung’u N. 1997. Debt overhang and economic growth in Sub Saharan Africa. International Monetary Fund Working Paper. Evans P. 1988. Are consumers Ricardian? Evidence for The United States. Journal of Political Economy. 965:983-1004. Firdaus M. 2011. Aplikasi Ekonometrika untuk Data Panel dan Time Series. Bogor ID, Penerbit PT IPB Press Bogor. Furceri D, Zdzienicka A. 2011. How costly are debt crises?. International Monetary Fund Working Papers. 11280. Ghali K. 2003. Government spending, budget financing, and economic growth: The Tunisian Experience. The Journal of Developing Areas. 362:19-37. Gujarati DN. 2004. Basic Econometrics. Ed ke-4. New York US: McGraw Hill. Indra. 2009. Analisis Hubungan Intensitas Energi dan Pendapatan per Kapita: Studi Komparatif di Sepuluh Negara Asia Pasifik [Tesis]. Bogor ID: Institut Pertanian Bogor. Kinoshita N. 2006. Government debt and long term interest rates. International Monetary Fund Working Paper . WP0663. Kumar M.S, Woo J. 2010. Public debt and growth. International Monetary Fund Working Papers. 10174:1-45. Liu Y, Fung GH, Wang Z. 2005. Fiscal deficit and debt conditions for China. Emerging Markets Finance and Trade. 415:56-77. Makin A.J. 2005. Public debt sustainability and its macroeconomic implications in ASEAN-4. ASEAN Economic Bulletin. 223:284-296. Mankiw NG. 2007. Teori Makroekonomi. Edisi ke-6. Liza F, penerjemah. Jakarta ID: Penerbit Erlangga. Terjemahan dari: Macroeconomics Theory. Masson PR, Bayoumi T, Samiei H. 1998. International evidence on the determinant of private saving. The World Bank Economic Review. 12: 483- 501. Misztal P. 2010. Public debt and economic growth in The European Union. Journal of Applied Economic Sciences. 53:292-302. Modigliani F. 1961. Long run implications of alternative fiscal policies and the burden of the national debt. Economic Journal. 71:730-755. Nautet M, Meensel LV. 2011. Economic impact of the public debt. Artikel. Akses www.nbb.bedoctspublications...2011ecorevII2011_H1.pdf tanggal 27 Mei 2013 jam 09.26. Pattillo C, Poirson H, Ricci L. 2002. External debt and growth. International Monetary Fund working Paper. WP02. ___________________ . 2004. What are the channels through which external debt affects growth?. International Monetary Fund working Paper. WP0415. Paramitasari N. 2012. Defisit Fiskal, Defisit Perdagangan dan pertumbuhan Ekonomi Negara-negara di Kawasan ASEAN+3 [Tesis]. Bogor ID: Institut Pertanian Bogor. Presbitero AF. 2006. The debt growth nexus: a dynamic panel data estimation. Rivista Italiana Degli Economisti . 113: 415-459 Rais SI, Anwar T. 2012. Public debt and economic growth in Pakistan: a time series analysis from 1972-2010. Academic Research International. 21: 535-544. Reinhart CM, Rogoff KS. 2010. Growth in a time of debt. American Economic Review . 1002: 573-578. Saint-Paul G. 1992. Fiscal policy in an endogenous growth model. Quarterly Journal of Economics. 107:1243-1259. Schclarek A. 2004. Debt and economic growth in developing and industrial countries. Lund University Working Papers. 34:1-39. TNH Teguh Pamuji. 2008. Analisis Dampak Defisit Anggaran Terhadap Ekonomi Makro di Indonesia Tahun 1993-2007 [Tesis]. Semarang ID: Universitas Diponegoro. Verbeek M. 2000. A Guide to Modern Econometrics. Chicester UK: John Wiley Sons, Ltd. Todaro MP, Smith SC. 2006. Pembangunan Ekonomi. Jilid 1. Ed ke-9. Munandar H, penerjemah. Jakarta ID: Erlangga. Terjemahan dari: Economic Development. Lampiran 1 Ringkasan hasil penelitian sebelumnya tentang utang pemerintah dan pertumbuhan ekonomi Peneliti Penerbit Tujuan Cakupan Variabel Metode Hasil Ghali 2003 The Journal of Developing Areas. 362: 19-37 Untuk melihat dampak dari pembiayaan pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi dan jalur pengaruhnya Tunisia 1960-2000 data GDP riil, government spending, private investment, exports, imports VECM Ada 3 jalur bagaimana pengeluaran pemerintah dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan satu jalur bagaimana pengeluaran pemerintah dapat menurunkan pertumbuhan ekonomi. Rais dan Anwar 2012 Academic Research International 21: 535-544 Untuk menganalisis dampak dari utang pemerintah terhadap perekonomian di Pakistan. Pakistan 1972-2010 Utang domestik, utang luar negeri, konsumsi, investasi, ekspor, impor, tabungan swasta OLS Baik utang domestik maupun utang luar negeri berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Wang dan Rettenmaier 2008 Southern Economic Journal. 751: 208- 222 Untuk menganalisis hubungan antara pinjaman pemerintah terhadap suku bunga jangka panjang Amerika Serikat LTIR, STIR, inflasi, tingkat pertumbuhan GDP, deficit primer, explicit debt, dan debt social security unfunded obligation VAR dan SVAR Explicit debt dan implicit debt mempunyai pengaruh positif terhadap suku bunga jangka panjang dalam waktu 10 tathun. Setiap kenaikan satu persen rasio deficit-GDP menyebabkan kenaikan suku bunga sebesar 0.56 pada periode shock. Peneliti Penerbit Tujuan Cakupan Variabel Metode Hasil Liu, Fung and Wang 2005 Emerging Markets Finance and Trade. 415: 56-77 Untuk menurunkan persamaan identitas government budget dan model umum yang mengkaitkan deficit fiscal dengan tingkat utang yang berhubungan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat inflasi China 1979-2002 Data deficit dan debt rate. VAR Nilai estimasi untuk future debt dan debt rate dengan tingkat kepercayaan 90. Dapat diestimasi target suku bunga yang berhubungan dengan tingkat utang pemerintah di masa depan. Utang bank yang besar tidak berdampak pada sistem finansial pemerintah karena utang pemerintah yang msh kecil. Bilquees 2003 The Pakistan Development Review. 423: 177- 195 Untuk menganalisis faktor-faktor yang bertanggung jawab pada defisit yang tinggi dan akumulasi utang dalam 3 model gap yaitu S-I, X-M dan R-E Pakistan 20 tahun Domestk debt External debt Exchange rate Primary balance menggunakan estimasi dari berbagai hasil penelitian Skenario hubungan deficit dan debt lebih condong ke neoclassical. Dimana R-E akan mendorong terjadinya S-I dan X- M. Perubahan rasio debt-GDP diikuti dicatat dengan pertumbuhan suku bunga yang berbeda, efek nilai tukar luar negeri dan primary deficit. Islam and Biswas 2005 The Bangladesh Development Studies. 3112: 79- 102 Untuk menganalisis komposisi utang, pembiayaan utang dan implikasinya terhadap perekonomian Bangladesh 1981-2006 Deficit fiscal, total debt, domestik debt dan external debt. Deskriptif Analisis dinamika utang didapatkan hasil bahwa suku bunga, exchange rate , pertumbuhan GDP, primary deficit dan perubahan cadangan uang berdampak pada perubahan stok utang Peneliti Penerbit Tujuan Cakupan Variabel Metode Hasil Cecchetti, Mohanty, Zampoli 2011 Achieving Maximum Long-Run Growth symposium, Wyoming US Menganalisis efek riil dari utang pemerintah, korporasi dan rumah tangga pada 18 negara OECD periode 1980- 2010. 18 negara OECD GDP per kapita riil, tabungan bruto, tingkat pertumbuhan penduduk, aps, rasio dependency, inflasi, openness, rasio dari liquid liabilitas thd PDB. Korelasi Model panel Utang akan membahayakan pertumbuhan ekonomi diatas batas tertentu dimana untuk utang pemerintah, rasio utang diatas 85 persen dan untuk korporasi diatas 90 persen dan utang rumah tangga diatas 85 persen. Balassone, Francese, Pace 2011 Economic History Working Papers. 2011 Untuk menganalisis hubungan antara rasio utang pemerintah dengan pertumbuhan ekonomi di Italia Italia 1861-2009 GDP nominal dan riil, angkatan kerja dan stok modal dan utang pemerintah. OLS Terdapat hubungan negatif antara utang pemerintah dan growth. Efek yang lebih besar terdapat pada utang luar negeri dibandingkan utang domestik dan efeknya melalui pengurangan investasi. Panizza dan Presbitero 2013 Money and Finance Research Group Working Papers. 78 Untuk meneliti utang pemerintah dan pertumbuhan di negara maju. Negara maju Pertumbuhan GDP per kapita, GDP per kapita, rasio utang pemerintah, pertumbuhan penduduk, rasio investasi thd GDP dan stok modal manusia Kajian empiris Tidak ada bukti bahwa utang mempunyai efek terhadap growth. Presbitero 2010 Money and Finance Research Group Working Papers. 44 Meneliti hubungan antara utang dengan growth untuk negara berkembang, bukan hanya utang luar negeri tetapi utang total. 92 negara berpendapatan sedang dan rendah 1990-2007 GDP, utang public, variabel control yang terdiri dari: tingkat investasi, human capital APS, CPIA, keterbukaan, inflasi Model Panel Utang pemerintah mempunyai dampak negatif terhadap pertumbuhan output sampai Peneliti Penerbit Tujuan Cakupan Variabel Metode Hasil Schclarek 2004 IDEAS Working Papers. 2005:34. Lund University, Department of Economics Meneliti hubungan antara utang dan growth untuk beberapa negara berkembang dan industri. 59 negara berkembang dan 24 negara industri 1970-2002 Dependen: Pertumbuhan GDP riil per kapita, growth per kapita, tingkat tabungan. Regresor: utang, GDP per kapita, rata-rata sekolah, government size, inflasi, open, . Model panel dinamis Untuk negara berkembang: total utang luar negeri yang rendah berhubungan dengan growth yang tinggi. Hubungan negatif terdapat pada utang luar negeri pemerintah bukan swasta. Jalur dampaknya melalui pertumbuhan akumulasi modal. Tidak ditemukan hubungan U terbalik. Untuk negara industri: tidak ditemukan hasil yang signifikan Pattilo, Poirson, dan Ricci 2002 International Monetary Fund Working Paper. 2001:02 Meneliti dampak nonlinier dari utang luar negeri terhadap growth 93 negara berkembang Afrika Sub Sahara, Asia, Amerika Latin dan Timur Tengah 1969- 1998 GDP riil, populasi, pendidikan menengah, investasi, nominal debt to export, TOT, fiscal balance, openness, NPV debt, debt service to export OLS, instrumental variables IV untuk mengkoreksi endogeneity, fixed effect, system GMM Peningkatan rasio utang akan mengurangi growth perkapita sebesar 0,5 persen. Rasio utang terhadap GDP yang menyebabkan dampak utang menjadi negatif sekitar 35-40 persen Kumar dan Woo 2010 International Monetary Fund Working Paper. WP10174 Menganalisis dampak utang pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi jangka panjang. 38 negara maju dan berkembang GDP, penduduk, investasi, government size, utang pemerintah Model Data Panel Ada hubungan berkebalikan antara utang dan pertumbuhan ekonomi, 10 persen kenaikan utang berhubungan dengan penurunan pertumbuhan ekonomi sebesar 0.2 persen. Dampak untuk negara maju lebih kecil jika dibanding dengan negara berkembang. Peneliti Penerbit Tujuan Cakupan Variabel Metode Hasil Baldacci dan Kumar 2010 International Monetary Fund Working Paper. WP10184 Menganalisis dampak dari deficit fiscal dan utang pemerintah pada suku bunga jangka panjang di negara maju dan berkembang. 31 negara maju dan berkembang Periode 1980- 2008 Suku bunga, fiscal balance, utang pemerintah, primary balance fiscal, inflasi, pertumbuhan GDP, Model data panel Semakin tinggi defisit fiskal dan utang pemerintah menyebabkan kenaikan signifikan pada suku bunga jangka panjang Clements, Bhattacharya , Nguyen 2003 International Monetary Fund Working Paper. WP03249 Menganalisis jalur bagaimana utang luar negeri mempengaruhi growth di negara berpendapatan rendah. 55 negara berpendapatan rendah 1970-1999 Utang luar negeri, investasi, NPV debt, TOT Analisis data panel: fixed effect dan Sys GMM . Pengurangan stok utang luar negeri untuk negara HIPCs secara langsung menaikkan pertumbuhan pendapatan perkapita sebesar satu persen. Pengurangan pada external debt service berdampak tidak langsung pada growth melalui investasi pemerintah. Kinoshita 2006 International Monetary Fund Working Paper. WP0663 Menganalisis hubungan antara utang pemerintah dan suku bunga jangka panjang secara teori dan empiris 19 negara industrial Suku bunga riil jangka panjang, suku bunga nominal jangka panjang, utang pemerintah, konsumsi pemerintah Analisis data panel Kenaikan pada rasio utang pemerintah mempunyai dampak yang kecil terhadap suku bunga riil jangka panjang. Dampak yang lebih besar terjadi jika peningkatan utang pemerintah sebagai hasil dari peningkatan konsumsi pemerintah. Lampiran 2 Rekapitulasi perkembangan tabungan, investasi dan pertumbuhan TFP negara-negara di kawasan Uni Eropa dan ASEAN+6 No Negara Tabungan PDB Pertumbuhan Investasi PDB Pertumbuhan Pertumbuhan TFP 1985 2010 1985-2010 1985 2010 1985-2010 1985 2010 1985-2010 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 Austria 21.48 24.92 16.04 22.47 20.52 -8.67 0.14 1.76 1182.54 2 Belgia 23.18 20.37 -12.14 17.72 19.97 12.67 0.59 1.10 84.10 3 Cyprus 21.50 8.80 -59.07 20.39 16.88 -17.20 0.49 2.64 440.91 4 Denmark 21.41 25.65 19.80 25.12 18.91 -24.71 0.35 2.16 507.89 5 Finlandia 32.42 34.89 7.60 18.52 19.45 4.99 0.19 0.53 178.17 6 Perancis 17.14 12.40 -27.67 21.15 17.44 -17.55 1.04 2.26 116.29 7 Jerman 22.09 24.92 12.82 20.89 17.64 -15.56 -2.54 -5.27 107.47 8 Yunani 22.94 23.06 0.50 18.11 11.98 -33.84 3.33 0.36 -89.25 9 Hungaria 18.63 22.89 22.87 22.28 19.61 -11.98 0.54 2.00 270.21 10 Irlandia 23.95 20.37 -14.98 14.84 18.41 24.12 -0.97 0.51 -152.99 11 Italia 17.10 17.24 0.82 21.09 17.33 -17.82 -0.52 1.72 -430.30 12 Luxemberg 19.02 23.52

23.66 23.11

19.76 -14.49 1.09 1.03 -6.22 13 Belanda 22.94

5.49 -76.05

20.17 22.26 10.38 0.32 0.18 -44.36 14 Polandia 17.71 13.83 -21.89 27.19 18.42 -32.25 -3.04 0.10 -103.44 15 Portugal 22.20 16.77 -24.46 22.46 17.97 -19.98 6.28 0.02 -99.75 16 Spanyol 21.61 18.30 -15.31 21.17 19.86 -6.19 4.88 1.27 -74.02 17 Swedia 23.80 22.65 -4.85 20.70 18.03 -12.91 0.43 3.43 705.57 18 Swiss 20.68 10.39 -49.76 26.61 20.03 -24.74 -0.52 2.12 -509.48 19 Inggris 21.61 18.64 -13.74 18.02 14.91 -17.26 0.65 0.84 29.08 Uni Eropa

23.95 22.85

-4.56 402.00 349.37 -13.09

0.67 0.99

47.06 No Negara Tabungan PDB Pertumbuhan Investasi PDB Pertumbuhan Pertumbuhan TFP 1985 2010 1985-2010 1985 2010 1985-2010 1985 2010 1985-2010 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 20 Australia 34.63 52.37 51.23 26.78 27.53 2.80 2.45 -0.95 -138.77 21 China 21.82 34.61 58.66 29.64 45.73 54.31 4.75 2.87 -39.56 22 India 24.59 32.10 30.54 20.60 31.74 54.10 1.70 2.58 52.14 23 Indonesia 31.84 23.29 -26.86 22.72 32.08 41.19 1.48 0.59 -60.48 24 Jepang 29.03 31.92 9.98 27.55 20.09 -27.09 -1.45 4.24 -391.93 25 Korea Selatan 22.83 34.22 49.90 28.77 28.27 -1.73 0.72 4.80 566.44 26 Malaysia 17.95 18.79 4.67 28.71 22.25 -22.49 1.87 0.93 -50.50 27 Selandia Baru 13.41 27.32 103.69 26.71 18.96 -29.03 -0.14 -1.35 900.53 28 Filipina 40.90 46.55 13.82 16.47 20.52 24.63 -2.97 3.45 -216.09 29 Singapura 24.28 30.95 27.50 40.57 24.18 -40.39 2.10 8.09 286.03 30 Thailand 26.45 30.95 17.03 27.17 24.73 -8.95 -0.89 4.73 -632.45 ASEAN+6 287.71 20.50 -92.87 295.69

20.50 -93.07

0.87 2.72

211.57 Lampiran 3 Hasil output model pertumbuhan ekonomi dengan metode estimasi POLS, FEM dan REM POLS Dependent Variable: G Method: Panel Least Squares Date: 071713 Time: 01:52 Sample: 1985 2010 Periods included: 26 Cross-sections included: 30 Total panel balanced observations: 780 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. LN_GDP -1.07433 0.238936 -4.496309 DEBT -0.01108 0.010904 -1.016417 0.3098 DEBT_2 -9.36E-06 6.50E-05 -0.144038 0.8855 INVESTASI 0.111527 0.025951 4.297637 POP -0.42921 0.185271 -2.316645 0.0208 APS -0.00655 0.007293 -0.897692 0.3696 BALANCE 0.00319 0.029106 0.109613 0.9127 REVENUE -0.03396 0.016483 -2.060518 0.0397 OPEN 0.003643 0.002457 1.482846 0.1385 LIR -0.13228 0.037145 -3.561237 0.0004 C 13.49924 2.035846 6.630775 R-squared 0.193223 Mean dependent var 2.573397 Adjusted R- squared 0.182731 S.D. dependent var 3.352125 S.E. of regression 3.030418 Akaike info criterion 5.069281 Sum squared resid 7062.062 Schwarz criterion 5.134989 Log likelihood -1966.02 Hannan-Quinn criter. 5.094553 F-statistic 18.4175 Durbin-Watson stat 1.195947 ProbF-statistic 0.0000 FEM Dependent Variable: G Method: Panel Least Squares Date: 071713 Time: 01:53 Sample: 1985 2010 Periods included: 26 Cross-sections included: 30 Total panel balanced observations: 780 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. LN_GDP -3.268595 0.72257 -4.523569 DEBT 0.069503 0.015987 4.347384 DEBT_2 -3.11E-04 8.05E-05 -3.861883 0.0001 INVESTASI 0.112075 0.037137 3.017849 0.0026 POP -0.323851 0.250045 -1.295169 0.1957 APS 0.008178 0.012543 0.651993 0.5146 BALANCE 0.050997 0.034695 1.469855 0.142 REVENUE -0.168098 0.033447 -5.025813 OPEN -0.013664 0.007326 -1.865048 0.0626 LIR -0.191209 0.050393 -3.794343 0.0002 C 36.11596 6.24528 5.782921 Effects Specification Cross-section fixed dummy variables R-squared 0.311476 Mean dependent var 2.573397 Adjusted R-squared 0.275188 S.D. dependent var 3.352125 S.E. of regression 2.85386 Akaike info criterion 4.985143 Sum squared resid 6026.944 Schwarz criterion 5.224081 Log likelihood -1904.206 Hannan-Quinn criter. 5.077041 F-statistic 8.583644 Durbin-Watson stat 1.326609 ProbF-statistic 0.0000 REM Dependent Variable: G Method: Panel EGLS Cross-section random effects Date: 071713 Time: 01:54 Sample: 1985 2010 Periods included: 26 Cross-sections included: 30 Total panel balanced observations: 780 Swamy and Arora estimator of component variances Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. LN_GDP -1.11013 0.300187 -3.698107 0.0002 DEBT 0.009752 0.012108 0.805396 0.4208 DEBT_2 -9.63E-05 6.87E-05 -1.402222 0.1613 INVESTASI 0.091134 0.028075 3.246079 0.0012 POP -0.43889 0.206058 -2.129937 0.0335 APS -0.00772 0.008702 -0.887687 0.375 BALANCE 0.016943 0.030573 0.55417 0.5796 REVENUE -0.0486 0.019445 -2.499391 0.0126 OPEN 0.000731 0.003085 0.236807 0.8129 LIR -0.12003 0.040028 -2.998576 0.0028 C 14.29376 2.453745 5.825281 Effects Specification S.D. Rho Cross-section random 0.659282 0.0507 Idiosyncratic random 2.85386 0.9493 Weighted Statistics R-squared 0.107313 Mean dependent var 1.665445 Adjusted R- squared 0.095704 S.D. dependent var 3.106453 S.E. of regression 2.954065 Sum squared resid 6710.677 F-statistic 9.244383 Durbin-Watson stat 1.241645 ProbF-statistic 0.0000 Unweighted Statistics R-squared 0.182168 Mean dependent var 2.573397 Sum squared resid 7158.826 Durbin-Watson stat 1.163917 Lampiran 4 Hasil uji Chow dan Hausman test Uji Chow Hausman Test Redundant Fixed Effects Tests Equation: Untitled Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 4.382543 -29,740 Cross-section Chi-squ123.6276 29 Correlated Random Effects - Hausman Test Equation: Untitled Test cross-section random effects Test Summary Chi-Sq. Stat Chi-Sq. d.f.Prob. Cross-section random 64.9501 10 Lampiran 5 Hasil estimasi model pertumbuhan ekonomi dengan FEM Cross Section Weights Model pertumbuhan ekonomi tahunan Dependent Variable: G Method: Panel EGLS Cross-section weights Date: 071713 Time: 01:55 Sample: 1985 2010 Periods included: 26 Cross-sections included: 30 Total panel balanced observations: 780 Linear estimation after one-step weighting matrix Cross-section SUR PCSE standard errors covariance d.f. corrected Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. LN_GDP -3.870267 0.986742 -3.922271 0.0001 DEBT 0.069215 0.017594 3.933997 0.0001 DEBT_2 -0.000295 7.19E-05 -4.108671 INVESTASI 0.091525 0.047884 1.91141 0.0563 POP -0.634147 0.292928 -2.164858 0.0307 APS 0.011175 0.013415 0.832985 0.4051 BALANCE 0.034745 0.049946 0.695641 0.4869 REVENUE -0.127087 0.034282 -3.707133 0.0002 OPEN -0.015243 0.006338 -2.405159 0.0164 LIR -0.216708 0.055183 -3.927085 0.0001 C 41.33969 8.567658 4.825086 Effects Specification Cross-section fixed dummy variables Weighted Statistics R-squared 0.340894 Mean dependent var 2.78062 Adjusted R-squared 0.306157 S.D. dependent var 3.31084 S.E. of regression 2.83722 Sum squared resid 5956.86 F-statistic 9.813667 Durbin-Watson stat 1.37474 ProbF-statistic Unweighted Statistics R-squared 0.304421 Mean dependent var 2.5734 Sum squared resid 6088.696 Durbin-Watson stat 1.28342 Model pertumbuhan ekonomi 5 tahunan nonoverlapping Dependent Variable: G Method: Panel EGLS Cross-section weights Date: 071713 Time: 02:38 Sample: 2001 2005 Periods included: 5 Cross-sections included: 30 Total panel balanced observations: 150 Linear estimation after one-step weighting matrix Cross-section SUR PCSE standard errors covariance d.f. corrected Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. LN_GDP -4.607332 0.89447 -5.150909 DEBT 0.055528 0.020899 2.656978 0.0091 DEBT_2 -0.000224 9.48E-05 -2.358589 0.0201 INVESTASI 0.154915 0.040432 3.831516 0.0002 POP -0.255932 0.320861 -0.797641 0.4268 APS 0.024854 0.008453 2.940378 0.004 BALANCE 0.169675 0.063581 2.668647 0.0088 REVENUE -0.162584 0.041833 -3.886527 0.0002 OPEN -0.007089 0.0085 -0.834063 0.4061 LIR -0.103092 0.058706 -1.756059 0.0819 C 45.74183 7.617766 6.004625 Effects Specification Cross-section fixed dummy variables Weighted Statistics R-squared 0.72733 Mean dependent var 3.23968 Adjusted R-squared 0.630656 S.D. dependent var 2.83436 S.E. of regression 1.643578 Sum squared resid 297.148 F-statistic 7.523527 Durbin-Watson stat 2.20758 ProbF-statistic Unweighted Statistics R-squared 0.605281 Mean dependent var 2.61392 Sum squared resid 330.2843 Durbin-Watson stat 1.92369 Model pertumbuhan ekonomi 5 tahunan overlapping Dependent Variable: G Method: Panel EGLS Cross-section weights Date: 071913 Time: 10:49 Sample: 2001 2006 Periods included: 6 Cross-sections included: 30 Total panel balanced observations: 180 Linear estimation after one-step weighting matrix Cross-section SUR PCSE standard errors covariance d.f. corrected Variable CoefficientStd. Error t-Statistic Prob. LN_GDP -4.11374 0.842522 -4.882653 DEBT 0.052736 0.017731 2.974203 0.0035 DEBT_2 -0.00023 7.84E-05 -2.864101 0.0048 INVESTASI 0.091891 0.043321 2.121156 0.0357 POP -0.1323 0.44795 -0.29535 0.7682 APS 0.024117 0.009615 2.50818 0.0133 BALANCE 0.098869 0.05894 1.677459 0.0957 REVENUE -0.15556 0.049303 -3.155146 0.002 OPEN -0.01229 0.007329 -1.677159 0.0957 LIR -0.13326 0.055882 -2.384766 0.0184 C 42.79499 7.822432 5.470803 Effects Specification Cross-section fixed dummy variables Weighted Statistics R-squared 0.657395 Mean dependent var 3.218635 Adjusted R-squared 0.561955 S.D. dependent var 2.499039 S.E. of regression 1.679577 Sum squared resid 394.937 F-statistic 6.888046 Durbin-Watson stat 1.774656 ProbF-statistic Unweighted Statistics R-squared 0.548604 Mean dependent var 2.616619 Sum squared resid 436.1596 Durbin-Watson stat 1.587369