9 2. Digesti, adalah proses penyarian dengan pengadukan kontinu pada temperatur
lebih tinggi daripada temperatur ruangan, yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50°C.
3. Soxhletasi, adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut yang selalu baru, dilakukan dengan menggunakan alat soklet sehingga menjadi ekstraksi
kontinu dengan pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik. 4. Infundasi, adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada
temperatur 90°C selama 15 menit. 5. Dekoktasi, adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada
temperatur 90°C selama 30 menit.
2.4 Radikal Bebas
Istilah radikal bebas merujuk ke atom atau gugus atom apa saja yang memiliki satu atau lebih elektron tak berpasangan. Karena jumlah elektron ganjil,
maka tidak semua elektron dapat berpasangan. Mesikpun suatu radikal bebas tidak bermuatan positif atau negatif, spesi semacam ini sangat reaktif karena adanya
elektron yang tidak berpasangan. Suatu radikal bebas biasanya dijumpai sebagai zat-antara yang tak dapat diisolasi usia pendek, sangat reaktif, dan berenergi
tinggi. Pada bidang kimia organik, reaksi radikal bebas umumnya digunakan
dalam halogenasi hidrokarbon dan pirolisis Fessenden dan Fessenden, 1986
Sifat radikal bebas yang tidak stabil menyebabkan reaksi menerima atau memberikan elektron dengan molekul sekitarnya. Kebanyakan molekul ini bukan
radikal bebas melainkan makromolekul biologi seperti lipid, protein, asam nukleat dan karbohidrat. Dengan reaksi ini timbullah reaksi radikal bebas beruntun yaitu
Universitas Sumatera Utara
10 terbentuknya radikal bebas baru yang bereaksi lagi dengan makromolekul lain
Weisburger, 2004. Senyawa oksigen reaktif SOR berperan dalam berbagai proses biologis
alami di dalam tubuh. SOR berasal dari oksigen O
2
. Berbagai proses metabolisme dalam tubuh, seperti pada rantai pernapasan , reperfusi, dan proses
oksidasi asam lemak, oksigen berperan sebagai akseptor terakhir dari elektron. Secara fisiologis tubuh menghasilkan SOR, namun apabila radikal bebas atau
oksidan dihasilkan secara berlebihan oleh tubuh, maka bahan tersebut akanbersifat toksik dan merusak berbagai komponen dalam tubuh, seperti DNA, lipid dan
enzim.Golongan senyawa oksigen reaktif antara lain adalah hidroksil OH
-
, superoksida O
2 -
, peroksidal RO
2 -
, asam hipoklorit HOCl dan hidrogen peroksida H
2
O
2
Ionita, 2005. Secara umum Froment dan Bischoff, 1979, reaksi pembentukan radikal
bebas melalui 3 tahapan reaksi berikut : a.
Tahap inisiasi RH + initiator
→ R˙ + H˙ R
˙ → R˙ + O
2
→ ROO˙
b. Tahap propagasi
R ˙ + O
2
→ ROO˙ ROO
˙ +RH → ROOH + R˙
c. Tahap terminasi
R ˙ + R˙ → RR
R ˙ + ROO˙ → ROOR
Universitas Sumatera Utara
11 Tahap inisiasi adalah tahap awal pembentukan radikal-radikal bebas,
sedangkan propagasi merupakan sederatan reaksi terbentuknya radikal baru akibat reaksi antara suatu radikal dengan senyawa lain. Pada hakikatnya, pembentukan
awal beberapa radikal bebas akan mengakibatkan perkembangbiakan radikal- radikal bebas baru dalam suatu reaksi pengabdian-diri self-perpetuating yang
disebut sebagai reaksi rantai. Tahap terakhir atau terminasi adalah reaksi memusnahkan radikal bebas atau mengubah radikal bebas menjadi stabil dan tak
reaktif Fessenden dan Fessenden, 1986.
2.5 Antioksidan