Shalat Hari Raya :

15. Shalat Hari Raya :

Shalat hari raya, yakni shalat ‘Idul Fitri dan shalat ‘Idul Adha, adalah sunat karena kedua shalat tersebut dilakukan oleh Rasulullah s.a.w.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. :

“Sesungguhnya mereka (kaum muslimin) pernah kehujanan pada saat hari raya. Namun demikian Rasulullah s.a.w. tetap mengimami mereka shalat ‘Id di masjid (Nabawi)”.

Akan tetapi sekalipun demikian tidak ditemukan petunjuk, bahwa shalat ‘Id hukumnya wajib. Waktu melaksanakan shalat ‘Id ini adalah pada waktu di antara matahari terbit sampai tergelincir dan dikerjakan tanpa di awali adzan dan iqamah, sebagaimana dikemukakan dalam hadits yang diriwayatkan dari Jabir bin Samrah r.a. yang mengatakan :

“Rasulullah s.a.w., Abu Bakar, dan Umar, mereka melaksanakan shalat ‘Idul Fitri dan ‘Idul Adha sebelum khutbah”.

Apabila masjid kampung (masjid jami ) terlalu sempit untuk menyelenggarakan shalat hari raya, maka disunatkan terselenggara di lapangan terbuka, sebagaimana diriwayatkan dalam salah satu hadits :

“Sesungguhnya Nabi s.a.w. telah keluar menuju mushalla (lapangan terbuka, untuk melaksanakan shalat ‘Id )”.

Shalat ‘Id dilaksanakan hanya dengan dua rakaat, sebagaimana dikemukakan dalam hadits Umar r.a. di atas :

“Shalat ‘Idul Adha dua rakaat, shalat ‘Idul Fitri dua rakaat, . . . .”. ( Al Hadits)

Pada rakaat pertama dari shalat ‘Id disunatkan bertakbir tujuh kali di luar takbiratul ihram dan takbir ruku’ dan pada rakaat kedua bertakbir lima kali di luar takbir untuk berdiri dan ruku’ serta harus dibaca sebelum membaca surah Al Fatihah.

Diriwayatkan oleh ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya :

“Sesungguhnya Rasulullah s.a.w. bertakbir pada waktu (shalat ) ‘Idul Fitri dalam rakaat pertama sebanyak tujuh kali dan dalam rakaat kedua sebanyak lima kali di luar takbir shalat “.

Dalam hadits yang masih diriwayatkan dari ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya , dia berkata :

“Nabi s.a.w. telah bersabda : Takbir pada (shalat ) ‘Idul Fitri adalah tujuh kali untuk rakaat pertama dan lima kali untuk rakaat yang akhir serta membaca (surah Al Fatihah ) sesudahnya untuk kedua-duanya”.

Diriwayatkan lagi dari Umar bin ‘Auf Al Mazni r.a. :

“Sesungguhnya Nabi s.a.w. telah bertakbir dalam dua ‘Id pada rakaat pertama sebanyak tujuh kali sebelum membaca (surah Al Fatihah ) dan pada rakaat kedua sebanyak lima kali sebelum membaca (surah Al Fatihah )”.

Seusai shalat ‘Id disunatkan berkhutbah berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Umar r.a. :

“Sesungguhnya Rasulullah s.a.w. , kemudian Abu Bakar, Umar dan Utsman r.a., mereka telah shalat dua rakaat ‘id sebelum khutbah”.

Disunatkan khutbah ini dilaksanakan di atas mimbar, sebagaimana diriwayatkan dari Jabir r.a. yang mengatakan :

“Aku menyaksikan bersama Nabi s.aw. ‘Idul Adha. Maka ketika beliau usai berkhutbah, turunlah beliau dari mimbarnya”.

Diriwayatkan lagi dari Abu Sa’id r.a. dia berkata :

“Nabi s.a.w. telah keluar pada hari ‘Idul Fitri dan ‘Idul Adha ke mushalla (lapangan). Mula pertama yang beliau lakukan adalah shalat kemudian beliau beranjak lalu berdiri menghadap orang- orang sedang mereka duduk pada barisannya dan beliau menyampaikan nasihat, pesan, dan perintah kepada mereka. Apabila beliau bermaksud hendak memutuskan suatu uraian atau hendak memerintah dengan sesuatu, maka beliau pun memerintahkan dengannya, kemudian sesudah itu beliau berlalu”.