Shalat Qadha :
12. Shalat Qadha :
Menangguhkan shalat sampai habis waktunya dengan sengaja tanpa ada halangan yang dibenarkan oleh syara’ hukumnya haram dengan qath’i berdasarkan nash Al Qur’an :
Firman Allah Ta’ala :
“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, ( yaitu ) orang-orang yang lalai dari shalatnya” (Q. S. 107 : 4 - 5 ).
Firman Allah Ta’ala :
“Maka datanglah sesudah mereka , pengganti ( yang jelek ) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan” ( Q. S. 19 : 59 ).
Ketetapan inipun dikukuhkan oleh pengertian hadits-hadits mutawatir yang menjelaskan tentang waktu shalat. Allah s.w.t. telah menentukan bagi setiap shalat fardu waktu tersebut dari dua sisi ; waktu tertentu saat shalat dikerjakan ; dan waktu tertentu saat shalat dianggap tidak sah sekalipun dikerjakan.
Sabda Rasulullah s.a.w. :
“Barang siapa melalaikan shalat Ashar, seolah-olah ia telah merelakan keluarga dan hartanya pincang “.
Sabda Rasulullah s.a.w. tentang menta’khirkan shalat dari waktunya :
“Bukan dalam tidur kekurangan itu ( terjadi ) melainkan dalam bangun”.
Sedangkan melalaikan shalat dikarenakan ada udzur syar’i sebagaimana yang telah dikemukakan oleh nash syar’i, maka bagi yang bersangkutan tidak berdosa. Orang yang mendapat keringanan seperti ini, yaitu orang yang lupa, orang yang ketiduran, dan orang yang tidak dapat mengerjakan shalat karena tidak mendapatkan air atau tanaha untuk bersuci (wudhu).
Sabda Rasulullah s.a.w. :
“Barangsiapa tidak shalat karena tidur atau karena lupa , maka shalatlah ketika ia ingat “.
Sabda Rasulullah s.a.w. :
“Barangsiapa seseorang di antara kalian tidak shalat karena tidur atau karena lupa , maka shalatlah ketika ia ingat”.
Sabda Rasulullah s.a.w. :
“Bilamana kalian diperintah (untuk mengerjakan ) sesuatu, maka laksanakanlah hal itu sedapat mungkin”.
Makna dari hadits ini, yaitu : Bahwa apa yang benar-benar tidak dapat kita lakukan, maka kita pun tidak dituntut agar melakukannya, sebagaimana difirmankan oleh Allah Ta’ala :
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”( ( Q. S. 2 : 286 )
Barangsiapa meninggalkan shalat fardu baik karena udzur maupun karena tanpa udzur, maka ia harus mengqahdanya karena semata-mata mengqadha shalat telah dikukuhkan oleh hadits shahih.
“Kami pernah bepergian bersama Nabi s.a.w. dan kami berjalan di malam hari sampai ujung malam (larut malam) , sehingga kami tertidur dengan nyenyak dan (kiranya) bagi seorang musafir tidak ada tidur senyenyak itu. Maka kami pun tidak bangun melainkan karena panas matahari. Kemudian ketika Nabi s.a.w. bangun, mereka mengadukan apa yang telah terjadi menimpa mereka, lalu beliau bersabda : Tidak bahaya dan tidak membahayakan, berangkatlah kalian ! Maka mereka pun berangkat. Kemudian beliau juga berangkat (menuju tempat ) yang tidak begitu jauh, lalu berhenti dan meminta air untuk wudhu. Maka berwudhulah beliau dan dikumandangkan pula panggilan untuk shalat, sehingga beliau shalat dengan (mengimami) orang-orang”.
Dalam hadits yang diriwayatkan dari Jabir r.a. dikemukakan
“Sesungguhnya Umar bin Khaththab r.a. pada waktu perang Khandaq dia baru tiba (bergabung kepada satuannya ) setelah matahari tenggelam karena dia (terlena) memaki kaum kuffar Quraisy. Dan (setelah itu) ia berkata : Ya Rasulullah ! Hampir saja aku tidak shalat Ashar, sehingga matahari pun hampir tenggelam. Maka Nabi s.a.w. bersabda : Demi Allah ! Aku pun belum mengerjakan shalat Ashar. Maka kami pergi ke tempat yang luas dan beliau pun wudhu untuk shalat, lalu kami juga wudhu untuk shalat. Sesudah itu beliau shalat Ashar sesudah matahari terbenam baru kemudian beliau shalat Maghrib”.
Dalam hadits yang diriwayatkan dari Anas r.a. dikemukakan :
“Sesungguhnya Nabi s.a.w. telah bersabda : Barangsiapa lupa akan shalat, maka shalatlah ketika dia teringat. Tidak ada tebusan baginya kecuali dengan shalat lagi”.
Dalam hadits yang diriwayatkan dari Abu Sa’ad r.a. dikemukakan :
“Pada waktu perang Khandak kami tertahan dari mengerjakan shalat sehingga kami baru menghindar sesudah Maghrib, ketika malam mulai beranjak gelap. Dan hal itu sebagaimana dinyatakan dalam firman Allah : ( Dan Allah menghindarkan orang-orang mukmin dari peperangan . Dan Allah Maha Kuat dan Maha Perkasa ).Dan berkata : Kemudian Rasulullah s.a.w. memanggil Bilal (agar menyeru orang-orang untuk shalat), lalu dia iqomah Zhuhur dan beliau pun shalat Zhuhur serta membaguskannya sama seperti ketika beliau mengerjakan shalat Ashar pada waktunya. Kemudian beliau menyuruh dia agar iqomah Maghrib dan beliau pun shalat Maghrib”.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Rasulullah s.a.w. dikemukakan :
“Bahwasanya ketika seorang budak perempuan dari kaum Khats’amiah bertanya kepadanya dengan kata-kata : Ya Rasulullah , sesungguhnya ayahku mendapatkan keharusan berhaji dalam “Bahwasanya ketika seorang budak perempuan dari kaum Khats’amiah bertanya kepadanya dengan kata-kata : Ya Rasulullah , sesungguhnya ayahku mendapatkan keharusan berhaji dalam