Sistem Pembayaran Pungutan Impor

E. Sistem Pembayaran Pungutan Impor

Sistem pembayaran merupakan salah satu sub sistem yang sangat penting dalam keseluruhan sistem pelayanan kepabeanan di bidang impor. Berdasarkan masukan yang diterima dari masyarakat usaha dan evaluasi terhadap kinerja sistem pelayanan impor diperoleh kesimpulan bahwa sistem pembayaran yang berlaku sebelum 1 April 2003 merupakan salah satu bottle neck yang mengganggu kinerja DJBC serta mengandung potensi risiko yang cukup tinggi terhadap kebocoran penerimaan negara.

Dari sudut pandang importir, banyaknya jumlah dan jenis surat setoran pungutan impor (SSBC dan SSP) dianggap menyulitkan dan oleh karenanya perlu disederhanakan. Dari sudut pandang Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, sistem pembayaran yang berlaku sebelum 1 April 2003 dinilai berpotensi besar untuk merugikan keuangan negara karena tidak adanya sistem yang memungkinkan pengecekan kebenaran bukti setoran pungutan impor dapat dilakukan dengan efisien.

Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan ini, Departemen Keuangan telah mengeluarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor KEP-84/KMK.04/2003. Kebijakan yang ditetapkan dalam rangka penyempurnaan sistem pembayaran pungutan impor sebagaimana tertuang dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor KEP-84/KMK.04/2003, antara lain meliputi :

Penggunaan single document setoran penerimaan (SSPCP untuk setoran impor dan SSCP untuk setoran cukai dalam negeri) untuk menggantikan SSBC dan SSP

Pembayaran secara mandatory harus dilakukan di Bank Devisa Persepsi

Sistem pembayaran secara on-line untuk KPBC yang sudah menerapkan PDE kepabeanan (Sistem Aplikasi Pelayanan Impor)

Sebagai tindak lanjut, DJBC telah melakukan berbagai kesepakatan dengan berbagai pihak yang terkait dengan pembayaran pungutan impor, baik dari institusi pemerintah maupun dari kalangan swasta. Secara internal bersama-sama Sebagai tindak lanjut, DJBC telah melakukan berbagai kesepakatan dengan berbagai pihak yang terkait dengan pembayaran pungutan impor, baik dari institusi pemerintah maupun dari kalangan swasta. Secara internal bersama-sama

Tabel : Daftar Bank On-Line

No Nama Bank No Nama Bank

ABN Amro Bank, NV Bank of America, NA Bank Anz Panin Bank Arta Niaga Kencana Bangkok Public Company Ltd Bank Buana Bank Bukopin Bank Bumi Arta Bank Bumi Putera Bank Central Asia Bank Chinatrust Indonesia Citibank, NA Bank Danamon Bank Daiwa Perdania Deutsche Bank, AG Bank DBS Indonesia Bank Ekonomi Rahardja Bank Finconesia Bank Ganesha HSBC Bank Bank Haga Bank Haga Kita Bank International Indonesia JP Morgan Chase Bank Bank Kesawan

Korea Exchange Bank Danamon Bank Lippo Bank Mandiri

Bank Maspion

Bank Mega Bank Metro Ekspres Bank Mizuho Indonesia Bank Negara Indonesia Bank Niaga Bank NISP Bank Nusantara Parahyangan Bank Panin Bank Paribas Indonesia Bank Permata Rabobank International Ind. Bank Rakyat Indonesia Standard Chartered Bank

Bank Sumitomo Mitsui Indonesia Bank Swadesi

Bank Syariah Mandiri Bank of Tokyo Mitsubishi

Bank UFJ Bank Woori Indonesia Bank Shinta Indonesia Bank OCBC Indonesia Bank UOB Indonesia Bank Halim Indonesia Bank Artha Graha Bank Mestika Dharma Bank Antardaerah Bank CIC

Dalam implementasinya, untuk mempermudah importir melakukan pembayaran pungutan impor dilakukan pengaturan kembali sistem pelaporan setoran pembayaran dari bank ke Kantor Kas dan Perbendaharaan Negara (KPKN). Ketentuan yang tertuang dalam Surat Keputusan Bersama Direktur Jenderal Anggaran, Direktur Jenderal Pajak dan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor 56/A/2003, Nomor 48/PJ/2003, Nomor 13/BC/2003, mengatur antara lain :

Setoran yang diterima oleh Bank sebelum jam 12:00 waktu setempat wajib dilaporkan ke KPKN selambat-lambatnya jam 15:30 waktu setempat (bagi yang menerapkan 5 hari kerja) atau jam 16:30 waktu setempat (bagi yang menerapkan 6 hari kerja) pada hari kerja yang sama.

Setoran yang diterima oleh Bank setelah jam 12:00 waktu setempat wajib dilaporkan ke KPKN selambat-lambatnya jam 09:00 waktu setempat pada hari kerja berikutnya.

Dengan pola pelaporan seperti tersebut di atas diharapkan Bank selaku penerima setoran pungutan impor dapat memberikan pelayanan terhadap importir sepanjang jam kerjanya, sehingga memberikan kesempatan yang lebih besar bagi importir untuk dapat mempercepat proses pengeluaran barangnya.

Untuk meningkatkan kinerja sistem pembayaran pungutan impor Direktorat Jenderal Bea dan Cukai mengembangkan Sistem Pertukaran Data Elektronik (PDE) Pembayaran. Dalam sistem ini setiap data pungutan impor yang diterima oleh bank akan dikirimkan secara elektronik ke kantor pelayanan bea dan cukai dimana barang impor dibongkar. Data pembayaran yang diterima secara elektronik ini akan menjadi dasar pelayanan terhadap dokumen impor yang diajukan importir. Dalam pengertian ini sistem pelayanan impor di kantor pelayanan bea dan cukai hanya akan memproses dokumen impor (PIB) yang diajukan importir jika data pembayaran untuk PIB yang bersangkutan telah diterima dari bank.

Evaluasi terhadap kinerja sistem pembayaran dalam mendukung kinerja sistem pelayanan kepabeanan di bidang impor menunjukkan bahwa dari aspek pengamanan pungutan negara sistem ini sudah menunjukkan kinerja yang memuaskan dalam pengertian bahwa dengan diterimanya data pembayaran secara elektronik dari bank maka kepastian bahwa pungutan impor yang dibayar telah benar-benar disetorkan ke kas negara. Namun demikian hasil evaluasi juga menunjukkan bahwa masih ditemukan beberapa masalah yang dinilai cukup mengganggu. Masalah yang berhasil diidentifikasi antara lain adalah :

Belum terintegrasinya modul pembayaran yang dikembangkan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dengan aplikasi internal perbankan Pada umumnya aplikasi internal bank adalah aplikasi built in yang mempunyai tingkat kompleksitas yang tinggi dan oleh karenanya sulit untuk dimodifikasi. Di sisi lain, platform teknologi yang digunakan untuk mengembangkan modul pembayaran berbeda dengan platform teknologi aplikasi internal bank. Hal ini menyebabkan sebagian besar bank tidak dapat mengintegrasikan modul pembayaran dengan aplikasi internalnya. Tidak terintegrasinya modul pembayaran dengan aplikasi internal bank menyebabkan terjadinya re- Belum terintegrasinya modul pembayaran yang dikembangkan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dengan aplikasi internal perbankan Pada umumnya aplikasi internal bank adalah aplikasi built in yang mempunyai tingkat kompleksitas yang tinggi dan oleh karenanya sulit untuk dimodifikasi. Di sisi lain, platform teknologi yang digunakan untuk mengembangkan modul pembayaran berbeda dengan platform teknologi aplikasi internal bank. Hal ini menyebabkan sebagian besar bank tidak dapat mengintegrasikan modul pembayaran dengan aplikasi internalnya. Tidak terintegrasinya modul pembayaran dengan aplikasi internal bank menyebabkan terjadinya re-

Masih seringnya kegagalan rekonsiliasi antara data elektronik pembayaran yang diterima dari bank dan data elektronik PIB yang diterima dari importir. Prosentase dokumen PIB yang tidak terekonsiliasi secara otomatis dengan data pembayaran dari bank ternyata masih cukup tinggi. Hal ini dinilai cukup mengganggu kelancaran arus pengeluaran barang karena kegagalan rekonsiliasi ini menyebabkan tertundanya proses pengeluaran barang.

Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, secara intensif Direktorat Jenderal Bea dan Cukai bersama-sama dengan perbankan dan pihak-pihak lainnya yang terkait dengan sistem pembayaran telah melakukan berbagai penyempurnaan, baik mengenai peraturan maupun program aplikasi pembayaran.