Otomasi Sistem Pelayanan Kepabeanan di Bidang Impor

G. Otomasi Sistem Pelayanan Kepabeanan di Bidang Impor

Kecepatan perkembangan praktek-praktek perdagangan internasional telah melahirkan tuntutan terhadap pelayanan kepabeanan yang efisien dan efektif. Otomasi proses pelayanan kepabeanan diyakini merupakan keharusan bagi DJBC untuk dapat memberikan pelayanan terbaik guna mendukung perekonomian nasional. Dalam sistem pelayanan impor, DJBC telah mengimplementasikan sistem pertukaran data elektronik berbasis EDI sejak tahun 1997. Setelah menjalani masa uji coba selama satu tahun, sejak tahun 1998 sistem Pertukaran Data Elektronik (PDE) Kepabeanan tersebut diwajibkan / dimandatorykan penggunaannya untuk pengajuan PIB di kantor-kantor pelayanan Tanjung Priok I, Tanjung Priok II, Tanjung Priok III dan Soekarno Hatta sejak 1998. Saat ini sistem PDE Kepabeanan tengah memasuki masa uji coba di Tanjung Perak – Surabaya, Tanjung Emas – Semarang dan Belawan.

Dalam sistem pelayanan impor yang berlaku saat ini, sebagian tugas penelitian terhadap kelengkapan dan kebenaran pengisian dokumen PIB dilakukan oleh komputer. Hal ini telah terbukti mampu memberikan pelayanan yang cepat dan mengurangi kontak yang tidak perlu antara importir dan pegawai DJBC. Dalam kondisi normal, importir hanya perlu menemui petugas di KPBC pada saat Dalam sistem pelayanan impor yang berlaku saat ini, sebagian tugas penelitian terhadap kelengkapan dan kebenaran pengisian dokumen PIB dilakukan oleh komputer. Hal ini telah terbukti mampu memberikan pelayanan yang cepat dan mengurangi kontak yang tidak perlu antara importir dan pegawai DJBC. Dalam kondisi normal, importir hanya perlu menemui petugas di KPBC pada saat

Dalam garis besar fungsi-fungsi yang ada dalam sistem aplikasi pelayanan kepabeanan di bidang impor adalah sebagai berikut :

Sub sistem penerimaan dokumen bertugas untuk melakukan

Validasi

Penerimaan

Dokumen Penetapan

pemeriksaaan terhadap Jalur

Dokumen

Pemeriksaan

kelengkapan pengisian dokumen Ijin-ijin PIB dan status pelayanan

Penelitian Dokumen

importir. Apabila data PIB telah diterima lengkap dan importir yang bersangkutan tidak dalam status blokir, maka data PIB akan diteruskan ke proses selanjutnya. Apabila data PIB tiadk lengkap atau importir dalam status diblokir maka PIB ditolak (reject) disertai alasan penolakannya.

Sub sistem validasi dokumen bertugas untuk melakukan penelitian terhadap kebenaran pengisian PIB. Penelitian dilakukan dengan cara membandingkan isian dalam PIB dengan data referensi yang ada dalam sistem. Saat ini data yang dibandingkan adalah data kurs, data klasifikasi dan data peraturan larangan dan pembatasan. Apabila dokumen PIB diisi dengan benar maka PIB akan diteruskan ke proses penetapan jalur, sebaliknya jika ditemukan kesalahan atau kekurangan dalam PIB maka sistem akan memperlakukan PIB sebagai berikut :

a. Jika importir mencantumkan nilai tukar yang tidak sesuai dengan data kurs yang berlaku, maka PIB akan ditolak dengan penjelasan perbedaan kurs.

b. Jika importir mencantumkan nomor pos klasifikasi (HS) yang tidak tercantum dalam Buku Tarip Bea Masuk Indonesia (BTBMI) yang berlaku, maka PIB akan ditolak dengan menyebutkan nomor-nomor pos HS yang salah.

c. Jika komoditi yang diimpor memerlukan ijin-ijin dari instansi teknis, maka proses pelayanan PIB akan ditunda (delay) sampai importir menunjukkan ijin-ijin yang dipersyaratkan.

Sub sistem penetapan jalur bertugas menetapkan jalur pemeriksaan yang harus dilalui oleh barang impor yang bersangkutan. Penetapan jalur dilakukan berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan (pre-defined creterias) yang disusun berdasarkan prinsip-prinsip manajemen risiko, termasuk di dalamnya Sub sistem penetapan jalur bertugas menetapkan jalur pemeriksaan yang harus dilalui oleh barang impor yang bersangkutan. Penetapan jalur dilakukan berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan (pre-defined creterias) yang disusun berdasarkan prinsip-prinsip manajemen risiko, termasuk di dalamnya

Sub sistem penelitian dokumen bertugas melakukan penelitian terhadap kebenaran isi data PIB, kewajaran nilai pabean dan kebenaran klasifikasi barang. Sub sistem ini ditangani oleh pejabat bea dan cukai yang mempunyai kualifikasi ahli pabean (customs specialist).

Sebagai sistem yang memiliki tingkat kompleksitas yang tinggi, sistem PDE Kepabeanan memerlukan

Sist em Pelayanan I m por

waktu untuk penyempurnaannya.

(EDI-Impor)

DJBC sangat menyadari bahwa