Siklus Pembiayaan

4. Siklus Pembiayaan

4.1 Temuan - Terdapat Nilai Mutasi Sebesar Rp1,27 Triliun pada Investasi Permanen Penyertaan Modal Pemerintah pada Badan Usaha Milk Negara (BUMN) yang Belum Dapat Diyakini Akurasi Penyajiannya pada Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) Tahun 2015

LKPP Tahun 2015 menyajikan nilai Investasi Permanen Penyertaan Modal Pemerintah sebesar Rp1.800.939.189.748.630,00 yang diantaranya terdiri dari investasi pada BUMN Persero di bawah Kementerian Negara BUMN dan BUMN Persero di bawah Kementerian

masing-masing sebesar

Rp1.701.926.455.866.300,00, Rp40.172.076.807.515,00 dan Rp30.304.031.399.193,00.

Selanjutnya, pada akhir tahun, nilai Investasi Permanen dengan menggunakan Metode Ekuitas disajikan di Neraca sebesar nilai Investasi awal berdasarkan nilai perolehan dan dilakukan penyesuaian dengan memperhatikan antara lain perubahan bagian laba atau rugi pemerintah, pengaruh penjabaran ke dalam rupiah atas Investasi yang menggunakan mata uang asing, revaluasi aset tetap, dan/atau perjanjian Investasi. Penyesuaian menggunakan metode ekuitas tersebut tersebut kemudian disajikan sebagai bagian pada Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Operasional dan Laporan Perubahan Ekuitas.

Berdasarkan hasil pemeriksaan diketahui terdapat permasalahan yang berdampak pada akurasi penyajian akun-akun terkait investasi pemerintah pada Laporan Perubahan Ekuitas LKPP Tahun 2015. Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan nilai koreksi lain-lain

sebagai bagian Koreksi-Koreksi Yang Langsung Menambah/Mengurangi Ekuitas sebesar Rp97.631.973.018.472,00 yang di antaranya merupakan komponen lain-lain sebagai penambah/pengurang Investasi pemerintah pada BUMN di bawah Kemeneg BUMN sebesar Rp30.254.315.747.392,00.

Dari nilai sebesar Rp30.254.315.747.392,00 tersebut, terdapat mutasi lain-lain sebesar (Rp1.276.460.007.162,00) yang belum dapat diyakini akurasinya, baik berdasarkan informasi pada Laporan Keuangan Perusahaan Negara (LKPN) maupun CaLK LKPP. Atas hal tersebut, Kementerian Keuangan dhi.DJKN telah memberikan penjelasan melalui kertas kerja LKPN namun berdasarkan hasil pengujian, penjelasan tersebut belum memadai utamanya karena Laporan Keuangan BUMN Audited baru diterima pada bulan April 2016 dan struktur laporan keuangan pada beberapa BUMN yang tidak informatif sehingga Dari nilai sebesar Rp30.254.315.747.392,00 tersebut, terdapat mutasi lain-lain sebesar (Rp1.276.460.007.162,00) yang belum dapat diyakini akurasinya, baik berdasarkan informasi pada Laporan Keuangan Perusahaan Negara (LKPN) maupun CaLK LKPP. Atas hal tersebut, Kementerian Keuangan dhi.DJKN telah memberikan penjelasan melalui kertas kerja LKPN namun berdasarkan hasil pengujian, penjelasan tersebut belum memadai utamanya karena Laporan Keuangan BUMN Audited baru diterima pada bulan April 2016 dan struktur laporan keuangan pada beberapa BUMN yang tidak informatif sehingga

Tabel 50 Penyajian Penjelasan Mutasi Lain-Lain Investasi yang Belum Dapat Diyakini Akurasinya Terkait BUMN Mayoritas pada LKPP Tahun 2015

(dalam rupiah)

KPA BUMN

No Mutasi Lain-lain

Investasi BUMN

Investasi BUMN Total

Persero

Perum

a b c d e=c+d 1 Selisih Deviden

(406.750.036.055,00) (2.724.937.883,00) (409.474.973.938,00) 2 LPE lain-lain yang belum dapat

(1.195.962.557.014,00) (5.510.582.884,00) (1.201.473.139.898,00) ditelusuri

(58.278.825.527,00) 4 Selisih saldo awal diluar restatement*

3 Selisih saldo awal karena restatement

229.639.944.000,00 5 Selisih yang belum dapat dijelaskan

*faktor penyebab selisih saldo awal diluar statement diantaranya adalah pergerakan angka akibat perbedaan waktu penyajian saldo akhir Tahun 2014 dari ILKPN yang telah menjadi asersi LKPP Tahun 2014 audited dengan LK BUMN Tahun 2014 audited, serta adanya perubahan persentase kepemilikan pemerintah dari 2014 ke 2015.

Permasalahan di atas tidak sesuai dengan :

a. PP 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan yaitu Lampiran I.01 PSAP 01 tentang Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan

1) Paragraf 37 menetapkan Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan sekurang- kurangnya koreksi-koreksi yang langsung menambah/mengurangi ekuitas, yang antara lain berasal dari dampak kumulatif yang disebabkan oleh perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan mendasar, misalnya: 1) koreksi kesalahan mendasar dari persediaan yang terjadi pada periode-periode sebelumnya; 2) perubahan nilai aset tetap karena revaluasi aset tetap; dan

2) Paragraf 55 menetapkan dalam rangka penyajian wajar, faktor pertimbangan sehat diperlukan bagi penyusun laporan keuangan ketika menghadapi ketidakpastian peristiwa dan keadaan tertentu. Ketidakpastian seperti itu diakui dengan mengungkapkan hakikat serta tingkatnya dengan menggunakan pertimbangan sehat dalam penyusunan laporan keuangan. Pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-hatian pada saat melakukan prakiraan dalam kondisi ketidakpastian sehingga aset atau pendapatan tidak dinyatakan terlalu tinggi dan kewajiban tidak dinyatakan terlalu rendah. Namun demikian, penggunaan pertimbangan sehat tidak memperkenankan, misalnya, pembentukan cadangan tersembunyi, sengaja menetapkan aset atau pendapatan yang terlampau rendah, atau sengaja mencatat kewajiban atau belanja yang terlampau tinggi, sehingga laporan keuangan menjadi tidak netral dan tidak andal.

b. PMK Nomor 209/PMK.05/2015 tentang Sistem Akuntansi Investasi Pemerintah yaitu:

1) Pasal 4 ayat (2) UAPBUN melakukan penggabungan Laporan Keuangan seluruh UAKPA BUN dan UAIP, penyusunan dan penyampaian Laporan Keuangan kepada UABUN;

2) Pasal 5 UAIP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab atas: a. Pencatatan rekapitulasi nilai aset bersih yang dikategorikan sebagai kekayaan negara dipisahkan pada unit selain Badan Usaha Milik Negara, Lembaga Keuangan Internasional, dan Investasi Pemerintah pada bank sentral dan unit selain kuasa Pengguna Anggaran; dan

3) Pasal 6 UAPBUN melakukan penggabungan Laporan Keuangan seluruh UAKPA BUN dan UAIP, penyusunan dan penyampaian Laporan Keuangan kepada UABUN.

Permasalahan di atas mengakibatkan nilai dampak perubahan kebijakan pada pos lain-lain LPE dan Pendapatan LO serta Beban LO pada LKPP Tahun 2015 minimal sebesar Rp1.276.460.007.162,00 tidak dapat diyakini kewajarannya.

Permasalahan tersebut terjadi karena:

a. Format LKPN belum mengakomodir seluruh informasi yang dibutuhkan untuk mencatat nilai Investasi Permanen Pemerintah pada BUMN; dan

b. SAIP belum mengatur lebih lanjut mengenai penggunaan laba rugi operasional dan laba rugi komprehensif dalam rangka perhitungan bagian pemerintah atas laba BUMN.

Atas permasalahan tersebut Pemerintah menanggapi bahwa akan menjelaskan rincian pos lain-lain pada mutasi Investasi Permanen Penyertaan Modal Pemerintah pada BUMN Tahun 2015 dengan disertai dokumen pendukung.

Atas permasalahan tersebut, BPK merekomendasikan Menteri Keuangan selaku Wakil Pemerintah agar:

a. Menelusuri dan merinci komponen lain-lain yang belum dapat dijelaskan sebesar Rp1.276.460.007.162,00;

b. Melakukan koordinasi dengan Kementerian BUMN dan BUMN terkait untuk merinci dan menyajikan penambahan/pengurangan investasi pemerintah secara akurat pada LPE dan LO; dan

c. Melakukan kajian mengenai format LKPN yang mengakomodir informasi yang dibutuhkan dalam rangka penyusunan laporan investasi pemerintah berbasis akrual dan penggunaan informasi dari laporan keuangan BUMN yang berdasarkan SAK terkait laba rugi operasional dan laba rugi komprehensif dalam rangka pengakuan laba BUMN pada LKPP, dan selanjutnya menetapkan kebijakan berdasarkan hasil kajian tersebut.