Case-Based Reimbursement

4. Case-Based Reimbursement

Dalam case-based reimbursement dokter mendapat bayaran yang sudah ditentukan sebelumnya (prospective) per kasus atau per episode penyakit. Jumlah yang dibayarkan per kasus dihitung berdasarkan prosedur yang diperkirakan akan dilakukan mengikuti protokol pelayanan yang sudah ditetapkan atau disepakati.

Segi positif case reimbursement Bagi dokter:

 Dokter terdorong untuk mengendalikan biaya per kasus. Dokter dibayar berdasarkan kasus yang ditangani dan bukan berdasarkan banyaknya layanan/tindakan yang diberikan. Dengan demikian dokter dapat memaksimalkan pendapatan dengan menggunakan sesedikit mungkin sumber daya dalam pelayanan.

Bagi pasien:

 Pasien kemungkinan besar akan mendapatkan layanan dan pencegahan yang diperlukan saja. Pengobatan berlebihan dan pencegahan yang tidak perlu jarang ditemui pada metode pembayaran ini.

Segi negatif case reimbursement Bagi dokter:

 Dokter terdorong untuk memilih pasien yang kategori diagnosisnya membutuhkan biaya rendah.

 Dokter terdorong untuk mengurangi kuantitas dan kualitas layanan yang seharusnya diberikan pada suatu kasus berdasarkan protokol. Dengan cara kerja ini dokter berupaya  Dokter terdorong untuk mengurangi kuantitas dan kualitas layanan yang seharusnya diberikan pada suatu kasus berdasarkan protokol. Dengan cara kerja ini dokter berupaya

Bagi pasien:

 Pasien dengan penyakit yang membutuhkan pelayanan yang kompleks dan berbiaya besar, dapat terbatasi aksesnya dan terabaikan.  Pasien dapat menerima pelayanan yang kurang optimal, karena dokter terdorong untuk menekan biaya.

Adminitrasi Metode case-based reimbursement

Metode case-based reimbursement membutuhkan sistem manajemen informasi dan akuntansi yang relatif mahal. Tantangan terbesar adalah dalam menyiapkan klasifikasi kasusnya sendiri. Klasifikasi kasus berbasis diagnosis ini bisa dibuat sederhana bisa pula sangat rinci, yang masing-masing memiliki kekurangan dan kelebihannya. Sistem klasifikasi yang sederhana akan mudah dilakukan dan membutuhkan sistem informasi dan akuntansi yang tidak begitu mahal. Adanya klasifikasi yang lebih rinci akan lebih menguntungkan karena dapat menentukan kasus secara lebih spesifik dan lebih adil dalam alokasi sumber daya untuk setiap kasus.

Biaya administrasi metode case-based relatif tinggi, baik bagi pembayar maupun bagi dokter. Adanya sistem manajemen informasi, akuntansi, dan alur pendanaan yang disiapkan untuk menerapkan metode case-based akan memungkinkan penyediaan informasi untuk menilai dan mengevaluasi protokol pelayanan (clinical pathway), tipe pasien, case-mix, kinerja, dan pola epidemiologi.

Kesimpulan

Penerapan metode case-based semestinya dapat menghemat biaya, namun ternyata tidak selalu demikian. Di negara tempat sistem ini digunakan hasilnya beragam, beberapa negara berhasil menjaga kualitas dan melakukan penghematan, tetapi beberapa lainnya ada yang tidak berhasil.

Tabel 3-5. Karakteristik Metode Case Based Reimbursement

Karakteristik

Tinggi

Sedang Rendah

Dokter termotivasi dan mendapat insentif finansialuntuk

X memberikan pelayanan yang sebanyak-banyaknya

Dokter termotivasi dan mendapat insentif finansial untuk memberikan pelayanan berkualitas yang setinggi-

X tingginya

Dokter termotivasi dan mendapat insentif finansial untuk mengendalikan atau menurunkan biaya

X kesehatan.

Akses pasien untuk mendapat pelayanan tidak

X terhambat

Hak pasien memilih dokter dan memilih layanan relatif

X bebas

Administrasi metode pembayaran ini mudah dan tidak

X mahal

Metode pembayaran ini memerlukan dukungan sistem

informasi dan sistem akuntansi yang canggih

Langkah yang bisa dilakukan untuk mengurangi segi negatif metode ini pada dokter dan menguatkan segi positifnya (lihat. Tabel 3-5):

 Jumlah klasifikasi kasus harus “manageable”, dalam arti sesuai dengan kemampuan sistem manajemen informasi, akutansi dan kapasitas pelaksananya.  Setiap klasifikasi kasus harus relatif homogen agar kecenderungan dokter memilih pasien yang kategorinya berbiaya rendah dapat dicegah.  Penerapan metode case-based harus disertai penerapan sistem monitoring dan auditing untuk memastikan kualitas pelayanan dapat dipertahankan, dan untuk meminimalkan

dokter menambahkan prosedur dengan alas an medis (DRG creep).