Bentuk Perlindungan Hukum Secara Represif.

3.2. Bentuk Perlindungan Hukum Secara Represif.

  Perlindungan hukum represif terhadap bank garansi atas wanprestasi pihak terjamin (applicant) bersifat untuk menyelesaikan sengketa yang terjadi ataupun yang telah terjadi. Berbeda dengan bentuk perlindungan hukum preventif yang bersifat mencegah sebelum terjadinya wanprestasi. Dalam perjanjian bank garansi yang bersifat tambahan (accessoir), bentuk perlindungan represif-nya berupa upaya penyelesaian sengketa wanprestasi pihak terjamin (applicant) terhadap kontrak pengadaan barang dan jasa.

  Perlindungan terhadap kepentingan bank menjadi penting untuk diperhatikan karena apabila debitur yaitu kontraktor pada pelaksanaan pekerjaannya melakukan wanprestasi atau cidera janji, berdasarkan penjaminan yang dipersyaratkan sebelumnya pemilik pekerjaan berhak untuk mencairkan jaminan pelaksanaan tersebut. Sebagaimana disampaikan sebelumnya tujuan jaminan pelaksanaan selain untuk memberikan keamanaan kepada pemilik pekerjaan sehingga apabila kontraktor wanprestasi, maka kewajibannya akan ditutupi oleh penjamin. Pemilik pekerjaan berharap bahwa debitur benar-benar akan melaksanakan pekerjaan yang diberikan.

  Pada umumnya bentuk perlindungan oleh bank secara represif dalam penyelesaian sengketa pencairan bank garansi yang diajukan oleh pihak penerima jaminan dapat diselesaikan dengan cara membayarkan klaim jaminan dan jalur litigasi (bank menolak mencairkan jaminan bank garansi).

  3.2.1. Pembayaran Bank Garansi (Klaim Bank Garansi).

  Pernyataan bahwa penjamin (bank) akan memenuhi pembayaran dengan terlebih dahulu menyita dan menjual benda-benda siberhutang untuk melunasi utangnya sesuai dengan Pasal 1831 KUH Perdata atau pernyataan bahwa penjamin (bank) melepaskan hak istimewanya untuk menuntut supaya benda-benda terjamin lebih dahulu disita dan dijual

  untuk melunasi hutangnya sesuai dengan Pasal 1832 KUHPerdata. 129

  Dalam prakteknya sering kali penerbitan bank garansi pihak penjamin (Bank) memilih dan dengan tegas menyatakan bahwa penjamin (bank) dengan ini mengikat diri untuk menjamin dengan tidak melepaskan hak-hak istimewanya untuk menuntut supaya benda – benda yang diikat sebagai jaminan terlebih dahulu disita dan dijual untuk melunasi hutang yang dijamin sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 1831 KUH Perdata dan karena akan membayar setiap saat kepada pemegang jaminan (penerima jaminan) apabila terjadi wanprestasi oleh nasabah bank atau pihak terjamin. Pasal 1832 KUH Perdata jarang di pilih oleh bank untuk dituangkan dalam perjanjian agar hak istimewa yang ada di dalam Pasal 1831 KUH Perdata dapat di pakai saat si terjamin tidak melaksanakan kewajibannya terhadap si penerima jaminan.

  Perbedaan dari kedua Pasal tersebut adalah bahwa jika Bank menggunakan Pasal 1831 KUHPerdata, apabila timbul cidera janji, si penjamin dapat meminta benda-benda si berhutang disita dan dijual terlebih dahulu. Apabila menggunakan Pasal 1832 KUH Perdata, Bank wajib membayar Garansi Bank yang bersangkutan segera setelah

  129 Ibid., Hal.172.

  timbul cidera janji dan menerima tuntutan pemenuhan kewajiban (klaim), nanti setelah itu barulah bank dapat menyita dan menjual jaminan yang di jaminkan oleh nasabah bank sebagai pihak terjamin dalam perjanjian bank garansi.

  Pasal 1831 dan 1832 KUH Perdata mengisyaratkan bahwa penjamin (bank) haruslah melakukan pembayaran terhadap klaim yang timbul sesuai dengan prosedur yang tercantum dalam perjanjian bank garansi. Setiap klausula yang terdapat pada perjanjian garansi bank merupakan syarat atau ketentuan tentang penjaminan yang akan diterima oleh penerima jaminan serta syarat pembayaran klaim.

  Mekanisme pencairan bank garansi sesuai dengan klausul yang terdapat pada sertifikat bank garansi diantaranya bersifat melihat kondisi (Conditional) atau tidak memperhatikan kondisi (Unconditional),

  apabila

  tidak

  memperhatikan kondisi

  (Unconditional), maka ketika kontraktor wanprestasi seperti tidak mampu menyelesaikan pekerjaan pada jangka waktu yang diberikan maka pemegang sertifikat dapat mencairkan secara langsung. Berbeda dengan melihat kondisi (Conditional), maka ada kondisi - kondisi tertentu yang harus disepakati sebelum pencairan seperti pengukuran bersama, pernyataan dari pemilik sertifikat dan seterusnya.

  Dalam hal pihak yang dijaminkan oleh bank melakukan wanprestasi dan pihak bank menerima pengklaiman, maka akan timbul klaim dari pihak penerima jaminan bank dan berakibat harus dicairkannya bank garansi oleh bank penerbit bank garansi selaku bank Dalam hal pihak yang dijaminkan oleh bank melakukan wanprestasi dan pihak bank menerima pengklaiman, maka akan timbul klaim dari pihak penerima jaminan bank dan berakibat harus dicairkannya bank garansi oleh bank penerbit bank garansi selaku bank

  14 hari atau 30 hari sejak berakhirnya bank garansi). Selain itu juga perlu diperhatikan bahwa penerima bank garansi harus menyerahkan dokumen asli surat jaminan bank kepada bank penerbit bank garansi.

  Jika terjadi wanprestasi dalam perjanjian pemborongan maka pihak yang memborongkan (pemimpin proyek) maka terlebih dahulu memberi teguran agar pemborong (terjamin) memenuhi kewajibannya sebagaimana yang telah diperjanjikan dalam jangka waktu yang layak dan apabila pemborong tetap mengabaikannya maka pemborong dianggap melakukan wanprestasi.

  Bagi pihak bank sebagai penerbit Bank Garansi dalam melakukan pembayaran atas pengajuan klaim yang telah dilakukan oleh pihak yang menerima jaminan (beneficiary) kepada pihak bank yang disebabkan pihak terjamin (applicant) telah melakukan wanprestasi, maka dapat ditempuh dengan cara :

  1. Bank wajib membayar setiap pengajuan klaim yang dilakukan oleh pihak penerima jaminan, sepanjang telah memenuhi syarat dan ketentuan klaim yang dinyatakan dalam bank garansi.

  2. Yang harus dilakukan oleh pihak bank dalam rangka pembayaran klaim yaitu bank wajib untuk meneliti terlebih dahulu ketentuan 2. Yang harus dilakukan oleh pihak bank dalam rangka pembayaran klaim yaitu bank wajib untuk meneliti terlebih dahulu ketentuan

  

  Disamping itu pihak bank juga akan mengadakan negosiasi antara bank sebagai penjamin dengan nasabahnya, sebagai terjamin untuk mencari penyebab wanprestasi tersebut, setelah itu bank akan mencocokkan kebenaran fakta, apakah klaim yang diajukan pihak penerima jaminan benar-benar dapat dipertanggungjawabkan atau tidak artinya apakah klaim tersebut mempunyai tujuan dengan itikad baik atau sebaliknya. Jika pihak bank benar-benar telah yakin akan kepastian kebenaran pengajuan klaim dan usaha negosiasi telah menghasilkan, maka bertambahnya keyakinan bank tersebut terhadap perbuatan wanprestasi yang dilakukan oleh terjamin. Oleh karena itu, bank selaku penjamin akan melakukan perbuatan sebagai berikut :

  1. Bank akan mengganti kerugian kepada pimpinan proyek sebesar nilai nominal Bank Garansi apabila pemborong setor sejumlah uang tunai sebesar nilai jaminannya.

  2. Apabila pemborong hanya menyetor sebagian yang tunai dari nilai jaminan dan ditambah jaminan kebendaan, maka bank memberikan fasilitas kredit sebesar nilai jaminan setelah dikurangi uang tunai yang telah disetorkan. Dana fasililitas kredit ditambah setoran uang tunai tadi dibayarkan kepada pimpinan proyek. Upaya bank jika terjadi wanprestasi dalam perjalanan proyek

  tender tidak selesai, bank dapat menyita agunan yang sudah didasarkan

  nilai ekonomisnya. Jika agunan mempunyai nilai ekonomis masih kurang, maka pihak bank mempunyai hak untuk menyita kekayaan- kekayaan yang dimiliki oleh nasabah yang melakukan wanprestasi tersebut. Hal ini dilakukan karena nasabah yang mengajukan bank garansi tersebut masuk dalam katagori nasabah yang mengambil kredit. Dibawah ini akan dijelaskan alur mekanisme pembayaran klaim bank garansi akibat pihak terjamin wanprestasi menurut wawancara dengan Ibu Ikha Dhaniawati selaku CSA Bank Garansi di Bank Mandiri Cabang Sidoarjo :

  Wanprestasi Perjanjian Pokok

  Beneficiary Be

  Applicant

  Penerima Jaminan

  Pihak Yang Dijamin

  3. Membayar Penuh

  Mengajukan Klaim

  Klaim

  Pencairan Jaminan

  4. Pemberitahuan Oleh Bank

  Guarantee Bank Penerbit

  Gambar 2. Pembayaran Klaim Bank Garansi Akibat Wanprestasi Terjamin Oleh Bank.

  Sumber: Wawancara dengan Ibu Ikha Dhanawati Selaku CSA Bank Garansi Bank

  Mandiri Cabang Sidoarjo mengenai alur klaim pembayaran bank garansi.

  1. Pihak yang dijamin wanprestasi atas perjanjian pokok tender.

  2. Kontraktor dinyatakan wanprestasi oleh pemilik proyek (beneficiary), mengajukan dokumen klaim bank garansi (Surat Permohonan Resmi Dengan Kop Surat Pihak Penerima Jaminan yang menyatakan kontraktor telah wanprestasi dan bank garansi ingin diklaim), Warkat asli Bank Garansi dan Pernyataan 2. Kontraktor dinyatakan wanprestasi oleh pemilik proyek (beneficiary), mengajukan dokumen klaim bank garansi (Surat Permohonan Resmi Dengan Kop Surat Pihak Penerima Jaminan yang menyatakan kontraktor telah wanprestasi dan bank garansi ingin diklaim), Warkat asli Bank Garansi dan Pernyataan

  

  3. Bank penerbit bank garansi membayar penuh jaminan ke rekening pihak penerima jaminan (beneficiary) dengan nilai yang sama tertera pada bank garansi. (Unit Servicing meneruskan ke bagian Processing untuk di roya klaim secara sistem, cover jaminan lawan direlease ke rekening penerima jaminan).

  4. Bank memberitahukan kepada kontraktor (applicant) bahwa klaim telah diajukan dan dicairkan pada penerima jaminan. (jaminan lawan, jika full cover, dibayarkan langsung ke penerima jaminan, jika tidak full cover, pihak bank mengubah perjanjian bank garansi menjadi perjanjian kredit, blokir plafond deposito, giro, tabungan atau setoran jaminan).

  Apabila bank memilih untuk melindungi produk bank garansinya, maka pihak bank jelas menolak pengklaiman bank garansi tersebut, hal ini terjadi karena bank penerbit menolak semua pernyataan pihak pemberi kerja (beneficiary) tentang wanprestasi pihak kontraktor (applicant).

  Jika benar bank menolak mencairkan jaminan bank garansi, maka pihak pemberi kerja (beneficiary) akan melayangkan teguran kepada bank penerbit, setidaknya dua kali teguran untuk dapat dinyatakan wanprestasi. Jika pihak pemilik tender menyatakan pihak bank telah melakukan wanprestasi dengan tidak memenuhi prestasi dalam pencairan jaminan bank garansi, yang dimana merupakan tanggung jawab pihak bank selaku pihak penaggung terjamin.

  Agar prestasi tersebut dipenuhi, pihak pemilik tender (beneficiary) mengajukan upaya hukum dengan menggugat pihak bank penerbit bank garansi dalam gugatan wanprestasi di wilayah hukum pengadilan pihak bank penerbit. Pihak bank penerbit dalam mempertahankan dan melindungi produk bank garansinya yang menjamin pihak kontraktor, tidak semata – mata menolak pengklaiman bank garansi yang diajukan pemilik tender, pihak bank penerbit yang digugat prestasinya oleh pihak pemilik tender (beneficiary) mengikuti persidangan dan mempersiapkan sanggahan – sanggahan serta alat bukti yang bersangkutan dengan gugatan wanprestasi yang ditujukan oleh pihak pemilik tender. Dalam terjadinya sengketa, pihak pemilik tender (beneficiary) menjadi pihak penggugat, pihak bank penerbit sebagai tergugat, dan pihak kontraktor demi melindungi kepentingannya ikut serta dalam persidangan sebagai pihak tergugat intervensi. Langkah yang dilakukan pihak bank mengikuti proses persidangan gugatan wanprestasi atas pencairan klaim jaminan bank garansi tersebut merupakan bentuk perlindungan hukum secara represif yang dilakukan pihak bank sebagai upaya melindungi produk perbankannya dari pengklaiman pihak pemilik tender (beneficiary).