PERLINDUNGAN HUKUM BAGI BANK GARANSI AKI

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI BANK GARANSI AKIBAT WANPRESTASI PIHAK YANG DIJAMIN (APPLICANT) DALAM KONTRAK PENGADAAN BARANG DAN JASA SKRIPSI

  Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

  pada Fakultas Hukum UPN “Veteran” Jawa Timur.

OLEH : ADITYA PRANATA NPM. 1271010039 UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR FAKULTAS HUKUM PROGRAM STUDI ILMU HUKUM SURABAYA 2017

  i

KATA PENGANTAR

  Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa memberikan hidayah dan rahmat-Nya, sehingga penulis diberikan kemampuan untuk dapat menulis dan menyelesaikan skripsi dengan judul “Perlindungan

  Hukum Bagi Bank Garansi Akibat Wanprestasi Pihak Yang Dijamin

  (Applicant) Dalam Kontrak Pengadaan Barang Dan Jasa”. Penulisan ini bermaksud untuk memenuhi dan melengkapi tugas persyaratan kelulusan di Fakultas Hukum Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" JawaTimur.

  Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi yang dibuat ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, dikarenakan kemampuan penulis yang masih kurang dan terbatas dalam pengalaman yang ada. Oleh karena itu jika ada kritik atau saran yang membangun dan bersifat positif dalam penulisan skripsi ini maka penulis menerima dengan senang hati. Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bantuan dan dukungan baik nyata ataupun tidak nyata dan tidak ternilai harganya, dengan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sangat besar kepada:

  1. Bapak Dr. H. Sutrisno, SH., M.Hum. Selaku Dekan Fakultas Hukum

  Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur.

  2. Ibu Mas Anienda Tien F, SH., MH., selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum

  Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

  3. Ibu Dra. Ec. Nurjanti Takarini, M.Si., selaku Wakil Dekan II Fakultas

  Hukum Universitas Pembangun Nasional “Veteran” Jawa Timur.

  4. Ibu Dra. Endang Iryanti, M.M., selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum

  Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

  5. Bapak Fauzul Aliwarman, SHI, M.Hum. Selaku Koordinasi Program Studi

  Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur

  6. Ibu Sri Maharani MTVM, SH., M.H. Dosen Pembimbing yang telah

  memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam penulisan skripsi, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi tersebut.

  7. BapakIbu Dosen Fakultas Hukum Universitas Pembangunan Nasional

  “VETERAN” Jawa Timur.

  8. BapakIbu Bagian Tata Usaha Fakultas Hukum Universitas Pembangunan

  Nasional “VETERAN” Jawa Timur.

  9. Kepada Ayah tercinta, Bapak Adi Siswanto, kakak saya, Anang Prasetia Adi,

  kakak perempuan, Yuli Siswidya Tutik yang saya sayangi serta seluruh keluarga besar penulis yang telah memberikan dukungan moral dan materiil serta doa selama ini.

  10. Terima kasih kepada Ibu Ikha Dhaniawati selaku Customer Service

  Administration (CSA) bank garansi Di Bank Mandiri atas saran yang diberikan dalam penulisan skripsi ini.

  11. Dan terima kasih kepada teman-teman DPR 2012 yang telah memberi

  dukungan serta masukan selama proses penulisan skripsi ini.

  Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik yang sifatnya membangun penulis harapkan guna Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik yang sifatnya membangun penulis harapkan guna

  

  Surabaya, Juni 2017

  Penulis

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1: Surat Penugasan Pembimbing ProposalSkripsi Lampiran 2: Kartu Bimbingan ProposalSkripsi Lampiran 3: Lembar Revisi Penguji I Lampiran 4: Lembar Revisi Penguji II Lampiran 5: Lembar Revisi Penguji III

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR FAKULTAS HUKUM

  Nama

  : Aditya Pranata

  Tempat Tgl Lahir : Sidoarjo 13 April 1994 NPM

  Program Studi

  : Strata 1 (S1)

  Judul Skripsi

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI BANK GARANSI AKIBAT WANPRESTASI PIHAK YANG DIJAMIN (APPLICANT) DALAM KONTRAK PENGADAAN BARANG DAN JASA ABSTRAKSI

  Penyelenggaraan pekerjaan konstruksi merupakan kegiatan yang penuh dengan risiko. Kemungkinan adanya wanprestasi oleh pihak kontraktor dapat menimbulkan kerugian bagi pihak pemilik, sehingga dibutuhkan jaminan untuk menjamin penyelenggaraan pekerjaan konstruksi yang dikeluarkan bank yaitu bank garansi. Permohonan bank garansi yang diajukan oleh kontraktor sesuai dengan jenis dan besarnya bank garansi yang diminta atau yang dipersyaratkan oleh pemilik proyek. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perlindungan hukum bagi bank garansi yang diklaim akibat wanprestasi pihak yang dijamin oleh bank. Penelitian ini menggunakan metode penelitian normatif dengan teknik pengumpulan data yang digunakan untuk memecahkan rumusan masalah yaitu dengan data kepustakaan yang diperoleh berdasarkan dari perundang – undangan dan literatur - literatur atau buku - buku resmi. Analisis data yang dipergunakan adalah pendekatan kualitatif terhadap data primer maupun data skunder. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dalam penyelenggaraan pengadaan barang dan jasa pemerintahan, hubungan hukum antara pihak kontraktor dan bank penerbit bank garansi sebagai penjamin pihak kontraktor atas proyek pemerintah didasarkan pada hubungan kontraktual dalam perjanjian dokumen tender dan perjanjian penerbitan bank garansi. Bentuk wanprestasi pihak kontraktor (applicant) terhadap pengklaiman bank garansi diakibatkan wanprestasinya kontraktor terhadap perjanjian pokok. Tanggung jawab kontraktor sebagai terjamin apabila terjadi wanprestasi terhadap pemilik proyek sejak diterbitkan bank garansi sudah beralih kepada pihak bank. Setelah terjadi wanprestasi, pihak pemilik proyek dapat mengklaim untuk mencairkan bank garansi secara tertulis kepada pihak bank dengan dibuktikan dengan Berita Acara Pemutusan Kontrak.

  Kata Kunci : Perlindungan Hukum, Bank Garansi, Wanprestasi.

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah.

  Dunia perbankan Indonesia telah mengalami suatu perubahan orientasi. Pada masa sebelum tahun 1980-an bank-bank masih merupakan suatu lembaga yang berorientasi pada produk, sehingga masyarakat yang membutuhkan dana harus datang dan mencari bank, sedangkan pelayanan yang diberikan oleh bank, belum sebaik sekarang, karena pada saat itu bank komersial masih menganut konsep menjual produk atau jasa dan bukan konsep pelayanan yang unggul terhadap masyarakat.

  Setelah adanya Paket Kebijakan Juni (Pakjun) Tahun 1983, telah mengubah kondisi perbankan di Indonesia. Ditandai dengan terjadinya pertumbuhan yang pesat di dunia perbankan, baik yang menyangkut jumlah bank, cabang bank maupun dari segi jumlah produk atau jasa yang ditawarkan oleh bank.

  Adanya perubahan kondisi yang terjadi setelah adanya Paket Kebijakan Juni (Pakjun) 1983, persaingan antar bank menjadi semakin tajam, karena setiap bank atau setiap cabang bank akan berusaha untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat dan melakukan pengembangan produk dan jasa perbankan yang berkualitas. Hal tersebut membuat konsep pola bisnis penggunaan tenaga pemasaran dan keunggulan produk (product oriented) yang selama ini digunakan oleh bank bergeser ke konsep yang berorientasi yang diinginkan oleh konsumen (customer oriented).

  Lembaga perbankan mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian, disebabkan salah satu tolak ukur kemajuan suatu negara adalah kemajuan ekonominya dan tulang punggung dari kemajuan ekonomi adalah dunia bisnis, maka bank merupakan lembaga keuangan yang memberikan jasa keuangan kepada masyarakat yang membutuhkannya.

  Lembaga perbankan sebagai salah satu lembaga keuangan yang mempunyai nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Lembaga perbankan dimaksudkan sebagai perantara bagi pihak-pihak yang mempunyai kelebihan dana (surplus of funds) dengan pihak yang membutuhkan dana atau (lack of funds). Fungsi bank tersebut bergerak dalam kegiatan

  perkreditan dan berbagai jasa yang diberikan. 1

  Terdapat berbagai jenis produkjasa yang ditawarkan oleh pihak bank kepada masyarakat. Selain produk dan jasa, bank juga menciptakan variasi dan pola pemberian fasilitas kredit. Dengan berbagai variasi jenis produk dan jasa yang ditawarkan oleh bank, maka masyarakat dapat dengan mudah memilih produk yang paling sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan dalam aktivitas perekonomian dan atau kegiatan bisnis yang dijalani.

  Salah satu jenis fasilitas kredit yang saat ini banyak digunakan di kalangan bisnis yaitu bank garansi. Bank garansi sebagai sertifikat jaminan yang diberikan suatu bank kepada pemilik proyek atas nama kontraktor, nilai bank

  garansi harus sama dengan nilai proyek yang dijamin. 2 Jasa perbankan seperti

  1 Chatamarrasjid Ais, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Jakarta : Prenada Media Grup, 2005, Hal. 3

  2 Malayu Hasibuan, Dasar – Dasar Perbankan, Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2011, Hal. 137 2 Malayu Hasibuan, Dasar – Dasar Perbankan, Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2011, Hal. 137

  Bank garansi merupakan semua garansi yang diterima atau diberikan oleh suatu bank untuk pihak tertentu baik peorangan atau badan usaha yang dinyatakan oleh pihak bank akan dipenuhi kewajibannya dari pihak yang dijamin tersebut kepada pihak lainnya selaku penerima jaminan apabila pada waktu tertentu telah ditetapkan pihak dijamin tidak dapat memenuhi kewajibannya atau pembayarannya (cidera janji).

  Dalam Bank Garansi, bank mengikatkan diri untuk kepentingan orang guna menjamin atau menjadi penjamin atau penanggung bagi nasabahnya. Bank Garansi memilik bentuk perjanjian yang mengikuti perjanjian pokok (accessoir) yang ditinjau dari segi hukum, merupakan perjanjian penanggungan hutang (borgtocht) sebagaimana diatur dalam Buku II Bab XVII, yakni Pasal 1820 sampai dengan 1850 KUHPerdata di mana bank dalam hal ini bertindak sebagai penanggung.

  Bank mengeluarkan bank garansi sebagai suatu pengakuan tertulis yang isinya menyetujui mengikat diri kepada penerima jaminan dalam jangka waktu dan syarat tertentu, apabila di kemudian hari ternyata si terjamin tidak memenuhi kewajibannya kepada si penerima jaminan. Si penerima jaminan Bank mengeluarkan bank garansi sebagai suatu pengakuan tertulis yang isinya menyetujui mengikat diri kepada penerima jaminan dalam jangka waktu dan syarat tertentu, apabila di kemudian hari ternyata si terjamin tidak memenuhi kewajibannya kepada si penerima jaminan. Si penerima jaminan

  Bank garansi pada saat ini semakin penting karena sering terjadi suatu proyek pengadaan barang dan jasa (leveransir) yang disepakati tetapi tidak dapat diselesaikan dengan baik oleh kontraktornya, bahkan proyek itu ditinggalkan begitu saja oleh kontraktornya. Untuk menghindari resiko tersebut, pemilik proyek minta bank garansi dari kontraktornya, karena dengan adanya bank garansi maka penyelesaian proyek mendapat dua jaminan, yaitu kontraktor

  dan bank garansi sehingga lebih kuat. 3

  Penyelenggaraan pengadaan barang dan jasa merupakan kegiatan yang penuh dengan risiko dan biaya yang cukup besar. Kemungkinan adanya hal yang tidak dinginkan dalam suatu perencanaan proyek seperti kegagalan pelaksanaan, keterlambatan dan segala hal yang berbentuk wanprestasi terhadap kontrak nantinya akan menimbulkan kerugian bagi pihak pengguna jasa, sehingga untuk menjamin pekerjaan tersebut untuk mendapatkan hasil pekerjaan yang sesuai dengan waktu dan kualitas yang dijanjikan oleh kontraktor maka dibutuhkan suatu jaminan.

  Pemilik tender sebagai pengguna jasa mensyaratkan suatu jaminan pelaksanaan dalam pekerjaan kontrak pengadaan barang dan jasa sesuai dengan ketentuan Pasal 67 ayat (1) Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan BarangJasa Pemerintah. Pihak yang dapat memberikan jaminan

  3 Ibid., 3 Ibid.,

  Permohonan bank garansi yang diajukan oleh nasabah sesuai dengan jenis dan besarnya bank garansi yang diminta atau yang dipersyaratkan oleh pemberi kerja sebagai pengguna jasa. Tidak semua nasabah yang mengajukan permintaan bank garansi akan diterbitkan. Mengingat bahwa setiap pemberian bank garansi dapat menimbulkan kewajiban yang mengandung risiko sebelumnya bank harus melakukan penelitian dan penelahaan faktor-faktor kreadibilitas, bonafiditas, dan pendekatan historis atas kinerja nasabah pada masa lalu (past performance) pihak yang dijamin maupun penerima jaminan.

  Untuk mengatasi risiko atas pengeluaran bank garansi, bank terlebih dahulu akan meminta jaminan lawan (counter guarantee) kepada nasabah sebagai calon si terjamin yang nilai tunainya sekurang-kurangnya sama dengan nilai nominal yang tercantum di dalam bank garansi. Jaminan lawan atas penanggungan bank garansi (counter guarantee) ini bisa berupa uang tunai atau simpanan giro, deposito, surat berharga, atau harta kekayaan (asset) yang dimiliki si terjamin (applicant). Apabila terjadi wanprestasi oleh nasabah sebagai pihak terjamin pihak bank sebagai pihak penjamin akan menggantikan kedudukan pihak terjamin untuk memenuhi kewajiban terjamin kepada pihak penerima jaminan.

  Pemberian bank garansi memungkinkan terjadinya risiko. Risiko yang mungkin dialami oleh bank antara lain bank kehilangan dana karena pihak terjamin melakukan wanprestasi terhadap perjanjian bank garansi yang telah Pemberian bank garansi memungkinkan terjadinya risiko. Risiko yang mungkin dialami oleh bank antara lain bank kehilangan dana karena pihak terjamin melakukan wanprestasi terhadap perjanjian bank garansi yang telah

  Oleh karena itu perlu diteliti tentang perlindungan hukum bagi bank garansi yang dilakukan oleh pihak bank apabila pihak yang dijamin (applicant) melakukan wanprestasi dalam kontak pengadaan barang dan jasa dengan pemilik tender, baik pihak swasta maupun pemerintah.

  Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai permasalahan dan menulisnya dalam bentuk skripsi yang berjudul “PERLINDUNGAN HUKUM BAGI BANK GARANSI AKIBAT

  WANPRESTASI PIHAK YANG DIJAMIN (APPLICANT) DALAM KONTRAK PENGADAAN BARANG DAN JASA”.

1.2. Rumusan Masalah.

  Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan yang akan dibahas penulis adalah sebagai berikut :

  1. Bagaimana bentuk – bentuk wanprestasi yang dilakukan oleh pihak yang dijamin (applicant) dalam kontrak bank garansi pengadaan barang dan jasa ?

  2. Bagaimana perlindungan hukum yang dilakukan bank garansi apabila pihak yang dijamin (applicant) wanprestasi terhadap kontrak bank garansi pengadaan barang dan jasa ?

1.3. Tujuan Penelitian.

  Dari permasalahan di atas, maka secara keseluruhan tujuan penelitian adalah :

  1. Untuk mengetahui bentuk wanprestasi yang dilakukan oleh pihak yang dijamin (applicant) dalam kontrak bank garansi pengadaan barang dan jasa.

  2. Untuk mengetahui perlindungan hukum yang dilakukan bank garansi apabila pihak yang dijamin (applicant) wanprestasi terhadap kontrak bank garansi pengadaan barang dan jasa.

1.4. Manfaat Penelitian.

1. Manfaat Teoritis.

  a. Untuk mendalami dan mempraktekkan teori yang telah penulis peroleh

  selama kuliah di Fakultas Hukum Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

  b. Dapat memberikan manfaat teoritis berupa sumbangan bagi

  pengembangan ilmu pengetahuan hukum bidang perbankan dalam perlindungan hukum bank garansi akibat wanprestasi pihak yang dijamin dalam kontrak perdagangan barang dan jasa.

2. Manfaat Praktis.

  a. Memberikan saran dan masukan kepada lembaga perbankan dalam hal

  antisipasi perlindungan hukum bagi bank garansi akibat wanprestasi pihak terjamin .

  b. Meningkatkan dan menambah kajian hukum bagi para praktisi pembuat

  kebijakan dalam bidang hukum perbankan, khususnya mengenai perlindungan hukum yang dilakukan bank apabila pihak terjamin dalam

  perjanjian bank garansi melakukan wanprestasi.

1.5. Tinjauan Pustaka.

1.5.1. Tinjauan Umum Tentang Bank.

1.5.1.1. Pengertian Bank.

  Bank berasal dari kata Italia (banco) yang artinya bangku. Bangku inilah yang dipergunakan oleh bankir untuk melayani kegiatan operasionalnya kepada para nasabah. Istilah bangku secara resmi dan populer menjadi bank. Bank termasuk perusahaan industri jasa karena produknya hanya memberikan pelayanan jasa kepada masyarakat. Secara sederhana bank dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya. Sedangkan pengertian lembaga keuangan adalah setiap perusahaan yang bergerak dibidang keuangan dimana kegiatannya apakah hanya menghimpun dana atau hanya

  menyalurkan dana atau kedua-duanya. 4

  Menurut Sentosa Sembiring, bank adalah suatu badan usaha yang berbadan hukum yang bergerak di bidang jasa keuangan, yang dapat menghimpun dana dari masyarakat secara langsung dan menyalurkannya kembali ke masyarakat melalui pranata hukum perkreditan. Perlu pengaturan khusus agar bank dalam menjalankan aktivitasnya harus selalu mengacu kepada peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang bank sebagai jasa

  4 Ibid., Hal. 3.

  keuangan. Ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang perbankan inilah yang menjadi objek studi hukum perbankan. 5

1.5.1.2. Fungsi dan Peran Bank.

  Bank sebagai lembaga yang bekerja berdasarkan kepercayaan masyarakat, memiliki peran dan posisi yang sangat strategis dalam pembangunan nasional. Sebagai lembaga perantara keuangan masyarakat (financial intermediary), bank menjadi media perantara pihak-pihak memiliki kelebihan dana (surplus of funds) dengan pihak-pihak yang kekurangan memerlukan dana (lack of funds). Di Indonesia, lembaga perbankan memiliki misi dan fungsi sebagai agen pembangunan (agent of development), yaitu sebagai lembaga yang bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas

  nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. 6

  Perbankan nasional berfungi sebagai sarana pemberdayaan masyarakat dan seluruh kekuatan ekonomi nasional, terutama pengusaha kecil, menengah dan koperasi. Untuk mencapainya perbankan Indonesia harus memiliki komitmen. Komitmen itu oleh Nyoman Moena diterjemahkan ke dalam bahasa perbankan, yaitu perbankan Indonesia berfungsi sebagai lembaga

  5 Sentosa Sembiring, Hukum Perbankan, PT. Mandar Maju, Bandung, 2012, Hal. 2

  6 Neni Sri Imaniyati, Pengantar Hukum Perbankan Indonesia, Refika Aditama, Bandung,

  2010, Hal. 14 2010, Hal. 14

  Jika diterjemahkan ke dalam bentuk-bentuk tanggung jawab, maka bentuk-bentuk tanggung jawab perbankan, adalah:

  a. Tanggung jawab prudential (bank harus sehat);

  b. Tanggung jawab komersial (bank harus untung);

  c. Tanggung jawab financial (bank harus transparan);

  d. Tanggung jawab sosial (kemampuan mengakomodir harapan pemegang kekuasaan secara adil). 7

  Dalam hal penghimpunan dana masyarakat, kepercayaan masyarakat untuk menyimpan dananya pada bank merupakan modal utama bank. Jika dilihat dari presentase dana yang dikelola oleh bank, dana titipan masyarakat pada bank memiliki prosentasi yang sangat besar, yaitu sekitar 60-70 dibanding dari modal bank itu sendiri yang berkisar 30-40. Melihat besarnya dana yang dikelola oleh bank, maka betapa bank sangat memerlukan dana masyarakat untuk bisa beroperasi dengan semestinya.

  Dari uraian diatas, tampak bahwa dana masyarakat pada bank memiliki peranan yang sangat besar dalam operasi bank khususnya dan dalam pembangunan nasional umumnya, yaitu sebagai salah satu sumber pembiayaan pembangunan. Oleh karena itu dapat dibayangkan apa jadinya dan bagaimana keadaanya jika masyarakat tidak memiliki kepercayaan pada bank

  sehingga

  enggan menyimpan

  dananya pada

  7 Ibid., Hal. 15 7 Ibid., Hal. 15

  Bank sangat penting dan berperan untuk mendorong pertumbuhan perekonomian suatu bangsa karena bank adalah:

  a. Pengumpul dana dari SSU dan penyalur kredit kepada DSU;

  b. Tempat menabung yang efektif dan produktif bagi masyarakat;

  c. Pelaksana dan memperlancar lalu lintas pembayaran dengan

  aman, praktis, dan ekonomis;

  d. Penjamin penyelesaian perdagangan dengan menerbitkan LC;

  e. Penjamin penyelesaian proyek dengan menerbitkan bank

  garansi. 8

1.5.1.3. Asas dan Prinsip Perbankan Nasional.

  Asas perbankan Indonesia dalam melaksanakan kegiatan usahanya berdasarkan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Dalam hukum perbankan dikenal beberapa prinsip perbankan, yaitu sebagai berikut:

  a. Prinsip Kepercayaan (Fiduciary Relation Principle), adalah suatu asas yang melandasi hubungan antara bank dan nasabah bank. Bank berusaha dari dana masyarakat yang disimpan berdasarkan kepercayaan, sehingga setiap bank perlu menjaga kesehatan banknya dengan tetap memelihara dan mempertahankan

  kepercayaan diatur dalam Pasal 29 ayat (4) UU No. 10 Tahun 1998.

  b. Prinsip kehati-hatian (Prudential Principle), adalah suatu prinsip yang menegaskan bahwa bank dalam menjalankan kegiatan usaha baik dalam penghimpunan terutama daam penyaluran dana kepada masyarakat harus sangat berhati-hati. Tujuan dilakukan prinsip kehati-hatian ini agar bank selalu dalam keadaan sehat menjalankan usahanya dengan baik dan mematuhi ketentuan-ketentuan dan norma-norma hukum yang berlaku di dunia perbankan. Prinsip kehati-hatian tertera dalam Pasal 2 dan Pasal 29 ayat (2) UU No. 10 tahun 1998.

  8 Malayu S.P. Hasibuan, Op.cit., Hal.3 8 Malayu S.P. Hasibuan, Op.cit., Hal.3

  40 sampai dengan Pasal 47 A UU No. 10 Tahun 1998. Menurut Pasal 40, bank wajib merahasiakan keterangan mengenai nasabah penyimpanan dan simpanannya. Namun dalam ketentuan tersebut kewajiban merahasiakan itu bukan tanpa pengecualian. Kewajiban merahasiakan itu dikecualikan untuk dalam hal-hal untuk kepentingan pajak, penyelesaian utang piutang bank yang sudah diserahkan kepada badan Urusan Piutang dan Lelang Panitia Urusan Piutang Negara (UPL PUPN), untuk kepentingan pengadilan perkara pidana, dalam perkara perdata antara bank dengan nasabah, dan dalam rangka tukar-menukar informasi antar bank.

  d. Prinsip Mengenal Nasabah (Know How Costumer Principle), adalah prinsip yang diterapkan oleh bank untuk mengenal dan mengetahui identitas nasabah, memantau kegiatan transaksi nasabah termasuk melaporkan setiap transaksi yang mencurigakan. Prinsip ini diatur dalam Peraturan Bank Indonesia No.310PBI2001 tentang Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah. Tujuan prinsip ini adalah meningkatkan peran lembaga keuangan dengan berbagai kebijakan dalam menunjang praktik lembaga keuangan, menghindari berbagai kemungkinan lembaga keuangan dijadikan ajang tindak kejahatan dan aktivitas ilegal yang dilakukan nasabah, dan melindungi nama baik dan

  reputasi lembaga keuangan. 9

1.5.1.4. Landasan Yuridis Hukum Perbankan.

  Adapun landasan yuridis hukum perbankan di Indonesia yang diatur dalam berbagai peraturan perundang-undangan, antara lain:

  a. UU No. 7 tahun 1992, Lembaran Negara Republik Indonesia No. 21 tahun 1992 tentang Perbankan yang diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998, Lembaran Negara Republik Indonesia No. 182 Tahun 1998 (UUP).

  b. UU RI No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Undang- undang ini kemudian diubah dengan UU No. 3 tahun 2004. Selanjutnya undang-undang ini pun mengalami perubahan pada tahun 2009 yakni melalui Penetapan Peraturan Pemerintah Penggati Undang-undang (Perpu) No. 2 tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas UU No. 23 tahun 1999

  9 Neni Sri Imaniyati, Op.cit., Hal. 16 9 Neni Sri Imaniyati, Op.cit., Hal. 16

  c. UU RI No. 24 tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan. Undang-undang ini kemudian diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Republik Indonesia No. 3 tahun 2008 Tanggal 13 Oktober 2008 tentang Perubahan Atas Undang-undang No. 24 tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan, disahkan menjadi Undang- undang berdasarkan UU RI No. 7 tahun 2009 tanggal 13 Januari 2009.

  d. UU RI No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah (UUPS) tanggal 16 Juli 2008 LNRI tahun 2008 No. 94 TLN Nomor 4867.

  e. Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 1999 tentang Merger, Konsolidasi dan Akuisisi Bank.

  f. Peraturan Bank Indonesia Nomor: 826PBI2006, tanggal 8 November 2006, tentang Bank Perkreditan Rakyat.

  g. Peraturan Bank Indonesia Nomor: 111PBI2009, tanggal 27 Januari 2009 tentang Bank Umum. 10

1.5.1.5. Jenis Bank.

  Ada beberapa jenis-jenis bank yang antara lain sebagai berikut:

a. Dilihat dari Bidang Usahanya :

  1). Bank Umum. Menurut Pasal 1 angka 2 UU No. 10

  Tahun 1998 adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional danatau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam

  lalu lintas pembayaran. 11 2). Bank Perkreditan Rakyat. Menurut Pasal 1 angka 4

  UU No. 10 tahun 1998, Pengertian BPR adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional danatau berdasarkan prinsip syariah yang dalam

  10 Sentosa Sembiring, Op.cit., Hal. 3 11 Neni Sri Imaniyati, Op.cit., Hal. 28 10 Sentosa Sembiring, Op.cit., Hal. 3 11 Neni Sri Imaniyati, Op.cit., Hal. 28

  3). Bank Khusus. Dalam Pasal 5 ayat (2) UUP

  dikemukakan, Bank Umum dapat mengkhususkan diri untuk melaksanakan kegiatan tertentu atau memberikan perhatian yang lebih besar kepada kegiatan tententu. Yang

  dimaksud “mengkhususkan

  diri untuk

  melaksanakan kegiatan tertentu” adalah antara lain melaksanakan kegiatan pembiayaan jangka panjang, pembiayaan

  pengembangan pengusaha golongan ekonomi lemah pengusaha kecil, pengembangan ekspor non migas, dan pengembangan pembangunan perumahan.

b. Dilihat Dari Segi Kepemilikannya :

  Terkait dengan kepemilikan bank, Bank Indonesia telah menerbitkan Peraturan Bank Indonesia No. 816PBI2006 tanggal 5 Oktober 2006 Tentang Kepemilikan Tunggal Pada Perbankan Indonesia. Kemudian jika dilihat dari segi kepemilikan, bank dibagi menjadi 2 (dua) yaitu:

  1). Bank Milik Negara. Bank dapat dimiliki oleh negara yang

  artinya modal bank yang bersangkutan berasal dari pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Bank milik negara disebut juga Bank Milik Pemerintah.

  2). Bank Milik Swasta. Bank Milik Swasta dibagi menjadi 3

  (tiga) kategori, yakni: (tiga) kategori, yakni:

  bersangkutan dimiliki oleh Warga Negara Indonesia secara individual danatau Badan Hukum Indonesia.

  b). Swasta Asing, artinya modal bank tersebut dimiliki

  oleh Warga Negara Asing danatau Badan Hukum Asing. Dalam hal ini ada kemungkinan bank ini merupakan kantor cabang dari negara asal bank yang bersangkutan.

  c). Bank Campuran, artinya Bank Umum yang didirikan

  bersama oleh satu atau lebih Bank Umum yang berkedudukan di Indonesia dan didirikan oleh Warga Negara Indonesia danatau Badan Hukum Indonesia yang dimiliki sepenuhnya oleh Warga Negara Indonesia, dengan satu atau lebih bank yang berkedudukan di luar negeri.

c. Dilihat Dari Segi Operasionalnya :

  1). Bank Devisa, adalah bank yang memperoleh surat

  keputusan dari Bank Indonesia untuk melakukan transaksi perdagangan dengan menggunakan valuta asing.

  2). Bank Non Devisa, adalah bank yang tidak dapat

  melakukan transaksi pembayaran dengan menggunakan valuta asing. 12

  Terkait dengan lalu lintas devisa, telah diatur dalam undang-undang tersendiri yakni UU No. 24 Tahun 1999 Tentang Lalu Lintas Devisa dan Sistem Nilai Tukar. Dalam pasal 1 angka 2 disebutkan bahwa devisa adalah kewajiban finansial yang digunakan dalam transaksi internasional. Pasal

  1 angka 4, Sistem Nilai Tukar adalah sistem yang digunakan untuk pembentukan harga mata uang rupiah terhadap mata uang asing.

  12 Sentosa Sembiring, Op.cit., Hal. 4

1.5.2. Tinjauan Umum Tentang Bank Garansi.

1.5.2.1. Pengertian Bank Garansi.

  Jasa perbankan menjamin terlaksananya transaksi yang terjadi antara pihak luar bank dari kemungkinan risiko yang timbul dikemudian hari semakin diminati kalangan bisnis. Hal ini sejalan dengan perkembangan bisnis yang menuntut adanya integritas antara pihak-pihak yang melakukan transaksi. Bank sebagai pihak yang dilibatkan, berada diantara kedua belah pihak dalam memberikan jaminan berupa bank garansi.

  Bank Garansi adalah jaminan pembayaran dari bank yang diberikan kepada pihak penerima jaminan (bisa perorangan maupun perusahaan dan biasa disebut Beneficiary) apabila pihak yang dijamin (biasanya nasabah bank penerbit dan disebut Applicant) tidak dapat memenuhi kewajiban atau cidera janji

  (wanprestasi). 13

  Bank garansi memberikan jaminan terhadap kelancaran suatu transaksi atau usaha yang sedang dilakukan. Bagi pihak yang memegang bank garansi akan mendapatkan keyakinan atau rasa aman dari kemungkinan tindakan pihak lain yang merugikan. Pada dasarnya bank garansi merupakan perjanjian penanggungan yang diatur dalam Pasal 1820 KUH Perdata.

  Bank garansi dikategorikan sebagai kredit tidak langsung (non-cash loan), yaitu fasilitas yang akan menjadi kredit apabila nasabah wanprestasi, dimana bank memiliki kewajiban kepada pemberi jaminan (beneficiary). Karena bersifat kredit tidak langsung (non-cash loan), maka pemberian bank garansi memerlukan analisis kekayaan (melalui penilaian melalui Credit

  13 Aniek Maschudah, Modul Klasikal Laboratorium Operasional Bank STIE Perbanas

  Surabaya, STIE Perbanas, Surabaya, 2016, Hal. 106.

  Memorandum) terhadap nasabah seperti halnya nasabah yang mengajukan kredit. 14

  Dalam suatu pemberian bank garansi terdapat tiga pihak yang terkait, yaitu :

  1. Penjamin, bank sebagai pihak yang memberikan jaminan.

  2. Terjamin, pihak yang diberikan jaminan oleh bank.

  3. Penerima jaminan, pihak yang menerima jaminan dari bank. 15

  Menurut Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 2388KEPDIR tentang pemberian bank garansi tanggal 18 Maret 1991, bank garansi berbentuk :

  1. Garansi dalam bentuk warkat yang diterbitkan oleh bank yang mengakibatkan kewajiban membayar terhadap yang menerima garansi apabila pihak yang dijamin cedera janji (wanprestasi).

  2. Garansi dalam bentuk penandatanganan kedua dan seterusnya atas surat berharga seperti aval dan endosemen dengan hak regres yang dapat menimbulkan kewajiban membayar bagi bank apabila yang dijamin cedera janji (wanprestasi).

  3. Garansi lainnya yang terjadi karena perjanjian bersyarat sehingga dapat menimbulkan kewajiban finansial bagi bank. 16

  Dalam kegiatan pelayanan jasa berupa penerbitan garansi, maka bank penerbit akan menerima imbalan jasa dari si terjamin

  berupa provisi. 17

  Disamping pembebanan provisi, semua biaya yang timbul akibat pemberian bank garansi menjadi beban pihak yang diberi

  14 Ibid., 15 Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Prenada Media Group, Jakarta, 2005,

  Hal. 87.

  16 Ibid., Hal. 88. 17 Ibid., Hal. 89.

  jaminan sebagaimana juga yang berlaku dalam pemberian kredit. 18

  Di dalam kegiatan pemberian jasa-jasa perbankan kepada nasabah, bank dapat memberikan jasa-jasa pemberian bank garansi, sepanjang tidak bertentangan atau melanggar peraturan perundang-undangan termasuk peraturan Bank Indonesia. Oleh bank pemberian bank garansi ini sudah merupakan produk atau jasa yang ditawarkan dalam rangka mendapatkan pendapatan (fee). Munir Fuady menjelaskan bahwa pemberian garansi oleh bank sudah merupakan bisnis rutin dari bank, dimana bank akan mendapatkan provisi karenanya, provisi mana dihitung dari persentase tertentu dari jumlah yang digaransikan itu. Bagi pihak bank, pemberian bank garansi merupakan salah satu sumber pendapatan masuk (income) yang bersifat pendapatan non bunga (fee based).

  Sebagaimana kita ketahui bahwa bisnis bank sangatlah konservatif. Dalam arti bank tidak boleh melakukan bisnis yang mengandung unsur spekulatifnya tinggi, sehingga dipenuhi prinsip kehati-hatian bank (prudental banking).

  Untuk melaksanakan pembangunan proyek diadakan perjanjian antara pemborong dan pemberi pekerjaan pembangunan proyek. Pihak pemberi pekerjaan menginginkan adanya bank garansi untuk menutupi pekerjaan pembangunan

  18 Ibid., 18 Ibid.,

  Bank menerbitkan bank garansi setelah ada transaksi sebelumnya, dalam arti untuk menerbitkan bank garansi harus ada kegiatan pokok yang dijamin melalui bank garansi. Kegiatan pokok tersebut misalnya adanya suatu pemenangan tender proyek tertentu, adanya transaksi yang menimbulkan kewajiban membayar pada waktu tertentu dikemudian hari.

  Kegiatan pokok tersebut memerlukan waktu dan setelah kurun waktu tersebut pihak tertentu harus memenuhi kewajibannya. Untuk menjamin pemenuhan kewajiban dikemudian hari maka diperlukan jaminan bank yaitu bank garansi.

  Bila bank yang dijamin melakukan wanprestasi atau cidera janji, maka pemegang bank garansi dapat melakukan klaim kepada bank penerbit atas bank garansi tersebut. Bank-bank memiliki ketentuan yang berbeda dalam memberikan waktu penyampaian klaim. Namun umumnya waktu yang diberikan hanya dua minggu sejak berakhirnya bank garansi.

  Jika dijabarkan ke dalam hal terjadinya atau diterbitkannya suatu bank garansi oleh bank, secara sederhana dapat digambarkan sebagai berikut:

  Pertama, seseorang atau badan usaha memperoleh kesempatan untuk mengerjakan suatu proyek yang diberikan oleh suatu lembaga atau instansi pemerintah atau swasta (bouwheer), baik dengan penunjukkan langsung ataupun dengan tender yang dimenangkan olehnya. Salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh pelaksana kerja tersebut adalah adanya garansi dari bank atau perusahaan asuransi tertentu.

  Kedua, seseorang atau badan usaha (pelaksana kerja) tersebut mengajukan permohonan bank garansi kepada salah satu bank (biasanya yang selama ini terjadi adalah kepada bank yang telah menjadi krediturnya).

  Ketiga, setelah melalui berbagai proses (prosesnya seperti pemberian kredit pada umumnya) bank setuju untuk memberikan atau menerbitkan bank garansi.

  Keempat, oleh karena fasilitas bank garansi ini sewaktu- waktu dapat saja diklaim dan bank harus membayar ganti rugi kepada bouwheer, maka dibuatkanlah suatu perjanjian pemberian bank garansi dan pemberian jaminan oleh nasabah yang bersangkutan.

  Apabila di kemudian hari ternyata pihak yang dijamin melakukan wanprestasi (cidera janji), sedangkan kontra garansi tidak mencukupi untuk membayar klaim tuntutan dari penerima jaminan, hubungan antara penjamin (bank) dan dijamin (nasabah bank) berubah menjadi hubungan kredit. Dengan demikian, dapat Apabila di kemudian hari ternyata pihak yang dijamin melakukan wanprestasi (cidera janji), sedangkan kontra garansi tidak mencukupi untuk membayar klaim tuntutan dari penerima jaminan, hubungan antara penjamin (bank) dan dijamin (nasabah bank) berubah menjadi hubungan kredit. Dengan demikian, dapat

1.5.2.2. Jenis - Jenis Bank Garansi.

  Jenis bank garansi pada dasarnya sesuai dengan tipe perjanjian dan fungsi penjaminan dalam perjanjian, beberapa jenis bank garansi yang ada antara lain :

  1. Bank Garansi untuk tender (Bid Bond), yaitu bank garansi yang diberikan kepada pemilik proyek untuk kepentingan kontraktor yang akan mengikuti tender atas suatu proyek (sering disebut juga Bank Referensi).

  2. Bank Garansi untuk penerimaan uang muka (Advance Payment Bond), yaitu bank garansi yang diberikan kepada pemilik proyek untuk kepentingan kontraktor atas uang muka yang diterima kontraktor.

  3. Bank Garansi untuk pelaksanaan (Performance Bond), yaitu bank garansi yang diberikan kepada pemilik proyek untuk kepentingan kontraktor guna menjamin pelaksanaan proyek oleh kontraktor.

  4. Bank Garansi untuk pemeliharaan (Retention Bond), yaitu bank garansi yang diberikan kepada pemilik proyek untuk kepentingan kontraktor guna menjamin pemeliharaan proyek yang telah diselesaikan oleh kontraktor tersebut.

  5. Bank Garansi untuk pita cukai tembakau, yaitu bank garansi yang diberikan kepada bea cukai sebagai jaminan pembayaran pita cukai tembakau atas rokok yang dijual oleh pabrik rokok.

  6. Bank Garansi untuk penangguhan kredit masuk, yaitu bank garansi yang diberikan kepada bea cukai sebagai jaminan pembayaran bea masuk atas barang yang dikeluarkan dari

  pelabuahan. 19

  Terdapat juga bank garansi guna penangguhan bea masuk, yaitu yang diterbitkan oleh bank untuk pihak bea cukai, guna menjamin pembayaran bea masuk atas barang-barang impor yang dimohonkan penangguhan pembayarannya. Untuk garansi dalam

  19 Aniek Maschudah, Op.cit., Hal. 106.

  bentuk penandatanganan kedua dan seterusnya atas surat-surat berharga seperti jaminan dalam pembayaran surat wesel (aval) dan pengalihan hak tagih atas wesel kepada pengganti (endosemen) dengan hak regres yang dapat menimbulkan kewajiban membayar bagi bank apabila pihak yang dijamin cidera janji (wanprestasi). Hak regres merupakan hak untuk menuntut pembayaran wesel oleh pemegang wesel oleh pemegang yang ditolak akseptasi pembayaran weselnya.

  Penjelasan tentang jaminan pemeliharaan (Retention Bond), pada waktu penyerahan pertama atau pekerjaan telah mencapai 100 rekanan (Kontraktor) baru menerima pembayaran 95 dari nilai kontrak, sedangkan sisanya sebesar 5 masih ditahan pimpinan proyek dengan maksud agar rekaman dalam masa pemeliharaan wajib melaksanakan perbaikan terhadap kekurangan dari pekerjaan.

  Yang dimaksud dengan pemeliharaan adalah masa penyerahan pertama sampai dengan penyerahan kedua. Apabila rekanan menginginkan 100 pembayaran harga borongan pada waktu penyerahan pertama, maka rekanan harus menyerahkan surat jaminan pemeliharaan yang besarnya 5 dari harga kontrak atau borongan.

1.5.2.3. Fungsi dan Manfaat Bank Garansi.

  Sebagaimana telah disebutkan diatas, dalam perjanjian bank garansi terdapat tiga pihak saling terkait, dan bagi masing-masing

  pihak, bank garansi mempunyai fungsi tersendiri. Bagi pihak Bank, penerbitan bank garansi merupakan salah satu sumber pendapatan bank. Dari penerbitan bank garansi tersebut, pihak bank memperoleh pendapatan dari provisi, biaya administrasi, serta bunga yang dikenakan. Selain itu, bank juga dapat mengopersikan dana jaminan bank garansi (deposit) yang diserahkan oleh nasabah di bidang perkreditan. Bagi pihak terjamin, bank garansi berfungsi sebagai sarana untuk mendapatkan jaminan kepercayaan bahwa ia akan melaksanakan prestasi sesuai dengan yang telah diperjanjikan. Hal ini berarti bank menunjang nasabah agar bisnis atau kegiatan usahanya berjalan dengan baik dan lancar.

  Bagi pihak penerima jaminan, bank garansi berfungsi sebagai suatu jaminan untuk terlaksananya suatu prestasi yang telah diperjanjikan. Bank garansi merupakan jaminan penanggungan atas resiko yang akan timbul apabila debitur melakukan wanprestasi.

  Dari sisi lain, masyarakat juga dapat memetik manfaat dari transaksi bank garansi, yaitu peningkatan arus barang dan lalu lintas pembayaran, kelancaran pembangunan, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dengan adanya bank garansi, maka transaksi jual-beli barang dapat terjadi diantara pihak-pihak yang belum saling percaya, arus pemasukan barang dari luar negeri Dari sisi lain, masyarakat juga dapat memetik manfaat dari transaksi bank garansi, yaitu peningkatan arus barang dan lalu lintas pembayaran, kelancaran pembangunan, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dengan adanya bank garansi, maka transaksi jual-beli barang dapat terjadi diantara pihak-pihak yang belum saling percaya, arus pemasukan barang dari luar negeri

1.5.2.4. Syarat Umum Pemberian Bank Garansi.

  Bentuk bank garansi yang dibuat oleh bank adalah bentuk tertulis. Ini dimaksudkan untuk memudahkan para pihak, yaitu penjamin dan yang menerima jaminan. Hal-hal yang dimuat dalam garansi bank, adalah :

  a. Judul “garansi bank“ atau “Bank Garansi“

  b. Nama dan alamat bank pemberi garansi

  c. Tanggal penerbitan bank garansi

  d. Tanggal transaksi antara pihak yang dijamin dan penerima jaminan

  e. Jumlah nominal uang yang dijamin oleh bank ;

  f. Tanggal mulai berlaku dan berakhirnya garansi bank ;

  g. Penegasan batas waktu pengajuan klim ;

  h. Pernyataan bahwa penjamin (bank) akan memenuhi pembayaran:

  i. Dengan terlebih dahulu menyita dan menjual benda-benda si berhutang untuk melunasi hutangnya sesuai dengan ketentuan Pasal 1831 KUHPerdata, atau

  ii. Pernyataan bahwa penjamin (bank) melepaskan hak istimewanya untuk menuntut supaya benda-benda si berhutang lebih dahulu disita dan dijual untuk melunasi

  hutang-hutangnya sesuai dengan Pasal 1832 KUHPerdata. 20 Syarat-syarat yang tidak diperkenankan untuk dimasukkan

  dalam garansi bank adalah :

  1. Syarat-syarat yang terlebih dahulu harus dipenuhi untuk berlakunya garansi bank, misalnya garansi bank baru berlaku setelah pihak yang dijamin menyetor sejumlah uang.

  2. Ketentuan bahwa garansi bank dapat diubahdibatalkan secara sepihak, misalnya oleh bank atau pihak yang dijamin.

  20 Ibid., Hal. 115.

1.5.2.5. Dasar Hukum Bank Garansi.

  1. Pasal 1820 KUH Perdata sampai dengan Pasal 1850 KUH Perdata. Ketentuan yang tercantum dalam KUH Perdata ini merupakan ketentuan umum yang mengatur tentang jaminan penanggungan pada umumnya. Apabila dalam ketentuan khusus tidak diatur secara lengkap, maka dapat diacu ketentuan yang bersifat umum (lex generale).

  2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1992 jo Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan;

  3. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 11110Kep.DirUPPB tentang Pemberian Jaminan oleh Bank dan Pemberian Jaminan oleh Lembaga Keuangan Non Bank.

  4. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 2388KEPDIR tentang pemberian bank garansi tanggal 18 Maret 1991. 21

  Dengan dikeluarkannya ketentuan - ketentuan baru perihal pemberian bank garansi, maka ketentuan - ketentuan lama yang dimuat dalam Surat Edaran Bank Indonesia yang bertentangan dengan ketentuan tersebut dinyatakan tidak berlaku lagi.

1.5.2.6. Prosedur Pengajuan Bank Garansi.

  Seseorang yang menginginkan adanya garansi bank terlebih dahulu ia harus mengetahui syaratnya yaitu ia harus sudah menjadi nasabah dari bank yang akan mengeluarkan bank garansi tersebut, jika ia belum menjadi nasabahnya maka terlebih dahulu ia harus membuka rekening di bank yang bersangkutan, yang juga disyaratkan bahwa (nasabah) tersebut belum pernah tercantum dalam daftar hitam di bank tersebut atau bank- bank yang lain. Ketentuan seperti diatas bisa dimengerti karena apabila seseorang itu namanya telah tercantum didalam daftar hitam

  21 Hermansyah, Op.Cit., Hal. 87.

  berarti dia telah pernah melakukan pemalsuan - pemalsuan di bank yang berkaitan dengan transaksi yang dilakukan.

  Permohonan bank garansi yang diajukan ke bank oleh nasabah secara tertulis tersebut, harus pula menyebutkan beberapa hal pokok misalnya :

  1. Untuk siapa bank garansi tersebut akan digunakan.

  2. Untuk keperluan apa bank garansi itu diminta, yang dalam hal ini harus pula dilampirkan surat perintah kerja atau syarat – syarat perjanjian atau surat kontrak kerja yang mendasari permintaan bank garansi tersebut, sesuai dengan aslinya.

  3. Jumlah atau besarnya bank garansi yang diinginkan.

  4. Jangka waktu berlakunya bank garansi.

  5. Perincian dari benda yang akan dijadikan.

  6. Tanggungan atau kontra jaminan. 22

  Setelah mengajukan permohonan dengan beberapa keterangan – keterangan yang dibutuhkan oleh bank, maka pemohon mengisi formulir yang telah disediakan oleh bank dan menanda tanganinya, kemudian menyerahkan kembali ke bank.

  Pemohon juga membayar sejumlah uang (sebagai syarat administrasi) dan menyerahkan jaminan kebenaran. Kemudian dalam hal ini, bank akan memperoses permohonan tersebut yang dilaksanakan oleh komite kredit yang berwenang untuk memberikan keputusan. Dan apabila semua data yang disyaratkan oleh bank sudah dipenuhi oleh pemohon dan komite kredit juga telah meyetujuinya maka diputuskan bahwa permohonan itu diterima. Setelah permohonan diterima, maka akan diadakan perjanjian bank garansiperjanjian penerbitan bank

  22 Hermansyah, Op.Cit., Hal. 89 .

  garansi yang ditanda tangani oleh kedua belah pihak. Dan setelah syarat administrasi dipenuhi maka akan segera diterbutkan bank garansi.

1.5.3. Tinjauan Umum Tentang Jaminan.

1.5.3.1. Pengertian Jaminan.

  Istilah jaminan dikenal juga dengan agunan, terdapat dalam Pasal 1 angka 23 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Agunan adalah jaminan tambahan diserahkan nasabah debitur kepada bank dalam rangka mendapatkan fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah. Agunan dalam kontruksi ini merupakan jaminan tambahan (accesoir). Tujuan agunan adalah untuk mendapatkan fasilitas dari bank. Jaminan ini diserahkan oleh debitur kepada bank. Unsur-unsur agunan yaitu:

  1. Jaminan tambahan

  2. Diserahkan oleh debitur kepada bank

  3. Untuk mendapatkan fasilitas kredit kepada bank. 23

  Didalam hukum jaminan itu sendiri mengartikan bahwa hukum jaminan adalah mengatur kontruksi yuridis yang memungkinkan pemberian fasilitas kredit, dengan menjaminkan benda-benda yang dibelinya sebagai jaminan. Peraturan demikian harus cukup meyakinkan dan memberikan kepastian hukum bagi

  23 Salim HS, Perkembangan Hukum Jaminan Di Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta, 2004,

  Hal. 21.

  lembaga-lembaga kredit, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. 24

1.5.3.2. Jenis Jaminan.

  Menurut KUHPerdata, Jaminan terbagi menjadi dua jenis, yaitu :

  1. Jaminan umum Jaminan dari pihak debitur yang terjadi atau timbul dari undang-undang yaitu bahwa setiap barang bergerak ataupun tidak bergerak milik debitur menjadi tanggungan utangnya kepada kreditur (Pasal 1131 KUHPerdata).

  2. Jaminan khusus Setiap jaminan utang yang bersifat kontraktual yaitu terbit dari

  perjanjian teretentu baik yg khusus ditujukan terhadap benda- benda teretentu maupun orang teretentu. (Pasal 1132 KUHPerdata). Pada jaminan khusus ini terbagi menjadi 2 jaminan, yaitu :

  1) Jaminan Materiil (Kebendaan).

  Hak mutlak atas benda yang mempunyai ciri-ciri hubungan langsung atas benda tertentu dapat dipertahankan terhadap siapapun selalu mengikuti bendanya dan dapat dialihkan. Memberikan hak mendahului di atas benda-benda tertentu dan mempunyai sifat melekat dan mengikuti benda yang bersangkutan. Dalam jaminan kebendaan dibedakan menjadi dua, yaitu :

  24 Ibid, Hal. 5.

  a. Benda bergerak lembaga jaminannya

  1. Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda hak kepemilikannya dialihkan tetap menjadi penguasaan pemilik barang. Jaminan fidusia adalah jaminan kebendaan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud sehubungan dengan hutang piutang antara debitur dan kreditur. Jaminan fidusia diberikan oleh debitur kepada kreditur untuk menjamin pelunasan hutangnya. Dari definisi yang diberikan jelas bahwa fidusia dibedakan dari jaminan fidusia, dimana fidusia merupakan suatu proses pengalihan hak kepemilikan dan jaminan fidusia adalah jaminan yang diberikan dalam bentuk fidusia. (diatur dalam UU No.42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia).