Tinjauan Umum Tentang Wanprestasi.

1.5.5. Tinjauan Umum Tentang Wanprestasi.

  Perikatan yang bersifat timbal balik senantiasa menimbulkan sisi aktif dan sisi pasif. Sisi aktif menimbulkan hak bagi kreditur untuk menuntut pemenuhan prestasi, sedangkan sisi pasif menimbulkan beban kewajiban bagi debitur untuk melaksanakan prestasinya.

  Pada situasi normal antara prestasi dan kontra prestasi akan saling bertukar, namun pada kondisi tertentu pertukaran prestasi tidak berjalan sebagaimana mestinya, sehingga muncul peristiwa yang disebut wanprestasi.

  28 Ibid.,

  Wanprestasi adalah keadaan apabila seorang debitur tidak melakukan prestasi sama sekali atau melakukan prestasi yang keliru atau terlambat melakukan prestasi, maka dalam hal-hal yang demikian inilah

  yang disebut seorang debitur melakukan wanprestasi. 29

  Debitur dinyatakan lalai apabila :

  a. Tidak memenuhi prestasi.

  b. Terlambat berprestasi.

  c. Berprestasi tetapi tidak sebagaimana mestinya. Dalam praktek dianggap bahwa wanprestasi itu tidak secara otomatis, kecuali kalau memang sudah disepakati oleh para pihak, bahwa wanprestasi itu ada sejak tanggal yang disebutkan dalam perjanjian

  dilewatkan. 30

  Wanprestasi terjadi setelah adanya pernyataan lalai (in mora stelling) dari pihak kreditur kepada debitur. Pernyataan lalai ini bertujuan untuk menetapkan tenggang waktu kepada debitur untuk memenuhi prestasinya dengan sanksi tanggung gugat atas kerugian yang dialami

  kreditur. 31

  Dengan adanya wanprestasi, pihak kreditur yang dirugikan sebagai akibat kegagalan pelaksanaan kontrak oleh pihak debitur mempunyai hak gugat dalam upaya menegakkan hak – hak kontraktualnya. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 1267 BW yang menyatakan bahwa :

  29 A Qirom Syamsudin, Pokok – Pokok Hukum Perjanjian Beserta Perkembangannya,

  Liberty, Yogyakarta,1985, Hal. 26.

  30 Ibid., Hal. 27.

  31 Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian – Asas Proposionalitas Dalam Kontrak

  Komersial, Prenada Media Group, Jakarta, 2010, Hal. 261.

  “Pihak yang terhadapnya perikatan tidak dipenuhi, dapat memilih, memaksa pihak yang lain untuk memenuhi kontrak, jika hal itu masih dapat dilakukan, atau menuntut pembatalan persetujuan, dengan

  penggantian biaya, kerugian dan bunga.” 32

  Wanprestasi memberikan akibat hukum terhadap pihak yang melakukannya dan membawa konsekuensi terhadap timbulnya hak pihak yang dirugikan untuk menuntut pihak yang melakukan wanprestasi untuk memberikan ganti rugi, sehingga oleh hukum diharapkan agar tidak ada satu pihak pun yang dirugikan karena wanprestasi tersebut.

  Dasar hukum wanprestasi yaitu ada pada Pasal 1238 KUHPerdata:

  “Debitur dinyatakan lalai dengan surat perintah, atau dengan akta sejenis itu, atau berdasarkan kekuatan dari perikatan sendiri, yaitu bila perikatan ini mengakibatkan debitur harus dianggap Ialai dengan lewatnya waktu yang ditentukan”.

  Dan pada Pasal 1243 KUHPerdata, menyebutkan: “Penggantian biaya, kerugian dan bunga karena tak dipenuhinya suatu perikatan mulai diwajibkan, bila debitur, walaupun telah dinyatakan Ialai, tetap Ialai untuk memenuhi perikatan itu, atau jika sesuatu yang harus diberikan atau dilakukannya hanya dapat diberikan atau dilakukannya dalam waktu yang melampaui waktu yang telah ditentukan”.

  Untuk mengatakan bahwa seseorang melakukan wanprestasi dalam suatu perjanjian, kadang-kadang tidak mudah karena sering sekali juga tidak dijanjikan dengan tepat kapan suatu pihak diwajibkan melakukan prestasi yang diperjanjikan.

  Menurut Pasal 1238 KUHPerdata yang menyakan bahwa: “Si berutang adalah lalai, apabila ia dengan surat perintah atau dengan

  sebuah akta sejenis itu telah dinyatakan lalai, atau demi perikatan sendiri, ialah jika ini menetapkan bahwa si berutang harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang ditentukan”.

  32 Republik Indonesia, Kitab Undang – Undang Hukum Perdata : Burgerlijk Wetboek, Pasal

  Dari ketentuan pasal tersebut dapat dikatakan bahwa debitur dinyatakan wanprestasi apabila sudah ada somasi (in gebreke stelling). Adapun bentuk - bentuk somasi menurut Pasal 1238 KUHPerdata adalah:

  1) Surat perintah.

  Surat perintah tersebut berasal dari hakim yang biasanya berbentuk penetapan. Dengan surat penetapan ini juru sita memberitahukan secara lisan kepada debitur kapan selambat-lambatnya dia harus berprestasi. Hal ini biasa disebut “exploit juru Sita”.

  2) Akta.

  Akta ini dapat berupa akta dibawah tangan maupun akta Notaris.

  3) Tersimpul dalam perikatan itu sendiri.

  Maksudnya sejak pembuatan perjanjian, kreditur sudah menentukan saat adanya wanprestasi.

  Dalam perkembangannya, suatu somasi atau teguran terhadap debitur yang melalaikan kewajibannya dapat dilakukan secara lisan akan tetapi untuk mempermudah pembuktian dihadapan hakim apabila masalah tersebut berlanjut ke pengadilan maka sebaiknya diberikan peringatan secara tertulis.

  Dalam keadaan tertentu somasi tidak diperlukan untuk dinyatakan bahwa seorang debitur melakukan wanprestasi yaitu dalam hal adanya batas waktu dalam perjanjian (fatal termijn), prestasi dalam perjanjian

  berupa tidak berbuat sesuatu, debitur mengakui dirinya wanprestasi. 33