Bentuk Wanprestasi Yang Dilakukan Pihak Yang Dijamin (Applicant)

2.2. Bentuk Wanprestasi Yang Dilakukan Pihak Yang Dijamin (Applicant)

  Dalam Kontrak Bank Garansi Pengadaan Barang Dan Jasa.

  Suatu perjanjian mempunyai konsekuensi yang dikenakan kepada pihak- pihak yang membuat perjanjian tersebut, guna memenuhi kewajiban - kewajiban sebagaimana yang telah diperjanjikan. Dengan demikian perjanjian mempunyai kekuatan sebagai undang-undang bagi pihak - pihak yang membuat perjanjian itu.

  Ada atau tidak adanya akibat hukum dari perjanjian tersebut sangat bergantung pada pelaksanaan prestasi oleh salah satu pihak dalam perjanjian. Pelaksanaan ini tidaklah harus merupakan prestasi yang diwajibkan melainkan dapat hanya berupa dengan menunjukkan itikad yang baik atau kehendak untuk melaksanakan prestasi yang diwajibkan pada saat prestasi tersebut wajib dilaksanakan.

  Kewajiban - kewajiban yang dibebankan kepada para pihak dapat diartikan suatu prestasi yaitu sesuatu yang wajib untuk dipenuhi oleh penyedia

  jasa dalam setiap perikatan. 114

  Bentuk wanprestasi pada perjanjian kontrak kerja pengadaan barang dan jasa pemerintah merujuk kepada perjanjian pokoknya, dimana pihak

  114 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, Citra Buana, Bandung, 1993, Hal. 17.

  kontraktor yang disini diminta untuk menerbitkan bank garansi kepada pihak Bank oleh Pemberi Kerja (BeneficiaryBouwheer) yang berupa Jaminan Penawaran Tender Bond yang digunakan untuk ikut serta dalam proses pelelangan tender pengadaan barang dan jasa pemerintah tersebut. Pihak Bank disini juga memberikan konfirmasi keabsahan bank garansi kepada pihak Panitia Tender bahwa pihak Bank yang menerbitkan bank garansi dan siap menjamin pihak yang dijamin yaitu kontraktor jika terjadi wanprestasi.

  Setelah dinyatakan sebagai pemenang dari lelang tender tersebut, pemilik tender (beneficiary) menunjuk pihak kontraktor sebagai pemenang dengan diterbitkannya Surat Pengumuman Pemenang Tender yang bersangkutan, dan meminta pihak kontraktor yang telah disetujui penawarannya untuk menandatangani surat kelengkapan dan kesanggupan pemborongan kerja tersebut. Dalam prakteknya, pengadaan barang dan jasa pemerintah seperti halnya jasa konstruksi akan meminta Jaminan Pelaksanaan (Performance Bond) setelah menyatakan pihak kontraktor menang tender tersebut, Jaminan Pelaksanaan digunakan sebagai garansi akan dikeluarkanya Surat Perintah Kerja (SPK) dan dimulainya pembangunan konstruksi tersebut.

  Bank garansi sendiri memiliki sifat perjanjian tambahan (accesoir), maka perjanjian yang bersifat tambahan dikaitkan dengan perjanjian pokoknya. Namun dalam hal pelaksanaan perjanjian pokok oleh Pihak Kontraktor (applicant) tidak berjalan sebagaimana yang disepakati karena kesalahan applicant (wanprestasi), maka beneficiary dapat mengajukan klaim pencairan bank garansi kepada bank penerbit. Untuk memastikan bahwa klaim tersebut dilakukan tanpa kendala, maka sejak awal beneficiary harus Bank garansi sendiri memiliki sifat perjanjian tambahan (accesoir), maka perjanjian yang bersifat tambahan dikaitkan dengan perjanjian pokoknya. Namun dalam hal pelaksanaan perjanjian pokok oleh Pihak Kontraktor (applicant) tidak berjalan sebagaimana yang disepakati karena kesalahan applicant (wanprestasi), maka beneficiary dapat mengajukan klaim pencairan bank garansi kepada bank penerbit. Untuk memastikan bahwa klaim tersebut dilakukan tanpa kendala, maka sejak awal beneficiary harus

  Menurut Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2003 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang Dan Jasa Pemerintahan pada Bab II Huruf D Ketentuan Umum tentang Penghentian dan Pemutusan Kontrak angka 3 :

  3) Pemutusan kontrak dilakukan bilamana penyedia barangjasa cidera janji atatu tidak memenuhi kewajiban dan tanggung jawabnya sebagaimana diatur dalam kontrak. Kepada penyedia barangjasa dikenakan sanksi sesuai ketentuan dalam dokumen kontrak.

  Angka ke 4 menyebutkan :

  4) Pemutusan kontrak dilakukan bilamana para pihak terbukti melakukan kolusi, kecurangan atau tindak pidana korupsi baik dalam proses pemilihan penyedia barangjasa maupun pelaksanaan pekerjaan, dalam hal ini : a). Penyedia barangjasa dapat dikenai sanksi yaitu :

  1) Jaminan pelaksanaan dicairkan dan disetorkan ke kas NegaraDaerah.

  2) Sisa uang muka harus dilunasi oleh penyedia barangjasa.

  3) Pengenaan daftar hitam dalam jangka waktu 2 (dua) tahun.

  Dengan adanya ketentuan di atas, maka dengan jelas bahwa pihak kontraktor dapat dikatakan wanprestasi terhadap bank garansi apabila pihak kontraktor itu sendiri wanprestasi terhadap pihak penerima jaminan (beneficiary) atas perjanjian pokok pekerjaannya, apabila pihak kontraktor cidera janji terhadap perjanjian pokoknya, maka bank garansi yang Dengan adanya ketentuan di atas, maka dengan jelas bahwa pihak kontraktor dapat dikatakan wanprestasi terhadap bank garansi apabila pihak kontraktor itu sendiri wanprestasi terhadap pihak penerima jaminan (beneficiary) atas perjanjian pokok pekerjaannya, apabila pihak kontraktor cidera janji terhadap perjanjian pokoknya, maka bank garansi yang

  Bentuk wanprestasi yang ditimbulkan oleh pihak kontraktor (applicant) sering kali merujuk pada perjanjian pokok kontrak pengadaan barang dan jasa. Beberapa bentuk – bentuk wanprestasi yang dilakukan pihak kontraktor dalam pengadaan barang dan jasa pemerintahan dalam hal jasa konstruksi yang didapat dari wawancara dengan Bapak Slamet Basuki S.E., mengenai bentuk wanprestasi kontraktor dalam tender adalah :

  1. Mensub-kontrakkan pekerjaan kepada kontraktor lain.

  Dalam praktek pelaksanaan pemborongan bangunan, kontraktor menyerahkan pemborongan pekerjaan kepada kontraktor lain yang merupakan sub kontraktor berdasarkan perjanjian khusus antara kontraktor dan sub kontraktor. Masuknya sub kontraktor dalam perjanjian pemborongan harus dengan persetujuan dari pemberi jasa (beneficiary). Pada dasarnya perjanjian sub kontraktor adalah perjanjian diluar perjanjian pemborongan bangunan induk yang dibuat antara pemberi tugas (beneficiary) dan kontraktor (applicant). Secara yuridis hubungan hukum sub kontraktor hanya dengan pihak kontraktor saja, yang dituangkan dalam perjanjian pemborongan tersendiri, kecuali ditentukan lain dalam kontrak tersebut. Pada dasarnya dalam perjanjian pemborongan, pekerjaan yang disubkan adalah pekerjaan borongan yang tidak vital dan kalaupun pekerjaan itu disubkan kepada sub kontraktor harus mendapat persetujuan dari pihak pemberi kerjaPemerintah (beneficiary).

  Kontraktor dianggap wanprestasi jika pihak pemilik tender tidak mengetahui adanya sub kontraktor dalam pengerjaan proyeknya, apabila dalam perjanjian borongan atau tendernya tidak membolehkan adanya sub kontraktor.

  2. Tidak melaksanakan pekerjaan tepat pada waktunya.

  Kontraktor terlambat dalam mengerjakan proyek tender, artinya pelaksanaan pekerjaan proyek tersebut tidak dapat diselesaikan sesuai dengan kontrak. Jika pekerjaan proyek tidak dapat dilaksanakan sesuai kontrak maka akan ada penambahan waktu. Apabila setelah penambahan waktu pelaksanaan proyek ini juga tidak selesai sesuai kontrak yang sudah disepakati, maka akan diberikan waktu tambahan oleh pihak pemilik tender (beneficiary) kepada pihak pelaksana untuk menyelesaikan pekerjaan proyek tersebut. Bahwa dengan adanya waktu tambahan yang diberikan oleh pihak pemilik (beneficiary) kepada pihak pelaksana untuk menyelesaikan pekerjaan proyek, untuk itu perlu adanya pembuatan perjanjian yang baru atau dengan kata lain perlu adanya perpanjangan perjanjian ataupun perpanjangan kontrak. Keterlambatan proyek konstruksi dapat diidentifikasi sebagai adanya perbedaan waktu pelaksanaan pekerjaan dengan jadwal yang direncanakan pada dokumen kontrak. Dapat dikategorikan sebagai tidak tepatnya waktu pelaksanaan proyek yang telah ditetapkan. Pembuatan rencana jadwal proyek selalu mengacu pada perkiraan yang ada pada saat rencana pembangunan tersebut dibuat. Masalah dapat timbul apabila ada ketidaksesuaian antara jadwal rencana yang telah dibuat Kontraktor terlambat dalam mengerjakan proyek tender, artinya pelaksanaan pekerjaan proyek tersebut tidak dapat diselesaikan sesuai dengan kontrak. Jika pekerjaan proyek tidak dapat dilaksanakan sesuai kontrak maka akan ada penambahan waktu. Apabila setelah penambahan waktu pelaksanaan proyek ini juga tidak selesai sesuai kontrak yang sudah disepakati, maka akan diberikan waktu tambahan oleh pihak pemilik tender (beneficiary) kepada pihak pelaksana untuk menyelesaikan pekerjaan proyek tersebut. Bahwa dengan adanya waktu tambahan yang diberikan oleh pihak pemilik (beneficiary) kepada pihak pelaksana untuk menyelesaikan pekerjaan proyek, untuk itu perlu adanya pembuatan perjanjian yang baru atau dengan kata lain perlu adanya perpanjangan perjanjian ataupun perpanjangan kontrak. Keterlambatan proyek konstruksi dapat diidentifikasi sebagai adanya perbedaan waktu pelaksanaan pekerjaan dengan jadwal yang direncanakan pada dokumen kontrak. Dapat dikategorikan sebagai tidak tepatnya waktu pelaksanaan proyek yang telah ditetapkan. Pembuatan rencana jadwal proyek selalu mengacu pada perkiraan yang ada pada saat rencana pembangunan tersebut dibuat. Masalah dapat timbul apabila ada ketidaksesuaian antara jadwal rencana yang telah dibuat

  kelalaian penyedia barangjasa, maka penyedia barangjasa yang bersangkutan dikenakan denda keterlambatan sekurang-kurangnya

  oo (satu perseribu) perhari dari nilai kontrak. (2) Bila terjadi keterlambatan pekerjaanpembayaran karena semata-

  1 o

  mata kesalahan atau kelalaian pengguna barangjasa, maka pengguna barangjasa membayar kerugian yang ditanggung penyedia barangjasa akibat keterlambatan dimaksud, yang besarannya ditetapkan dalam kontrak sesuai ketentuan peraturan perundang - undangan yang berlaku.

  Berdasarkan data yang didapat oleh penulis bahwa faktor keterlambatan penyelesaian proyek diakibatkan oleh aspek perencanaan dan penjadwalan pekerjaan yang meliputi :

  a. Penetapan jadwal proyek yang amat ketat oleh pemilik.

  b. Tidak lengkapnya identifikasi jenis pekerjaan yang harus ada.

  c. Rencana urutan kerja yang tidak tersusun dengan baikterpadu.

  d. Penentuan durasi waktu kerja yang tidak seksama.

  e. Rencana kerja pemilik yang sering berubah-ubah.

  f. Metode konstruksipelaksanaan kerja yang salah atau tidak tepat.

  3. Tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan gambar rencana (bestek) dan spesifikasi yang ada dalam kontrak.

  Dengan adanya perjanjian pemborongan antara pihak pemberi kerja dan kontraktor tersebut, maka akan timbul hak dan kewajiban dari kedua belah pihak, Kewajiban dari pemberi kerja dalam perjanjian pemborongan bangunan adalah membayar jumlah harga borongan sebagaimana yang tercantum dalam kontrak, dan harga bangunan itu dapat dibayar secara bertahap Kewajiban dari si kontraktor dalam perjanjian pemborongan bangunan adalah melaksanakan pekerjaan pemborongan sesuai dengan kontrak, rencana kerja dan syarat-syarat yang telah ditetapkan dalam gambar rencana proyek (bestek) dan apabila kontraktor bangunan tidak mengerjakan bangunan sesuai dengan yang telah ditentukan, maka ia harus bertanggung jawab atas hasil pemborongan bangunan.

  Penyimpangan terhadap gambar rencana proyek (bestek) dalam perjanjian kontrak kerja bangunan, bisa dikarenakan penggunana bahan- bahan material yang tidak sesuai, sehingga kualitas bangunan yang didirikan tidak sesuai dengan rencana kerja dan syarat-syarat dalam gambar rencana proyek (bestek), hal ini bisa dilakukan oleh pemberi kerja dan kontraktor.

  Pelaksanaan pekerjaan pemborongan yang tidak sesuai dengan gambar rencana proyek (bestek) adalah kasus yang cukup banyak terjadi dalam praktek pemborongan. Hal ini dikarenakan beberapa faktor kenaikan bahan-bahan material yang dipergunakan dalam pembangunan Pelaksanaan pekerjaan pemborongan yang tidak sesuai dengan gambar rencana proyek (bestek) adalah kasus yang cukup banyak terjadi dalam praktek pemborongan. Hal ini dikarenakan beberapa faktor kenaikan bahan-bahan material yang dipergunakan dalam pembangunan

  4. Tidak menyerahkan dokumen – dokumen administratif.

  Pihak pemberi kerja (beneficiary) dapat menyatakan pihak kontraktor wanprestasi apabila tidak memenuhi prestasi yang telah disepakati oleh kedua belah pihak yang tertuang dalam perjanjian pemborongan. Wanprestasi dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi dapat terjadi apabila pihak kontraktor tidak memberikan dokumen – dokumen yang berhubungan dengan pelaksanaan proyek kerja kepada pemberi kerja.

  Penyerahan jaminan pelaksanaan (performance bond) kerap kali menjadi wanprestasi pihak kontraktor atas perjanjian pemborongan. Jaminan pelaksanaan harus diserahkan kepada pihak pemberi kerja sebelum penandatanganan perjanjiankontrak dan dalam hal kontraktor tidak bersedia untuk menyerahkannya sebelum penandatanganan perjanjiankontrak, kontraktor dianggap mengundurkan diri serta jaminan penawaran (tender bond) dicairkan dan menjadi milik pihak

  pemberi 115 kerjaPemerintah (beneficiary).

  Wawancara dengan Slamet Basuki selaku kontraktor umum GAPEKSINDO (Gabungan

  Pengusaha Konstruksi Indonesia), tanggal 29 April 2017, pukul 12.00 WIB.