Definisi Kecanduan Media Sosial
2.4.1 Definisi Kecanduan Media Sosial
Kecanduan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kejangkitan suatu kegemaran (hingga lupa hal-hal yg lain): kelihatan menonjol ~ nya pd segala macam permainan : banyak pemuda yg sudah ~ morfin. Menurut Hovart (1989), kecanduan tidak hanya terhadap zat saja tapi juga aktivitas tertentu yang dilakukan berulang-ulang dan menimbulkan dampak negatif. Griffiths (Essau, 2008) menyatakan bahwa kecanduan merupakan aspek perilaku yang kompulsif, adanya ketergantungan, dan kurangnya kontrol. Cooper (2000) berpendapat bahwa kecanduan merupakan perilaku ketergantungan pada suatu hal yang disenangi. Individu biasanya secara otomatis akan melakukan apa yang disenangi pada kesempatan yang ada. Orang dikatakan kecanduan apabila dalam satu hari melakukan kegiatan yang sama sebanyak lima kali atau lebih. Kecanduan merupakan kondisi terikat pada kebiasaan yang sangat kuat dan tidak mampu lepas dari keadaan itu, individu kurang mampu mengontrol dirinya sendiri untuk melakukan kegiatan tertentu yang disenangi. Seseorang yang kecanduan merasa terhukum apabila tak memenuhi hasrat kebiasaannya.
Kecanduan media sosial atau sering di sebut sebagai media sosial sedang melanda berbagai belahan dunia baik di usia remaja ataupun dewasa. Media sosial membawa banyak pengaruh pada perilaku manusia, baik juga buruk. Salah satu efek buruknya adalah pengguna mulai kecanduan media sosial seperti Twitter maupun Facebook. Salah satu contohnya adalah kita sering melihat orang yang duduk di satu meja saling sibuk sendiri dengan gadget mereka masing-masing. Tetapi ada juga dampak baiknya, yaitu kita jadi cepat mengetahui berita yang datangnya dari luar negeri dengan mudah.
Dari riset dan survei yang mereka kerjakan terhadap sejumlah responden tentang media sosial , TotalDUI memperoleh beberapa fakta mencengangkan tentang hal ini. Salah satunya adalah tentang penggunaan media sosial. 50% lebih responden mengaku bahwa mereka mengunjungi situs media sosial setiap hari. Sebagian besar dari mereka juga mengaku bahwa situs media sosial adalah hal yang positif sehingga mengunjunginya dengan frekuensi yang cukup tinggi bukanlah sebuah masalah. 50% di antara mereka, misalnya, mengatakan bahwa media sosial membantu mereka menemukan teman baru, sementara 30% lainnya mengaku bahwa dengan mengunjungi situs media sosial, mereka seperti sedang berinteraksi sosial seperti pada umumnya.
Di lain pihak, 4 dari 5 pelajar di Amerika mengaku tidak nyaman jika dalam sehari mereka terputus dari dunia media sosial. Banyak dari mereka juga tidak mampu untuk tidak menggunakan media sosial selama 24 jam penuh. Mereka mengaku merasa depresi, bingung, gelisah, panik, bahkan kesepian jika tidak memakai media sosial dalam sehari.
Hal lain yang mengejutkan adalah banyak responden yakin bahwa menahan diri untuk tidak mengirim pesan tweet itu jauh lebih susah daripada berhenti merokok atau mengonsumsi alkohol. Ini didasarkan pada fakta bahwa mengirim pesan tweet tidak membutuhkan biaya ekonomis sehingga rasanya sayang jika tidak mengirim pesan tweet dalam sehari. Sebagian dari mereka yang mengaku kecanduan media sosial juga kecanduan menggunakan gadget seperti ponsel atau laptop, karena keduanya menjadi sarana untuk terhubung ke media sosial.
Gambar 2.22 Perkiraan jumlah pengguna media sosial yang aktif adalah 2.03 miliar dengan penetrasi global 28%.
Gambar 2.23 Kecanduan media sosial lebih banyak 350x daripada kecanduan merokok
Gambar 2.24 Temuan riset Microsoft menunjukkan kebiasaan menggunakan media sosial di pekerja AS adalah rata-rata pekerja mengakses Facebook adalah 405 menit per bulan atau hampir tujuh jam. Sementara waktu rata- rata untuk mengakses Twitter 89 menit per bulan, lebih dari 1 jam.