Mekanisme Penerapan Hukum

Bagan 2. Mekanisme Penerapan Hukum

Penjelasan:

1. Adanya laporan atau pengaduan dari masyarakat bahwa telah terjadi tindak pidana

2. Korban dipanggil untuk memberikan keterangan, dalam hal ini penyelidik menganalisa apakah betul merupakan tindak pidana atau bukan tindak pidana

3. Jika benar maka penyelidikan dilanjutkan dan jika salah penyelidikan dihentikan

4. Jika benar merupakan tindak pidana maka penyelidik melakukan pengumpulan bukti-bukti tindak pidana

62 Hasil wawancara dengan Iptu. Junaidi, S.H. selaku KBO Reskrim Kepolisian Resor Banyumas pada tanggal 20 Mei 2014.

5. Setelah penyelidik selesai malakukan LIDIK, kemudian laporan hasil penyelidikan

6. Kemudian setelah penyampaian laporan hasil penyelidikan dikeluarkan SP2HP (Surat Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyelidikan)

7. Setelah dikeluarkan SP2HP (Surat Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyelidikan) penyidik mulai menerapkan pasal terhadap tindak pidana yang dilaporkan atau diadukan

8. Langkah selanjutnya setelah penerapan pasal dilanjtkan dengan selidik guna mendalam tindak pidana yang terjadi.

Kepolisian Resor Banyumas didalam melakukan proses penyelidikan dan penyidikan tindak pdana pencemaran nama baik melalui jaringan internet menggunakan unsur-unsur tindak pidana pencemaran nama baik menurut ketentuan Pasal 310 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

Unsur-unsur Pasal 310 ayat (1) KUHP, dibagi dua yaitu unsur objektif dan unsur subjektif.

1. Unsur-Unsur Objektif:

a. Barangsiapa;

b. Menyerang kehormatan atau nama baik ”seseorang”;

c. Dengan menuduhkan suatu hal.

2. Unsur Subjektif: 2. Unsur Subjektif:

b. Dengan sengaja (opzettelijk);

Pencemaran nama baik secara tertulis, Pasal 310 ayat (2) KUHP mengenai pencemaran tertulis, Jika hal itu dilakukan dengan tulisan atau gambaran yang disiarkan, dipertunjukkan atau ditempelkan di muka umum, maka yang bersalah, karena pencemaran tertulis, diancam pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau denda paling banyak tiga ratus rupiah. Istilah “menista secara tertulis” oleh beberapa pakar dipergunakan istilah “menista dengan tulisan”. Perbedaan tersebut disebabkan pilihan kata-kata untuk menerjemahkan yakni kata smaadschrift yang dapat diterjemahkan dengan kata- kata yang bersamaan atau hampir bersamaan. Berdasarkan rumusan diatas maka menista dan menista dengan tulisan mempunyai unsur-unsur yang sama, bedanya adalah bahwa menista dengan tulisan dilakukan dengan tulisan atau gambar sedangkan unsur-unsur lainnya tidak berbeda. Unsur-unsur tersebut yaitu:

a) Barangsiapa;

b) Dengan sengaja

c) Menyerang kehormatan atau nama baik ”seseorang”;

d) Dengan tulisan atau gambar yang disiarkan;

e) Dipertunjukkan pada umum atau ditempelkan. Sebagai salah satu contoh kasus yang sedang ditangani oleh Kepolisian

Resor Banyumas terkait tindak pidana pencemaran nama baik melalui jaringan

internet di wilayah Banyumas adalah kasus tindak pidana pencemaran nama baik melaui jaringan internet yang dialami oleh Media Cetak dengan pelaku yaitu akun Facebook Menuju Zoon Politicon yang belum diketahui siapa pemilik akun Facebook tersebut. Dalam pengaduannya bahwa pihak Media Cetak SP merasa dirugikan karena postingan didalam Group Facebook Menuju Pemilukada Banyumas yang pada intinya berisi bahwa Media Cetak SP telah di beli oleh salah satu calon bupati. Saudara YD selaku pimpinan dari Media Cetak SP merasa institusi yang dipimpinnya telah dicemarkan nama baik, akibat dari pencemaran nama baik yang dilakukan oleh Akun Facebook tersebut Media Cetak SP mengalami kerugian imateril, dikawatirkan bahwa dengan adanya postingan tersebut akan membuat orang-orang menjadi enggan memasang iklan di Media Cetak SP. Atas dasar perbuatan yang dilakukan oleh Akun Mengkritisi Zoon Politicon, Saudara YD selaku pimpinan dari Media Cetak SP melaporkan kejadian tersebut melaporkan ke Kepolisian Resor Banyumas.

Dalam kasus tersebut pelapor mengadukan tindak pidana pencemaran nama baik melalui jaringan internet dengan melapirkan bukti-bukti yaitu:

a. Print screen dari situs jejaring sosial facebook yang berisi muatan pencemaran nama baik

b. Saksi yang melihat postingan pada Group Menuju Pemilukada Banyumas

c. Undang-undang No 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

Dalam proses penyidikan, penyidik Kepolisian Resor Banyumas terkandala oleh identitas terlapor dikarenakan terlapor merupakan Akun Jejaring Sosial Facebook yang benama Mengkritisi Zoon Politicon yang identitas pemilik akun tersebut tidak diketahui, dalam hal ini penyidik Kepolisian Resor Banyumas tidak bisa melakukan pemanggilan terhadap terlapor.

Dalam rangka penegakan hukum tindak pidana pencemaran nama baik melalui jaringan internet, kepolisian resor Banyumas melakukan upaya-upaya sebagai berikut:

1. Upaya preventif, Usaha preventif ini menitik beratkan pada unsur pencegahan, artinya usaha penanggulangan yang dilakukan sebelum terjadinya tindak pidana pencemaran nama baik melalui jaringan internet di wilayah Banyumas. Kepolisian sebagai sebagai aparat penegak hukum di Indonesia memiliki tugas pelayanan publik yaitu dengan menjaga, melindungi dan mengayomi masyarakat. Dalam menjalankan tugasnya dilakukan dengan upaya preventif. Bentuk dari upaya ini, kepolisian resor banyumas melakukan sosialisasi terhadap masyarakat terkait Pasal 27 ayat (3) jo Pasal 45 Undang-undang No 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Dalam melakukan upaya ini kepolisian resor Banyumas mensosialisasikan Undang- undang No 11 Tahun 2008 melalui sarana media sosial yang terintegrasi oleh jaringan internet yaitu melalui akun Facebook

Kepolisian Resor Banyumas. Tujuan dari sosialisasi ini agar supaya masyarakat mengetahui dan/atau meningkatkan kesadaran hukum.

2. Upaya represif Upaya penegakan hukum setelah tindak pidana pencemaran nama baik melalui jaringan internet terjadi. Bentuk dari upaya ini aparat kepolisian menerima pengaduan dari masyarakat dan menindaklanjuti pengaduan tersebut dengan melakukan penyelidikan terhadap tindak pidana pencemaran nama baik melalui jaringan internet.

Kepolisian Resor Banyumas dalam penegakan hukum tindak pidana pencemaran nama baik melalui jaringan internet dilakukan dengan pendakatan penal maupun pendekatan non penal. Upaya represif, yaitu upaya penegakan hukum setelah tindak pidana pencemaran nama baik melalui jaringan internet terjadi. Pendekatan penal, bahwa aparat kepolisian menerima pengaduan dari masyarakat dan menindaklanjuti pengaduan tersebut dengan melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap dugaan tindak pidana pencemaran nama baik melalui jaringan internet. Pendekatan non penal, bahwa kepolisian resor Banyumas memberi kesempatan kepada tersangka dan korban untuk melakukan penyelesaian perselisihan di luar pengadilan dan/atau perdamaian. Dalam penyelesaian perselisihan diluar pengadilan, kepolisian dapat Kepolisian Resor Banyumas dalam penegakan hukum tindak pidana pencemaran nama baik melalui jaringan internet dilakukan dengan pendakatan penal maupun pendekatan non penal. Upaya represif, yaitu upaya penegakan hukum setelah tindak pidana pencemaran nama baik melalui jaringan internet terjadi. Pendekatan penal, bahwa aparat kepolisian menerima pengaduan dari masyarakat dan menindaklanjuti pengaduan tersebut dengan melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap dugaan tindak pidana pencemaran nama baik melalui jaringan internet. Pendekatan non penal, bahwa kepolisian resor Banyumas memberi kesempatan kepada tersangka dan korban untuk melakukan penyelesaian perselisihan di luar pengadilan dan/atau perdamaian. Dalam penyelesaian perselisihan diluar pengadilan, kepolisian dapat

Penegakan hukum tindak pidana pencemaran nama baik melalui jaringan internet yang dilakukan oleh kepolisian resor Banyumas, dalam upaya preventif kepolisian yang bertugas untuk melindungi, menjaga dan mengayomi masyarakat. sebagai aparat penegak hukum dalam rangka pencegahan terhadap tindak pidana pencemaran nama baik melalui jaringan internet di wilayah Banyumas dengan melakukan sosisalisasi Pasal 27 ayat (3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dilakukan melalui media jejaring sosial dan/atau media elektronik yang terintegrasi dengan jaringan internet dikarenakan tindak pidana pencemaran nama baik melalui jaringan internet banyak diketemukan dalam media online. Sosialisasi yang dilakukan melalui jejaring sosial oleh kepolisian resor Banyumas bertujuan agar pengguna jejaring sosial mengetahui bahwa pencemaran nama baik terdapat ketentuan pidana yaitu Ketentuan Pasal 310 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Ketentuan Pasal

27 ayat (3) Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik. Dalam upaya represif penegakan hukum tindak pidana pencemaran nama baik melalui jaringan internet menggunakan pendekatan penal maupun non penal. Pendekatan penal, Kepolisian resor Banyumas menerima pengaduan dari masyarakat dan menindak lanjuti pengaduan tersebut dengan melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap tindak pidana pencemaran nama baik melalui jaringan internet. Kepolisian resor Banyumas dalam penyelidikan 27 ayat (3) Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik. Dalam upaya represif penegakan hukum tindak pidana pencemaran nama baik melalui jaringan internet menggunakan pendekatan penal maupun non penal. Pendekatan penal, Kepolisian resor Banyumas menerima pengaduan dari masyarakat dan menindak lanjuti pengaduan tersebut dengan melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap tindak pidana pencemaran nama baik melalui jaringan internet. Kepolisian resor Banyumas dalam penyelidikan

Kepolisian Resor Banyumas dalam rangka penegakan hukum tindak pidana pencemaran nama baik melalui jaringan internet di wilayah Banyumas dilakukan melalui pendekatan penal namun tetap diupayakan mediasi bagi para pihak. Hal tersebut dikarenakan pencemaran nama baik merupakan delik aduan yang mana adanya tindak pidana berdasarkan ada pengaduan dari pihak yang merasa dirugikan. Mediasi oleh polisi dilakukan berdasarkan ketentuan Pasal 16 ayat (1) huruf 1 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia yang menyatakan:

“Dalam rangka menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dan 14 Kepolisian Negara Republik Indonesia di bidang proses pidana berwenang untuk mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.”

Menurut ketentuan Pasal 15 ayat (1) huruf b Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia menyatakan: “Dalam rangka menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 13 dan 14 Kepolisian Negara Republik Indonesia secara umum berwenang membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat mengganggu ketertiban umu m.”

Selain itu menurut ketentuan Pasal 18 ayat (1) Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia menyatakan: “Untuk kepentingan umum pejabat kepolisian Negara republic Indonesia

dalam melaksanakan tugas dan wewenagnya dapat bertindak menurut penilaiannya sendiri”

Kepolisian dalam menjalankan fungsi penegakan hukum pidana dapat melakukan tindakan-tindakan lain menurut hukum dan bertanggung jawab. Khususnya dalam penegakan hukum tindak pidana pencemaran nama baik melalui jaringan internet di wilayah Banyumas, karena pencemaran nama baik dan/atau penghinaan merupakan delik aduan dan Kepolisian Resor Banyumas tetap mengupayakan mediasi bagi para pihak.

Penegakan hukum tindak pidana pencemaran nama baik melalui jaringan internet oleh polisi dilakukan melalui pendekatan penal maupun non penal. Dalam proses penyelidikan terhadap kasus pencemaran nama baik melalui jaringan internet, kepolisian resor Bnayumas memberi kesempatan kepada para pihak untuk melakukan penyelesaian perselisihan diluar pengadilan dengan tujuan untuk mencapai kesepakatan perdamaian antara para pihak. Perdamaian tersebut dapat dilakukan diluar kepolisian resor Banyumas dan/atau di fasilitasi oleh kepolisian resor Banyumas.

Penegakan hukum tindak pidana pencemaran nama baik melalui jaringan internet akan terlaksana dengan baik apabila masyarakat mengerti apa yang menjadi hak dan kewajiban masyarakat menurut undang-undang. Semua itu akan tercapai apabila masyarakat mengimplementasikan apa yang tertulis didalam undang-undang pada diri setiap anggota masyarakat.

Kontribusi penegakan hukum tindak pidana pencemaran nama baik melalui jaringan internet oleh polisi terhadap hukum pidana, belum dapat dikatakan efektif. Kepolisian Resor Banyumas dalam penegakan hukum tindak pidana pencemaran nama baik melalui jaringan internet masih menggunakan pasal 310 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dikarenakan Undang-Undang Nomor

11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik tidak merumuskan secara eksplisit terkait pencemaran nama baik melalui jaringan internet. Maka dari itu Kepolisian Resor Banyumas menggunakan ketentuan didalam Pasal 310 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

Kepolisian dalam hal ini sebagai aparat penegak hukum di wilayah Banyumas, dalam melakukan penegakan hukum tindak pidana pencemaran nama baik melalui jaringan internet belum dikatakan maksimal dikarenakan terdapat beberapa faktor yang menjadi kendala penegakan hukum tindak pidana pencemaran nama baik melalui jaringan internet di wilayah Banyumas. Hal tersebut terlihat dalam memanangan kasus tindak pidana pencemaran nama baik melalui jaringan internet terkendala dengan sarana guna mengungkap identitas pelaku tindak pidana pencemaran nama baik. Selain itu tidak adanya unit khusus yang menangani khusus yaitu unit cybercrime di Kepolisian Resor Banyumas.

Dengan melihat persoalan-persoalan yang timbul dalam penegakan hukum tindak pidana pencemaran nama baik melalui jaringan internet, maka dari itu perlu adanya reformasi bagi hukum pidana khususnya yang mengatur tindak pidana pencemaran nama baik melalui jaringan internet. Perkembangan hukum pidana dewasa ini kurang memperhatikan dinamika sosial yang ada didalam Dengan melihat persoalan-persoalan yang timbul dalam penegakan hukum tindak pidana pencemaran nama baik melalui jaringan internet, maka dari itu perlu adanya reformasi bagi hukum pidana khususnya yang mengatur tindak pidana pencemaran nama baik melalui jaringan internet. Perkembangan hukum pidana dewasa ini kurang memperhatikan dinamika sosial yang ada didalam

B. FAKTOR

DAN MENUNJANG PENEGAKAN HUKUM TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK MELALUI JARINGAN INTERNET OLEH POLISI DI WILAYAH HUKUM POLRES BANYUMAS

YANG

MENGHAMBAT

Kemajuan teknologi tidak bisa kita hindari dalam kehidupan ini, karena kemajuan teknologi akan seimbang dengan berjalannya kemajuan ilmu pengetahuan. Setiap penemuan baru diciptakan untuk memberikan manfaat positif bagi kehidupan manusia agar mendapatkan suatu hal yang lebih mudah, serta sebagai cara baru dalam melakukan aktifitas manusia. Khusus dalam bidang teknologi masyarakat sudah menikmati banyak manfaat yang dibawa oleh penemuan-penemuan yang telah dihasilkan dalam dekade terakhir ini. Namun demikian, walaupun pada awalnya diciptakan untuk menghasilkan manfaat positif, di sisi lain juga juga memungkinkan digunakan untuk hal negatif. Pengaruh perkembangan teknologi bagi hukum pidana khususnya terkait pencmeran nama baik terdapat akses baru dalam tindak pidana penccemaran nama baik yakni melalui media elektronik yang terintegrasi oleh jaringan internet.

Satjipto Rahardjo didalam bukunya yang berjudul Hukum dan Masyarakat mengemukakan bahwa: 63

Perubahan dalam penerapan hasil-hasil teknologi modern dewasa ini banyak disebut-sebut sebagai salah satu sebab bagi terjadinya perubahan sosial. Dilemparkannya penemuan-penemuan baru dibidang teknologi tidak hanya memberikan tambahan kekayaan kebudayaan material melainkan juga menimbulkan kebutuhan untuk melakukan penyesuaian kepada pengguna hasil teknologi yang baru tersebut.

Perkembangan teknologi yang dari waktu-kewaktu yang semakin maju memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk beraktivitas didalam kehidupan seharai-hari. Perlu diketahui teknologi informatika khususnya terintergrasi dengan jaringan internet dewasa ini sudah membudaya pada lingkungan masyarakat bahkan sudah menjadi kebutuhan masyarakat. Akan tetapi teknologi ini menjadi hal mengkawatirkan jika masyarakat tidak dapat mengendalikan dan mengelola teknologi dengan baik, sehingga timbul persoalan salah satunya adalah pencemaran nama baik melalui jaringan internet. Pencemaran nama baik/penghinaan dewasa ini dilakukan melalui situs jejaring sosial seperti facebook, twiterr dan masih banyak situs jejaring sosial lainnya. Memang pada kenyataannya teknologi internet dapat disebut sebagai dunia tanpa batas dikarenakan melalui media teknologi internet seseorang dapat mengakses informasi apapun melalui jaringan internet.

Fenomenan-fenomena dalam penggunaan teknologi jaringan internet dewasa ini menjadi tantangan baru bagi penegakan hukum di Indonesia khususnya

63 Satjipto Rahardjo, Op. Cit., hlm 96.

penegakan hukum tindak pidana pencemaran nama baik yang sekarang berkembang akses melalui jaringan internet.

Berdasarkan hasil penelitian penulis terhadap informan bahwa dalam penegakan hukum tindak pidana pencemaran nama baik melalui jaringan internet oleh polisi. Terdapat faktor-faktor yang menghambat dan menunjang penegakan hukum tindak pidana pencemaran nama baik melalui jaringan internet, yaitu:

1. Faktor Yang Menghambat Penegakan Hukum

a. Penegak hukum Kendala-kendala penegakan hukum yang muncul dari faktor

penegak hukum muncul ketika ada pengaduan yang mengadukan bahwa telah terjadi tindak pidana pencemaran nama baik melalui jaringan internet, dalam pengaduannya seseoran mengadukan bahwa yang menjadi terlapor adalan sebuah akun jejaring sosial yang indentitasnya tidak diketahui. Hal ini menjadi faktor menghambat bagi aparat penegak hukum dalam penegakan hukum tindak pidana pencemaran nama baik melalui jaringan internet. Dari segi kompetensi aparat penegak hukum di bidang komputer mengakibatkan teknis penyelidikan dan penyidikan menjadi hambatan dalam penegakan hukum tindak pidana pencemaran nama baik melalui jaringan internet. maka dapat disimpulkan bahwa kurang kemampuan dan kompetensi aparat penegak hukum dalam pengusaan ilmu teknologi informati khususnya yang terintegrasi dengan jaringan internet menjadi hambatan dalam penegak hukum muncul ketika ada pengaduan yang mengadukan bahwa telah terjadi tindak pidana pencemaran nama baik melalui jaringan internet, dalam pengaduannya seseoran mengadukan bahwa yang menjadi terlapor adalan sebuah akun jejaring sosial yang indentitasnya tidak diketahui. Hal ini menjadi faktor menghambat bagi aparat penegak hukum dalam penegakan hukum tindak pidana pencemaran nama baik melalui jaringan internet. Dari segi kompetensi aparat penegak hukum di bidang komputer mengakibatkan teknis penyelidikan dan penyidikan menjadi hambatan dalam penegakan hukum tindak pidana pencemaran nama baik melalui jaringan internet. maka dapat disimpulkan bahwa kurang kemampuan dan kompetensi aparat penegak hukum dalam pengusaan ilmu teknologi informati khususnya yang terintegrasi dengan jaringan internet menjadi hambatan dalam

b. Kurangnya Sarana dan fasilitas Sarana dan fasilitas merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi penagakan hukum karene tanpa adanya sarana atau fasilitas tertentu, maka tidak mungkin penegakan hukum akan berlangsung dengan lancar. Sarana atau fasilitas tersebut, antara lain, mencakup tenaga manusia yang berpendidikan dan terampil, organisasi yang baik, peralatan yang memadai, keuangan yang cukup.

Dalam hal sarana dan fasilitas didalam penegakan hukum tindak pidana pencmeran nama baik melalui jaringan internet di wilayah Kabupaten Banyumas, Kepolisian Resor Banyumas belum memiliki unit khusus yang menangani tindak pidana yang dilakukan melalui jaringan internet. Unit khusus yang dimaksud adalah Unit Cybercrime terdapat di Kepolisian Darerah Jateng sehingga didalam melakasanakan fungsinya sebagai aparat penegak hukum terkendala dengan kasus yang menggunakan jaringan internet aparat penegak hukum Kepolisian Resor Banyumas harus meminta bantuan ke Unit Khusus yang berada di Kepolisian Daerah Jawa Tengah.

c. Kurangnya kesadaran hukum masyarakat Kurangnya kesadaran hukum masyarakat menjadi

permasalahan yang sangat kompleks bagi penegakan hukum di Indonesia. Kesadaran hukum adalah kesadaran yang ada pada setiap manusia tentang apa hukum itu atau apa seharusnya hukum itu, suatu kategori tertentu dari hidup kejiwaan kita dengan mana kita membedakan antara hukum dan tidak hukum (onrecht), antara yang seyogyanya dilakukan dan tidak seyogyanya dilakukan.

2. Faktor Yang Menunjang Penegakan Hukum

a. Keterangan Saksi Keterangan saksi dalam tindak pidana pencemaran nama baik

melalui jaringan internet sangatlah penting khususnya dalam hal mengunggkap identitas pelaku tindak pidana pencemaran nama baik melalui jairngan internet dan didalam proses pembuktikan diperlukan keterangan dari saksi ahli guna keabsaahan alat bukti.

Berdasarkan hasil wawancara dalam matrik 4, dapat disimpulkan bahwa rendahnya kesadaran hukum masyarakat dapat menghambat penegakan hukum di Indonesia. Dalam hal ini masyarakat mengetahui bahwa penhinaan/pencemaran nama baik telah di atur didalam Undang-Undang No 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik akan tetapi masyarakat tetap saja melakukan penghinaan/pencemaran nama baik. Permasalahan yang timbaul didalam Berdasarkan hasil wawancara dalam matrik 4, dapat disimpulkan bahwa rendahnya kesadaran hukum masyarakat dapat menghambat penegakan hukum di Indonesia. Dalam hal ini masyarakat mengetahui bahwa penhinaan/pencemaran nama baik telah di atur didalam Undang-Undang No 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik akan tetapi masyarakat tetap saja melakukan penghinaan/pencemaran nama baik. Permasalahan yang timbaul didalam