PENEGAKAN HUKUM TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK MELALUI JARINGAN INTERNET OLEH POLISI DI WILAYAH HUKUM POLRES BANYUMAS

A. PENEGAKAN HUKUM TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK MELALUI JARINGAN INTERNET OLEH POLISI DI WILAYAH HUKUM POLRES BANYUMAS

Dalam rangka perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, maka dalam Perubahan Keempat pada tahun 2002, konsepsi Negara Hukum atau “Rechtsstaat” yang sebelumnya hanya tercantum dalam Penjelasan UUD 1945, dirumuskan dengan tegas dalam Pasal 1 ayat (3) yang menyat akan, “Negara Indonesia adalah Negara Hukum.” Dalam konsep Negara Hukum itu, diidealkan bahwa yang harus dijadikan panglima dalam dinamika kehidupan kenegaraan adalah hukum, bukan politik ataupun ekonomi. Karena itu, jargon yang biasa digunakan dalam bahasa Inggeris untuk menyebut prinsip Negara Hukum adalah ‘the rule of law, not of man’. Yang disebut pemerintahan pada pokoknya adalah hukum sebagai sistem, bukan orang per orang yang hanya bertindak sebagai ‘wayang’ dari skenario sistem yang mengaturnya. 48

Adanya pengakuan normatif dan empirik akan prinsip supremasi hukum, yaitu bahwa semua masalah diselesaikan dengan hukum sebagai pedoman tertinggi Dalam perspektif supremasi hukum (supremacy of law), pada hakikatnya pemimpin tertinggi negara yang sesungguhnya, bukanlah manusia, tetapi

48 http://www.jimly.com/makalah/namafile/135/Konsep_Negara_Hukum_Indonesia.pdf diakses 15 Mei 2014, 11.00 WIB.

konstitusi yang mencerminkan hukum yang tertinggi. Pengakuan normative mengenai supremasi hukum adalah pengakuan yang tercermin dalam perumusan hukum dan/atau konstitusi, sedangkan pengakuan empirik adalah pengakuan yang tercermin dalam perilaku sebagian terbesar masyarakatnya bahwa hukum itu memang ‘supreme’.

Hukum adalah sarana untuk mencapai tujuan yang diidealkan bersama. Cita-cita hukum itu sendiri, baik yang dilembagakan melalui gagasan negara demokrasi (democracy) maupun yang diwujudkan melalaui gagasan negara hukum (nomocrasy) dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan umum. Bahkan sebagaimana cita-cita nasional Indonesia yang dirumuskan dalam Pembukaan UUD 1945, tujuan bangsa Indonesia bernegara adalah dalam rangka melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Negara Hukum berfungsi sebagai sarana untuk mewujudkan dan mencapai keempat tujuan bernegara Indonesia itu. Dengan demikian, pembangunan negara Indonesia tidak terjebak menjadi sekedar ‘rule-driven’, melainkan ‘mission driven’, yang didasarkan atas aturan hukum.

Penegakan hukum merupakan hal yang sangat penting dalam upaya menegakan hukum didalam suatu negara, dikarenakan oleh adanya hukum dan/atau undang-undang yang bagus sekalipun tidak menjamin tegaknya hukum Penegakan hukum merupakan hal yang sangat penting dalam upaya menegakan hukum didalam suatu negara, dikarenakan oleh adanya hukum dan/atau undang-undang yang bagus sekalipun tidak menjamin tegaknya hukum

“Penegakan hukum adalah keseluruhan kegiatan dari para pelaksana penegak hukum ke arah tegaknya hukum, keadilan, dan perlindungan terhadap harkat dan martabat manusia, ketertiban, ketentraman dan kepastian hukum sesuai dengan Undang- Undang Dasar 1945”

Definisi pencemaran nama baik tidak diatur secara jelas di dalam Undang-Undang No 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, dalam Undang-Undang No 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik pencemaran nama baik diatur dalam pasal 27 ayat (3) bahwa:

“Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik”

Sedangkan ketentuan pidana tindak pidana pencemaran nama baik menurut Undang-Undang No 11 Tahun 2008 diatur dalam pasal 45 ayat (1) bahwa:

“Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal

27 ayat (1), ayat (2), ayat (3), atau ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).”

R Soesilo 50 menerangkan bahwa, “menghina” adalah “menyerang kehormatan dan nama bai k seseorang”. Yang diserang ini biasanya merasa “malu” “Kehormatan” yang diserang di sini hanya mengenai kehormatan tentang “nama baik”, bukan “kehormatan” dalam lapangan seksuil, kehormatan yang dapat

49 Barda Nawawi, Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan dan Pengembangan Hukum Pidana, Citra Aditya Bhakti, Bandung, 2005, hlm 8.

50 R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Politea, Bogor, 1996, hlm. 225.

dicemarkan karena tersinggung anggota kemaluannya dalam lingkungan nafsu birahi kelamin. Pada prinsipnya, mengenai pencemaran nama baik diatur dalam KUHP, Bab XVI tentang Penghinaan yang termuat dalam Pasal 310 s.d 342 KUHP.

Pencemaran nama baik melalui jaringan internet dalam perkembangannya sudah dapat dikategorikan sebagai kejahatan yang mengkawatirkan. Dengan munculnya teknologi-teknologi modern salah satunya adalah jaringan internet yang mana melalui jaringan internet seseorang dapat melakukan aktivitas tanpa merasa kesulitan apapun. Salah satu contoh manusia sebagai mahluk sosial memerlukan interaksi dalam kehidupan sehari-hari karena manusia tidak dapat hidup sendiri, menggunakan jaringan internet manusia dapat berkomunikasi dengan sesamanya dengan mudah dan biaya murah.

Manusia sebagai pengguna jaringan internet perlu memperhatikan etika dan moral dalam beraktivitas menggunakan jaringan internet, karena tidak menutup kemungkinan manusia dalam menggunakan jaringan internet tidak memerhatikan etika dan moral sehingga dapat merugikan orang lain. Oleh karena itu dalam menggunakan jaringan internet perlu adanya batasan dan/atau ketententuan yang mengatur dalam beraktivitas menggunakan jaringan internet.

Ketentuan yang mengatur tindak pidana pencemaran nama baik sudah diatur didalam Kitah Undang-Undang Hukum Pidana tentang Penghinaan yang termuat dalam Pasal 310 s.d 342 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Selain ketentuan didalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana juga terdapat ketentuan lain yang mengatur tindak pidana pencemaran nama baik yaitu Pasal 27 ayat (3) Ketentuan yang mengatur tindak pidana pencemaran nama baik sudah diatur didalam Kitah Undang-Undang Hukum Pidana tentang Penghinaan yang termuat dalam Pasal 310 s.d 342 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Selain ketentuan didalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana juga terdapat ketentuan lain yang mengatur tindak pidana pencemaran nama baik yaitu Pasal 27 ayat (3)

Secara khusus tindak pidana pencemaran nama baik melalui jaringan internet diatur dalam pasal 27 ayat (3) jo Pasal 45 (1) Undang-Undang No 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Dalam Undang-Undang No 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik memang tidak di rumuskan apa itu pencemaran nama baik.

Pencemaran nama baik dikenal juga istilah penghinaan, yang pada dasarnya adalah menyerang nama baik dan kehormatan seseorang yang bukan dalam arti seksual sehingga orang itu merasa dirugikan. Kehormatan dan nama baik memiliki pengertian yang berbeda, tetapi keduanya tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain, karena menyerang kehormatan akan berakibat kehormatan dan nama baiknya tercemar, demikian juga menyerang nama baik akan berakibat nama baik dan kehormatan seseorang dapat tercemar. Oleh sebab itu, menyerang salah satu diantara kehormatan atau nama baik sudah cukup dijadikan alasan untuk menuduh seseorang telah melakukan penghinaan.

Diundangkannya Undang-Undang No 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik merupakan suatu bentuk upaya pemerintah menanggulangi perkembangan tindak pidana pencemaran nama baik yang dalam perkembangannya menggunakan sarana jaringan internet. Dalam undang-undang tersebut terdapat ketentuan yang diatur sebelumnya dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana sehingga terdapat pengkriminilisasikan terhadap tindakan tertentu terkait dengan pencemaran nama baik yang dilakukan melalui jaringan internet.

Terdapat beberapa kriteria perlunya suatu perbuatan di kriminilisasikan, antara lain: 51

a. Tujuan pembangunan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat adil makmur secara material dan spritual berdasarkan Pancasila. Sehubungan dengan ini maka (penggunaan hukum) pidana bertujuan untuk menanggulangi kejahatan dan mengadakan pengugeran terhadap tindakan penanggulangan itu sendiri, demi kesejahteraan dan pengayoman masyarakat.

b. Perbuatan yang diusahakan untuk dicegah atau ditanggulangi dengan hukum pidana harus merupakan perbuatan yang tidak dikehendaki, tidak disukai atau dibenci oleh warga msyarakat yaitu perbuatan yang merugikan atau dapat merugikan, mendatangkan korban atau dapat mendatangkan korban. Selain itu harus pula dipertimbangkan sejauh mana perbuatan-perbuatan tersebut bertentangan dengan nilai-nilai fundamental yang berlaku dalam masyarakat.

c. Perhitungan prinsip biaya dan hasil dari penggunaan hukum pidana tersebut, yaitu apakah biaya mengkriminalisasi seimbang dengan hasil yang akan dicapai.

d. Kapasitas atau kemampuan daya kerja dari badan-badan penegak hukum, yaitu jangan sampai ada kelampauan beban tugas dan keseimbangan sarana-sarana yang digunakan dalam hubungannya dengan hasil-hasil yang ingin dicapai.

e. Pengaruh sosial dari kriminalisasi dan deskriminalisasi.

Penegakan hukum tindak pidana pencemaran nama baik melalui jaringan internet yang dilakukan oleh aparat penegak hukum, dalam hal ini adalah polisi. Akan tetapi ketentuan yang mengenai tugas dan kewenangan tidak dirumuskan secara eksplisit dalam peraturan perundang-undangan yang terkait dengan instansi kepolisian. Ketentuan mengenai tugas penegakan hukum oleh polisi dirumuskan secara eksplisit dalam Undang-Undang No 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia.

51 Wisnubroto, Kebijakan Hukum Pidana dalam Penanggulangan Penyalahgunaan Komputer, Cetakan Pertama, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Yogyakarta, 1999, hlm 16.

Pasal 13 Undang-Undang No 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia berbunyi sebagai berikut: “Tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah:

a) Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat;

b) Menegakan hukum; dan

c) Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.”

Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

a. Ditinjau dari sudut subyeknya, penegakan huukum itu dapat dilakukan oleh subjek yang luas dan dapat pula diartikan sebagai upaya penegakan hukum oleh subjek dalam arti yang terbatas atau sempit:  Dalam arti luas, proses penegakan hukum itu melibatkan semua

subjek hukum dalam setiap hubungan hukum. Siapa saja yang menjalankan aturan normatif atau melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu dengan mendasarkan diri pada norma aturan hukum yang berlaku, berarti dia menjalankan atau menegakan aturan hukum.

 Dalam arti sempit, dari segi subjeknya itu, penegakan hukum itu hanya diartikan sebagai upaya aparatur penegakan hukum tertentu untuk menjamin dan memastikan bahwa suatu aturan hukum berjalan sebagaimana seharusnya. Dalam memastikan tegaknya  Dalam arti sempit, dari segi subjeknya itu, penegakan hukum itu hanya diartikan sebagai upaya aparatur penegakan hukum tertentu untuk menjamin dan memastikan bahwa suatu aturan hukum berjalan sebagaimana seharusnya. Dalam memastikan tegaknya

b. Ditinjau dari sudut obyeknya, yaitu dari segi hukumnya. Dalam hal ini, pengertiannya juga mencakup makna yang luas dan sempit:

 Dalam arti luas, penegakan hukum itu mencakup pula nilai-nilai keadilan yang terkandung didalamnya bunyi aturan formal maupun

nilai-nilai keadilan yang hidup dalam masyarakat.  Dalm arti sempit, penegakan humum itu hanya menyangkut

penegakan peraturan yang formal dan tertulis saja.

Dengan uraian diatas jelaslah kiranya bahwa yang dimaksud dengan penegakan hukum itu kurang lebih merupakan upaya yang dilakukan untuk menjadikan hukum baik dalam arti formil yang sempit maupun dalam arti materiel yang luas, sebagai pedoman perilaku dalam setiap perbuatan hukum, baik oleh para subjek hukum yang bersangkutan maupun oleh aparatur penegakan hukum yang resmi diberi tugas dan kewenangan oleh undang-undang untuk menjamin berfungsinya norma-norma hukum yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Menurut Soerjono Soekanto terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi penegakan hukum, dimana fantor-faktor tersebut memiliki arti yang netral, sehingga dampak positif atau negatifnya terletak pada isi dari faktor tersebut. Faktor-faktor yang dimaksud yaitu: 52

52 Soerjono Soekanto, 2011, Op.Cit., hlm 8.

1. Faktor hukumnya sendiri peraturan perundang-undangan

2. Faktor penegak hukum, yaitu pihak-pihak yang membentuk maupun menerapkan hokum

3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hokum

4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau diterapkan

5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta, dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup

Berdasarkan kelima faktor tersebut, maka untuk mengetahui penegakan hukum terhadap tindak pidana pencemaran nama baik melalui jaringan internet di wilayah hukum Polres Banyumas. Penulis akan menggunakan faktor-faktor tersebut sebagai parameter:

1. Peraturan Perundang-undangan

Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 2 Undang-Undang No 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, yang dimaksud dengan perundang-undangan adalah Peraturan Perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam Peraturan Perundang-undangan.

Sedangkan untuk undang-undang menurut ketentuan Pasal 1 angka 3 Undang-Undang No 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan diartikan bahwa Undang-Undang adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan persetujuan bersama Presiden.

Pengaruh faktor peraturan perundang-undangan dalam penegakan hukum tindak pidana pencemaran nama baik melalui jaringan internet sangatlah penting. Dengan adanya peraturan perundang-undangan sebagai jaminan bagi masyarakat dalam memenuhi hak asasinya yang sering kali diganggu oleh masyarakat lainnya. Selain itu dengan adanya peraturan perundang-undangan sebagai wujud terlaksanakannya daripada tujuan hukum. Tujuan hukum itu sendiri dapat dikaji melalui tiga teori, yaitu

a. Teori Keadilan (Teori Etis) → Aristoteles Yaitu sudut pandangnnya yang menyatakan bahwa hukum itu bertujuan semata-mata untuk mencapai keadilan antara warga masyarakat. Yang pertama kali menganut teori ini adalah Aristoteles yang terkenal dengan “Teori Etis” yang dikemukakannya dalam buku Ethica Nieo Macheis dan Reterico. Ia mengajarkan bahwa tugas hukum adalah memberikan keadilan pada warga masyarakat. Adapun pengertian keadilan menurut Aristoteles ialah memberikan pada setiap orang apa yang semestinya diterimanya. Untuk itu Aristoteles membagi keadian atas 2 macam, yaitu: 

Keadilan Distributif Suatu keadilan yang memberijatah/ imbalan sesuai dengan apa yang telah dilakukan/ diberikan/ prestasi/jasanya. Hal ini banyak berlaku dilapangan hukum publik.

 Keadilan Kumulatif

Suatu keadilan yang memberikan jatah/ imbalan sama banyak terhadap tiap-tiap orang dengan tidak mengingat jasa-jasa/ prestasi perseorangannya. Konsep ini banyak berlaku dilapangan hukum perdata.

b. Teori Utiity (Kemanafaatan) → Jeremy Bentham Teori utility/ kemanfaatan ini yaitu Jeremy Bentham yang terkenal dengan teori utilitisnya (kegunaan) berpendapat bahwa hukum itu harus memberikan kemanfaatan yang sebesar-besarnya bagi masyarakat luas. Jadi hukum itu bisa saja mengorbankan kepentingan individu/perorangan asalkan kepentingan masyarakat luas terpenuhi. Misalnya, sebuah rumah dan tanahnya terletak ditengah-tengah pertemuan 2 jalan. Jika rumah ini dipindahkan ke lokasi lain, jalanan bisa tersambung dan bisa dilalui yang berakibat kemanfaatan masyarakat luas terpenuhi, tetapi disisi lain si pemilik rumah merasa dirugikan/dikorbankan karena rumah dan tanahnya dipindahkan ke lokasi lain yang tidak stategis.

c. Kepastian Hukum (Yuridis Formal) → Van Kan Yang menganut pertama kali teori ini adalah Kan Van dengan mengatakan bahwa hukum itu bertujuan untuk menjaga kepentingan tiap manusia/orang sehingga tidak dapat diganggu. Jadi meskipun aturan atau pelaksana hukum terasa tidak adil dan tidak memberi manfaat yang sebesar- besarnya bagi masyarakat banyak tidak menjadi masalah asalkan kepastian hukum terwujud.

Untuk mengetahi pengaruh faktor undang-undang dalam penegakan hukum tindak pidana pencemaran nama baik memalui jaringan internet di wilayah Banyumas, penulis telah mewawancari beberapa informan yang dalam kapasitas melaksanakan penegakan hukum di wilayah Banyumas dalam bentuk matrik dibawah ini:

Matrik 1: Pengaruh Faktor Undang-Undang Dalam Penegakan

Hukum Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik Melalui Jaringan Internet di Wilayah Kabupaten Banyumas

No Nama Informan

Hasil Wawancara

Tema

Implikasi

1 Iptu. Junaidi, S.H. Ada Undang-undang No Faktor mempengaruhi (KBO Reskrim)

11 Tahun 2008 tentang internal Informasi dan Transaksi Elektronik

yang

sanksinya lebih tegas dari pada KUHP, akan tetapi dalam prakteknya hakim dalam memutus perkara

jaringan internet jauh dari sanksi pidana seperti dalam Pasal 27 ayat (3) jo Pasal 45 Undang- Undang No 11 Tahun

2008 Penyidik

Mempengaruhi menggunakan pasal 310 internal

biasanya Faktor

Pasal dalam Undang- Undang No 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik tidak mengatur secara jelas terkait penahanan terhadap tersangka.

Sumber: Data primer yang telah diolah

Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari informan yang semuanya adalah anggota Kepolisian Resor Banyumas yang dipilih sebagai informan karena kapasistas dalam Satuan Resort Kriminal yang pernah menangani kasus pengaduan terkait pencemaran nama baik melalui jaringan internet. Dapat kita lihat dalam matrik diatas bahwa faktor undang-undang sangat mempengaruhi dalam penegakan hukum tindak pidana pencemaran nama baik melalui jaringan internet. Dari segi sanksi pidana dalam Pasal 45 ayat (1) bahwa seseorang yang memenuhi unsur dalam Pasal 27 ayat (1), ayat (2), ayat (3) atau ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.1000.000.000,00 (satu miliar rupiah). Selain dari segi Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari informan yang semuanya adalah anggota Kepolisian Resor Banyumas yang dipilih sebagai informan karena kapasistas dalam Satuan Resort Kriminal yang pernah menangani kasus pengaduan terkait pencemaran nama baik melalui jaringan internet. Dapat kita lihat dalam matrik diatas bahwa faktor undang-undang sangat mempengaruhi dalam penegakan hukum tindak pidana pencemaran nama baik melalui jaringan internet. Dari segi sanksi pidana dalam Pasal 45 ayat (1) bahwa seseorang yang memenuhi unsur dalam Pasal 27 ayat (1), ayat (2), ayat (3) atau ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.1000.000.000,00 (satu miliar rupiah). Selain dari segi

“Dalam hal melakukan penangkapan dan penahanan, penyidik melalui penuntut umum wajib meminta penetapan ketua pengadilan negeri setempat dalam waktu satu kali dua puluh empat jam”.

2. Penegak Hukum

Aparatur penegak hukum mencakup pengertian mengenai intuisi penegak hukum dan aparat (orangnya) penegak hukum. Dalam arti sempit, aparatur penegak hukum yang terlibat dalam proses tegaknya hukum itu, dimulai dari saksi, polisi, penasehat hukum, jaksa, hakim, dan petugas sipir pemasyarakatan. Setiap aparat dan aparatur terkait mencakup pula pihak-pihak yang bersangkutan dengan tugas atau perannya yaitu terkait dengan kegiatan pelaporan atau pengaduan, penyelidikan, penyidikan, penuntutan, pembuktian, penjatuhan vonis dan pemberian sanksi, serta upaya pemasyarakatan kembali (resosialisasi) terpidana.

Dalam proses bekerjanya aparatur penegak hukum itu, terdapat tiga elemen penting yang mempengaruhi, yaitu :

a. Intuisi penegak hukum beserta berbagai perangkat sarana dan prasarana pendukung dan mekanisme kerja kelembagaannya ; a. Intuisi penegak hukum beserta berbagai perangkat sarana dan prasarana pendukung dan mekanisme kerja kelembagaannya ;

c. Perangkat peraturan yang mendukung baik kinerja kelembagaannya maupun yang mengatur materi hukum yang dijadikan standar kerja, baik hukum materielnya maupun hukum acaranya.

Upaya penegakan hukum secara sistematik itu haruslah memperhatikan ketiga aspek itu secara simultan, sehingga proses penegakan hukum dan keadilan itu sendiri secara internal dapat diwujudkan secara nyata.

Berkaitan dengan sumber daya aparatur penegak hukumnya. Aparatur penegak hukum ini merupakan faktor kunci, karena dipundak merekalah terutama beban penegakan hukum diletakan dalam praktek. Oleh karena itu keberhasilan dan kegagalan proses penegakan hukum sangat dipengaruhi oleh kualitas penegak hukum, apakah penegak hukum itu profesional ataukah

tidak. 53 Arti penting penegak hukum profesional semakin terasa jika dikaitkan dengan realitas sosial yang penuh dengan ketimpangan dalam struktur sosial,

ekonomi, pendidikan, politik maupun kekuasaan. 54

Aparat penegak hukum dalam pengertian luas merupakan institusi penegak hukum, sedangkan dalam arti sempit, aparat penegak hukum adalah polisi, jaksa, dan hakim. Dalam penyelenggaraan sistem peradilan pidana, diperlukan jajaran aparatur penegak hukum yang profesional, cakap, jujur, dan bijaksana. Para penegak hukum memiliki tanggung jawab menegakkan wibawa hukum dan menegakkan keadilan. Profesionalisme penegak hukum dapat

53 Barda Nawawi, Op.Cit, hlm 22. 54 Ibid, hl 22.

dilihat dari tingkat penguasan ilmu hukum, keterampilan dan kepribadian para penegak hukum dalam menjalankan tugas dan wewenangnya dalam bekerja.

Untuk mengetahi pengaruh faktor penegak hukum dalam penegakan hukum tindak pidana pencemaran nama baik memalui jaringan internet di wilayah Banyumas, penulis telah mewawancari beberapa informan yang dalam kapasitas melaksanakan penegakan hukum di wilayah Banyumas dalam bentuk matrik dibawah ini:

Matrik 2: Pengaruh Faktor Penegak Hukum Dalam Penegakan

Hukum Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik Melalui Jaringan Internet di Wilayah Kabupaten Banyumas

No Nama Informan

Hasil Wawancara

Tema

Implikasi

1 Iptu. Junaidi, S.H. Untuk jumlah personil Faktor Menghambat internal

(KBO Reskrim)

memadai dalam upaya penegakan hukum oleh polisi, selain itu dalam penegakan hukum oleh polisi upaya penegakan hukum dilakukan dengan bantuan ahli-ahli dalam bidang informatika di luar anggota Kepolisian

Resor Banyumas

Kepolisian

Resor Faktor

internal Penyidik

SDM yang cukup dalam menangani

kasus

pencemaran nama baik melalui jaringan internet tetapi dalam pembuktian kasus pencemaran nama baik melalui jaringan internet perlu bantuan saksi ahli di bidang informatika

Sumber: Data primer yang telah diolah

Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari informan yang semuanya adalah anggota Kepolisian Resor Banyumas yang dipilih sebagai informan karena kapasistas dalam Satuan Resort Kriminal yang pernah menangani kasus pengaduan terkait pencemaran nama baik melalui jaringan internet. Dapat dilihat dalam matrik diatas bahwa pengaruh aparat penegak hukum dalam penegakan hukum tindak pidana pencemaran nama baik melalui jaringan internet di wilayah Banyumas terkait jumlah personil Kepolisian Resor Banyumas tidak menjadi masalah yang menghambat penegakan hukum tindak pidana pencemaran nama baik melalui jaringan internet. Masalah yang timbul Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari informan yang semuanya adalah anggota Kepolisian Resor Banyumas yang dipilih sebagai informan karena kapasistas dalam Satuan Resort Kriminal yang pernah menangani kasus pengaduan terkait pencemaran nama baik melalui jaringan internet. Dapat dilihat dalam matrik diatas bahwa pengaruh aparat penegak hukum dalam penegakan hukum tindak pidana pencemaran nama baik melalui jaringan internet di wilayah Banyumas terkait jumlah personil Kepolisian Resor Banyumas tidak menjadi masalah yang menghambat penegakan hukum tindak pidana pencemaran nama baik melalui jaringan internet. Masalah yang timbul

3. Sarana dan Fasilitas

Fasilitas pendukung secara sederhana dapat dirumuskan sebagai sarana untuk mencapai tujuan. Ruang lingkupnya terutama adalah sarana fisik yang berfungsi sebagai faktor pendukung. Fasilitas pendukung mencangkup tenaga manusia yang berpendidikan dan terampil, organisasi yang baik, peralatan yang memadai, keuangan yang cukup dan sebagainya.

Jika fasilitas pendukung tidak terpenuhi maka mustahil penegakan hukum akan nencapai tujuannya. Kepastian dan kecepatan penyelesaian perkara tergantung pada fasilitas pendukung yang ada dalam bidang-bidang pencegahan dan pemberantasan kejahatan.

Peningkatan tehnologi deteksi kriminalitas, mempunyai peranan yang sangat penting bagi kepastian dan penanganan perkara-perkara pidana, sehingga tanpa adanya sarana atau fasilitas tersebut tidak akan mungkin penegak hukum menyerasikan peranan yang seharusnya dengan peranan yang aktual, maka untuk sarana atau fasilitas tersebut sebaiknya dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Yang tidak ada maka diadakan yang baru betul;

2. yang rusak atau salah maka diperbaiki atau di betulkan;

3. yang kurang seharusnya di tambah;

4. yang macet harus di lancarkan;

5. yang mundur atau merosot harus di majukan atau di tingkatkan. Faktor ketiga yaitu faktor sarana atau fasilitas yang membantu penegakan hukum, menurut Soerjono Soekanto sendiri menyatakan bahwa tidak mungkin penegakan hukum akan berlangsung dengan lancar tanpa adanya sarana atau fasilitas yang memadai. Fasilitas atau sarana yang memadai tersebut, antara lain, mencakup tenaga manusia yang berpendidikan dan terampil, organisasi yang baik, peralatan yang memadai, keuangan yang cukup, dan seterusnya. Kalau hal itu tidak terpenuhi maka mustahil penegakan hukum akan mencapai tujuannya. Kita bisa bayangkan bagaimana penegakan peraturan akan berjalan sementara aparat penegaknya memiliki pendidikan yang tidak memadai, memiliki tata kelola organisasi yang buruk, di tambah dengan keuangan yang minim.

Untuk mengetahi pengaruh faktor sarana dan fasilitas dalam penegakan hukum tindak pidana pencemaran nama baik memalui jaringan internet di wilayah Banyumas, penulis telah mewawancari beberapa informan yang dalam kapasitas melaksanakan penegakan hukum di wilayah Banyumas dalam bentuk matrik dibawah ini:

Matrik 3: Pengaruh Faktor Sarana dan Fasilitas Dalam Penegakan

Hukum Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik Melalui Jaringan Internet di Wilayah Kabupaten Banyumas

No Nama Informan

Hasil Wawancara

Tema

Implikasi

1 Iptu. Junaidi, S.H. Kepolisian memiliki unit Faktor Menghambat eksternal (KBO Reskrim)

cybercrime tapi berada di

POLDA sehingga dalam menangani

meminta bantuan ke Unit Cybercrime di POLDA Jateng

2 Sarana pra sarana sudah Faktor

Menghambat

(komputer, eksternal Penyidik

memadai

internet), di POLRES Banymas tidak ada unit Cybercrime, dan jika ada kasus Cybercrime minta tolong ke POLDA Jawa Tengah

Sumber: data primer yang telah diolah

Pengaruh faktor sarana dan prasarana dalam penegakan hukum tindak pidana pencemaran nama baik melalui jaringan internet merupakan salah satu Pengaruh faktor sarana dan prasarana dalam penegakan hukum tindak pidana pencemaran nama baik melalui jaringan internet merupakan salah satu

Tanpa adanya sarana atau fasilitas tertentu, maka tidak mungkin penegakan hukum akan berlangsung dengan lancer. Sarana atau fasilitas tersebut, antara lain, mencakup tenaga manusia yang berpendidikan dan terampil, organisasi yang baik, peralatan yang memadai, keuangan yang cukup dan seterusnya. Kalau hal-hal itu tidak terpenuhi, maka mustahil penegakan hukum akan mencapai tujuannya.

Faktor sarana dan fasilitas menjadi salah satu faktor yang menghambat dalam penegakan hukum tindak pidana pencemaran nama baik melalui jaringan internet di Banyumas. Dalam hal ini pada Kepolisian Resor Banyumas belum ada unit khusus terkait tindak pidana pencemaran nama baik melalui jaringan internet, unit tersebut hanya ada di Kepolisian Daerah Jawa Tengah yaitu unit Cybercrime.

Dalam penegakan hukum tindak pidana pencemaran nama baik melalui jaringan internet di Banyumas, anggota Kepolisian Resor Banyumas seringkali mengalami kesulitan dalam mengani kasus tindak pidana pencemaran nama baik melalui jaringan internet, kesulitan tersebut dikarenakan tidak adanya unit khusus yang menangani kasus tindak pidana melalui jaringan internet atau biasa disebut Unit Cybercrime.

4. Masyarakat

Penegakan hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan untuk mencapai kedamaian didalam masyarakat. Oleh karena itu, dipandang dari sudut tertentu, maka masyarakat dapat mempengaruhi penegakan hukum tersebut.

Apabila warga masyarakat sudah mengetahui hak dan kewajiban mereka, maka mereka juga akan mengetahui aktivitas-aktivitas penggunaan upaya- upaya hukum untuk melindungi, memenuhi dan mengembangkan kebutuhan- kebutuhan mereka dengan aturan yang ada. Hal itu semua biasanya dinamakan kompetensi hukum yang tidak mungkin ada apabila warga masyarakat:

a. Tidak mengetahui atau tidak menyadari, apabila hak-hak mereka dilanggar atau terganggu.

b. Tidak mengetahui akan adanya upaya-upaya hukum untuk melindungi kepentingan-kepentingannya.

c. Tidak berdaya untuk memanfaatkan upaya-upaya hukum karena faktor-faktor keuangan, psikis, sosial, atau politik.

d. Tidak mempunyai pengalaman mendaji anggota organisasi yang memperjuangkan kepentingan-kepentingannya.

e. Mempunyai pengalaman-pengalaman kurang baik didalam proses interaksi dengan berbagai unsur kalangan hukum formal.

Untuk mengetahi pengaruh faktor masyarakat dalam penegakan hukum tindak pidana pencemaran nama baik memalui jaringan internet di wilayah Banyumas, penulis telah mewawancari beberapa informan yang dalam Untuk mengetahi pengaruh faktor masyarakat dalam penegakan hukum tindak pidana pencemaran nama baik memalui jaringan internet di wilayah Banyumas, penulis telah mewawancari beberapa informan yang dalam

Matrik 4: Pengaruh Faktor Masyarakat Dalam Penegakan Hukum

Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik Melalui Jaringan Internet di Wilayah Kabupaten Banyumas

No Nama Informan

Hasil Wawancara

Tema Implikasi

1 Iptu. Junaidi, S.H.

Kurangnya

kesadaran Faktor Mempengaruhi internal

(KBO Reskrim)

hukum

masyarakat

terutama terkait adanya Undang-undang No 11 Tahun 2008 Tentang Informasi

hukum Faktor mempengaruhi masyarakat yang kurang internal

Penyidik

dan kurangnya kesiapan masyarakat

dalam

beraktivitas menggunakan jaringan

teknologi

informatika, selain itu Masyarakat

yg

mengadukan pencemaran nama

baik

biasanya biasanya

Sumber: Data primer yang telah diolah

Faktor masyarakat sangatlah penting bagi penegakan hukum tindak pidana pencemaran nama baik melalui jaringan internet di wilayah Banyumas karena penegakan hukum itu berasal dari masyarakat dan bertujuan untuk kedamaian masyarakat.

Berdasarkan matrik diatas bahwa kurangnya keasadaran hukum masyarakat menjadi kendala penegakan hukum tindak pidana pencemaran nama baik melalui jaringan internet di wilayah Banyumas. Kesadaran hukum adalah kesadaran yang ada pada setiap manusia tentang apa hukum itu atau apa seharusnya hukum itu, suatu kategori tertentu dari hidup kejiwaan kita dengan mana kita membedakan antara hukum dan tidak hukum (onrecht), antara yang seyogyanya dilakukan dan tidak seyogyanya dilakukan (Scholten, 1954: 166).

Kesadaran hukum berarti kesadaran tentang apa yang seyogyanya kita lakukan atau perbuat atau yang seyogyanya tidak kita lakukan atau perbuat terutama terhadap orang lain. Ini berarti kesadaran akan kewajiban hukum kita masing-masing terhadap orang lain. Kesadaran hukum mengandung sikap tepo sliro atau toleransi. Kalau saya tidak mau diperlakukan demikian oleh orang lain, maka saya tidak boleh memperlakukan orang lain demikian pula, sekalipun saya sepenuhnya melaksanakan hak saya.

5. Kebudayaan

Kebudayaan hukum pada dasarnya mencakup nilai-nilai yang mendasari hukum yang berlaku, nilai-nilai/mana merupakan konsepsi-konsepsi abstrak mengenai apa yang dianggap baik (sehingga dianuti) dan apa yang dianggap buruk (sehingga dihindari). Nilai-nilai tersebut, lazimnya merupakan pasangan nilai-nilai yang mencerminkan dua keadaan ekstrim yang harus diserasikan.

Menurut Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto terdapat pasangan nilai yang berperan dalam hukum yaitu: 55

a. Nilai ketertiban dan nilai ketentraman,

b. Nilai jasmaniah/kebendaan dan nilai rohaniah/keahlakan,

c. Nilai kelanggengan/konservatisme dan nilai kebaruan/inovatisme. Nilai ketertiban biasanya disebut dengan keterikatan atau disiplin, sedangkan nilai ketentraman merupakan suatu kebebasan. Secara psikologis keadaan tentram ada bila seorang tidak merasa khawatir, tidak merasa diancam dari luar dan tidak terjadi konflik bathiniah. Di Indonesia terdapat berbagai macam kebudayaan yang mendasari hukum adat yang berlaku. Hukum adat tersebut merupakan hukum kebiasaan yang berlaku di kalangan rakyat terbanyak. Di samping itu, berlaku pula hukum tertulis (perundang-undangan) yang timbul dari golongan tertentu dalam masyarakat yang mempunyai kekuasaan dan wewenang resmi. Hukum perundang-undangan tersebut harus

55 Soerjono Soekanto, 2007, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, RajaGrafindo Persada, Jakarta, hlm.60.

dapat mencerminkan nilai-nilai yang menjadi dasar dari hukum adat supaya hukum perundang-undangan dapat berlaku secara efektif.

Untuk mengetahi pengaruh faktor kebudayaan dalam penegakan hukum tindak pidana pencemaran nama baik memalui jaringan internet di wilayah Banyumas, penulis telah mewawancari beberapa informan yang dalam kapasitas melaksanakan penegakan hukum di wilayah Banyumas dalam bentuk matrik dibawah ini:

Matrik 5: Pengaruh Faktor Kebudayaan Dalam Penegakan Hukum

Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik Melalui Jaringan Internet di Wilayah Kabupaten Banyumas

No Nama Informan

Hasil Wawancara

Tema Implikasi

1 Iptu. Junaidi, S.H.

Saat

ini

teknologi Faktor Mempengaruhi internal

(KBO Reskrim)

informatika merupakan hal yang wajar, selaian itu masyarakat

tidak

mempermasalahkannya

2 Teknologi dewasa ini Faktor Mempengaruhi sudah menjadi kebutuhan internal

Penyidik

masyarakat

dalam dalam

Sumber: Data primer yang telah diolah

Berdasarkan matrik diatas bahwa perubahan masyarakat yang terjadi dipengaruhi oleh faktor budaya. Pada dasarnya nilai-nilai sosial dalam masyarakat berisi tentang kebaikan dalam hal ini nilai-nilai sosial didalam masyarakat sudah terpengaruh oleh adanya teknologi informatika. Sehingga pada perkembangan kebudayaan masyarakat, tekonologi informatika menjadi bagian dari kebudayaan masyarakat sosial. Teknologi informatika pada kenyaataanya memiliki manfaat yang sangat berguna bagi masyarakat, melalui teknologi informatika khususnya yang terintegrasi dengan jaringan internet ,masyarakat dapa mengakses apapaun guna memenuhi kebutuhan pengetahuannya dengan mudah dan cepat. Faktor inilah yang mempengaruhi bahwa teknologi informatika khususnya yang terintegrasi oleh jaringan internet menjadi kebudyaan dalam masyarakat.

Tindak pidana pencemaran nama baik melalui jaringan internet termasuk tindak pidana yang tergolong baru, tindak pidana pencemaran nama baik melalui jaringan internet mulai bermunculan semenjak di undangkannya Undang-undang No 11 Tahun 2008 tenang Informasi dan Transaksi Elektronik. Dalam undang- undang tersebut terdapat pasal 27 ayat (3) Undang-undang No 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yang berbunyi:

“Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi

Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik”

Sebelumnya ketentuan pencemaran nama baik sudah diatur didalam pasal 310 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang berbunyi:

1) Barang siapa sengaja menyerang kehormatan atau nama baik seseorang dengan menuduhkan sesuatu hal, yang maksudnya terang supaya hal itu diketahui umum, diancam karena pencemaran dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.

2) Jika hal itu dilakukan dengan tulisan atau gambaran yang disiarkan, dipertunjukkan atau ditempelkan di muka umum, maka diancam karena pencemaran tertulis dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.

3) Tidak merupakan pencemaran atau pencemaran tertulis, jika perbuatan jelas dilakukan demi kepentingan umum atau karena terpaksa untuk membela diri.

Ketentuan pencemaran nama baik didalam Pasal 310 Kitab Undang- Undang Hukum Pidana hanya diatur bahwa pencemaran nama baik/penghinaan terhadap seseorang tidak terhadap instansi/lembaga dan atau korporasi. Dengan adanya Undang-Undang N0 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik sehingga pencemaran nama baik tidak hanya seseorang, dalam arti Ketentuan pencemaran nama baik didalam Pasal 310 Kitab Undang- Undang Hukum Pidana hanya diatur bahwa pencemaran nama baik/penghinaan terhadap seseorang tidak terhadap instansi/lembaga dan atau korporasi. Dengan adanya Undang-Undang N0 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik sehingga pencemaran nama baik tidak hanya seseorang, dalam arti

Pencemaran nama baik dalam hal ini yang dilakukan melalui jaringan internet dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut dibagi dua menjadi faktor internal dan eksternal sebab terjadinya tindak pidana pencemaran

nama baik melalui jaringan internet. Faktor-faktor tersebut sebagai berikut: 56

1. Faktor internal

a. Moralitas individu

b. Tingkat pendidikan

c. Minimnya pengetahuan

d. Kesadaran hukum yang rendah

2. Faktor eksternal

a. Perkembangan teknologi

b. Budaya masyarakat

c. Pergaulan masyarakat

d. Kearifan lokal

Berdasarkan faktor-faktor terjadinya tindak pidana pencemaran nama baik melalui jaringan internet diatas secara tersirat bahwa faktor penyebab terjadinya tindak pidana pencemaran nama baik melalui jaringan internet beroriantasi pada masyarakat. Untuk mengatahui pendapat masyarakat mengenai

56 Hasil wawancara dengan Iptu. Junaidi, S.H. selaku KBO Reskrim Kepolisian Resor Banyumas pada tanggal 20 Mei 2014.

pencemaran nama baik melalui jaringan internet penulis mewawancarai 3 informan yang kapasitas sebagai masyarakat awam pengguna/terbiasa berinteraksi menggunaka sarana media elektronik yang terintergrasi oleh jaringan internet:

Matrik 6: Pendapat Masyarakat mengenai penghinaan/pencemaran

nama baik

No Nama Informan

Hasil Wawancara

Tema Implikasi

1 Ardiansyah A G Saya pernah menghina internal mempengaruhi baik langsung maupun tak langsung, akan tetapi penghinaan yang saya dilakukan

sebagai

gurauan tidak ada motif dendam sama sekali

Saya mengetahui ada UU ITE tetapi saya tidak mengerti isinya

2 Piatda S Saya pernah menghina Faktor Mempangaruhi

akan

tetapi

tidak internal

yang saya lakukan secara spontanitas dan itu hanya yang saya lakukan secara spontanitas dan itu hanya

Saya tahu ada UU ITE

3 Maulana Irsyad Saya pernah menghina,

penghinaan yang saya lakukan melalui pesan pribadi itupun dilakukan hanya sebagai bahan bercandaan

menghidupkan suasana saja, tidak ada motif dendam hanya gurauan semata

Saya mengetahui kalau ada UU ITE

Sumber: Data primer yang telah diolah

Berdasarkan matrik diatas bahwa pencemaran nama baik/penghinaan dilakukan bukan bukan karena ada motif dendam tapi justru penghinaa dilakukan Berdasarkan matrik diatas bahwa pencemaran nama baik/penghinaan dilakukan bukan bukan karena ada motif dendam tapi justru penghinaa dilakukan

Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa kaitannya dengan tindak pidana pencemaran nama baik melalui jaringan internet faktor yang paling mempengaruhi adalah faktor subjektifitas karena ukuran dari pencemaran nama baik/penghinaan didalam masyarakat itu berbeda-beda.

Selain itu kurang efektifnya hukum yang ada yaitu Undang-undang no 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, berdasarkan matrik diatas masyarakat tahu bahwa ada Undang-Undang yang mengatur tentang pencemaran nama baik akan tetapi masyarakat tetap melakukan pencemaran nama baik/penghinaan.

Penegakan hukum tindak pidana pencemaran nama baik melalui jaringan internet dalam hal ini dilakikan oleh kepolisian karena kepolisian adalah lembaga yang didalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana diberi kewenang untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan. Penyelidikan dan penyidikan merupakn pemahaman awal proses hukum dalam perkara pidana, dimulai dari proses yang ditangani oleh polisi sebagai aparat penyelidik dan aparat penyidik serta aparat lainnya dalam hal ini adalah PPNS sebagaimana dimaksud dalam ketentuan pasal 4 Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana yang berbunyi sebagai berikut:

“Penyelidik adalah setiap pejabat polisi negara Republik Indonesia”

Selain itu yang dimaksud Penyidik diatur dalam Pasal 6 ayat (1) Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana sebagai berikut:

Penyidik adalah:

a. Pejabat polisi negara Republik Indonesia

b. Pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang .

Dalam rangka penegakan hukum tindak pidana pencemaran nama baik melalui jaringan internet, langkah-langkah penegakan hukum tindak pidana pencemaran nama baik melaui jaringan internet dilakukan setelah adanya pengaduan dari masyarakat bahwa telah terjadi tindak peidana pencemaran nama baik melalui jaringan internet. Pencemaran nama baik merupakan delik aduan, Menurut P. A. F Lamintang merupakan Tindak pidana yang hanya dapat dituntut apabila ada pengaduan dari orang yang dirugikan. Tindak pidana seperti ini disebut Klacht Delicten.

Menurut R. Soesilo dalam bukunya Kitab Undang-Undang Hukum Pidana membagi delik aduan menjadi dua jenis yaitu: 57

a. Delik aduan absolut, ialah delik (peristiwa pidana) yang selalu hanya dapat dituntut apabila ada pengaduan seperti tersebut dalam pasal- pasal: 284, 287, 293, 310 dan berikutnya, 332, 322, dan 369. Dalam hal ini maka pengaduan diperlukan untuk menuntut peristiwanya, sehingga permintaan dal am pengaduannya harus berbunyi: “..saya minta agar peristiwa ini dituntut”. Oleh karena yang dituntut itu peristiwanya, maka semua orang yang bersangkut paut (melakukan, membujuk, membantu) dengan peristiwa itu harus dituntut, jadi delik aduan ini tidak dapat dibelah. Contohnya, jika seorang suami jika ia telah memasukkan pengaduan terhadap perzinahan (Pasal 284) yang telah dilakukan oleh istrinya, ia tidak dapat menghendaki supaya orang laki-laki yang telah berzinah dengan istrinya itu dituntut, tetapi terhadap istrinya (karena ia masih cinta) jangan dilakukan penuntutan.

57 R Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, Politea Bogor, 1996, hlm 86.

b. Delik aduan relatif, ialah delik-delik (peristiwa pidana) yang biasanya bukan merupakan delik aduan, akan tetapi jika dilakukan oleh sanak keluarga yang ditentukan dalam Pasal 367, lalu menjadi delik aduan. Delik-delik aduan relatif ini tersebut dalam pasal-pasal: 367, 370, 376, 394, 404, dan 411. Dalam hal ini maka pengaduan itu diperlukan bukan untuk menuntut peristiwanya, akan tetapi untuk menuntut orang-orangnya yang bersalah dalam peristiwa itu, jadi delik aduan ini dapat dibelah. Misalnya, seorang bapa yang barang-barangnya dicuri (Pasal 362) oleh dua orang anaknya yang bernama A dan B, dapat mengajukan pengaduan hanya seorang saja dari kedua orang anak itu, misalnya A, sehingga B tidak dapat dituntut. Permintaan menuntut dalam pengaduannya dalam hal ini harus bersembunyi: “,,saya minta supaya anak saya yang bernama A dituntut”.

Penegakan hukum tindak pidana pencemaran nama baik melalui jaringan internet yang dilakukan oleh polisi dalam hal ini adalah aparat kepolisian resor Banyumas dimulai sejak adanya laporan atau pengaduan dari masyarakat bahwa telah terjadi tindak pidana pencemaran nama baik melaui jaringan internet yang dialami oleh masyarakat sebagai korban dari tindak pidana pencemaran nama baik melalui jaringan internet.

Berdasarkan kasus pencemaran nama baik yang dialami oleh Media Cetak SP, proses penyelidikan dilakukan setelah adanya pengaduan dari pihak Media Cetek SP sebagai korban tindak pidana pencemaran nama baik melalui jaringan internet. Dala perkara pidana, penyelidikan atau penelitian adalah itu adalah langkah-langkah untuk melakukan penelitian berdasarkan hukum dan peraturan perundang-undangan untuk memastikan apakah peristiwa pidana itu benar-benar terjadi atau tidak terjadi. Adapun penyelidikan menurut ketentuan peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 5 Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana adalah sebagai berikut:

Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini.

Menurut ketentuan Pasal 1 angka 5 Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana diatas, penyelidikan adalah tindakan atas nama hukum untuk melakukan penelitian, apakah perkara yang dimaksud benar-benar merupakan peristiwa pelanggaran terhadap hukum pidana.

Berdasarkan Pasal 1 angka 5 Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana memberikan tugas kepada aparatur negara dibidang penegakan hukum untuk melakukan upaya ketika ada peristiwa melalui laporan, pengaduan atau karena diketahui sendiri oleh aparat penegak hukum karena kewajibannya. Upaya tersebut adalah upaya untuk mengidentifikasikan apakah peristiwa itu memenuhi syarat dan masuk dalam kategori peristiwa pidana atau bukan merupakan

peristiwa pidana. 58 Dalam menangani kasus tindak pidana pencemaran nama baik melalui

jaringan internet aparat kepolisian resor Banyumas mulai melakukan penyelidikan setelah adanya laporan atau pengaduan dari masyarakat bahwa adanya tindak pidana pencemaran nama baik melalui jaringan internet karena delik pencemaran nama baik atau penghinaan merupakan delik aduan.

Laporan atau pengaduan kedua-duanya adalah pemberitahuan kepada yang berwajib, yakni kepolisian negara tentang adanya kejahatan atau

58 Hartono, Penyidikan dan Penegakan Hukum Pidana Melalui Pendekatan Hukum Progresif, Sinar Grafika, Jakarta, 2012, hlm 19.

pelanggaran yang sedang terjadi atau yang telah selesai. Menurut Martiman

Prodjohamidjojo

dalam mendefinisikan laporan dan pengaduan bahwa: 59

a. Laporan ialah pemberitahuan yang disampaikan oleh seseorang karena hak atau kewajiban berdasarkan undang-undang kepada pejabat yang berwenang tentang telah atau sedang atau diduga akan telah terjadi peristiwa pidana.

b. Pengaduan ialah pemberitahuan disertai permintaan oleh pihak yang berkepentingan kepada pejabat yang berwenang untuk menindak menurut hukum seorang yang telah melakukan tindak pidana aduan yang merugikan.

Dari dua definisi tersebut terdapat persamaan bahwa keduanya merupakan pemberitahuan kepada yang berwajib yakni kepolisian negara. Selain persamaan dari kedua definisi tersebut juga terdapat perbedaan yaitu: 60

a. Pada laporan

1. Pemberitahuan tersebut merupakan hak dan kewajiban yang harus disampaikan kepada pejabat yang berwenang

2. Merupakan tindak pidana umum

b. Pada pengaduan

1. Pemberitahuan tersebut disertai permintaan oleh si pengadu, agar pejabat yang berwenang melakukan tindakan

2. Merupakan tindak pidana aduan

59 Martiman Prodjohamidjojo, Laporan dan Pengaduan, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1984, hlm.13.

60 Ibid, hlm 13.

Dalam penegakan hukum tindak pidana khususnya tindak pidana penghinaan/pencemaran nama baik yang merupakan delik aduan, yang pada asasnya penegakan hukum terhadap tindak pidana akan dimulai setelah adanya pengaduan dari masyarakat oleh adanya tindak pidana pencemaran nama baik melalui jaringan internet oleh masyarakat. Menurut Pasal 108 Kitab Undang- undang Hukum Acara Pidana ditentukan bahwa:

(1) Setiap orang yang mengalami, melihat, menyaksikan dan atau menjadi korban peristiwa yang merupakan tindak pidana berhak mengajukan laporan atau pengaduan kepada penyelidik dan atau

penyidik baik lisan maupun tulisan. 61 (2) Setiap orang yang mengetahui pemufakatan jahat untuk melakukan

tindak pidana terhadap ketetentraman dan keamanan umum atau terhadap jiwa atau terhadap hak milik wajib seketika itu juga melaporkan hal tersebut kepada penyelidik atau penyidik.

(3) Setiap pegawai negeri dalam rangkan melaksanakan tugasnya yang mengetahui tentang terjadinya peristiwa yang merupakan tindak pidana wajib segera melaporkan hal itu kepada penyelidik atau penyidik.

(4) Laporan atau pengaduan yang diajukan secara tertulis harus ditandatangani oleh pelapor atau pengadu.

61 Ibid, hlm 18.

(5) Laporan atau pengaduan yang diajukan secara lisan harus dicatat oleh penyidik dan ditandatangani oleh pelapor atau pengadu dan penyidik.

(6) Setelah menerima pengaduan, penyelidik atau penyidik harus memberikan surat tanda penerimaan laporan atau pengaduan kepada yang bersangkutan.

Kepolisian dalam menjalankan kewenangannya sebagai aparat penegak hukum guna menjalankan penegakan hukum pidana memiliki kewenangan didalam melakukan penyelidikan dan penyidikan, ketentuan terkait kewenangn Kepolisian sebagai aparat penagak hukum tertuang didalam Pasal 5 dan Pasal 7 Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana sebagai berikut:

Pasal 5 Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana:

a. Karena kewajibannya mempunyai wewenang:

1. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana

2. Mencari keterangan dan barang bukti

3. Menyuruh berhenti seseorang yang dicurigai dan menanyakan serta meminta tanda pengenal diri

4. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab

b. Atas perintah penyidik dapat melakukan tindakan berupa:

1. Penangkapan, larangan meniggalkan tempat, penggledahan dan penyitaan

2. Pemeriksaan dan penyitaan surat

3. Mengambil sidik jari dan memotret seorang

4. Membawa dan menghadapkan seseorang pada penyidik

Pasal 7 Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana:

a. Menerima laporan dan pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana. Melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian.

b. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka

c. Melakukan penangkapan, penahanan, penggledahan dan penyitaan

d. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat

e. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang

f. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi

g. Mendatangkan orang ahli yang diperlakukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara

h. Mengadakan penghentian penyidikan

i. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab

Dalam kewenangannya berdasarkan Pasal 5 dan Pasal 7 Kitab Undang- undang Hukum Acara Pidana, kepolisian sebagai penyilidik dan penyidik sebagai aparat penegak hukum guna menjalankan penegakan hukum pidana terdapat mekanisnme dalam melakukan penegakan hukum terhadap tindak pidana. Berikut

mekanisme dalam penerapan hukum tindak pidana pencemaran nama baik: 62

Pengaduan LIDIK

Laporan Hasil

Korban SP2HP Selidik

memberikan

Benar/salah

Bukti-bukti

keterangan