Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik
4. Pidana dan Pemidanaan Tindak Pidana Pencemaran Nama Baik
Pemidanaan atau pengenaan pidana bagi pelaku tindak pidana memiliki hubungan erat antara kehidupan pelaku tindak pidana dengan masyarakat, terutama menyangkut kepentingan benda hukum yang paling berharga bagi kehidupan dimasyarakat yaitu nyawa dan kemrdekaan atau kebebasan.
Pemidanaan berasal dari kata “pidana” yang sering diartikan pula dengan hukuman. Jadi pemidanaan dapat pula diartikan dengan penghukuman. (Djoko Prakoso, 1983:13 ).
Hukum pidana merupakan hukum yang mengatur tentang perbuatan- peruatan yang dilarang oleh undang-undang beserta sanksi pidana yang dapat dijatuhkannya kepada pelaku. Hal demikian menempatkum pidana dalam pengertian hukum pidana materiil. (Bambang Waluyo, 2000:6). Untuk mengetahui pengertian yang lebih jelas, berikut ini akan dikemukakan beberapa pengertian menurut beberapa ahli hukum: Hukum pidana merupakan hukum yang mengatur tentang perbuatan- peruatan yang dilarang oleh undang-undang beserta sanksi pidana yang dapat dijatuhkannya kepada pelaku. Hal demikian menempatkum pidana dalam pengertian hukum pidana materiil. (Bambang Waluyo, 2000:6). Untuk mengetahui pengertian yang lebih jelas, berikut ini akan dikemukakan beberapa pengertian menurut beberapa ahli hukum:
Yang dimaksud dengan pidana adalah penderitaan yang sengaja dibebankan kepada orang yang melakukan perbuatan yang memenuhi syarat-syarat tertentu.
b. Roeslan Saleh
Pidana adalah reaksi atas delik, dan ini berujud suatu nestapa yang dengan sengaja ditimpahkan negara kepada pembuat delik itu. Dari definisi tersebut dapat diambil suatu pengertian bahwa pidana mengandung unsur-unsur atau ciri-ciri sebagai berikut:
Pidana itu pada hakekatnya merupakan suatu pengenaan penderitaan atau nestapa atau akibat-akibat lain yang tidak
menyanangkan Pidana itu diberikan dengan sengaja oleh orang atau badan yang mempunyai kekuasaan (oleh yang berwenang) Pidana itu dikenakan kepada seseorang yang telah melakukan tindak pidana menurut undang-undang (Muladi, 1989:4).
Dari ketiga unsur tersebut, Alf Rose menambahkan adanya unsur pencelaan kepada diri pelaku dengan tujuan untuk membedakan antara pidana dan perlakuan (treatment) (Muladi, 1989:4).
Menurut Alf Rose, concept of punishment bertolak pada dua syarat atau tujuan, yaitu:
1. Pidana ditujukan pada pengenaan pendritaan kepada orang yang bersangkutan
2. Pidana itu merupakan suatu pernyataan pencelaan terhadap perbuatan si pelaku (Muladi, 1989:4).
Menurut Andi Hamzah bahwa teori-teori tentang tujuan pidana dibagi menjadi tiga kelompok:
1. Teori absolut atau pembalasan, bahwa pidana tidaklah bertujuan untuk yang praktis, seperti memperbaiki penjahat. Kejahatan itu sendirilah yang mengandung unsur-unsur untuk dijatuhkannya pidana. Pidana secara mutlak, karena dilakukan sutu kejahatan. Tidak perlu untuk memikirkan manfaat penjatuhan pidana itu. Tokoh yang menganut teori ini yaitu Immanuel Kant dan Leo Polak.
2. Teori relatif, bahwa teori ini mencari dasar hukum pidana dalam menyelenggarakan tertib masyarakat dan akibatnya yaitu tujuan pidana untuk provensi terjadinya kejahatan. Wujud pidana ini berbeda-beda: menakutkan, memperbaiki, atau membinasakan.
3. Teori gabungan, menurut Van Bemmelan pidana bertujuan membalas kesalahan dan mengamankan masyarakat. Tindakan bermaksud mengamankan dan memelihara tujuan. Jadi pidana dan tindakan keduanya bertujuan memperisapkan untuk mengembalikan terpidana kedalam kehidupan masyarakat (Andi Hamzah, 1985:17).