KREATIVITAS GURU DALAM MEMODIFIKASI SARANA DAN PRASARANA PENJAS SE KAB JEPARA

(1)

i

KREATIVITAS GURU DALAM MEMODIFIKASI SARANA

DAN PRASARANA PENJAS SE-KAB. JEPARA

SKRIPSI

diajukan dalam rangka menyelesaikan studi Strata 1

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

pada Universitas Negeri Semarang

Oleh

Wahyu Putra Perdana

NIM 6101410033

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2015


(2)

ii

ABSTRAK

Wahyu Putra Perdana.2015.Kreativitas Guru dalam Memodifikasi Sarana

dan Prasarana Penjas Se-Kab. Jepara. Skripsi Jurusan Pendidikan

Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi, Fakultas Ilmu Keolahragaan,

Universitas Negeri Semarang.Dosen Pembimbing, Dra. Heny Setyawati,

M. Si

Kata Kunci : Kreativitas dalam Memodifikasi Sarana dan Prasarana

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui informasi tentang

seberapa besar kreativitas guru penjasorkes di SMP Negeri

se-Kab.Jepara dalam memodifikasi sarana dan prasarana pembelajaran.

Sehingga guru dapat menciptakan proses pembelajaran yang efektif dan

efisien. Yang dikarenakan guru kurangnya kesiapan dalam proses

pembelajaran yang dimana sarana dan prasara yang kurang sebagai

penghambat proses pembelajaran sekolah. Begitu juga dengan siswa

kurangnya kesiapan guru dalam pembelajaran siswa merasa bosan

dengan pengajaran yang monoton.

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif dengan metode

survei dengan pengambilan data menggunakan angket. Penelitian ini

merupakan penelitian dengan menggunakan sample 26 sekolah dari 39

sekolah yang ada di Kab.Jepara. uji validitas butir dengan

mengkorelasikan skor butir dengan total skor dan menggunakan rumus

product moment

dari Karl Person dan uji realibilitas menggunakan rumus

Alpha Cronbach.

Hasil Penelitian menunjukan bahwa kreativitas guru dalam

memodifikasi sarana dan prasarana dalam pembelajaran penjas di SMP

se-Kab.Jepara sebanyak 26 orang guru, dengan presentase; 57,64%

kreativitasnya termasuk tinggi dan 42,31% kreativitasnya termasuk

kategori sedang.

Dengan menggunakan beberapa faktor dalam pengambilan data

seperti (1) Kemampuan dalam melihat masalah yang berubungan dengan

sarana dan prasarana pendidikan jasmani berada pada kategori sedang;

(2) Kemampuan guru dalam menciptakan dan menerapkan ide untuk

memecahkan masalah melalui modifikasi berada pada kategori sedang

dan; (3) Sikap terbuka dan mau menerima hal-hal baru untuk kemajuan

pembelajaran pendidikan jasmani berada pada kategori sedang. Maka

dapat disimpulakan dari beberapa faktor tersebut bahwa Kabupaten

Jepara termasuk kategori tinggi.

Peneliti memberi saran kepada guru (1) Guru harus bisa

meningkatkan kemampuannya dalam memodifikasi (2) Guru harus bisa

menciptakan ide dan penerapan ide dalam pembelajaran berlangsung (3)

Guru harus bisa mengevaluasi yang diajarkan kepada siswa


(3)

(4)

(5)

v

MOTTO

~ Hiduplah seperti kau akan mati hari ini ~

“ Masalah datang silih berganti, membuat emosi yang tak menentu, tapi

yakinlah bahwa Tuhan selalu ada di sisimu, entah untuk memberikan

pertolongan atau untuk memberikanmu

sebuah pelajaran hidup “

(penulis)

PERSEMBAHAN

skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Sebuah karya kecil ini kupersembahkan untuk :

1. Bapakku Suharman dan Ibuku Umrotun 2. Adik-adikku

3. Kekasihku (Dianita Ellya Rosa)

4. Almamaterku Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang


(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

telah memberikan rahmat, berkat, dan hidayah-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan penyusunan tugas akhir skripsi dengan judul

“Kreativitas Guru dalam Memodivikasi Sarana dan Prasarana Penjas SMP

Negeri KAB.Jepara”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian

persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Fakultas Ilmu

Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang.

Keberhasilan penulisan skripsi ini dapat terwujud tidak hanya atas

hasil kerja penulis sendiri namun juga berkat bantuan dari berbagai pihak.

Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih

kepada :

1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan

berbagai fasilitas dan kesempatan kepada peneliti untuk

melaksanakan studi di Universitas Negeri Semarang .

2. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan UNNES yang telah memberi

kesempatan pula kepada peneliti melaksanakan studi di FIK

Universitas Negeri Semarang.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

PJKR, Fakultas Ilmu Keolahragaan UNNES yang telah memberi

petunjuk, arahan, saran,serta bimbingan dalam perkuliahan

hingga selesainya skripsi ini.

4. Ibu Dra. Heny Setyawati, M.Si selaku Pembimbing , yang telah

memberikan arahan, bimbingan, dan motivasi kepada penulis.

5. Staf Tata Usaha Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas

Negeri Semarang, yang selalu membantu penulis dalam proses

pembuatan surat-surat perijinan.

6. SMP Negeri se-Kab.Jepara, yang telah memberikan data dan

informasinya yang dibutuhkan dalam penelitian ini.


(7)

vii

7. Kepada BAPPEDA Kab.Jepara, yang telah memberikan surat

rekomendasi untuk

penelitian tentang “Kreativitas Guru Dalam

Memodifikasi Sarana dan Prasarana Penjas se-Kab.Jepara.

8. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu per

satu, yang telah membantu penelitian sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan dunia

pendidikan sebagaimana mestinya.

Semarang, Desember 2014

Penulis

Wahyu Putra Perdana

NIM. 6101410033


(8)

viii

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ...

i

ABSTRAK ...

ii

PERNYATAAN ...

iii

PERSETUJUAN ...

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...

v

KATA PENGANTAR ...

vii

DAFTAR ISI ...

ix

DAFTAR TABEL ...

x

DAFTAR DIAGRAM ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ...

xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah ...

1

1.2

Identifikasi Masalah ...

4

1.3

Batasan Masalah ...

5

1.4

Rumusan Masalah ...

5

1.5

Tujuan Penelitian ...

5

1.6

Manfaat Pen

elitian ………

5

1.6.1 Manfaat Teoritis ...

5

1.6.2 Manfaat Praktis...

6

1.6.3 Manfaat Bagi Peneliti ...

6

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Hakikat Kreativitas ...

7

2.2 Hakikat Guru Jasmani ...

12

2.3 Hakikat Modifikasi ...

14

2.4 Hakikat Sarana dan Prasarana ...

15

2.5 Pemeliharaan Sarana dan Prasarana ...

19

2.6 Penelitian yang Relevan ...

20

2.7 Kerangka Berfikir ...

22

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian ...

24

3.2 Devinisi Operasional Variable Penelitian ...

24

3.3 Populasi dan Sample ... 24

3.4 Instrumen Penelitian ... 26

3.5 Uji Validitas Instrumen ...

30


(9)

ix

3.7 Teknik Pengumpulan Data ...

33

3.8 Teknis Analisis Data ...

34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum ...

37

4.2 Hasil Penelitian...

42

4.3Hasil Analisis Data Penelitian ...

42

4.4 Variable Indikator ...

42

4.4.1 Variable Indikator Kebutuhan dan Ketersediaan dan

Parasarana ...

42

4.4.2 Variable Indikator Kondisi Sarana dan Prasarana

Pendidikan Jasmani ...

44

4.4.3 Variable Indikator Manfaat dan Pemanfaatan Sarana

dan Prasarana Pendidikan Jasmani ...

45

4.4.4 Variable Indikator Sikap dan Kemauan Guru dalam

Memecahkan Masalah ...

46

4.4.5 Variable Indikator Ide dalam Modifikasi ...

47

4.4.6 Variable Indikator Penerapan ide dalam Modifikasi .

49

4.4.7 Variable Indikator Informasi dan Teknologi ...

50

4.4.8 Variable Indikator Pengetahuan...

51

4.5 Data Variable Faktor Kreativitas ...

53

4.5.1 Jawaban Total Responden ...

53

4.5.2 Presentase Total Responden ...

53

4.6 Pembahasan Hasil Penelitian ...

55

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ...

57

5.2 Saran ...

57

DAFTAR PUSTAKA ...

58


(10)

x

DAFTAR TABEL

Halaman

2.4.1 Standar Umum Prasarana Sekolah dan Olahraga

Kesehatan yang diusulkan Dikluspora ...

17

2.4.2 Jenis Rasio dan Deskripsi Sarana dan Prasarana

Tempat Bermain/Olahraga ...

18

1.3.1 Tabel Data SMP Negeri Se-Kab.Jepara ...

25

3.4.1 Kisi-kisi Instrumen Kreativitas Guru Dalam Memodifikasi

Sarana dan Prasarana ...

29

3.7

Tabel Perhitungan Uji Validitas ...

31

3.8.1 Tabel Kategori Skor Berdasarkan Kurva Baku ...

35

4.1 Daftar Sample Sekolah yang Diteliti ... 40

4.3.1 Hasil Analisis Data Penelitian ...

42

4.4.1 Skor Indikator Kebutuhan dan Ketersediaan Sarpras .

42

4.4.2 Skor Indikatork Kondisi Sarpras ...

44

4.4.3 Skor Indikator Manfaat dan Pemanfaatan Sarpras ...

45

4.4.4 Skor Indikator Sikap dan Kemauan Guru Untuk

Memecahkan Masalah ...

46

4.4.5 Skor Indikator dalam Memodifikasi...

47

4.4.6 Skor Indikator Penerapan dalam Memodifikasi ...

49

4.4.7 Skor Informasi dan Teknologi ...

50

4.4.8 Skor Indikator Pengetahuan ...

51

4.5.1 Jawaban Total Responden Faktor Kreativitas ...

53

4.5.2 Presentase Total Responden Faktor Kreativitas ...

53

4.5.3 Tabel Distribusi Frekuensi Kreativitas Guru Penjas

SMP se-Kab. Jepara ...

54


(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

4.1

Peta Kabupaten Jepara ...

38

4.4.1 Diagram Analisis Data Kebutuhan dan Ketersediaan

Sarana dan Prasarana ...

43

4.4.2 Diagram Analisis Data Kondisi Sarana dan Prasarana

45

4.4.3 Diagram Analisis Data Manfaat dan Pemanfaatan

Sarana dan Prasarana ...

46

4.4.4 Diagram Analisis Data Sikap dan Kemauan Guru Untuk

Memecahkan Masalah ...

47

4.4.9 Diagram Analisis Data ide dalam Memodifikasi ...

48

4.4.10 Diagram Analisis Data Penerapan dalam Ide

Memodifikasi ...

50

4.4.11 Diagram Analisis Data Informasi dan Teknologi ...

51

4.4.12 Diagram Analisis Data Pengetahuan ...

52

4.5.3 Diagram Data Distribusi Frekuensi Kreativitas Guru


(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Halaman

1. Instrumen Angket ...

61

2. SK Pembimbing ...

65

3. Surat Penelitian ...

66

4. Surat Rekomendasi Research Jepara ...

67

5. Surat Keterangan SMP N 5 Jepara ...

68

6. Surat Keterangan SMP N 1 Jepara ...

69

7. Surat Keterangan SMP N 1 Batealit ...

70

8. Surat Keterangan SMP N 2 Jepara ...

71

9. Surat Keterangan SMP N 1 Kembang ...

72

10. Surat Keterangan SMP N 2 Keling ...

73

11. Surat Keterangan SMP N 2 Kembang ...

74

12. Surat Keterangan SMP N 1 Donorojo ...

75

13. Surat Keterangan SMP N 2 Bangsri ...

76

14. Surat Keterangan SMP N 1 Pakis Aji...

77

15. Surat Keterangan SMP N 1 Bangsri ...

78

16. Surat Keterangan SMP N 1 Tahunan ...

79

17. Surat Keterangan SMP N 3 Jepara ...

80

18. Surat Keterangan SMP N 1 Mlonggo ...

81

19. Surat Keterangan SMP N 4 Jepara ...

82

20. Surat Keterangan SMP N 3 Kembang ...

83

21. Surat Keterangan SMP N 1 Keling ...

84

22. Surat Keterangan SMP N 1 Welahan ...

85

23. Surat Keterangan SMP N 1 Pecangaan ...

86

24. Surat Keterangan SMP N 1 Mayong ...

87

25. Surat Keterangan SMP N 2 Nalumsari ...

88

26. Surat Keterangan SMP N 6 Jepara ...

89

27. Surat Keterangan SMP N 2 Batealit ...

90

28. Surat Keterangan SMP N 1 Kedung ...

91


(13)

xiii

30. Surat Keterangan SMP N 3 Batealit ...

93

31. Dokumentasi ...

94


(14)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan bertujuan untuk mengembangkan aspek kesehatan, ketrampilan, berfikir kritis, stabilitas emosional, ketrampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui aktivitas jamani menurut E. Mulyasa (2005 : 90), pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan melalui penyediaan pengalaman belajar kepada peserta didik berupa aktivitas jasmani, bermain dan atau berolahraga yang direncanakan secara sistematis dengan memperhatikan tahap pertumbuhan dan perkembangan untuk merangsang perkembangan fisik, ketrampilan berfikir, emosional, sosial, dan moral. Melalui pendidikan jasmani siswa bukan hanya memperoleh kemampuan dalam hal aktivitas, tetapi juga ketrampilan dan nilai-nilai lain yang terkandung di dalamnya.

Menurut Sukintaka (2004: 17), pendidikan jasmani pada dasarnya adalah bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan namun kadang sering dianggap orang adalah sesuatu yang tidak penting dan hanya sebagai pelengkap dari sistem pendidikan. Sebagian orang tidak menyadari bahwa sesungguhnya pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem yang mencoba mencapai tujuan untuk mengembangkan kebugaran jasmani, mental, sosial, serta emosional bagi masyarakat dengan pendidikan jasmani sebagai wahananya. Lancar dan suksesnya pembelajaran penjasorkes tidak lepas dari beberapa unsur yang berpengaruh yaitu: guru, siswa, kurikulum, sarana dan prasarana, tujuan, metode, lingkungan yang mendukung, dan evaluasi.


(15)

Seseorang guru atau pendidik merupakan salah satu unsur faktor penentu dalam keberhasilan proses pembelajaran pendidikan jasmani. Meski demikian tetap harus didukung oleh unsur-unsur yang lain. Sarana dan prasarana pendidikan jasmani merupakan satu di Antara unsur penunjang keberhasilan proses pendidikan jasmani yang tak jarang pula menimbulkan dan menjadi masalah di beberapa sekolah di Indonesia. Banyak sekolah yang cenderung kurang memperhatikan penyediaan atau pengadaan sarana dan prasarana pendidikan jasmani, padahal sangat penting kesediaanya dalam mencapai tujuan pendidikan jasmani.

Kurikulum 2013 dilaksanakan atas dasar prinsip yang pertama, standar kompetensi keseluruhan diturunkan dari kebutuhan. Kedua standarr isi diturunkan dari standar kompetensi kelulusan melalui kompetensi inti yang bebas mata pelajaran. Ketiga semua pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan sikap, ketrampilan, dan pengetahuan peserta didik. Keempat, mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin di capai. Kelima, semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti. Keenam. Keselarasan tuntutan kompetensi lulusan, isi proses pembelajaran, dan penilaian. Melihat aspek-aspek di atas jelas keberadaan sarana dan prasarana sangat di butuhkan sekali meski terdapat aturan guru dapat memilih aturan yang sesuai dengan kondisi dan situasi sekolah. Kurangnya sarana dan prasarana akan menimbulkan masalah dan mengganggu proses pembelajaran, walaupun tersedianya sarana dan prasarana bukan berarti tidak akan menimbulkan masalah.

Tersedianya sarana dan prasarana pendidikan jasmani yang sesuai atau standar ternyata dapat memungkinkan menimbulkan masalah jika dugunakan atau di manfaatkan dalam proses pembelajaran siswa. Sebagai contoh salah satu gambaran yang sering kita jumpai adalah kesulitan dalam pemanfaatan atau penggunaan bola, net dalam permainan bola voli sehingga bola lebih sering mati


(16)

pada saat permainan dan membuat proses pembelajaran kurang lancar dan bahkan dirasakan membosankan oleh siswa. Guru pendidikan jasmani sebaiknya tidak mengajar tetapi membelajarkan, artinya guru mengusahakan agar siswa mau dan senang belajar dan mengikuti proses pembelajaran. Hal ini dikarenakan siswa sekolah menengah pertama (SMP) tergolong anak yang mempunyai aktivitas bermain dan berlomba, yang menjadi faktor penentu dalam keberhasilan proses pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan, meski demikian tetap harus di dukung oleh unsur-unsur lain. Dengan kata lain, semua unsur yang mendukung dalam proses pembelajaran jasmani saling terkait Antara satu dengan yang lain.

Sarana dan prasarana olahraga dan kesehatan disekolah menurut peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2007 dalam Penjasorkes di tingkat SMP memuat cabang olahraga bola voli, sepak bola, senam, atletik, dan kesehatan sekolah atau UKS. Namun demikian tidak dijelaskan secara rinci jumlah dari masing-masing cabang olahraga yang digunakan dan hanya membahas secara umum seperti pengadaan peralatan atletik satu set/ sekolah dengan pengadaan sarana minimum harus ada lembing, cakram, peluru , tongkat estafet, bak loncat dan tergantung dari kemampuan sekolah masing-masing.

Sarana dan prasarana pendidikan jasmani salah satu unsur penunjang yang sangat penting dalam keberhasilan pembelajaran jasmani. Tetapi tidak jarang pula menimbulkan masalah dalam proses pembelajaran. Salah satu contoh pembelajaran servis bawah bola voli pada kelas VIII SMP, siswa merasa keberatan dan sakit ketika menerima dengan servis bawah menggunakan bola standar. Dan seseorang guru di tuntut kreativitasnya untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan memodifikasi bola yang lebih ringan dan lunak.


(17)

Guru tidaklah harus bersikap pasrah, menerima dan pasif jika ada masalah yang terkait dengan sarana dan prasarana pendidikan jasmani, namun sebaiknya dapat menyikapi serta mau mengatasinya. Salah satu usaha yang dapat di lakukan guru adalah dengan memunculkan dan mengembangkan kreativitasnya untuk menciptakan pembelajaran yang baik diantaranya dengan melakukan modifikasi terhadap sarana dan prasarana tersebut. Guru dapat memodifikasi sarana dan prasarana dengan apa yang ada di sekitarnya atau dapat pula menggunakan sarana dan prasarana lain yang fungsinya sama sebagai pengganti sarana dan prasarana yang sebenarnya, atau dengan usaha lain yang sesuai dengan materi, tujuan pembelajaran pendidikan jasmani yang diharapkan atau yang lebih baik lagi. Guru tidak harus melakukan modifikasi terhadap sarana dan prasarana yang ada jika sarana dan prasarana yang ada telah memadai dan dapat digunakan siswa untuk dapat menguasai atau menerima materi pembelajaran yang guru berikan dengan baik, efektif dan efisien.

Kabupaten Jepara mempunyai 39 SMP Negeri,. oleh karena itu, guru-guru Penjasorkes di Kabupaten Jepara diharapkan mempunyai kreativitas dalam memodifikasi sarana dan prasarana untuk pembelajaran, namun belum semua guru mempunyai kreativitas dalam memodifikasi sarana dan prasarana untuk pembelajaran, dan kebanyakan guru hanya menggunakan sarana dan prasarana yang dimiliki untuk pembelajaran tanpa berkreatif dalam memodifikasinya.

Berdasarkan masalah di atas, serta belum pernah dilakukan penelitian tentang kreativitas guru penjasorkes SMP Negeri se-Kabupaten Jepara, maka penulis terdorong untuk meneliti lebih dalam tentang kreativitas guru penjasorkes dalam memodifikasi sarana dan prasarana pembelajaran di SMP Negeri se-Kabupaten Jepara tahun pelajaran 2014.


(18)

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diidentifikasi masalah pada penelitian survei ini yaitu:

1. Kurangnya sarana pembelajaran penjasorkes di SMP Negeri se-Kabupaten Jepara ?

2. Kurangnya prasarana pembelajaran penjasorkes di SMP Negeri se-Kabupaten Jepara ?

3. Belum di ketahui kreativitas guru penjasorkes di SMP Negeri dalam memodivikasi sarana dan prasarana pembelajaran ?

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang ada dan segala keterbatasanya juga agar lebih fokus maka penelitian ini dibatasi pada “ Kreativitas guru penjasorkes dalam memodifikasi sarana dan prasarana pembelajaran di SMP Negeri se-Kabupaten Jepara”

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah-, maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti yaitu “ seberapa besar kreativitas guru penjasorkes dalam memodifikasi sarana dan prasarana pembelajaran penjas di SMP Negeri Se-Kabupaten Jepara?

1.5 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui seberapa besar kreativitas guru dalam memodivikasi sarana dan prasarana pembelajaran penjas SMP Negeri di Kabupaten Jepara


(19)

Adapun manfaat atau kegunaan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1.6.1 Manfaat Teoritis

1. Sebagai sumbangsih bagi peningkatan ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan terutama dalam usaha mengatasi masalah yang terkait dengan sarana dan prasarana pendidikan jasmani.

2. Untuk hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi peneliti dan guru penjas

3. Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi referensi bagi pembaca khususnya dalam bidang pendidikan.

1.6.2 Manfaat Praktis 1. Bagi Guru

Dapat menjadi informasi dan contoh dalam memodifikasi sarana dan prasaran guru dalam pembelajaran penjas terutama dalam mengembangkan pembelajaran efektif sebagai upaya pencapaian tujuan belajar.

2. Bagi Siswa

Diharapkan penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana kreativitas guru dalam memodifikasi sarana dan prasarana sehingga dapat diharapkan siswa lebih aktif dan kreatif. 1.6.3 Manfaat bagi peneliti

Sebagai acuan bagi peneliti suatu hari nanti dalam melaksanakan tugas sebagai guru dapat mencerminkan kepribadian keguruan dalam pembelajaran penjas.


(20)

7

BAB II LANDASAN TEORI

2.1. Hakikat Kreativitas

Sarana dan prasarana pendidikan jasmani diperlukan dalam pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah dan merupakan hal yang sangat penting, karena tanpa adanya sarana dan prasarana, proses pembelajaran pendidikan jasmani tidak akan dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Kreativitas berasal dari kata kreatif yang artinya memiliki daya cipta (poerdarminto, 1994: 526). Sedangkan menurut Conny semiawan,dkk (1987: 7) “Kreativitas adalah kemampuan untuk memberi gagasan baru menerapkan dalam pemecahan masalah”. Dijelaskan pula bahwa kreativitas meliputi baik ciri-ciri kognitif seperti kelancaran, keluwesan (fleksibilitas) dalam pemikiran, maupun ciri-ciri afektif seperti rasa ingin tahu, dan ingn selalu mencari pengalaman baru.

Menurut Dedi Supriadi (1994: 7-18), ada puluhan definisi mengenai kreativitas, namun pada intinya ada persamaan Antara definisi-definisi tersebut, yaitu bahwa kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang sudah ada sebelumnya. Kreativitas berkaitan dengan faktor-faktor sosial budaya, karena kreativitas selalu bersifat relatif terhadap kebudayaan. Apa yang di anggap dalam suatu lingkup masyarakat dan budaya, mungkin tidak demikian dalam lingkup masyarakat atau budaya yang lain. Lebih lanjut di jelaskan pula oleh Dedi Supriadi (1994: 7-18), bahwa Guilford mengemukakan ada lima sifat yang menjadi ciri kemampuan berfikir kreatif, yaitu


(21)

kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), keaslian (originality), penguraian (elaboration), dan perumusan kembali (redefinition). Kelancaran adalah kemampuan untuk mngehasilkan gagasan. Keluwesan adalah kemampuan untuk mengemukakan bermacam-macam pemecahan atau pendekatan terhadap masalah. Orisinalitas adalah kemampuan untuk mencetuskan gagasan dengan cara-cara yang asli, tidak klise. Elaborasi adalah kemampuan untuk menguraikan sesuatu secara terperinci. Redifinisi adalah kemempuan untuk meninjau suatu persoalan berdasarkan perspektif yang berbeda dengan apa yang sudah di ketahui banyak orang.

Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang ada. Orang yang kreatif biasanya memiliki banyak pengetahuan baik yang diperoleh dari sekolah maupun dari pengalaman hidup sehari-hari, dimana dengan pengetahuan dan pengalaman tersebut ia dapat mngombinasikannya sehingga menghasilkan sesuatu yang baru.

Baru disini tidak harus baru bagi semua orang, tetapi sedikitnya baru bagi dirinya sendiri (Conny semiawan,dkk 1992: 47).

Menurut Devid Cambel dalam Bambang Sarjono ( 2010: 9), ciri pokok orang kreatif adalah :

1. Kelincahan mental berpikir dari segala arah dan kemampuan untuk bermain-main dengan ide-ide, gagasan-gagasan, konsep, lambing-lambang, kata-kata dan khususnya melihat hubungan-hubungan yang tidak biasa Antara ide-ide, gagasan-gagasan dan sebagainya. Berpikir ke segala arah (convergen thingking) adalah kemampuan untuk melihat masalah atau perkara dari berbagai arah, segi dan mengumpulkan fakta yang penting serta mengarahkan fakta itu pada masalah atau perkara yang dihadapi.


(22)

2. Kelincahan mental berpikir kesegala arah (divergen thinking) adalah kemampuan untuk berpikir dari satu ide, gagasan menyebar ke segala arah. 3. Fleksibel konseptual (conseptual, fleksibility) adalah kemampuan untuk

secara sepontan mengganti cara pandang, pendekatan, kerja yang tidak sesuai.

4. Orisinalitas (originality) adalah kemampuan untuk memunculkan ide, gagasan, pemecahan, cara kerja yang tak lazim (meski tak selalu baik) yang jarang bahkan “mengejutkan”

5. Lebih menyukai kompleksitas dari pada simplisitas, dari penyelidikan ditemukan bahwa pada umumnya orang-orang kreatif lebih menyukai kerumitan dari pada kemudahan, memilih tantangan dari pada keamanan, cenderung pada tali-temalinya (complexity) dari pada (simplixity).

6. Latar belakang yang merangsang. Orang-orang kreatif biasanya sudah lama hidup dalam bidang tulis menulis, seni, studi, penelitian dan pengembangan ilmu serta penerapanya, dan dalam suasanya ingin belajar, ingin bertambah tahu, ingin maju dalam bidang-bidang yang digeluti

7. Kecakapan dalam banyak hal. Pada manusia kreatif pada umumnya banyak minat dan kecakapan dalam berbagai bidang (multiple skill).

Dalam Pedoman Diagnostik Potensi Pesrta Didik (Depdiknas 2004: 19), Disebutkan ciri kreativitas Antara lain :

1. Menunjukkan rasa ingin tahu yang luar biasa.

2. Menciptakan berbagai ragam dan jumlah gagasan guna memecahkan persoalan

3. Sering mengajukan tanggapan yang unik dan pintar 4. Tidak terhambat mengemukakanpendapat

5. Berani mengambil resiko 6. Suka mencoba


(23)

7. Peka terhadap keindahan dan segi estetika dari lingkungannya.

Jordan E. Ayana yang diterjemahkan oleh Ibnu Setiawan (2002: 26), mengatakan bahwa manusia kreatif acap kali memiliki kehidupan social yang mengasikkan dan merangsang, berinteraksi dengan banyak orang,serta menjelajahi tempat-tempat menawan, sehingga mereka terus-menerus belajar dan berbuat.

Lebih lanjutnya lagi di katakana pula oleh Jordan E. Ayan (2002: 42), bahwa ada empat unsur pembentuk jiwa kreatif yaitu C.O.R.E, yang merupakan singkatan dari:

1. Cari tahu atau rasa ingin tahu menyangkut juga kekuatan untuk bertanya. 2. Olah keterbukaan/bersikapterbuka, maksudnya bersikap fleksibel dan

hormat menghadapi hal baru.

3. Resiko, maksudnya keberanian meninggalkan zona kenyamanan atau berani merangsang resiko.

4. Energi, dalam hal ini adalah pendorong kerja dan pemercik hasrat serta menyangkut seberapa besar hasrat melakukan sesuatu.

Moore dalam Bambang Sarjono (2010: 10), menyebutkan ada empat macam ciri utama kreativitas yaitu:

1. Sensitif terhadap masalah (problem sensitivity) menunjuk pada kemampuan untuk melihat masalah secara tajam. Orang yang kreatif memiliki kekuatan yang tajam dalam melihat problem, situasi dan tantangan yang tidak di perhatikan orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari selalu terdapat permasalahan kehidupan yang harus di pandang sebagai tantangan. Orang kreatif memiliki kemampuan melihat masalah serta mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang benar untuk menganalisis dan merumuskan masalah tersebut.


(24)

Kreativitas tidak berangkat dari fakta, teori atau hipotesis tetapi dari situasi yang problematic.

2. Idea fluncy (kelancaran ide) menunjukan pada kemampuan untuk menciptakan ide-ide sebagai alternative pemecahan masalah. Orang yang kreatif mempunyai kemampuan melihat masalah dari berbagai macam sudut pandang sehingga lebih mampu menciptakan ide-ide atau alternative pemecahan masalah.

3. Idea flexibility (kekuatan pemikiran) menunjukan kemampuan memindahkan ide (pemikiran), meninggalkan satu kerangka untuk kerangka piker lain. Orang kreatif tidak terikat pada cara-cara pemecahan yang sudah biasa digunakan, sebaliknya dia selalu berupaya menemukan alternative baru untuk memecahkan masalah lebih efektif lagi.

4. Idea originality (keaslian pemikiran) menunjukan pada kemampuan menciptakan ide pemikiran atau ide-ide yang asli pada dirinya. Orang kreatif lebih terbuka terhadap ide-ide baru baik itu ide sendiri atau orang lain.

Menurut Sund dalam Bambang Sarjono (2010: 11), ciri-ciri individu kreatif adalah sebagai berikut :

1. Hasrat keingintahuan yang cukup besar. 2. Bersikap terbuka terhadap pengalaman baru 3. Panjang akal

4. Keinginan untuk menemukan dan meneliti. 5. Cenderung menyukai tugas yang berat dan sulit

6. Cenderung mencari jawaban yang luas dan memuaskan

7. Memiliki dedikasi, gairah serta aktif dalam melakukan tugas-tugasnya. 8. Berpikir fleksibel.

9. Menggapai pertanyaan yang diajukan serta kebiasaan untuk memberikan jawaban lebih banyak


(25)

10. Menanggapi pertanyaan yang diajukan serta kebiasaan untuk memberi jawaban lebih banyak.

11. Kemampuan membuat analisa dan sintesa 12. Memiliki semangat bertanya serta meneliti 13. Memiliki daya abstraksi yang cukup baik.

14. Memiliki latar belakang membaca yang cukup luas.

Menurut Piers dalam Dedi Supriadi (1994: 56-57) bahwa orang kreatif cenderung memiliki rasa ingin tahu yang besar, persisten tidak puas pada apa yang ada , percaya diri, otonom, bebas dalam pertimbangan, tertarik pada hal-halyang kompleks, sensitive terhadap rangsangan dan toleran terhadap situasi yang tidak pasti. Dijelaskan pula bahwa berdasarkan survei kepustakaan, mengidentifikasikan 24 ciri kepribadian kreatif yang ditemukan dalam berbagai studi, yaitu ; 1) terbuka terhadap pengalaman baru; 2) fleksibel dalam berpikir dan merespon; 3) bebas dalam menyatakan pendapat dan perasaan; 4) menghargai fantasi; 5) tertarik kepada kegiatan-kegiatan kreatif; 6) mempunyai rasa ingin tahu yang besar; 8) toleran terhadap perbedaan pendapat dan situasi yang tidak pasti; 9) berani mengambil resiko yang diperhitungkan, 10) percaya diri dan mandiri; 11) memiliki tanggung jawab; 12) tekun dan tidak mudah bosan; 13) tidak kehabisan akal dalam memecahkan masalah; 14) kaya akan inisiatif; 15) peka terhadap situasi lingkungan; 16) lebih berorientasi ke masa kini dan masa depan dari pada masa lalu; 17) memiliki citra diri dan stabilitas emosional yang baik; 18) tertarik pada hal-hal yang abstrak, kompleks, holistic dan mengandung teka-teki; 19) memiliki gagasan yang orisinal; 20) memiliki minat yang luas; 21) menggunakan waktu luang untuk kegiatan yang bermanfaat; 22) kritis terhadap pendapat orang lain; 23) senang mengajukan pertanyaan yang baik; 24) memiliki kesadaran etika-moral dan estetika yang tinggi.


(26)

Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, yang di maksud kreativitas dalam penelitian ini adalah kemampuan untuk menciptakan ide, gagasan, dan atau berkreasi untuk memecahkan atau mengatasi masalah. Ciri kreativitas atau orang kreatif secara garis besar menurut para ahli dapat di simpulkan, yaitu : memiliki kemampuan dalam melihat masalah, memiliki kemampuan menciptakan ide atau gagasan untuk memecahkan masalah, terbuka pada hal-hal baru serta tanggap menerima hal-hal tersebut.

2.2 Hakikat Guru Pendidikan Jasmani

Seorang pendidik dalam hal ini guru, merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan setiap upaya pendidikan. Guru memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kualitas pembelajaran dan hasilnya dalam undang-undang republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Bab I Pasal 1 dijelaskan bahwa “Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Dijelaskan pada Bab II pasal 4 bahwa kedudukan seorang Guru sebagai tenaga professional berfungsi meningkatkan martabat dan guru sebagai agen pembelajaran berfungsi meningkatkan mutu pendidikan professional.

Undang-undang No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Bab III pasal 7 menjelaskan, bahwa guru sebagai tenaga profeional yang dalam pelaksanaan pekerjaannya berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut :

1. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealism

2. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia


(27)

3. Memiliki kualitas akademik dan luar akademik dan latar pendidikan sesuai dengan bidang tugas

4. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas. 5. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas profesionalan 6. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai prestasi kerja

7. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dalam belar sepanjang hayat.

8. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan

9. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesinalan guru.

Sukintaka (2004: 72-74), menyatakan bahwa agar mempunyai profil guru pendidikan jasmani, maka seseorang guru memiliki banyak kriteria atau setidaknya yang harus di penuhi Antara lain:

1. Sehat jasmani, rohani, berprofil olahragawan 2. Mempunyai kemampuan motoric

3. Tidak gagap 4. Tidak buta warna 5. Pandai dan cerdas

6. Energik dan berketrampilan motoric

Cukup banyak dan kompleks syarat untuk mempunyai dan menjadi seorang guru pendidikan jasmani, mengingat pentingnya pendidikan jasmani sebagai sebuah profesi. Sebagai seorang yang professional guru harus mampu dan mau melihat masalah dan memecahkan atau mengatasinya, salah satunya dengan kreativitas. Kreativitas guru dapat digunakan sebagai salah satu usaha untuk mengatasi masalah yang ada, salah satunya yang berhubungan dengan sarana dan prasarana pendidikan jasmani. Sebagai seorang yang professional


(28)

guru harus selalu berusaha dan bertanggung jawab untuk keberhasilan proses pembelajaran pendidikan jasmani, salah satu wujudnya dengan memunculkan dan mengembangkan kreativitas sebagai upaya mengatasi masalah dan menciptakan proses pembelajaran yang baik dan berkualitas.

Berdasarkan hakikat kreativitas dan hakikat guru pendidikan jasmani yang telah dijelaskan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa kreativitas guru pendidikan jasmani adalah kemampuan guru pendidikan jasmani dalam mencipta atau berkreasi untuk memecahkan masalah yang ada tau muncul.

2.3 Hakikat Modifikasi

Kamus besar Bahasa Indoneia (2002: 75), menyebutkan bahwa modifikai mengangandung arti pengubahan, sedangkan memodifikasi berarti melakukan modifikasi atau melakukan perubahan. Menurut Yoyo Bahagia dan Adang Suherman (2001; 1), memodifikasi merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan guru agar pembelajaran mencerminkan DAP (Developmentally Appropriate Prace), yaitu memperhatikan perubahan kemampuan anak dan dapat membantu mendorong perubahan tersebut. Sementara lebih lanjut disebutkan bahwa aspek analisa modifikasi tidak lepas dari pengetahuan guru tentang : Tujuan, karaktristik materi, kondisi lingkungan dan evaluasi.

Dalam memodifikasi sarana dan prasarana yang harus diperhatikan atau menjadi perhatian oleh guru adalah partisipasi maksimal siswa, keselamatan, efektifitas dan efisien gerak siswa, karakteristik siswa dan keterkaitan atau kesesuaian kebutuhan materi.

Berdasarkan pernyataan di atas dapat di simpulkan bahwa modifikasi adalah kegiatan melakukan perubahan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan. Guru perlu menyadari bahwa tujuan modifikasi ini untuk mengatasi masalah yang ada , jangan sampai menjadi bomerang yang dapat membuat


(29)

masalah baru atau memperburuk masalah yang telah ada. Jadi guru harus memikirkan dan mempertimbangkan modifikasi yang dibuatnya agar sesuai dengan tujuan yang ada dalam pendidikan jasmani.

2.4 Hakikat Sarana dan Prasarana

Kamus Besar Bahasa Indonesia ( 2002: 999), dijelaskan bahwa “sarana adalah segala sesuatu yang dapat sebagai alat dalam mencapai tujuan dan maksud”, sedangkan “prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama suatu proses” menurut Agus S. Suryobroto (2004: 4), sarana dan prasarana didefinisikan sebagai berikut :

“ Sarana atau alat adalah segala sesuatu yang diperlukan dalam pembelajarn pendidikan jasmani, mudah di pindah bahkan dibawa oleh pelakunya atau siswa. Contoh : bola, raket, pemukul, tongkat, bed, suttlecock, dll.

Prasarana atau perkakas adalah segala sesuatu yang di perlukan dalam pembelajaran pendidikan jasmani, mudah dipindah (bias semi permanen) tetapi berat atau sulit di bawa. Contoh : Matras, peti lompat, kuda-kuda, palang tunggal, dll. Prasarana dan fasilitas adalah segala sesuatu yang diperlukan dalam pembelajaran pendidikan jasmani, bersifat permanen atau tidak dapat berpindah-pindah. Contoh: lapangan, aula, kolam, renang, dll.”

Menurut Soepartono (2000: 5-6), prasarana berarti segala sesuatu yang merupakan penunjang terselenggaranya suatu proses (usaha atau pembangunan). Dalam olahraga prasarana didefinisikan sebagai sesuatu yang mempermudah atau memperlancar tugas dan memiliki sifat relatif permanen. Sarana olahraga adalah segala sesuatu yang digunakan dan dimanfaatkan dalam pelaksanaan kegiatan olahraga atau pendidikan jasmani. Lebih rinci lagi sarana olahraga di bedakan menjadi dua kelompok yaitu peralatan dan perlengkapan. Perlengkapan adalah sesuatu yang di gunakan. Contohnya : peti


(30)

lompat, palang tunggal. Sedangkan perlengkapan yaitu sesuatu yang melengkapi prasarana , misalnya net, bendera, bola, raket, dan lain-lain.

Fasilitas olahraga adalah semua prasarana olahraga yang meliputi semua lapangan dan bangunan olahraga beserta perlengkaplannya untuk melaksanakan progam kegiatan olahraga. Sarana dan prasarana pendidikan jasmani juga mempunyai banyak tujuan dan manfaat sebagaimna yang diungkapkan Agus S. Suryobroto (2004: 4-6), tujuan sarana dan prasarana Antara lain :

1. Memperlancar jalanya pembelajaran. 2. Memudahkan gerakan.

3. Mempersulit gerakan.

4. Memacu siswa dalam gerak. 5. Kelangsungan aktivitas

6. Menjadikan siswa tidak takut melakukan gerakan. Manfaat sarana dan prasarana antara lain : 1. Memacu pertumbuhan dan perkembangan siswa 2. Mempermudah atau mempersulit gerak

3. Sebagai tolak ukur keberhasilan siswa 4. Menarik siswa.

Aguis S. Suryobroto (2004: 16-18), juga mengungkapkan mengenai syarat sarana dan prasarana pendidikan jasmani yang baik yaitu :

1. Aman.

2. Mudah dan murah. 3. Menarik.

4. Memacu untuk bergerak. 5. Sesuai dengan kebutuhan.


(31)

6. Sesuai dengan kebutauhan. 7. Sesuai dengan tujuan. 8. Tidak mudah rusak

9. Sesuai dengan lingkungan

Soepartono (2000: 13-14), mengungkapkan bahwa standar fasilitas olahraga di sekolah yang diusulkan dikluspora pada dasarnya rata-rata adalah 7 m2/siswa, dan secara lebih jelasnya dapat dilihat dalam table standar umum prasarana sekolah dan olahraga/kesehatan sebagai berikut :

Tabel 2.4.1. Standar Umum Prasarana Sekolah dan Olahraga Kesehatan Yang Diusulkan Dikluspora

Jumlah kelas Jumlah murid Kebutuhan Prasarana Sekolah Kebutuhan Prasarana Olahraga

Jenis prasarana olahraga yang disediakan

Minimum 5 kelas (125 murid)

1250 m2 (I) 1100 m2 - Lapangan olagraga serbaguna (15 x 30 ) m2

- Atletik (500 m2 6 – 10 kelas 8

m2/murid

(II) 1400 m2 - (I)

- Bangsal terbuka (12,5 x 25)m2 Tinggi 6m

11 – 12 kelas 8

m2/murid

(III) 2000 m2 - Lapangan olahraga serbaguna + atletik - Bangsal terbuka - Lapangan voli/basket - Lapangan lain (15 x 30

) m2 20- (diatas 20

kelas,minimum 500 murid)

10 m2/murid (IV) 2700 m2 - (III)

- Lapangan serbaguna (20x40) m2

Catatan : angka-angka yang tercantum merupakan standar sebutuhan minimum dan dimensi yang tercantum tidak mutlak harus diikuti, sesuai dengan keadaan setempat. (sumber soepartono, 2000: 14)

Tabel di atas menunjukakan prasarana yang standar, tetapi untuk pendidikan jasmani sarana maupun prasarana yang ada tidaklah harus dengan


(32)

ukuran standar tetapi bias dimodifikasi dan disesuaikan dengan kondisi sekolah dan karakteristik siswa.

Berdasarkan keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa sarana adalah perlengkapan yang diperlukan untuk menyelenggarakan pembelajaran yang dapat dipindah-pindah. Sedangkan prasarana adalah fasilitas dasar yang diperlukan untuk menjalankan fungsi satuan pendidikan. Kondisi sarana dan prasarana yang minim akan menyulitkan dan mumbuat masalah bagi guru, tetapi tidak berarti pula tercukupinya sarana dan prasarana yang standar, tidak mendatangkan masalah, mengingat perkembangan usia dan karakteristik anak atau siswa. Disini juga penulis berpedoman pada peraturan menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang standar sarana dan prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTS), dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA). Dalam peraturan menteri untuk standar sarana dan prasarana Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTS) sebagai berikut :

Tabel 2.4.2 Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Tempat Bermain/Berolahraga

No Jenis Rasio Deskripsi

1 Peralatan Pendidikan

1.1 Tiang bendera 1 buah/sekolah Tinggi sesuai ketentuan yang berlaku.

1.2 Bendera 1 buah/sekolah Ukuran sesuai ketentuan yang berlaku.

1.3 Peralatan bola voli 2 buah/sekolah Minimum 6 bola. 1.4 Peralatan sepak bola 1 set/sekolah Minimum 6 bola. 1.5 Peralatan bola basket 1 set/sekolah Minimum 6 bola.

1.6 Peralatan senam 1 set/sekolah Minimum matras, peti loncat, tali loncat, simpai, bola plastik,


(33)

tongkat, palang tunggal, gelang. 1.7 Peralalan atletik 1 set/sekolah Minimum lembing, cakram,

peluru, tongkat estafet, bak loncat.

1.8 Peralatan seni budaya 1 set/sekolah Disesuaikan dengan potensi masing-masing.

1.9 Peralatan ketrampilan 1 set/sekolah Disesuaikan dengan potensi masing-masing.

2 Perlengkapan Lain

2.1 Pengeras suara 1 set/sekolah 2.2 Tape recorder 1 buah/sekolah

Permendignas Nomor 24 (2007:11)

Kreativitas seorang guru dalam memodifikasi sarana dan prasarana pendidikan jasmani sangat diperlukan sebagai salah satunya upaya mengatasi masalah sarana dan prasarana dalam pendidikan jasmani.

2.5 Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Pendidikan Jasmani

Tujuan atau peralatan dalam kegiatan olahraga adalah untuk menentukan atau meyakinkan bahwa alat-alat dalam keadaan aman dan memuaskan untuk digunakan kegiatan-kegiatan tersebut. Menurut (Abror Hisyam dalam Rudi Wahyu Hidayat 2010) prinsip-prinsip dalam pemeliharaan

1. Kebijakan dan tata cara memelihara sarana olahraga harus direncanakan untuk memperpanjang umur peralatan sedemikian rupa sehingga mungkin akan menghasilkan modal lagi yang maksimal.

2. Pemeliharaan hendaknya direncanakan untuk menjamin keselamatan bagi semua orang yang menggunakan alat-alat.

3. Hanya orang-orang yang berhak hendaknya diberi kedudukan sebagai pemimpin, kepala tata usaha.

4. Alat-alat seharusnya diawasi secara periodik untuk memperoleh dan mencapai keselamatan dan kondisi alat-alat


(34)

5. Perbaikan dan pemulihan kembali kondisi peralatan dibenarkan apabila alat-alat atau bahan yang diperbaiki atau dibangun dengan biaya yang murah. 6. Menutupi dan melindungi peralatan yang layak akan menolong dan menjamin

pemeliharaan secara ekonomis dan aman.

2.6 Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Bambang Sarjono (2010) berjudul “ Kreativitas Guru Penjasorkes dalam Memodifikasi Sarana dan Prasarana Pembelajaran di SD se- Kecamatan Poncowarno Kabupaten Kebumen” Penelitian tersebut adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian ini merupakan penelitian populasi, sehingga seluruh anggota populasi dijadikan sampel penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah guru penjasorkes SD yang berjumlah 12 orang guru dari 12 SD yang ada di Kecamatan Poncowarno Kabupaten Kebumen. Pengambilan data digunakan instrumen berupa angket ujicoba instrumen dilakukan terhadap 26 orang guru di luar populasi. Uji validitas menggunakan rumus Product Moment dari karl person dan uji reliabilitas menggunakan rumus Alpha Cronbach. Reliabilitas instrumen kreativitas sebesar 0,947, reabilitas faktor 1 sebesar 0,824, faktor 2 sebesar 0,872, dan faktor 3 sebesar 0,862. Analisis data digunakan teknik deskriptif kuantitatif dengan presentase.

Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa kreativitas guru penjasorkes dalam memodifikasi sarana dan prasarana pembe;ajaran di SD se-Kecamatan Poncowarno berada pada kategori tinggi dari 12 orang guru penjasorkes di SD se-Kecamatan Poncowarno; terdapat 41,7% kreativitas sangat tinggi dan 58,3% kreativitas tinggi; serta tidak ada seorangpun guru


(35)

yang kreativitas berada pada kategori sedang, rendah dan sangat rendah (1) kemampuan dalam melihat masalah yang berhubungan dengan sarana dan prasarana pendidikan jasmani, berada pada kategori tinggi; (2) kemampuan guru dalam menciptakan dan menerapkan ide untuk memecahkan masalah melalui modifikasi berada pada kategori tinggi; dan (3) sikap terbuka dan mau menerima hal-hal baru untuk kemajuan pembelajaran pendidikan jasmani berada pada kategori baik.

2. Penelitian Alamsyah yang berjudul “ Kreativitas Guru Pendidikan Jasmani Dalam Menyikapi Keterbatasan Alat dan Fasilitas Olahraga di SMU se-kota Yogyakarta” Dimana penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan metode survey dan pengambilan datanya menggunakan angket, dengan populasi guru penjas yang mengajar di seluruh SMU Negeri se-kota Yogjakarta dan dengan jumlah sampel sebanyak 22 orang. Hasil penelitian menunjukan bahwa kreativitas guru pendidikan jasmani dalam menyikapi keterbatasan alat dan fasilitas olahraga di SMU N se-Kota Yogjakarta termasuk dalam kategori tinggi 16 orang atau 72,7% kategori sedang 6 orang atau 27,3% Hasil analisis untuk tiap sub variabelnya adalah

1. Sub Variable Kemampuan melihat masalah dalam pendidikan jasmani termasuk kategori tinggi sebanyak 13 orang atau 59,1% kategori sedang, 8 orang atau 36,4% dan untuk kategori rendah sebanyak 1 orang atau 4,5%

2. Sub Variable kemampuan menciptakan ide sebagai upaya memecahkan masalah dalam kategori tinggi sebanyak 17 orang atau 77,3%, kategori sedang, sebanyak 5 orang atau 22,7%

3. Sub Variable terbuka terhadap hal-hal baru dalam pendidikan jasamani termasuk kategori tinggi sebanyak 15 orang atau 68,2% kategori sedang, sebanyak 7 orang atau 31,8%


(36)

2.7 Kerangka Berfikir

Pendidikan jasmani tidak lepas dari beberapa unsur yang sangat berpengaruh terhadap lancar dan suksesnya pembelajaran pendidikan jasmani tersebut, salah satunya sarana dan prasarana. Keberadaan sarana dan prasarana dalam pendidikan jasmani sangatlah penting bukan hanya sekedar sebagai alat bantu semata tetapi dapat dikatakan sebagai media utama yang digunakan dalam mengajar selain gerak tertentunya.

Kebutuhan sarana dan prasarana dalam pendidikan jasmani sangat beragam baik jenis maupun jumlah sesuai dalam materi dan kurikulum yang ada. Keberadaan dan kebutuhan sarana dan prasarana dapat mendatangkan masalah bagi guru baik dalam memenuhi jumlahnya maupun manfaatnya. Dalam mengatasi masalah yang ada terkait dengan sarana dan prasarana, guru dapat melakukan banyak hal salah satunya dengan kreativitas dalam memodifikasi sarana dan prasarana pembelajaran pendidikan jasmani tersebut.

Kreativitas adalah kemampuan untuk mencipta atau perihal berkreasi, sedangkan memodifikasi berarti melakukan modifikasi atau melakukan pengubahan. Dengan kata lain guru dapat melakukan perubahan-perubahan terhadap sarana dan prasana pendidikan jasmani sehingga sarana dan prasaran tersebut dapat digunakan guru untuk lebih mempermudah dan memperlancar proses mengajarnya.

Kreativitas guru dalam memodifikasi dapat dilihat dari kemampuan dan kemauan guru melihat masalah yang ada, dan apakah dia peduli atau tidak dengan masalah tersebut, kemudian apakah guru timbul keinginan untuk menciptakan atau mencari ide-ide serta gagasan untuk memecahkan masalah sarana dan prasarana dimana salah satunya dengan memodifikasi. Dapat dilihat


(37)

pula dari sikap guru yang mau terbuka terhadap hal-hal baru yang dianggap lebih efisien dan efektif untuk proses pembelajaran pendidikan jasmani sehingga tidak selamanya tergantung dengan cara-cara lama yang sudah biasa dilakukan dan tidak pasrah menerima masalah atau kondisi yang ada.


(38)

25

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yang mempnyai maksud untuk mengetahui dan menemukan informasi serta gambaran tentang seberapa besar kreativitas guru penjasorkes di SMP Negeri se-Kabupaten Jepara, dalam memodifikasi sarana dan prasarana untuk menunjang keberhasilan proses pemebelajaran pendidikan jasmani. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan pengambilan data menggunakan angket.

3.2 Definisi operasional variabel penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 118), yang dimaksud variabel adalah segala yang akan menjadi objek penelitian atau apa yang menjadi objek penelitian atau apa saja yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.

Variabel penelitian ini adalah kreativitas guru pendidikan jasmani dalam memodifikasi sarana dan prasarana pendidikan jasmani yang berupa skor kreativitas guru, yaitu kemampuan guru dalam melakukan memodifikasi yang terkait dengan sarana dan prasarana pendidikan jasmani yang mencakup 3 faktor yaitu : kemampuan guru dalam melihat masalah, yang berhubungan dengan sarana dan prasarana, kemampuan guru dalam menciptakan dan menerapkan ide modifikasinya sebagai upaya memecahkan masalah, dan sikap guru yang mau terbuka terhadap hal-hal baru untuk kemajuan pembelajaran penjasorkes, yang diukur dengan menggunakan instrumen angket untuk mengumpulkandata


(39)

3.3 Populasi dan Sampel

Menurut Suharsimi Arikunto (2006 : 130) yang dimaksud populasi penelitian adalah keseluruhan subjek penelitian, apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi

Sampel adalah bagian atau wakil populasi yang diteliti,dinamakan penelitian sampel apabila kita bermaksud menggeneralisasikan hasil penelitian sampel. Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah

Sample Random (Sampel Acak). Menurut Suharsimi Arikunto (2006 :134)

Sample Random (Sampel Acak) adalah Sampel yang cara pengambilan sampelnya, peneliti “mencampur” subjek-subjek di dalam populasi sehingga semua subjek dianggap sama.

Dalam penelitian ini subjeknya adalah guru penjasorkes SMP yang berjumlah 42 dari 39 SMP Negeri yang ada di Kabupaten Jepara

Tabel 3.3.1 Data SMP Negeri Se-Kabupaten Jepara

No Nama Sekolah Jumlah Guru Penjas

1 SMP Negeri 1 Kedung 1 2 SMP Negeri 2 Kedung 1 3 SMP Negeri 3 Kedung 1 4 SMP Negeri 1 Pecangaan 2 5 SMP Negeri 2 Pecangaan 1 6 SMP Negeri 1 Kalinyamatan 1 7 SMP Negeri 2 Kalinyamatan 1 8 SMP Negeri 1 Welahan 1 9 SMP Negeri 2 Welahan 1 10 SMP Negeri 3 Welahan 1 11 SMP Negeri 1 Mayong 1 12 SMP Negeri 2 Mayong 1 13 SMP Negeri 1 Nalumsari 1 14 SMP Negeri 2 Nalumsari 1


(40)

No Nama Sekolah Jumlah Guru Penjas 15 SMP Negeri 1 Batealit 1

16 SMP Negeri 2 Batealit 1 17 SMP Negeri 3 Batealit 1 18 SMP Negeri 1 Tahunan 1 19 SMP Negeri 1 Jepara 1 20 SMP Negeri 2 Jepara 2 21 SMP Negeri 3 Jepara 1 22 SMP Negeri 4 Jepara 1 23 SMP Negeri 5 Jepara 1 24 SMP Negeri 6 Jepara 1 25 SMP Negeri 1 Mlonggo 1 26 SMP Negeri 1 Pakis aji 1 27 SMP Negeri 2 Pakis aji 1 28 SMP Negeri 1 Bangsri 2 29 SMP Negeri 2 Bangsri 1 30 SMP Negeri 1 Kembang 1 31 SMP Negeri 2 Kembang 1 32 SMP Negeri 3 Kembang 1 33 SMP Negeri 4 Kembang 1 34 SMP Negeri 1 Keling 1 35 SMP Negeri 2 Keling 1 36 SMP Negeri 1 Donorojo 1 37 SMP Negeri 2 Donorojo 1 38 SMP Negeri 1 Karimun jawa 1 39 SMP Negeri 2 Karimun jawa 1

3.4 Instrumen Penelitian

Nana Sudjana dan Ibrahim (2001: 83), mengatakan bahwa instrumen adalah alat untuk memperoleh informasi dari sumber. Lebih lanjut lagi di jelaskan Suharsimi Arikunto (2006; 160), mengatakan instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaanya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti cermat,lengkap, dan


(41)

sistematis sehingga lebih mudah diolah. Dalam penelitian ini menggunakan metode angket, maka instrumenya berupa angket.

Suharsimi Arikunto (2006; 151), mengatakan bahwa angket atau kuisioner adalah sejumlah pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dan responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahui. Alasan menggunkan angket ini, karena terdapat beberapa keuntungan seperti yang disebutkan Suharsimi Arikunto (2006; 152), yaitu:

1. Tidak memerlukan hadirnya peneliti.

2. Dapat dibagi secara serentak pada banyak responden.

3. Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatan masing-masing dan menurut waktu senggang responden.

4. Dapat dibuat anonym sehingga responden bebas jujur dan tidak malu-malu menjawab.

5. Dapat dibuat standar sehingga bagi semua responden dapat diberi pertanyaan yang benar-benar sama.

Menurut Sutrisno Hadi (1991 : 6-10), terdapat langkah-langkah dalam penyusunan instrumen yaitu

1. Mendenifisikan kontrak (Construct Devinition)

Dimaksudkan yaitu membuat batasan mengenai ubahan atau variable yang akan diukur. Dalam penelitian ini konstrak variabelnya adalah kreativitas guru penjasorkes dalam memodifikasi sarana dan prasarana pembelajaran. Kreativitas guru dalam memodifikasi, ini diartikan sebagai kemampuan guru untuk berpikir menciptakan ide-ide dalam memodifikasi sarana dan prasarana pembelajaran serta menerapkan sebagai usaha untuk mengatasi masalah yang ada dan menciptakan pembelajaran yang baik, efektif dan efisien.


(42)

2. Menyidik faktor (Identification of Factors)

Langkah ini bertujuan untuk menandai faktor atau variable yang dikemukankan dalam konstrak yang diteliti. Yang penting untuk dilakukan adalah semacam pemeriksaan mikroskopis terhadap konstrakdan menemukan unsur-unsurnya. Adapun faktor-faktor dalam penelitian ini adalah kemampuan menciptakan dan menerapkan ide modifikasi sarana dan prasarana, dan sikap guru yang terbuka terhadap hal-hal baru.

1. Menyusun Butir Pertanyaan (Items Contruction)

Butir-butir yang disusun haruslah sedapat-dapatnya berbicara hanya mengenai faktornya saja, tidak berbicara faktor yang lain. Dalam penyusunan butir-butir angket beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu:

1. Hindari Kecenderungan memberi jawaban dari tengah-tengah jika responden dalam keadaan ragu

2. Hindari pertanyaan yang mengarah atau mengiringi responden kearah satu jawaban tertentu.

3. Hindari pertanyaan yang terlalu besar muatan keinginan masyarakat atau terlalu luas.

Instrumen dalam penelitian ini dibuat dan dikembangkan pada ciri kreativitas dan hakekat modifikasi yang ditemukan dalam kajian teoritik sebelumnya, dalam penelitian ini dengan mengacu pada ciri kreativitas yang ditemukan oleh Moore yang dikutip oleh Bambang Sarjono (2010: 27), bahwa kreativitas mempunyai 4 faktor namun, yang digunakan pada penelitian ini hanya 3 faktor yaitu kemampuan guru dalam melihat masalah, kemampuan guru dalam menciptakan dan menerapkan ide modifikasi sarana dan prasarana, dan sikap guru yang mau terbuka terhadap hal-hal baru. Instrumen yang diambil dari


(43)

ciri-ciri kreativitas dan hakikat modifikasi yang ada tersebut lebih lanjut dilihat dalam table sebagai berikut:

Tabel 3.4.1 Menurut Bambang Sarjono (2010 : 41) Kisi-kisi Instrumen Angket Kreativitas Guru dalam Memodifikasi Sarana Dan Prasara Pendidikan Jasmani.

Varia bel Faktor-faktor Indikator Butir soal Positif Negatif Kreatifitas 1. Kemampuan

melihat masalah yang berhubungan dengan sarana dan prasarana

pendidikan jasmani

a. Kebutuhan dan ketersediaan sarana dan prasarana

1,2 3,4

b. Kondisi sarana dan prasarana pendidikan jasmani

5,6 7,8

c. Manfaat dan pemanfaatan sarana dan prasarana pendidikan jasmani

9,10 11,12

2 Kemampuan guru dalam menciptakan dan menerapkan ide untuk memecahkan masalah melalui modifikasi

a. Sikap dan kemauan guru untuk memecahkan masalah 15,16, 31 13,14, 32

b. Ide dalam memodifikasi

19,20 17,18 c. Penerapan ide

modifikasi

21,24 22,23 3. Sikap terbuka dan

mau menerima hal-hal baru untuk kemajuan pembelajaran jasmani

a. Informasi dan teknologi

25,26 27,28

b. Pengetahuan 29, 30 33,34


(44)

Dari butir-butir pernyataan yang telah ditentukan seperti di atas dibagi menjadi dua jenis pernyataan yaitu pernyataan positif atau pernyataan yang sifatnya mendukung gagasan atau ide, dan pernyataan negatif atau yang tidak mendukung gagasan atau ide.

Penelitian ini juga tidak menutup kemungkinan adanya sikap kurang bersungguh-sungguh guru dalam mengisi angket karena tidak ada sanksi apapun bagi guru tersebut meski peneliti memohon untuk memberikan pernyataan dengan jujur dan sebenar-benarnya. Dalam penelitian ini dalam memberikan angket peneliti juga senantiasa memberikan penjelasan tentang pentingnya dan manfaat penelitian ini.

3.5 Uji Validitas Instrumen

Suatu instrumen akan dinyatakan valid apabila mempunyai validitas tinggi, dan instrumen akan dinyatakan tidak valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variable yang diteliti.

Dalam penelitian ini instrumen yang di gunakan adalah angket, dan salah satu ukuran validitas untuk angket adalah validitas konstruk (contruck validity). Dalam menguji validitas ini digunakan statistic teknik bagian total (Sutrisno Hadi, 1991 ; 23-27).

Langkah selanjutnya untuk mengoreksi kolerasi moment tangkar menjadi kolerasi bagian total adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Rpq =

√ Keterangan :

rpq = Koefisien kolerasi bagian total rxy = Koefisien kolerasi moment tangkar


(45)

SBx = Simpang baku skor butir Sby = Simpang baku skor faktor

SB atau simpang baku diperoleh dengan rumus :

SB =

JK adalah jumlah kuadrat diperoleh dengan rumus : JK = ∑ ∑

Untuk mencari koefisien kolerasi moment tangkar ( r xy ) adalah dengan rumus sebagai berikut:

rxy = ∑ ∑ ∑ √ ∑ ∑ ∑ ∑ Keterangan :

rxy : Korelasi moment tangkar N : Cacah subjek uji coba

∑ : Sigma atau jumlah X (skor butir)

∑ : Jumlah X kuadrat

∑ : Jumlah Y (skor faktor)

∑ : Jumlah Y kuadrat

∑ : Jumlah tongkar (perkalian) X dengan Y

Kriteria butir angket valid jika rxy > rtabel, dan berikut ini adalah contoh perhitungan uji validitas pada butir nomor 1.

Tabel 3.7 Perhitungan Uji Validitas Pada Butir Nomor 1

No X Y X2 Y2 XY

1 2 48 4 2304 96

2 4 90 16 8100 360


(46)

4 4 126 16 15876 504

5 4 97 16 9409 388

6 4 86 16 7396 344

7 4 104 16 10816 416

8 2 74 4 5476 148

9 1 42 1 1764 42

10 3 72 9 5184 216

∑ 32 836 114 75734 2902

Pada a = 5% dengan N =10 diperoleh r tabel = 0.632, karena rxy > rtabel, maka angket no 1 tersebut valid.

3.6 Uji Reliabilitas Instrumen

Reabilitas instrumen menunjukan derajat ketepatan instrumen tersebut dalam mengukur apa yang diukur. Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.

Penskoran pada instrumen pada penelitian ini bukan 1 dan 0 melainkan rentang 0-2 atau 0,1 dan 2 oleh karena itu, untuk mencari reliabilitas instrumen dengan menggunakan rumus Alpha ( Suharsimi Arikunto, 2006:196).

Rumus Alpha : r11 = [

] [ ∑ ]

Keterangan :

r11 = Reliabilitas instrumen

k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

∑ = Jumlah Varians Butir = Varian Total


(47)

Apabila r11 > rtabel maka angket tersebut reliable, Varian Total

Varian Butir

Koefisien Reabilitas

Pada a = 5% dengan N 10 diperoleh rtabel = 0,632. Karena r11 > rtabel maka dapat disimpulkan bahwa angket tersebut reliable

3.7 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket tertutup, artinya responden hanya tinggal memilih jawaban yang telah tersediakan oleh peneliti dengan memilih satu dari tiga alternative jawaban yang telah disediakan yaitu selalu atau pasti melakukan, kadang-kadang atau tidak selalu melakukan, dan tidak pernah sama sekali tidak melakukan.

Peneliti menandatangani langsung SMP yang menjadi sample penelitianya dan memberikan angket kepada guru penjasorkes semua SMP

=

= =

= 10 =

sb22

24 2 Valid 10 0.71 10 sb2

2 122 3410

sb1 2 1.29 10 = 114 32 10 2 2 2

34 - 1 =

r11 =

r11 0.971

1 - 37.20 649.378 34

 

      2 2 2 t s


(48)

tersebut secara langsung. Peneliti menyerahkan angket serta melakukan pembicaraan dan penjelasan mengenai angket, isi atau yang lainnya yang terkait dengan penelitian, kemudian angket ditinggal agar diisi secara cermat dan benar sesuai kenyataan oleh responden

3.8Teknik Analisis Data

Penelitian tentang kreativitas guru penjasorkes dalam memodifikasi sarana dan prasarana pembelajaran di SMP se-Kabupaten Jepara merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan menggunakan analisis deskriptif presentase. Dimana pedoman dalam penskoran jawaban melalui angket dalam penelitian ini sesuai dengan yang pedoman penskoran yang dijabarkan oleh Suharsimi Arikunto (2006: 242), sebagai berikut :

1. Untuk pernyataan positif

Jawaban selalu : memiliki skor 3

Jawaban sering : memiliki skor 2

Jawaban Tidak selalu/kadang-kadang : memiliki skor 1 Jawaban Tidak pernah : memiliki skor 0 2. Untuk pernyataan negative

Jawaban selalu : memiliki skor 3

Jawaban sering : memiliki skor 2

Jawaban Tidak selalu/kadang-kadang : memiliki skor 1 Jawaban Tidak pernah : memiliki skor 0

Secara garis besar pekerjaan dalam analisis data dalam penelitian ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Suharsimi Arikunto (2006 : 235-239), yaitu meliputi:


(49)

1. Persiapan, dimana dalam tahap ini dilakukan pengecekan terhadap identitas responden, kelengkapan data lembar instrumen, dan sebagainya.

2. Tabulasai, termasuk dalam tahap ini adalah memberikan skor, memberikan kode (coding) untuk pengolahan data dengan menggunakan komputer dan pengelompokan jawaban ke dalam kategori.

3. Penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian, maksudnya adalah pengolahan data yang diperoleh dengan menmggunakan rumus atau aturan yang ada sesuai dengan pendekatan atau desain penelitian. Setelah data diolah dan sudah diketahui hasilnya kemudian dilakukan pendeskripsian dan penarikan kesimpulan di mana dalam penelitian ini mengenai kreativitas guru dalam memodifikasi sarana dan prasarana pembelajaran.

Untuk mendapatkan besarnya frekuensi relatif (presentase) menurut Anas Sudijono (2004: 43), dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

P =

Keterangan :

P : Presentase F : Skor Keseluruhan N : Skor yang diharapkan

Pengkategorian dalam penelitian didasarkan pada penelitian Acuan Norma (PAN) dari Sutrisno Hadi (1991) dalam skala lima, berdasarkan mean ideal (Mi) dan standar devinisi ideal (Sdi). Untuk mempermudah pengkategorian maka di buat skor standar, yaitu jumlah skor pada faktor dibagi dengan jumlah item pada faktor. Rentang skor yang diberikan adalah 1 sampai dengan 3, Mi = ½ (3+1) = 2, dan Sdi = 1/6 (3-1) = 0,333, sehingga patokan penelitiannya adalah sebagai berikut:


(50)

Tabel 3.8 1 Kategori Skor Berdasarkan Kurva Norma Baku

NO Kategori Kurva Normal Rentang Nilai Kategori

1 Mi + 1,8 ke atas 3.00 < X ≤ Sangat Tinggi atau Sangat Baik

2 Mi + 0,6 SD s.d Mi + 1,8 SD

2,50 < X ≤ 3,00

Tinggi atau Baik

3 Mi – 0,6 SD s.d Mi + 0,6 SD

1,50 < X ≤ 2,50

Sedang atau Cukup

4 Mi – 1,8 SD s.d Mi – 0,6 SD

1,00 < X ≤ 1,50

Rendah atau Buruk

5 Mi – 1,8 SD ke bawah X ≤ 1,00

Sangat Rendah atau Sangat Buruk


(51)

60

BAB V

Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang kreativitas guru dalam memodifikasi sarana dan prasarana olahraga di SMP Negeri se-Kab Jepara, dapat disimpulkan sebagai berikut :

1) Dalam melihat masalah berhubungan dengan Sarana dan prasarana termasuk ketegori tinggi, hal ini ditunjukkan dari hasil pengambilan data memalui angket dengan 26 responden mempunyai 20 tinggi, 2 kategori sangat tinggi dan 4 kategori sedang.

2) Menciptakan dan penerapan ide/gagasan dalam memecahkan masalah, tergolong kategori sedang ini terbukti pada pembagian angket ke-26 data responden tergolong 1 data sangat tinggi, 11 tinggi dan 14 dalam kategori sedang.

3) Faktor guru dengan sikap terbuka dalam menerima hal baru untuk kemajuan ini mempunyai atau tergolong dalam kategori sedang dengan responden data 9 termasuk tinggi dan 17 dalam kategori sedang.

4) Maka dalam total Responden dengan beberapa faktor dan indicator SMP Negeri se-Kab.Jepara. termasuk kategori tinggi dengan data 15 (57,69%).

5.2 Saran

1) Guru harus bisa meningkatkan kemampuannya dalam Memodifikasi sarana Pembelajaran Penjasorkes .

2) Guru harus bisa menciptakan ide dan penerapkan ide dalam pembelajaran penjas berlangsung.

3) Guru harus meningkatkan kemampuan guru dalam Mengevaluasi sarana yang dimodifikasi dalam pembelajaran Penjasorkes yang berlangsung.


(52)

DAFTAR PUSTAKA

Agus S. Suryobroto. (2004). Sarana dan Prasarana Pendidikan Jasmani: Yogyakarta:FIK UNY

Ayan Jordan E. Penerjemah Ibnu Setiawan. Bengkel Kreativitas ; 10 cara menemukan ide-ide Pamungkas. Bandung : Kaifa

Bambang Sarjono. (2010). Kreativitas Guru Penjasorkes dalam Memodifikasi Sarana dan Prasarana Pembelajaran di SD se- Kecamatan Poncowarno Kabupaten Kebumen. Yogyakarta: FIK UNY

Conny Semiawan, dkk. (1987). Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah. Jakarta : PT Gramedia

Dedi Supriadi. (1994). Kreativitas, Kebudayaan dan Perkembangan IPTEK. Bandung : CV Alfabeta

E. Mulyasa. (2005). Kurikulum Berbasis Kompetisi Konsep ; Karaktristik Implementasi dan Inovasi. Bandung : PT Remaja Rosda Karya

http://id.wikimedia.org/wiki/Kabupaten Jepara diunduh pada Selasa, 02 November 2014 Pukul 19.00 WIB

http://www.jeparakab.go.id/ diunduh pada Selasa, 02 November 2014 pukul 19.00 WIB

Nana Sujana, dan Ibrahim. (2001). Penelitian dan Penulisan Pendidikan.

Bandung : Sinar Bayu Algasindo

Poedarminto. (1994). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka


(53)

Rudi Wahyu Hidayat. (2010). Survei Sarana dan Prasarana Penjasorkes di SMP N Se-Kabupaten Pacitan. Semarang: FIK UNNES

Suharsimi Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta

Sukintaka. (2004). Filosofi, Pembelajaran dan Masa depan Teori Pendidikan Jasmani. Bandung : PT Nuansa

Sutrisno Hadi. (1991). Analisis Hasil Untuk Instrumen Angket, Tes dan Skala Nilai dengan Basica. Yogyakarta : Andi Offeset

Soepartono. (2000). Sarana dan Prasarana Olahraga. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional. Direktorat Jendral Pendidikan dasar dan Menengah

Yoyo Bahagia dan Adang Suherman. (2002). Prinsip-prinsip Pengembangan dan Modifikasi Cabang Olahraga. Jakarta : Ditjen Diknasmen Depdikbud


(54)

63


(55)

64

Lampiran 1

LEMBAR ANGKET PENELITIAN

Lembar

Penelitian Skripsi dengan Judul “

Kreativitas Guru Dalam Memodifikasi

Sarana dan Prasarana Penjas Se-

Kab. JEPARA”

Nama Guru

:

Nama Sekolah

:

Tanggal Penelitian

:

Pukul

:

NO

Pertanyaan

Selalu Sering

Kadang-kadang

Tidak

Pernah

1

Apakah selama kegiatan pembelajaran

jasmani, guru memperhatikan sarana

dan prasarana dengan jumlah peserta

didik ?

2

Apakah sebelum mengajar guru

menyiapkan sarana dan prasarana

yang dibutuhkan?

3

Apakah guru tidak berinovasi

terhadap sarana yang kurang?

4

Guru tidak mengajar, jika sarana

prasarana kurang

5

Apakah guru sebelum mengajar,

memeriksa kondisi/kelayakan sarana

dan prasarana di sekolah ?

6

Apakah guru berkonsultasi kepada

kepala sekolah untuk menambah

sarana dan prasarana yang telah ada

agar pembelajaran penjas lancar ?

7

Apakah guru memisahkan peserta

didik yang sudah bisa dan tidak

terhadap kondisi sarana dan prasarana


(56)

65

yang kurang ?

8

Setelah jam pelajaran selesai, apakah

guru tidak mengecek kondisi/ jumlah

sarana yang sudah digunakan?

9

apakah guru memanfaatkan

lingkungan untuk kelancaran

pembelajaran penjas ?

10

Apakah guru memanfaatkan prasarana

( misal: lapangan, matras,) yang

tersedia dengan maksimal ?

11

Apakah guru tidak berinteraksi

dengan guru penjas lain dalam

mengatasi kurangnya sarana dan

prasarana ?

12

Apakah guru tidak memanfaatkan

sarana yang rusak untuk berinovasi,

untuk menjadikan sesuatu yang baru ?

13

Apabila guru menemukan masalah

pada saat mengajar, apakah guru

membiarkan masalah tersebut

dikarenakan peserta didik tidak

mengetahui ?

14

Jika sarana dan prasarana kurang,

apakah guru menghindari materi yang

akan diajarkan kepada peserta didik ?

15

Apakah guru memberikan alternatif

pembelajaran lain kepada peserta

didik ketika sarana prasarana di

sekolah tidak memenuhi ?

16

Apakah guru tetap menciptakan

keadaan aman, dan lancar saat

pembelajaran penjas berlangsung ?

17

Apakah kreativitas guru penjas

muncul dengan spontan tanpa berasal

dari sumber lain ?

18

apakah guru memodifikasi sarana,

tidak mempertimbangkan stuktur

peserta didik ?

19

Apakah guru menggunakan ide-ide

baru dalam pembelajaran penjas ?


(57)

66

20

Apakah guru selalu berkreativitas

disaat kekurangan sarana maupun

prasarana ?

21

Apakah guru menerapkan kreativitas

yang sudah dibuat, saat pembelajaran

penjas ?

22

Apakah modifikasi sarana yang sudah

ada disekolah, tidak digunakan saat

pembelajaran penjas ?

23

Apakah penerapan modifikasi tidak

didampingi dari sumber lain/ buku ?

24

Apakah modifikasi yang sudah dibuat

disesuaikan dengan RPP ?

25

Apakah guru membaca buku yang

sesuai dengan materi yang akan

diajarkanya ?

26

Apakah guru menggunakan teknologi

(leptop,lcd, proyektor, dll), guna

kelancaran pembelajaran ?

27

Apakah guru menghindari teknologi

(leptop, lcd, proyektor, dll), karena

tidak bisa memakainya ?

28

Kurangnya alat pembelajaran, apakah

guru tidak berkreativitas, guna

kelancaran pembelajaran penjas ?

29

Apabila guru menemukan

pengetahuan baru, dalam mengajar,

apakah guru akan menerapkan

pengetahuan tersebut disaat mengajar?

30

Apakah guru memotivasi peserta

didik untuk mengembangkan

pengetahuan yang diajarnya ?

31

Apakah proses evaluasi dalam

pendidikan jasmani dinilai dari sikap

motoriknya saja ?

32

Apakah guru lebih senang

mempertimbangkan hasil dari pada

proses pembelajran penjas?


(58)

67

materi yang akan disampaikan

terlebih dahulu sebelum mengajar ?

34

Apakah guru asal mengajar, jika


(59)

68

Lampiran 2


(60)

69 Lampiran 3

SURAT IJIN PENELITIAN DARI FIK


(61)

70 Lampiran 4


(62)

71 Lampiran 5

SURAT KETERANGAN TELAH MELAKUKAN PENELITIAN DI SMP N 5 JEPARA


(63)

72 Lampiran 6

SURAT KETERANGAN TELAH MELAKUKAN PENELITIAN DI SMP N 1 JEPARA


(64)

73 Lampiran 7

SURAT KETERANGAN TELAH MELAKUKAN PENELITIAN DI SMP N 1 BATEALIT


(65)

74 Lampiran 8

SURAT KETERANGAN TELAH MELAKUKAN PENELITIAN DI SMP N 2 JEPARA


(66)

75 Lampiran 9

SURAT KETERANGAN TELAH MELAKUKAN PENELITIAN DI SMP N 1 KEMBANG


(67)

76 Lampiran 10

SURAT KETERANGAN TELAH MELAKUKAN PENELITIAN DI SMP N 2 KELING


(68)

77 Lampiran 11

SURAT KETERANGAN TELAH MELAKUKAN PENELITIAN DI SMP N 2 KEMBANG


(69)

78 Lampiran 12

SURAT KETERANGAN TELAH MELAKUKAN PENELITIAN DI SMP N 1 DONOROJO


(70)

79 Lampiran 13

SURAT KETERANGAN TELAH MELAKUKAN PENELITIAN DI SMP N 2 BANGSRI


(71)

80 Lampiran 14

SURAT KETERANGAN TELAH MELAKUKAN PENELITIAN DI SMP N 1 PAKIS AJI


(72)

81 Lampiran 15

SURAT KETERANGAN TELAH MELAKUKAN PENELITIAN DI SMP N 1 BANGSRI


(73)

82 Lampiran 16

SURAT KETERANGAN TELAH MELAKUKAN PENELITIAN DI SMP N 1 TAHUNAN


(74)

83 Lampiran 17

SURAT KETERANGAN TELAH MELAKUKAN PENELITIAN DI SMP N 3 JEPARA


(75)

84 Lampiran 18

SURAT KETERANGAN TELAH MELAKUKAN PENELITIAN DI SMP N 1 MLONGGO


(76)

85 Lampiran 19

SURAT KETERANGAN TELAH MELAKUKAN PENELITIAN DI SMP N 4 JEPARA


(77)

86 Lampiran 20

SURAT KETERANGAN TELAH MELAKUKAN PENELITIAN DI SMP N 3 KEMBANG


(78)

87 Lampiran 21

SURAT KETERANGAN TELAH MELAKUKAN PENELITIAN DI SMP N 1 KELING


(79)

88 Lampiran 22

SURAT KETERANGAN TELAH MELAKUKAN PENELITIAN DI SMP N 1 WELAHAN


(80)

89 Lampiran 23

SURAT KETERANGAN TELAH MELAKUKAN PENELITIAN DI SMP N 1 PECANGAAN


(81)

90 Lampiran 24

SURAT KETERANGAN TELAH MELAKUKAN PENELITIAN DI SMP N 1 MAYONG


(82)

91 Lampiran 25

SURAT KETERANGAN TELAH MELAKUKAN PENELITIAN DI SMP N 2 NALUMSARI


(83)

92 Lampiran 26

SURAT KETERANGAN TELAH MELAKUKAN PENELITIAN DI SMP N 6 JEPARA


(84)

93 Lampiran 27

SURAT KETERANGAN TELAH MELAKUKAN PENELITIAN DI SMP N 2 BATEALIT


(85)

94 Lampiran 28

SURAT KETERANGAN TELAH MELAKUKAN PENELITIAN DI SMP N 1 KEDUNG


(86)

95 Lampiran 29

SURAT KETERANGAN TELAH MELAKUKAN PENELITIAN DI SMP N 2 KALINYAMAT


(87)

96 Lampiran 30

SURAT KETERANGAN TELAH MELAKUKAN PENELITIAN DI SMP N 3 BATEALIT


(88)

97

Lampiran 31

DOKUMENTASI PENELITIAN

Foto 1 : Rak Bola SMP N 1 Jepara

(doc : Wahyu, 22 Oktober 2014)

Foto 2 : Lapangan Basket SMP N 1 Jepara

(doc : Wahyu, 22 Oktober 2014)


(89)

98

Foto 3 : Bola Basket SMP N 2 Jepara

(doc : Wahyu, 22 Oktober 2014)

Foto 4 : Bola Plastik SMP N 2 Jepara

(doc : Wahyu, 22 Oktober 2014)


(90)

99

Foto 5 : Lapangan Basket SMP N 2 Jepara

(doc : Wahyu, 22 Oktober 2014)

Foto 6 : Bapak , Guru Penjasorkes SMP N 2 Jepara

(doc : Wahyu, 22 Oktober 2014)


(91)

100

Foto 7 : Cone SMP N 3 Jepara

(doc : Wahyu, 20 Oktober 2014)

Foto 8 : Sepatu SMP N 3 Jepara

(doc : Wahyu, 20 Oktober 2014)


(92)

101

Foto 9 : Bola SMP N 4 Jepara

(doc : Wahyu, 22 Oktober 2014)

Foto 10 : Proses Pembelajaran Senam Lantai SMP N 4 Jepara

(doc : Wahyu, 22 Oktober 2014)


(93)

102

Foto 11 : Tolak Peluru SMP N 5 Jepara

(doc : Wahyu, 18 Oktober 2014)

Foto 12 : Corong SMP N 5 Jepara

(doc : Wahyu, 18 Oktober 2014)


(94)

103

Foto 13 : Cone SMP N 6 Jepara

(doc : Wahyu, 20 Oktober 2014)

Foto 14 : Kasti SMP N 6 Jepara

(doc : Wahyu, 20 Oktober 2014)


(1)

127

Foto 61 : Lapangan SMP N 2 Bangsri (doc : Wahyu, 1 November 2014)

Foto 62 : Meteran SMP N 2 Bangsri (doc : Wahyu, 1 November 2014)


(2)

128

Foto 63 : Lempar Cakram SMP N 1 Welahan (doc : Wahyu, 1 November 2014)

Foto 64 : Tongkat Estafet SMP N 1 Welahan (doc : Wahyu, 1 November 2014)


(3)

129

Foto 65 : Guru Penjasorkes SMP N 1 Welahan (doc : Wahyu, 1 November 2014)

Foto 66 : Bola SMP N 1 Pakis Aji (doc : Wahyu, 1 November 2014)


(4)

130

Foto 67 : Lempar Cakram SMP N 1 Pakis Aji (doc : Wahyu, 1 November 2014)

Foto 68 : Matras SMP N 1 Donorojo (doc : Wahyu, 1 November 2014)


(5)

131

Foto 69 : Bola Voli SMP N 1 Donorojo (doc : Wahyu, 1 November 2014)

Foto 70 : Cone SMP N 2 Kalinyamatan (doc : Wahyu, 7 November 2014)


(6)

132

Foto 71 : Lempar Cakram SMP N 2 Kalinyamatan (doc : Wahyu, 7 November 2014)

Foto 72 : SMP N 2 Kalinyamatan (doc : Wahyu, 7 November 2014)