Tinjauan Pustaka

g. Lembaga Penunjang Pasar Modal

Lembaga penunjang pasar modal meliputi tempat penitipan harga, biro administrasi efek, wali amanat, atau penanggung yang menyediakan jasanya.

h. Profesi Penunjang Pasar Modal

Terdiri dari akuntan, notaris, perusahaan penilai (appraisal), dan konsultan hukum.

i. Pemodal (Investor)

Pemodal (investor) adalah pihak perorangan atau lembaga yang menanamkan modalnya dalam efek-efek yang diperdagangkan di pasar modal.

11. Pengertian Underpricing

Menurut Kartini dan Payamta (2002), underpricing merupakan kondisi dimana harga saham di pasar sekunder lebih tinggi dari harga perdananya atau dengan kata lain, saham perdana (offering price) ditawarkan lebih rendah. Underpricing bisa juga dikatakan sebagai selisih positif antara harga saham di pasar sekunder dengan harga saham perdana

commit to user

underpriced adalah merugikan, karena perusahaan tidak dapat memperoleh dana lebih besar.

Terjadinya underpricing karena adanya perbedaan kepentingan antara emiten dengan investor, dimana emiten menginginkan harga yang lebih tinggi agar dapat memperoleh dana lebih besar. Akan tetapi di sisi lain, investor sebagai pembeli menginginkan harga perdana yang rendah sehingga dapat memperoleh “return” pada pasar sekunder berupa “agio saham ”. Harga perdana yang tinggi akan mengurangi atau bahkan menghilangkan return awal (initial return) yang bisa diperoleh oleh investor di bursa, dari sisi emiten kondisi underpricing yang tinggi akan merugikan.

Fenomena underpricing dikarenakan adanya mispriced di pasar perdana sebagai akibat adanya ketidakseimbangan informasi antara pihak underwriter dengan pihak perusahaan (Trisnaningsih, 2005). Dalam literature keuangan masalah tersebut disebut dengan adanya asymmetry informasy . Di Indonesia fungsi penjaminan hanya ada satu yaitu full commitment sehingga pihak underwriter berusaha untuk mengurangi risiko dengan jalan menekan harga di pasar perdana agar terhindar dari kerugian. Hal tersebut yang mengakibatkan adanya mispriced yaitu perusahaan dinilai lebih rendah dari kondisi yang sesungguhnya oleh underwriter dalam rangka untuk mengurangi tingkat resiko yang harus dihadapi karena fungsi penjaminannya.

Dalam hal asymmetry informasy, underwriter mempunyai informasi yang lebih lengkap tentang keadaan pasar modal yang sesungguhnya. Calon

commit to user

sesungguhnya. Dalam hal ini underwriter sebagai pihak yang lebih sering berhubungan dengan pasar modal mempunyai informasi lebih banyak mengenai pasar modal bila dibandingkan dengan calon emiten. Adanya asimetri informasi inilah maka harga saham pada penawaran perdana lebih rendah dari pada harga saham di pasar sekunder. Jadi, underwriter menggunakan ketidaktahuan emiten mengenai pasar modal untuk mengurangi risiko yang harus ditanggungnya apabila saham yang dijamin di pasar perdana tidak laku terjual dan harus membelinya.