Data dan Sumber Data

B. Data dan Sumber Data

Semua data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) tahun 2007 – 2010, IDX Statistic, internet, database pojok BEI. Adapun data-data tersebut adalah:

1. Data harga penutupan dan offering price untuk menemukan tingkat underpricing diperoleh dari database pojok BEI, internet dan IDX Statistic.

2. Data reputasi underwriter, rasio financial leverage, ROA dan CR diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) tahun 2007 sampai dengan 2010.

commit to user

1. Underpricing

Variabel ini diukur dengan initial return saham berupa selisih antara harga penutupan saham (clossing price) pada hari pertama perdagangan di pasar sekunder dengan harga perdananya (offering price). Perhitungan underpricing, dihitung dengan rumus dari Kunz dan Agrawal (1994: 710) dalam Takarini dan Kustini (2007):

PO = harga penawaran perdana P1 = harga penutupan

2. Financial leverage

Financial leverage menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar hutangnya dengan equity yang dimilikinya. Variabel ini diukur dengan menggunakan rasio total hutang terhadap total equity. Semakin tinggi ingkat leverage suatu perusahaan, semakin tinggi pula risiko yang dihadapi suatu perusahaan. Para investor tentu akan mempertimbangkan informasi financial leverage dalam melakukan keputusan investasi. Dalam penelitian ini financial leverage yang digunakan adalah untuk tahun terakhir sebelum go public.

3. Reputasi underwriters

Reputasi underwriters merupakan suatu kridibilitas penanggung investasi pada suatu perusahaan. Dalam penelitian ini pemeringkatan underwriter berdasarkan pada pendapatan underwriter perusahaan yang go

commit to user

underwriter utama (pelaksana). Hal ini disebabkan underwriter pelaksana mempunyai proporsi penjaminan lebih besar daripada underwriter peserta. Underwriter peserta hanya mengikuti saja harga yang telah disepakati oleh underwriter pelaksana. Underwriter yang mempunyai peringkat lima besar dikelompokkan sebagai underwriter bereputasi. Variabel ini merupakan variabel dummy dan diberi angka 1 untuk underwriter yang prestisius, dan 0 untuk underwriter yang non prestisius. Cara ini seperti yang dilakukan oleh Nurhidayati dan Indriantoro (1998). Alasan menggunakan dasar pendapatan underwriter dalam penentuan ranking adalah sebagai berikut:

a. Jumlah lembar saham yang dijamin underwriter. Semakin besar tingkat pendapatan underwriter berarti semakin banyak jumlah lembar saham yang dijamin underwriter. Banyaknya saham yang dijamin underwriter menunjukkan adanya kepercayaan yang besar dari emiten kepada underwriter tersebut untuk melakukan penjaminan terhadap saham yang ditawarkan emiten kepada investor.

b. Banyaknya saham yang dijamin oleh underwriter secara tidak langsung menunjukkan asset yang dimiliki oleh underwriter. Besarnya asset yang dimilki underwriter merupakan ukuran kemampuannya untuk melakukan penjaminan.

4. Return on Assets

ROA adalah proksi yang digunakan untuk mengukur profitabilitas perusahaan. Profitabilitas perusahaan memberikan informasi kepada pihak luar tentang efektifitas operasional perusahaan. Profitabilitas yang tinggi

commit to user

masa yang akan datang. Laba merupakan informasi yang penting bagi investor sebagai pertimbangan dalam investasi. Perusahaan dengan profitabilitas tinggi akan memberikan manfaat bagi investor dalam mengurangi ketidakpastian perusahaan. Jika tingkat ketidakpastian perusahaan rendah maka tingkat underpricing rendah (Kartini & Payamta, 2002). Variabel ini diukur dengan rasio net income terhadap total asset.

5. Current Ratio

Current ratio yang merupakan rasio aktiva lancar terhadap utang lancar adalah proksi yang digunakan untuk mengukur likuiditas suatu perusahaan. Semakin tinggi current ratio suatu perusahaan maka semakin kecil risiko kegagalan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Pada akhirnya risiko yang akan ditanggung pemegang saham juga semakin kecil. Dengan rendahnya risiko yang ditanggung investor, mengindikasikan bahwa ketidakpastian akan prospek perusahaan juga rendah sehingga dapat mengurangi tingkat underpricing.