Analisis Data

G. Analisis Data

Data yang berupa hasil pengamatan atau observasi diklarifikasikan sebagai data kualitatif. Data ini diinterpretasikan kemudian dihubungkan dengan data kuantitatif (tes) sebagai dasar untuk mendeskripsikan keberhasilan pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan.

Data dari hasil tes dianalisis secara deskriptif, yakni dengan membandingkan hasil tes antar siklus. Analisa data yang digunakan adalah model analisis interaktif, meliputi tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersama-sama dan terus menerus selama pengumpulan data yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

1. Reduksi data yaitu proses menyeleksi data awal, memfokuskan, menyederhanakan dan mengabsraksi data kasar yang ada dalam fieldnote (catatan lapangan). Proses ini berlangsung terus sepanjang pelaksanaan 1. Reduksi data yaitu proses menyeleksi data awal, memfokuskan, menyederhanakan dan mengabsraksi data kasar yang ada dalam fieldnote (catatan lapangan). Proses ini berlangsung terus sepanjang pelaksanaan

2. Penyajian data adalah suatu rangkaian organisasi informasi yang memungkinkan penelitian dapat dilakukan. Dengan melihat penyajian data, maka akan dimengerti apa yang terjadi dan memungkinkan untuk mengerjakan sesuatu pada analisis ataupun tindakan lain berdasarkan pengertian tersebut.

3. Penarikan kesimpulan, dalam tahapan ini apabila ditemukan data yang akurat, maka peneliti tidak segan-segan untuk melakukan penyimpulan ulang, peneliti dalam hal ini bersifat terbuka.

Reduksi data, penyajian data, dan menarik kesimpulan sebagai sesuatu yang jalin-menjalin pada saat sebelum, selama, dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar, untuk membangun wawasan umum yang disebut “analisis”. Untuk lebih jelasnya, proses analisis interaktif dapat digambarkan pada gambar 7 sebagai berikut:

Gambar 7. Komponen-komponen analisis data model interaktif (Miles dan Huberman, 2007: 20)

Kesimpulan-kesimpulan: Penarikan/Verifikasi

Dalam pembelajaran Sains terutama dalam upaya meningkatkan pemahaman konsep siswa dengan penggunaan model pembelajaran quantum, diharapkan: “Indikator kerja yang peneliti tetapkan dalam penelitian ini adalah kriteria keberhasilan siswa dalam penelitian ini yaitu apabila siswa menguasai materi 80% atau lebih dengan pencapaian nilai

melalui tes diakhir pembelajaran”.

I. Prosedur Penelitian

Prosedur pelaksanaan tindakan kelas ini, peneliti memilih prosedur penelitian yang meliputi (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, (4) refleksi.

Proses pelaksanaan tindakan kelas ini selanjutkan dituangkan dalam bentuk rancangan penelitian yang memiliki cirri khusus yang berupa alur pelaksanaan tindakan yang dilakukan, yaitu:

Gambar 8. Alur Pelaksanaan dalam Penelitian Tindakan Kelas

SIKLUS II

SIKLUS SELANJUTNYA

PELAKSANAAN

PERENCANAAN PENGAMATAN

PERENCANAAN PENGAMATAN

SIKLUS I SIKLUS I

1) Meminta ijin kepada Kepala Sekolah dan guru kelas V SD Negeri 1 Petir untuk melakukan penelitian tindakan kelas.

2) Mengadakan observasi keadaan lingkungan kelas dan sekolah. Hal ini dilakukan untuk mengetahui gambaran awal tentang keadaan kegiatan belajar mengajar.

3) Peneliti melakukan pretest untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan siswa sehingga diperoleh data awal.

4) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

5) Guru menyiapkan alat peraga yang diperlukan.

6) Melakukan kolaborasi dengan guru kelas.

7) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS).

8) Merancang tes siklus 1 dan kunci jawabannya.

9) Membuat lembar observasi.

b. Tahap Pelaksanaan Pelaksanaan tindakan dengan perencanaan yang dipersiapkan yaitu pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran Quantum pada mata pelajaran IPA. Dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Tumbuhkan Maknanya menumbukan minat siswa akan materi pelajaran yang akan dipelajari dengan bernyanyi sehingga siswa betul-betul merasa tertarik akan materi pengelompokkan magnet dan sifat-sifat magnet.

2) Alami Dengan kerja kelompok, siswa dibimbing untuk mengalami sendiri bagaimana mengelompokkan benda magnetis dan benda non magnetis serta sifat magnet yang dapat menembus benda.

3) Namai Pada tahap ini siswa secara berkelompok membuat kesimpulan tentang percobaan yang sudah dilaksanakan. Siswa menuliskan pengertian benda 3) Namai Pada tahap ini siswa secara berkelompok membuat kesimpulan tentang percobaan yang sudah dilaksanakan. Siswa menuliskan pengertian benda

4) Demonstrasikan Setelah percobaan dan diskusi kelompok selesai, masing-masing kelompok maju ke depan membacakan hasil percobaan di depan kelas.

5) Ulangi Pada tahap ini guru menjelaskan secara ulang tentang pengertian benda magnetis dan non magnetis dan benda yang dapat ditembus magnet sehingga siswa lebih memahami materi. Guru memberikan soal latihan yang dikerjakan secara individual.

6) Rayakan Setelah siswa berhasil mengerjakan soal latihan maka sebelum ditutup perlu dirayakan sehingga siswa bersemangat dalam pembelajaran.

c. Observasi Untuk memperoleh data yang lebih akurat, peneliti melakukan observasi atau pengamatan yang dilaksanakan pada saat proses pembelajaran berlangsung serta bertanya jawab dengan siswa guna mengetahui kesulitan yang dihadapi siswa. Observer pada penelitian ini adalah peneliti dan guru kelas V. Selama pelaksanaan tindakan baik pertemuan I maupun II pada siklus I, observasi dilakukan oleh peneliti kepada siswa dalam kegiatan pembelajaran IPA kelas V dengan model pembelajaran Quantum. Observasi yang dilakukan oleh guru kelas difokuskan pada pelaksanaan pembelajaran yaitu kegiatan yang dilakukan guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung yang dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu berupa lembar pengamatan/observasi aktivitas siswa, lembar pengamatan/observasi guru dan dokumentasi yang berupa foto.

Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai kesesuaian pelaksanaan pembelajaran IPA materi gaya magnet dengan menerapkan model pembelajaran Quantum dengan rencana pelaksanaan pembelajaran Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai kesesuaian pelaksanaan pembelajaran IPA materi gaya magnet dengan menerapkan model pembelajaran Quantum dengan rencana pelaksanaan pembelajaran

d. Tahap Evaluasi-Refleksi Pada tahap ini peneliti bersama guru kelas V dan kepala sekolah menganalisis kegiatan pembelajaran Quantum yang dilakukan. Hasil refleksi ini digunakan sebagai dasar pemikiran untuk tindakan yang akan datang karena hasil yang diperoleh belum maksimal. Setelah dilaksanakannya siklus

I telah ada peningkatan pemahaman konsep siswa kelas V SD Negeri 1 Petir yaitu dari 44,44% menjadi 77,78%. Jadi, pemahaman konsep siswa mengalami kenaikan sebesar 33,34%. Akan tetapi, peningkatan ini masih belum maksimal, masih ada siswa yang belum mendapatkan nilai di atas KKM yaitu 8 siswa, sehingga diperlukan adanya tindakan penelitian siklus II.

2. Siklus II

Pada rancangan siklus 2 ini tindakan diambil dari hasil yang telah dicapai pada siklus 1 sebagai usaha perbaikan. Langkah-langkah yang dilaksanakan peneliti dalan siklus 2 hampir sama dengan siklus pertama.

a. Tahap Perencanaan Perencanaan pada siklus yang kedua ini adalah dengan melakukan indentifikasi masalah dan penempatan alternatif pemecahan masalah. Kegiatan ini dapat dijabarkan sebagai berikut:

1) Merencanakan pembelajaran dengan model pembelajaran quantum.

2) Mengembangkan skenario pembelajaran.

3) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS).

4) Menyiapkan sumber belajar dan media.

5) Mengembangkan format evaluasi.

b. Tahap Pelaksanaan Pada tahap ini guru melaksanakan pembelajaran Quantum dengan langkah-langkah sebagai berikut:

Maknanya menumbukan minat siswa akan materi pelajaran yang akan dipelajari dengan bernyanyi sehingga siswa betul-betul merasa tertarik akan materi sifat-sifat magnet dan cara membuat magnet.

2) Alami Pada tahap ini siswa melakukan kerja kelompok, siswa dibimbing untuk mengalami sendiri bagaimana jarak mempengaruhi kekuatan magnet dan cara membuat magnet yaitu dengan induksi, penggosokkan, dan dialiri listrik.

3) Namai Pada tahap ini siswa secara berkelompok membuat kesimpulan tentang percobaan yang sudah dilaksanakan. Siswa menuliskan kekuatan magnet dipengaruhi oleh jarak dan cara-cara mmbuat magnet. Kemudian siswa bersama guru menamai hasil pekerjaan siswa dan kesimpulan yang telah disampaikan sehingga siswa mendapat pemahaman konsep kekuatan gaya magnet pada berbagai jarak dan mengetaui cara membuat magnet buatan.

4) Demonstrasikan Setelah percobaan dan diskusi kelompok selesai, masing-masing kelompok maju ke depan membacakan hasil percobaan di depan kelas.

5) Ulangi Siswa bersama guru mengulang hasil percobaan tentang cara membuat magnet. Siswa secara bersama-sama mengulang cara-cara membuat magnet sehingga siswa lebih memahami materi. Guru memberikan soal latihan yang dikerjakan secara individual.

6) Rayakan Setelah siswa berhasil mengerjakan soal latihan maka sebelum ditutup perlu dirayakan sehingga siswa bersemangat dalam pembelajaran.

c. Tahap Observasi Untuk memperoleh data yang lebih akurat, peneliti melakukan observasi atau pengamatan yang dilaksanakan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Tindakan yang dilakukan dengan mengkaji hasil pada siklus

Observer pada penelitian ini adalah peneliti dan guru kelas V. Selama pelaksanaan tindakan baik pertemuan I maupun II pada siklus I, observasi dilakukan oleh peneliti kepada siswa dalam kegiatan pembelajaran IPA kelas

V dengan model pembelajaran Quantum. Observasi yang dilakukan oleh guru kelas difokuskan pada pelaksanaan pembelajaran yaitu kegiatan yang dilakukan guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung yang dilaksanakan dengan

menggunakan alat bantu berupa lembar pengamatan/observasi aktivitas siswa, lembar pengamatan/observasi guru dan dokumentasi yang berupa foto.

Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai kesesuaian pelaksanaan pembelajaran IPA materi gaya magnet dengan menerapkan model pembelajaran Quantum dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah disusun serta untuk mengetahui seberapa besar pembelajaran IPA materi gaya magnet yang dilaksanakan dapat menghasilkan perubahan pada pemahaman konsep siswa tentang gaya magnet.

d. Tahap Evaluasi-Refleksi Peneliti dengan guru kelas V dan kepala sekolah melakukan kembali evaluasi untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep siswa. Setelah dilaksanakannya siklus II jumlah siswa yang mengalami peningkatan pemahaman konsep sudah sesuai yang diharapkan oleh peneliti. Pada pelaksanaan siklus I, jumlah siswa yang mengalami peningkatan pemahaman konsep dan nilai tes lebih tinggi atau sudah mencapai kriteria ketuntasan adalah 28 siswa (77,78% dari jumlah siswa kelas V). Sedangkan pada siklus

II, jumlah siswa yang mengalami peningkatan pemahaman konsep dan nilai tes lebih tinggi atau sudah mencapai kriteria ketuntasan adalah 36 siswa (100% dari jumlah siswa kelas V), sehingga penelitian dianggap cukup dan berhasil.